Anda di halaman 1dari 11

Pengolahan Bijih Emas

Posted by sangminer on 26 Oktober 2011


Sebelum Membahas lebih lanjut tentang Pengolahan emas, terlebih dahulu kita mengerti tentang
pengolahan bahan galian sebagai berikut
Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah
suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian
untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses
pengolahan itu disebut pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal
preparation).
Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau
bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pada saat ini umumnya endapan bahan galian
yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang
tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu
menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai
memenuhi
kriteria
pemasaran
atau
peleburan.
Tujuan
Pengolahan
Bahan
Galian
Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah :
1.
Mengurangi
ongkos
angkut.
2. Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta mengurangi metal yang
hilang
bersama
slag.
3. Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase yang dileburkan lebih
sedikit.
4. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral
berharga relative tinggi, sehingga lebih memudahkan umtuk diambil metalnya.
5. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan
dapat
diambil
yang
lain
sebagai
by
produck.
Ruang
Lingkup
Makalah ini akan membahas tentang logam emas sebagai bahan galian yang tak terbarukan, serta
menekankan pada pengolahan bahan galian emas.
setelah membahas mengenai pengolahan bahan galian, maka kita masuk pada Pengetahuan
tentang mineralogy emas yang sangat diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan emas.
Keberhasilan atau kegagalan penerpan suatu teknologi pengolahan dapat dimengerti atau
dijelaskan oleh kondisi mineralogy batuan (bijih) emas yang sedang dikerjakan. Mineralogy dari
batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum menentukan teknologi pengolahan
yang
akan
diterapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah:
1.
Mineral-mineral
pembawa
emas
2.
Ukuran
butiran
mineral
emas
3.
Mineral-mineral
induk
4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk

Mineral-mineral
pembawa
emas
Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam. Mineral emas yang
menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-mineral
pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa emas antara lain:
Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas
iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit
(Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2,
monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4,
kostovit (AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit
(AuSb2),
fisceserit
(Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak yang
bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh
karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda sampai keperak-perakan
sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai
15,6 bergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya
sebesr
9%
dan
bila
beat
jenisnya
16,9
kandungan
peraknya
13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas 18%. Dengan
kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi dari kuning pucat sampai
warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila
kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila
perbandingannya
21/2:1
berarti
kandungan
peraknya
18%.
Mineral
induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada sulfida,
yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi denagn sulfida.
Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk em,as. Emas ditemukan dalam pirit
sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar
emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan
kalkopirit. Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi
(magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan
krikil
(endapan
plaser).
Ukuran
butiran
mineral
emas
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau elektrum) berkisar dari
butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai partikel-partikel berukuran fraksi
(bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya
sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butran
yang
halus.
Berikut
mineral
induk
Emas
berupa
sulfida
pirit (FeS2), arsenopirit (FeAsS), kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit
(FeS2),
Glen
(PbS),
Sfalerit
(ZnS),
armonit
(Sb2S3)
Asosiasi
mineral
Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih. Pertama,
emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara butiran-butiran mineral
yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau dibatasi antara dua butiran
mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran dua mineral
yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral

kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk
(misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).
Sifat
Fisik
Emas
(Au)
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara
2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang
berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah
kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.
Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas
dikatagorikan
menjadi
dua
yaitu
endapan
primer
dan
endapan
plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua.
http://ovan-indra.blogspot.com/2009/10/emas.html (diakses 23 Oktober 2011 )
PENGOLAHAN BIJIH EMAS
Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian dilanjutkan dengan proses
yang di sebut Metalurgy.
KOMINUSI
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung emas
dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas dari mineral-mineral lain yang
terkandung
dalam
batuan
induk.
Tujuan
liberasi
bijih
ini
antara
lain
agar
:
Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk

Kegiatan
konsentrasi
dilakukan
tanpa
kehilangan
emas
berlebihan

Meningkatkan
kemampuan
ekstraksi
emas
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada
bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan induk yang
kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih untuk
mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung
pada ukuran mineral emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan diolah, dengan
menggunakan :

Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 110 0C, biasanya sekitar 10
jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada batuan oksidis.

Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan
melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)

Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai ukuran


slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#, misalnya
dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.

Seteleah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang selanjutnya di olah
di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses metallurgy ada banyak metode yang di
gunakan namun dalam pengolahan emas kali ini menitik beratkan pada metode Sianida dan
amalgamasi
Proses
pemisahan
Emas
dari
konsentrat
Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, Konsentrat ini wujudnya
seperti pasir.
Proses
ini
memakai
3
jenis
furnace.
(1)
Smelting
Furnace,
(2)
Slag
cleaning
Furnace,
(3) Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (diesbut anoda furnace) lalu dicetak
bentuknya
batangan
anoda
Cu.
Proses
pertama
:
(1) Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah
ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan kompresor diatur
oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi
FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2)
(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena Sulfur masih
banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari proses (1). disini pakai Electric
arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas
sambil terus dipanaskan, disini metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk
menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur (CaCO3),
tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk menjaga komposisi slag (biar
tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).
Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan lagi matte). lalu
dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu elektrowining untuk tahap
selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses pemurnian untuk dioksidasikan S sampai
light. Setelah dicetak jadi anoda, Cu anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag,
Pt, Co, Ni) masih ada dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan
CuSulfat + Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan dengan

perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu memakai voltase DC
yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan lalu akan
menempel di katoda (puritynya bisa mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam
yang lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya
membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut menempel di katoda (karena tidak
larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi,
borax biasanya untuk ikat pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan
dipisahkan antara pengotor dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.
Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana tegangannya diatur
untuk memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur lagi untuk mendapatkan purity
sampai
Au
Proses Pengolahan Emas dengan Sianida

99.99

%.

Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-Forrest) adalah
teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah dengan mengubah emas ke
kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan untuk
ekstraksi emas. Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga,
seng dan perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa
sianida yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida.
Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan penggunaannya
dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam larutan
mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida. Melalui karya Bagration
(1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan
dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih
emas sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh
John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun
1896 Bodlnder dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh MacArthur,
dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk sebagai perantara.
Reaksi kimia untuk pelepasan emas, Persamaan Elsner, berikut:
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH
Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan dengan
transfer proton (H +) dari air.
(http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html)
2011
Berikut
Cara Kerja

cara

kerja

pengolahan

Emas

(diakses

dengan

23

Oktober
)

Sianida

1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga menjadi
tepung (mesh + 200).
2.

Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari bahan).

3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 10,5 dan kemudian tambahkan
Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 11) dengan (T = 85C).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t=
48h), kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m),
kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80C 90C).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 20m) pada (T = 90C 100C).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110C 120C).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110C
120C) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)
Proses
Pemurnian
Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

(Dari

Bullion)

1.
Metode
Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian tambahkan
garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3
selanjutnya saring aja dan dibakar.
2.
Metode
Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan

masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut,
maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga
(menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar),
lalu tinggal bakar aja masing masing, jadi deh logam murni.
(http://knol.google.com/k)
Proses Perendaman

(diakses

24

oktober

Ada
pula
proses
pengolahan
emas
dengan
perendaman,
BAHAN
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
Formula
1.
NaCn
2.
H2O2
3.
Kostik
Soda/
4.
Ag
5.
Epox
6.
Lead
Acetate
=
7.
Zinc
dass/
8. H2O (air) = 20.000 liter
(http://knol.google.com/k)
Perendaman di Bak Kimia

=
=
Soda
NO3
Cl
0.25
zinc

Api
liter

(cair)/
koil

(diakses

berikut

40
5
=
=100

24

2011)

5
1

1
=

ons
15

oktober

caranya:

Kimia
kg
liter
kg
gram
liter
(serbuk)
kg
2011)

1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7


2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12
3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH 11-12
Percobaan di Bak Lumpur
1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke
dalam bak.
2.

Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke Bak II
untuk merendam lumpur ore selama 48 jam.

3.

Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24 jam,
dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda
secukupnya.

4.

Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan melalui
Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/
menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air kaya

5.

Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir
selama 5 10 hari

6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam
wadah untuk diperas dengan kain famatex
7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml
H2SO4 dan 3 liter air panas
8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion
(http://tambangemasindonesia.com/) (diakses 24 Oktober 2011 )
Teknologi Amalgamasi
Mekanisme Amalgamasi
Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila terjadi kontak
antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks membasahi dan menenbus
logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses yang
terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak,
tembaga, timah, cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam
emas, yang mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut
ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa bertambah dengan
naiknya temperature. Paad temperature kamar kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14%
Au, sedangkan pada temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas
selanjutnya disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain
terutama perak dan tembaga.
Ukuran Butiran
Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat dalam amalgasi,
sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari yang kasa (bijih emas yang kaya)
sampai yang halus (bijih emas yang miskn). Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah
atau digerus sampai diperoleh butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk).
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari 0,074
mmyang dapat diolah dengan teknik amalgamasi.
Gangguan Amalgamasi
Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi mineralogy dari bijih
yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat yang halus dan air). Kondisis yang
buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah
menjadi partikel-partikel halus, sehingga amlgamasi tidak dapat berlangsung secar baik.

Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan
mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas yang berasal dari bijih yang
teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh oksida besi. Emas kusam mengurangi
kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak bias
beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi
dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).
Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang untuk
menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat menghambat
amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-ion timbaldan tembaga dapat
menolong untuk mengurangi gangguan ini. Penambahan bahan alkali yang kuat dapat
mengurangi gangguan ini.
Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat amalgamasi.
Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi. Keberadaannya dalam pulp harus
duhindari dengan penambahan kapur yang sedikit.
Penggerusan
Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume) media penggerus,
kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp, dan lamanya penggerusan.
Volume media penggerus dapat diatur sehingga media penggers mengisi barel/gelundung sedikit
diats setengah isi barel/gelundung. Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media
penggerus tidak bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi sewaktu
berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.
Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini seharusnya
memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang. Permukaan bergelombang
ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media penggerus sewaktu barel berputar dan untuk
mencegah selip diantara media penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktuwaktu dapat dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu
batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci. Bergantung pada ukuran
barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x 24 inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki
(dikaitkan dengan ukuran gelundung yang biasa digunakan dalam tahap amalgasi).
Pengikatan Emas oleh Merkuri
Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 jenis
cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan pencampuran. Dari keemapt cara atau alat
iniyang akan dibahas adalah hanya amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya,
selain telah dikenal masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan sulit
dmalgamasi, atau amat halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih uyang
menyebabkan merkuri tidak bekerja baik.

Masyarakat menggunakan bael atau gelundung baik untuk penggerusan maupun amlgamasi.
Nmun kedua kegiatan ini (penggerusan dan amlgamasi) sebaiknya dipisahkan. Dengan kata lain
dua barel atau gelundung seharusnya dimiliki, yang satu memakai liner (untuk penggerusan) dn
satu lagi tanpa iner (untuk amlgamasi)
Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan dan perbedaannya adalah
bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan merkuri ke dalam pulp) media penggerus berjumlah
1 atau 2 batang yang berdiameter 4 atau 5 inci, atau sengh lusin bola bediameter 4 atau 5 inci.
Selanjutnya kecepatan putarannya rendah dan lamanya amalgamasi berkisar antara 1 jam sampai
beberapa jam. Pulp dan media penggerus mengisi barel atu gelundung dengan kisaran dari
sepertiga sampai setengah volume barel. Jika operasi penggerusan penting, operasi amlgamasi
memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja, operasi dengan 30-50% padatan. Jumlah
merkuri yang ditambahkan bergantung pada kadar emas dalam bijih dan jumlah merkuri
ditambah apabila kadar emasnya tinggi.
Perolehan Emas
Perolehan emas denag teknologi amlgamasi relative rendah (artinya apabila dibandingkan
dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi amalgamasi (perolehan emas dan
kehilangan merkuri) dari tambang rakyat dapat dilakukan dengan penambahan baha kimia dan
pengaturan teknik (berat umpan, persentase padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi)
perolehan emas dapat mencapai 55%. Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)
Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas sebenarnya dalam batuan
(bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang digunakan yaitu metode gravimetric dan metode
dengan
alat
modern
yaitu
AAS.
(http://www.scribd.com/doc/33920112/Bahan-galian-Emas) (Diakses 23 Oktober 2011 )
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang ada pada lapisan
bumi dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang berkompetensi dalam menghasilkan
butiran emas yang dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan asesoris, lapisan logam,
filament
dan
sebagai
katalis
untuk
berbagai
reaksi
kimia.
Ekstraksi butiran emas dapat dapat dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan teknologi
sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kedua metode tersebut dapat
diandalkan untuk menghasilkan emas dalam kuantitas yang tinggi. sedangkan efek dari teknologi
pengolahan bijih emas dengan kedua metode tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang
bersifat toksik yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya.
Referensi
http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html) (diakses 23 Oktober 2011)
http://knol.google.com/k)
(diakses
24
oktober
2011)
http://ovan-indra.blogspot.com/2009/10/emas.html
(diakses
23
Oktober
2011)
http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/pengolahan-bahan-galian-mineral-processing/ (23

Oktober
http://tambangemasindonesia.com/) (diakses 24 Oktober 2011)

2011)

Anda mungkin juga menyukai