Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Angka Kematian Bayi


IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu
wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial dan ekonomi di
wilayah tersebut. Dan kebijakan pemerintah untuk menekan tingkat kematian
bayi di Indonesia sangat berperan untuk meningkatkan angka harapan hidup
bayi.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi.Secara garis besar,dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
(2) macam yaitu :
1

Endogen

Eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian Neonatal
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa oleh anak sejak lahir,
yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama satu

bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka Kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah
kematian bayi dibawah satu (1) tahun pada setiap 1.000 kelahiran
hidup.Angka

ini

merupakan

indikator

yang

sensitif

terhadap

ketersediaan,pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan Perinatal


disamping juga merupakan indikator terbaik untuk melalui pembangunan
sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Tujuannya: untuk dapat
mengetahui berapa jumlah bayi yang mati di rumah sakit tersebut,atau dapat
menentukan berapa % kah bayi yang telah mati pada tahun tersebut.
Secara matematis Angka Kematian Bayi dirumuskan:

Beberapa faktor penyebab kematian bayi adalah:


Faktor ibu (umur, paritas, dan interval kelahiran)
Lingkungan (kondisi udara, air, makanan, serangga yang menyebabkan
penyakit)
Adanya faktor politik (perang, bom)
Sistem kekebalan tubuh yang lemah

222

Penelitian tingkat mortalitas di beberapa wilayah sangat penting dilakukan


untuk mengetahui beberapa tempat yang dirasa sangat perlu akan fasilitas
kesehatan.
Manfaat penelitian tingkat mortalitas suatu daerah:
;

Mengetahui penyebab neonatal, pos neonatal, bayi dan anak

Mengevaluasi berbagai program yang dijalankan untuk mengurangi


tingkat mortalitas

Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan merumuskan suatu program


untuk menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi.

Variasi dalam sosial ekonomi (seperti pendapatan dan pendidikan), demografi


dan fasilitas kesehatan juga berpengaruh pada perbedaan tingkat mortalitas.
Lebih jauh lagi di dalam setiap daerah, tingkat mortalitas ini bervariasi antara
pedesaan dan perkotaan.Beberapa usaha dalam menekan tingkat kematian
bayi:
;

Memberikan imunisasi pada bayi

Menyediakan lebih banyak fasilitas kesehatan (RS bersalin, puskesmas,


dll)

Menyediakan asupan gizi yang cukup pada bayi.

Pada dasarnya penyebab utama kematian ibu dan neonatal adalah sama, yaitu
akses perawatan yang kurang baik serta status sosial ibu yang rendah. Bayi
meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat di sebabkan karena ibunya
meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas kepada

333

seluruh keluarga dan dampaknya melambung melampui generasi. Yang paling


terasa dan cepat dari komplikasi yang menyebabakn kematian dan disabilitas
pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan. Dari kerangka konsep menurut
Lawn, penyebab yang mendasari kematian (underlying cause) neonatal yang
berhubungan dengan masyarakat dan system pemeliharan kesehatan adalah
kesehatan ibu selama kehamilan dan perawatan ketika hamil, besalin, dan
postpartum yang tidak adekuat.

Selain peran kesehatan ibu ketika hamil, perawatan yang tidak adekuat dan
tidak tepat selama hamil, bersalin, dan beberapa jam setelah melahirkan juga
mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya kematian bayi baru lahir. Untuk
menurunkan angka kematian neonatal, kunci utama terletak pada kualitas
perawatan neonatal emergensi.

Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian neonatal, seperti
status social-ekonomi ibu yang rendah, status gizi ibu dan fertilitas yang
tinggi. Data menunjukan bahwa ada korelasi antara tingkat tingkat pendidikan
ibu dan angka kematian bayi. Agama, budaya, pengalaman yang lalu dan
pendidikan mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut mewarnai dengan kuat
kepercayaan masyarakat, pengertian dan penerimaan terhadap pengobatan
tradisional dan modern.

444

Kontribusi factor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang


berkualitas bagi bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian
neonatal. keterlambatan tersebut adalah ssb;
1

Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah.

Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.

Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan


transportasi dan sumber daya.

Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas


kesehatan.

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang


diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 2
kali,selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan

kesehatan neonatus meliputi :


1

.Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 1 7 hari


setelah lahir..

Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8


sampai dengan harike 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus


terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus.

555

Resiko

terbesar

kematian

neonatus

terjadi

pada

24

jam

pertama

kehidupan,minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika


bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Salah satu penyebab tersering
kematian bayi ialah asfiksia, BBLR, IUFD, dan lainnya.

1; Asfiksia Neonatorum
a; definisi

Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).
Keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderitaa asfiksia ini merupakan
fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,1971). Penilaian statistik
dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa
keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi
baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang
mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi

Haupt(1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada


bayi

sebagai

akibat

hipoksia

sangat

tinggi.

Asidosis,gangguan

kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia


merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi

666

sindrom

gangguan

pernafasan

pada

hari-hari

pertama

setelah

lahir(james,1959). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh


Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada
jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonatorum dapat dibagi dalam :


a

"Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan
tidak memerkikan istimewa.

"Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada


pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada

Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan'


frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1;

Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu


lahir lengkap.

2;

Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

b; etiologi

777

Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan


perlukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini
dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
Hampir sebagian besair asfiksia bayi baru lahir merupakann kelanjutan
asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan.
memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup
yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1; Faktor Ibu
a; Hipoksia

ibu

Terjadi

karena

hipoventilasi

akibat

pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini


akan menimbulkan hipoksia janin.
b; Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan
pada :

Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,


hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.

Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.

Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2; Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan

888

mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan


plasenta dan lain-lain.
3; Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lainlain.
4; Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
1

Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan


pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi
pusat pernafasan janin.

Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah


intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya
hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.

c; patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi

999

(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang


kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primarg gasping yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai
dengan

penurunan

frekuensi

jantung

selanjutnya

bayi

akan

memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh


pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat
pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris
respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam

101010

jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik


akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus
yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh
lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi selanjutnya.

d; Manifestasi klinis

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan


tanda:

DJJ lebih dari 100x/mnt/kurang dari l00x/menit tidak teratur

Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

Apnea

Pucat '

sianosis

penurunan terhadap stimulus.

e; Penatalaksanaan Klinis

1; Tindakan Umum

111111

Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah


agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari
saluran nafas ayang lebih dalam.

Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik


bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul
kedua telapak kaki menekan tanda achiles.

Mempertahankan suhu tubuh.

2; Tindakan khusus
;

Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui
pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang
telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan
tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul
lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 100 x/menit.

Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok
(Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi
maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung,
buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atasbawah secara teratur 20x/menit

Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi

121212

f;

Pemeriksaan Diagnostik
;

Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar


PaO2, PH

Pemeriksaan fungsi paru

Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler

Gambaran patologi

2. BBLR
Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan
utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian
neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam jangka panjang.
Penelitian epidemiologi dan mikrobiologi-imunologi akhir-akhir ini telah
mengatakan bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk
terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR. Mekanismenya mencakup
perpindahan patogen periodontal ke jaringan plasenta serta aksi dari
lipopolisakarida dan mediator inflamasi.

Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World


Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir
dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran
prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam
moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat
prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur. Usia

131313

kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir.
Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok. Prematuritas murni.
Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa
kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
badan 1800-2000 gram.

Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan berat
badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah
sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.

Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir
kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW)
adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low Birth
Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram. Kelahiran
bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR adalah
kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum
37 minggu usia kehamilan.

141414

Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur BBLR.


Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir
rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman
terbatas mengenai penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut.
Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor
risiko melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi
prematur BBLR belum berkurang secara signifikan selama dekade
terakhir. Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui
penyebabnya, namun faktor risiko utama yang dikaitkan dengan prematur
BBLR adalah:

1. Faktor Demografik
Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama
beberapa tahun. Wanita berkulit hitam mengalami rasio kelahiran prematur
dua kali lebih banyak dari wanita berkulit putih dan dihitung untuk hampir
sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil yang
kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi
yang rendah.

2. Faktor Tingkah Laku


Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi
prematur BBLR. Perokok dan penyalahgunaan obat-obatan berperan

151515

penting dan kemungkinan menghasilkan vasokontriksi dari uteroplasenta


yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-tiba. Perawatan prenatal
yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.1,6,8

3. Kondisi Medis Kehamilan


Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau
komplikasi perinatal menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi
untuk kelahiran prematur. Faktanya, kelahiran prematur pada anak pertama
merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur berikutnya.
Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma,
perdarahan vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan
chorioamnionitis. Penyakit kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi
saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan diabetes juga merupakan
faktor risiko.

4. Faktor Janin
Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH
yaitu

toxoplasmosis,

rubella,

and

cytomegalovirus),dan

anomali

kromosom dan kongenital merupakan faktor risiko.

5. Polusi Udara

161616

Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan


nitrat dioksida, telah dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan
risiko kelahiran prematur dalam dosis tertentu.

6. Infeksi
Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko
umum dari kelahiran prematur. Bakteri vaginosis dapat meningkatkan
faktor risiko kelahiran sangat prematur sebanyak dua kali lipat, dan infeksi
intraurin berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Infeksi yang
terlokalisasi pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah
satunya infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat
untuk kelahiran prematur.

3; IUFD
a. Pengertian
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang
dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998). IUFD adalah kematian hasil
konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa
memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)

b. Etiologi dan Faktor Predisposisi

171717

Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin
dapat disebabkan oleh factor maternal, fetal, atau kelainan patologik
plasenta.

Factor maternal antara lain:


Post term (>42 minggu), dibetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus
eritematosus,

infeksi,

hipertensi,

preeklmpsia,

eklampsia,

hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri,


antifosfolipid sundrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.

Factor fetal antara lain


Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan congenital, kelainan
genetic, infeksi.

Factor plasental antara lain:


Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.
Sedangkan factor resiko terjadinya kematian intra unterin meningkat pada
usia ibu > 40 tahun, ibu infertile, kemokonsntrsi ibu, riwayat bayi dengan
berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma ).

Untuk penyebab pasti penyebab kemtian sebaiknya dilakukan otopsi


janian dan pemeriksaan plasenta dan selaput. Diperlukan evaluasi secara
komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisi
kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan
selanjutnya. Sedangkan menurut buku Ilmu Kesehatan Reproduksi
Obstetri Patologi FK Unpad yang menjadi penyebab kematian janin adalah
sebagai berikut:

181818

Lues, diabetes, nferitis kronis dan gestosis

Penyakit infeksi akut dan intoksikasi

Kelianan bawaan yang berat

Eritroblastosis fetalis.

c; Patologi dan patofisiologi

Apabila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah


perubahan- perubahan sebagai berikut :
1;

Rigor mostis (tegang mati)


Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2;

Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi
kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah
mati.

3;

Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah
coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.

4;

Stadium maserasi III


Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat
lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat
oedem dibawah kulit.
(Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2003)

Diagnosis
Anamnesa/keluhan
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin

191919

b. Perut tidak bertambah besar


Inspeksi
Tidak tampak gerakan janin
Palpasi
a

TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan

Tidak teraba gerakan janin

Krepitasi pada tulang kepala janin

Auskultasi
DJJ (-)
Radiologi.
Pemeriksaan radiologi bila dilakukan 5 hari setelah kematian
janin, akan tampak gambaran sebagai berikut:
a

Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain

Tulang belakang mengalami hiperfleksi

Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah

Edema disekitar tulang kepala.

Pemeriksaan USG
USG merupakan sarana penunjang diagnostic yang baik untuk
memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan:
a

Gerak anak tidak ada

Denyut jantung anak tidak ada

Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin

Pemeriksaan hCG urin menjadi negative. Hasil ini terjadi beberapa


hari setelah kematian janin . (Saifudin, 2009).

202020

Komplikasi
1;

Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian


janin dan persalinan cukup lama. Walaupun sebagian besar wanita
hamil akan bersalin secara spontan, namun stres psikologis yang
timbul setelah mengetahui bahwa ibu mengandung janin yang
sudah mati. (cunningham, 1993)

2;

Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

3;

Dapat terjadi koagulapati bila kematian janin berlangsung lebih


dari 2 minggu (saifudin, 2009).

Penanganan
Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami ketakutan
memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan
berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu
dalam menerima segala kemungkinan yang ada.

Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter


spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen.
Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk
menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis terjadinya kematian in
utero.

B. Kesehatan Ibu dan Anak

212121

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan
fungsi reproduksi

yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup,

perkembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (balita), dan
anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang.

Pelayanan KIA di Puskesmas terdiri dari:


-

Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas.


Pelayanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif/ penanganan
kedaruratan kebidanan yang meliputi pelayanan pemeliharaan ibu hamil,
pertolongan persalinan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi baru
lahir, Keluarga Berencana, ibu sedang menyusui, serta calon ibu di
wilayah kerja.

Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah


Pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
meliputi pemeliharaan kesehatan anak dalam kandungan, pelayanan
kesehatan neonatal, pemeriksaan bayi, manajemen terpadu balita sakit,
serta deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita dan anak pra
sekolah di wilayah kerja.

Tujuan Umum

222222

Terciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi penuh pengguna jasa dan


keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan
yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat
yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, dengan asuhan antenatal
yang adekuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik.

Tujuan Khusus
a; Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIA kepada ibu hamil
termasuk KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan
pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir.
b; Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan
kebutuhan.
c; Memantau cakupan pelayanan kebidanan dasar dan penanganan
kedaruratan kebidanan neonatal
d; Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya KIA.
e; Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir
yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat,
menyusui dini dan eksklusif, mencegah infeksi serta tata laksana neonatal
sakit.
f; Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolahyang meliputi perawatan bayi baru lahir,pemeriksaan kesehatan
rutin, pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi.

232323

g; Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh


kembang pada seluruh balita dan anak pra sekolahyang meliputi
perkembangan motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta
sosialisasi dan kemandirian anak.
h; Melaksanakan manajemen terpadu balita sakit yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutan.
i; Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan.

Sasaran
Sasaran pelayanan KIA adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan
keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas serta yang
berkunjung ke Puskesmas.

Mitra Pelayanan KIA di Puskesmas


a; Petugas Medis dan Paramedis
b; Kader kesehatan dan kader dasawisma
c; Lintas sektor terkait misalnya Pemda, Sekolah, dll
d; Sarana pelayanan kesehatan misalnya Polindes, RS Bersalin, Rumah Sakit,
dll
e; Tokoh masyarakat misalnya tokoh agama, tokoh pemuda, dll
f; Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Kegiatan
Pelayanan KIA meliputi penyelenggaraan:

242424

a; Pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA di wilayah kerja Puskesmas


b; Pelayanan antenatal
c; Persalinan/ pendampingan persalinan
d; Pelayanan masa nifas pasca persalinan dan bayi baru lahir
e; Pelayanan ibu menyusui
f; Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
g; Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang bayi
h; Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak balita
i; Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra
sekolah di taman kanak- kanak.

Posyandu

Posyandu adalah program puskesmas yang berhubungan dengan program KIA.


Posyandu dilaksanakan setiap bulan sekali dengan beberapa kegiatan rutin
Posyandu antara lain menyangkut KIA melalui Imunisasi, KB, Pemeriksaan
Ibu hamil, promosi kesehatan. Posyandu memiliki kader-kader yang
melakukan pendataan, pencatatan dan promosi tentang kegiatan Posyandu
sehingga masyarakat ikut serta dalam kegiatan Posyandu.

Dalam program KIA para kader berperan serta dalam pendataan ibu hamil di
wilayah kerjanya sehingga Puskesmas mendapatkan sasaran yang tepat untuk
pencapaian target pelayanan kesehatan. Melalui para kader promosi kesehatan
dapat dilakukan sehingga masyarakat (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui).

252525

Para kader merupakan masyarakat yang dengan sukarela membantu


terlaksananya posyandu dibawah bimbingan Puskesmas dalam hal ini adalah
petugas Posyandu. Hasil pencatatan sasaran ibu hamil para kader menjadi
sumber data bagi petugas KIA untuk melakukan pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil yang sesuai dengan target jumlah ibu hamil. Sehingga petugas KIA
dapat melakukan tindak lanjut apabila target yang didapatkan tidak sesuai
dengan jumlah sasaran dari ibu hamil di wilayah kerjanya.

Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS-KIA)

Pemantauan wilayah setempat KIA (PWS-Kia) adalah alat manajemen program


KIA

untuk

memantau

cakupan

pelayanan

KIA

di

suatu

wilayah

(Puskesmas/Kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak


lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIAnya
masih rendah.

Tujuan PWS KIA adalah meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap
desa secara terus-menerus.
1; Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara
teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap desa.
2; Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian
sebenarnya untuk tiap desa.

262626

3; Menentukan urutan desa prioritas yang akan di tangani secara intensif


berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4; Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang dapat digali.
5; Membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumberdaya.

Batasan dan Indikator Pemantauan


A; Batasan
Pelayanan Antenatal : Pelayanan oleh tenaga kesehatan profesional untuk ibu
selama kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan.
1; Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Beresiko : Menentukan ibu hamil
yang beresiko oleh kader, tenaga kesehatan, dukun bayi.
2; Kunjungan ibu hamil : kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk
pelayanan kesehatan ANC sesuai standar.
3; Kunjungan baru ibu hamil (K1) : Kunjungan ibu hamil pertama sekali
pada masa kehamilan.
4; Kunjungan ulang : Kontak ibu hamil yang kedua dan seterusnya untuk
ANC selama satu periode kehamilan berlangsung.
5; K4 : Kontak ibu hamil ke-empat atau lebih untuk ANC sesuai standar (1 x
triwulan pertama, 1 x triwulan kedua, minimal 2 x triwulan ketiga)
6; Kunjungan neonatal : Kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2
x untuk mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal, dengan ketentuan

272727

kunjungan 1 x sejak 6 hari- 7 hari setelah lahir, kunjungan ke-2 hari ke-8
sampai hari ke-28.
7; Cakupan akses : Presentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu
tertentu yang pernah mendapat ANC sesuai standar minimal 1 x selama
masa kehamilan.
8; Cakupan Bumil : Presentasi ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu yang mendapatkan ANC sesuai standar paling sedikit 4 x (1 x
triwulan ke-1, 1 x triwulan ke-2, 2 x triwulan ke-3)
9; Sasaran ibu hamil : Jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam satu
tahun
10; Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : Presentase ibu
bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong tenaga
kesehatan.
11; Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko yang ditemukan kader/dukun
bayi dalam waktu tertentu.
12; Cakupan bumil beresiko oleh tenaga kesehatan : Presentase ibu hamil
beresiko yang ditemukan oleh tenaga kesehatan, kader/dukun bayi yang
dirujuk ke tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
13; Ibu hamil beresiko : Ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko
tinggi kecuali ibu hamil normal.Cakupan kunjungan neonatal : Presentase
Neonatal (bayi umur kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan
kesehatan minimal 2 x dari tenaga kesehatan (1 x hari 1-7 dan 1 x hari 828)

282828

14; Indikator Pemantauan

1. Akses Pelayanan Antenatal (K1)


Jumlah Kunjungan baru (K1) bumil x 100 %
Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun

2. Cakupan Ibu hamil (K4)


Jumlah Kunjungan bumil K4 x 100 %
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan x 100 %
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun

4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat


Jumlah bumil beresiko di rujuk kader/dukun bayi ke tenaga kesehatanx 100
%
Jumlah seluruh sasaran bumil dalam 1 tahun

5; Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan


Jmlh bumil beresiko di temukan tenaga kesehatan dan anak yang dirujuk
x100 %
Jumlah seluruh sasaran bumil dalam 1 tahun

292929

6; Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan


Jmlh bumil beresiko di temukan tenaga kesehatan dan anak yang dirujuk x
100 %
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun

Jumlah sasaran bayi : 2.7% x jumlah penduduk

303030

Anda mungkin juga menyukai