Anda di halaman 1dari 3

Untuk mengatasi nyeri kolik pasien diberikan buscopan.

Buscopan merupakan obat


yang termasuk dalam golongan antispasmodik yang memiliki fungsi utama untuk
mengurangi nyeri kolik yang diakibatkan spasme / kejang pada otot polos di saluran cerna,
bilier (empedu), dan saluran kemih karena sebab apapun dan juga mengurangi gejala pada
penyakit irritable bowel syndrome. Fungsi ini dihasilkan oleh komponen hyoscine-nbutylbromide yang terkandung di dalam buscopan. Hyoscine-n-butylbromide bekerja pada
sistem saraf yang terletak diluar otak dengan memberikan efek antikolinergik dan antimuskarinik yang berujung pada berkurangnya spasme otot polos pada target organ.14
Untuk mengatasi abses pada ginjal dapat dilakukan drainase abses. Drainase abses
dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari
peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan
tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri. Kemudian untuk
penanganan awal dapat diberikan antibiotik spektrum luas seperti seftriakson. Seftriakson
merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang bekerja efektif terhadap mikroorganisme
gram positif dan gram negatif. Waktu paruh seftriakson adalah 8 jam dan seftriakson
sangat stabil terhadap enzim laktamase.

(10)

Terapi ini dapat diberikan sampai kultur dan

hasil uji sensitivitas antibiotik diterima dan kemudian memodifikasi terapi antimikroba ke
agen yang paling tepat selama 2-4 minggu.14
Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan
antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal
tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk kedalam abses, selain itu
antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam Ph yang rendah.7
Pada pasien dengan fokus akut, pengobatan dengan antibiotik yang tepat harus
menghasilkan respon klinis dalam waktu satu minggu dari7memulai terapi. Namun, abses
yang besar seringkali sulit untuk diobati dengan antibiotik saja, dan kebanyakan studi
membatasi pengobatan abses ginjal dengan antibiotik saja untuk lesi yang lebih kecil dari
3 cm.7
Pada kebanyakan pasien dengan dugaan abses corticomedullary, upaya yang cepat
dari pengobatan dengan antibiotik intravena ditujukan terhadap bakteri khusus selain
resusitasi cairan intravena yang dapat digunakan. Pengobatan medis harus memperhatikan
hemodinamik pasien yang stabil dengan abses (<3 cm). Pasien dengan tanda-tanda
ketidakstabilan hemodinamik karena sepsis atau dengan abses ginjal (3 cm) harus

menjalani drainase perkutan atau pembedahan untuk manajemen abses. Selain itu, terapi
medis saja dalam pengobatan abses tidak dapat dilakukan, karena risiko kematian terkait
dengan abses yang diobati dengan antibiotik saja lebih dari 33%.7

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan kasus ini dapat diambil kesimpulan bahwa, abses ginjal adalah penyakit
yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai akibat dari masalah umum
seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral dalam kasus ini terutama
disebabkan karena batu saluran kemih. Gejala yang dimunculkan bervariasi tiap individu.
Pasien dapat mengeluh nyeri pinggang, demam, disertai menggigil, teraba massa
dipinggang, keluhan miksi jika focus infeksinya berasal dari saluran kemih, anoreksia,
malas, dan lemah namun adakalanya tidak semua gejala dapat muncul di setiap pasien.
Faktor predisposisinya yaitu diabetes mellitus (35%), ureteric calculi (31%) dan renal
calculi (24%).
Terapi yang diberikan pada pasein yaitu terapi simptomatik dan kausatif. Untuk abses
ginjal yang terjadi, drainase merupakan pilihan yang paling tepat disamping pemberian
antibiotik secara intravena. Pengobatan medis harus memperhatikan hemodinamik pasien
yang stabil dengan abses (<3 cm). Pasien dengan tanda-tanda ketidakstabilan
hemodinamik karena sepsis atau dengan abses ginjal (3 cm) harus menjalani drainase
perkutan atau pembedahan untuk manajemen abses. Selain itu, terapi medis saja dalam
pengobatan abses tidak dapat dilakukan, karena risiko kematian terkait dengan abses yang
diobati dengan antibiotik saja lebih dari 33%.
Untuk pemberian terapi yang lebih efektif sebaiknya dilakukan pemeriksaan kultur
terhadap pasien sehingga antibiotik yang diberikan dapat tepat sasaran dan mengurangi
terjadinya resistensi.

Anda mungkin juga menyukai