Anda di halaman 1dari 13

Benign Paroxysmal Positioning Vertigo

Samuel Wiratama - 10 2009 142


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat
Email : iamsawi@yahoo.com

Pendahuluan
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan penyebab paling umum dari vertigo.
20% dari total kasus vertigo 1, BPPV didefinisikan sebagai sensasi abnormal seperti gerakan yang
ditimbulkan oleh posisi provokatif tertentu. Posisi provokatif biasanya memicu gerakan mata (nistagmus).
Pasien merasakan vertigo hebat (sensasi berputar pada kepala atau lingkungan), pasien dapat
mrasakan gerakan seperti ke depan-belakang, atas-bawah yang biasanya pada kepala. Atau merasa lantai
dan dinding seperti tenggelam, miring, atau naik. Saat berjalan pasien dapat merasa tidak seimbang dan
miring ke sebelah. Pasien juga dapat merasakan seperti ditarik ke bawah, atau ditarik oleh magnet.
Onset BPPV biasanya mendadak. Kebanyakan pasien merasakan vertigo setelah bangun dari
posisi berbaring ke posisi duduk secara tiba tiba. Setelah itu, gejala vertigo posisional dapat berlanjut
selama beberapa hari, beberapa minggu, bahkan kadang-kadang bulan atau tahun. Pada kebanyakan
kasus, gejala dapat menghilang dengan sendirinya, tetapi dapat kembali lagi setelah sekian waktu.

Anamnesis
Pasien BPPV akan mengeluh jika kepala berubah posisi pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke
sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Terdapat jeda beberapa detik dari posisi provokasi sampai gejala muncul dan
biasanya vertigo hanya berlangsung 1 menit. Kadang-kadang disertai rasa mual dan muntah.
1

1. Pasien dapat diminta untuk melukiskan keluhannya dengan kata - katanya sendiri apa
yang dimaksudkan dengan pusing tersebut
2. Anamnesis khusus mengenai sifat vertigo :
a. Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya
Rasa gerakan palsu dari tubuh atau sekitarnya (rasa berputar, rasa terapung)
Rasa tidak enak di kepala : kepala ringan, hubungannya dengan penglihatan

dan kesadaran.
Apakah vertigonya mempunyai pola gejala tertentu sistematis atau non

sistematis, atau vertigo yang kabur


Kecenderungan untuk jatuh.
b. Intensitas timbulnya vertigo, perjalanan waktu, bagaimana mulai timbul, dan
bagaimana berakhir.
c. Pengaruh lingkungan atau siuasi :
Apakah ada posisi provokasi
Apakah didahului oleh stress
d. Apakah terdapat keluhan pada pendengaran, seperti rasa tertutup, rasa
penekanan, tinnitus, gangguan pendengaran
3. Anamnesa neurologi

Pemeriksaan Fisik
1. Provokasi
Pada saat percobaan provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon
nistagmus pada kacamata Frenzel yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik lagi bila
direkam dengan system video infra merah (VIM).
Percobaan Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan. Percobaan Dix-Hallpike kanan
pada bidang kanalis semisirkularis anterior kiri dan kanal posterior kanan dan percobaan DixHallpike kiri
pada bidang posterior kiri dan anterior kanan. 1,2,3
Untuk melakukan percobaan Dix-Hallpike kanan :

Pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan
Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 45 0 ke kanan sampai kepala pasien

menggantung 20-30 pada ujung meja pemeriksaan


Tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul.
Penilaian respon pada monitor dilakukan selama + 1 menit atau sampai respon menghilang.
Setelah tindakan pemeriksaan ini maka dapat langsung dilanjutkan dengan Canalith

Repositioning Treatment (CRT) atau disebut juga Epley maneuver bila terdapat abnormalitas. Lanjutkan
2

pemeriksaan dengan percobaan Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 ke kiri, tunggu
maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang.
Percobaan side lying juga terdiri dari 2 gerakan yaitu percobaan side lying kanan yang
menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan pada bidang
tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan percobaan side lying kiri
yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada
bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kemudian
dijatuhkan ke sisi kanan dengan kepala ditolehkan 45 ke kiri (menempatkan kepala pada posisi kanalis
anterior kiri atau kanalis posterior kanan), tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien
kembali ke posisi duduk untuk diakukan percobaan Sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi
kiri dengan kepala ditolehkan 45 ke kanan (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior
kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, + 40 detik,
kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis
nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan
dengan nistagmus.
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat
nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.

Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kanan.

Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kiri.

Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kanan.

Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kiri.
Respon abnormal diprovokasi oleh percobaan Dix-Hallpike atau side lying pada bidang yang

sesuai dengan kanal yang terlibat.


Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus sekunder
dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama. Nistagmus sekunder terjadi oleh karena
proses adaptasi sistem vertibuler sentral.

Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil
respon positif, pada umumnya pasien mendapat serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon tersebut
menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul dengan arah yang
berlawanan. Hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula.
Pada umumnya BPPV timbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian terhadap 77 pasien
BPPV. Terdapat 49 pasien (64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, 9 pasien (12%) pada kanalis
anterior, 18 pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang terlibat, serta didapatkan satu
pasien dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang percobaan Dix-Hallpike / side
lying menimbulkan nistagmus horizontal. 2
Nistagmus ini bisa terjadi karena nistagmus spontan, nistagmus posisi atau BPPV pada kanalis
horizontal. Bila timbul nistagmus horizontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan roll test.
2. Pemeriksaan pendengaran, dapatdiperiksa menggunakan garpu tala
3. Pemeriksaan darah rutin
4. Pemeriksaan neurologis rutin

Pemeriksaan Penunjang

ENG (Electro Nystagmo Graphy)


Imaging - CT scan atau MRI untuk mendeteksi adanya lesi pada SSP, seperti hemoragik, infark,
atau tumor.

Diagnosis Kerja
BPPV atau Benign Paroxysmal Posotional Vertigo dikarakteristikan dengan episode vertigo
rekuren yang berlangsung bebrapa detik dan dipresipitasi oleh perubahan posisi kepala, terutama
memanjangkan leher, membungkuk, berbaring dengan posisi telinga yang terkena di posisi bawah. Pasien
mungkin memiliki riwayat trauma atau labirinitis.
Pada kebanyakan pasien, resolusi spontan terjadi dalam bebrapa minggu sampai bulanan, dan
selama periode tersebut menghindari posisi provokatif membantu menghidari gejala. Walaupun begitu,
rekurensi gejala merupakan hal yang umum. Gejala dapat dipancing dengan tes Dix-Hallpike.

Diagnosis Banding

Vertigo Sentral

Ciri
Latensi a

Perifer (labirin atau saraf)


3 - 40s

Sentral (batang otak atau serebelum)


Tidak ada; vertigo dan nistagmus

Kelelahan
Habituasi c
Arah nistagmus

Ya
Ya
Tidak berarah, fase cepat pada arah

langsung terjadi
Tidak ada
Tidak ada
Dua arah atau satu arah

Nistagmus vertikal atau

oposisi telingan yang terganggu


Tidak pernah

Mungkin ada

berputar jelas
Fiksasi visual
Intensitas vertigo
Tinitus dan-atau gangguan

Mengurangi nistagmus dan vertigo


Parah
Mungkin ada

Tidak ada inhibisi


Sedang
Biasanya tidak ada

pendengaran
Gangguan SSP

Tidak ada

Sangat umum terjadi (mis. Diplopia,

BPPV, infeksi (labirinitis),

hiccup, cranial neuropati, disartria)


Vascular, demyenalisasi, neoplasma

Penyebab umum

Menieres, iskemi, trauma, toksin


Tabel 1. perbedaan vertigo sentral dengan vertigo perifer 3

Waktu jeda antara pencapaian posisi kepala dengan onset gejala


Menghilangnya gejala sejalannya dengan waktu pada posisi provokatif
c
Berkurangnya gejala setelah beberapa percobaan
b

Durasi
Beberapa detik
Menit - jam
Berhari - hari

Gangguan pendengaran
Tidak ada
Ada
BPPV
Fistula perilimfatik
Migrain
Meniere
Vestibular neuronitis
Labirinitis
Tabel 2. Perbandingan penyebab pada durasi dan gangguan pendengaran pada vertigo 4

Etiologi
Vertigo biasanya disebabkan oleh gangguan sistem vestibular yang berfungsi sebagai organ
sensoris yang mendeteksi sensasi sensasi mengenai keseimbangan. Ujung dari organ ini, yang terdapat
pada labirin tulang di telinga dalam, terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dan dua ruang besar (utrikulus
dan sakulus). Bagian kanal meneruskan akselerasi/ gerakan angular (rotasional), sementara itu bagian
5

utrikulus dan sakulus berfungsi untuk meneruskan akselerasi/ gerakan linier, secara berurutan, horizontal
dan vertikal. Rangsangan pada organ diteruskan ke nukleus vestibularis di batang otak melalui nervus
vestibulokoklearis (N. VIII). 3,4,5
Informasi ini diproyeksikan pada nukleus kranialis nervers III, IV, dan VI; medulla spinalis;
korteks cerebral; dan serebelum. Reflex vestibulookular (vestibuloocular reflex / VOR) berfungsi untuk
mempertahankan stabilitas visual pada pergerakan kepala dan bergantung pada proyeksi langsung dari
nukleus vestibularis ke nukleus nervus cranial ke-enam (abdusen) di pons, dan diteruskan melalui
fasikulus medial longitudinal ke nukleus nervus cranial tiga (okulomotor) dan empat (troklearis).
Hubungan ini menyebabkan nistagmus yang hampir selalu menemani disfungsi vestibular. 3,4,5
Ketidaksesuaian input dari impuls visual, impuls labirin, dan impuls propioseptor sendi dan otot
menyebabkan disorientasi dan ketidakseimbangan. 3,5

Epidemiologi 1

Di Amerika Serikat didapatkan kejadian BPPV 64 per 100.000


Distribusi seks menunjukkan kecenderungan untukperempuan (64%)
Usia merupakan salah satu predileksi BPPV (51-57.2 tahun). Pada orang di bawah 35 tahun
jarang terjadi tanpa riwayat trauma kepala.

Patofisiologi
Penyebab patologis vertigo yang paling sering adalah disfungsi vestibular, yang dapat
menyangkut labirin, nervus, atau pada bagian sentral. Vertigo seringkali timbul bersama nausea, jerk
nistagmus, ketidakseimbangan postural, dan ketidakseimbangan pada waktu berjalan. Karena vertigo
dapat meningkat pada gerakan kepala, pasien cenderung untuk tidak menggerakan kepalanya.
BPPV merupakan penyebab tersering dari vertigo (20% dari semua kasus). BPPV disebabkan
karena pelepasan otolit (kristal kalsium karbonat), yang pada keadaan normal ditemukan di utrikulus dan
sakulus ke salah satu kanalis semisirkularis. Dipengaruhi oleh gravitasi, otolit bermigrasi ke bagian
terendah dari labirin, tempat di mana statolit dapat tersapu dengan mudah ke pintu masuk kanalis
semisirkularis posterior ketika pasien berbaring telentang. Statolit yang lepas juga dapat memasuki
kanalis semisirkularis lateralis (jarang). Pelepasan otolit dapat disebabkan oleh bertambahnya umur,
infeksi telinga, berbaring untuk waktu yang lama, pembedahan telinga, dan cedera kepala. 1-6

Pergerakan dalam bidang kanalis semisirkularis yang terkena membuat kristal di dalamnya
bergerak, menimbulkan pergerakan relative endolimf (kanalolitiasis; efek piston), yang ditransmisikan ke
kupula. Impuls yang berasal dari kanalis semisirkularis yang terkena menimbulkan sensasi pergerakan
dan nistagmus pada bidang kanalis semisirkulari yang terstimulasi (stimulasi sel - sel rambut dan persepsi
adanya gerakan), yang dimulai segera setelah interval latensi yang pendek dan menghilang dalan waktu
kurang lebih 60 detik. Pengulangan pergerakan kepala yang mencetuskan vertigo menyebabkan
pengurangan respons simptomatik sementara (habituasi). 3,4,6,7

Gejala Klinik
Pasien merasakan vertigo hebat (sensasi berputar pada kepala atau lingkungan), pasien dapat
mrasakan gerakan seperti ke depan-belakang, atas-bawah yang biasanya pada kepala. Atau merasa lantai
dan dinding seperti tenggelam, miring, atau naik. Saat berjalan pasien dapat merasa tidak seimbang dan
miring ke sebelah. Pasien juga dapat merasakan seperti ditarik ke bawah, atau ditarik oleh magnet.
Onset BPPV biasanya mendadak. Kebanyakan pasien merasakan vertigo setelah bangun dari
posisi berbaring ke posisi duduk secara tiba tiba. Setelah itu, gejala vertigo posisional dapat berlanjut
selama beberapa hari, beberapa minggu, bahkan kadang-kadang bulan atau tahun. Pada kebanyakan
kasus, gejala dapat menghilang dengan sendirinya, tetapi dapat kembali lagi setelah sekian waktu.
Gejala yang dirasakan pasien mencakup spektrum yang luas. Pada pasien dengan kasus-kasus
ekstrim, sedikit gerakan kepala dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Pada pasien yang lain,
meskipun terdapat nistagmus yang kuat, tampak relatif tidak terpengaruh.
Pasien dengan BPPV biasanya tidak merasa pusing sepanjang waktu. Pusing terjadi seperti
serangan yang dipicu oleh gerakan kepala. Pada saat tidak terjadi serangan, pasien biasanya memiliki
sedikit atau tanpa gejala.
BPPV klasik dipicu oleh gerakan tiba-tiba dari posisi tegak ke posisi telentang, dan kepala
mengarah 45 ke sisi telinga yang bermasalah. Setelah itu,terdapat periode lag beberapa detik sebelum
serangan terjadi. Ketika BPPV terpicu, pasien merasa seolah-olah berputar ke arah sisi telinga yang
terkena. Gejala awal sangat hebat dan biasanya menghilang dalam waktu 20 atau 30 detik.
Jika terdapat gangguan kesadaran pada serangan, hampir selalu berarah pada kelainan lain, seperti
kejang atau pingsan.

Tatalaksana
Non-medika mentosa
Tiga macam percobaan dilakukan untuk menanggulangi BPPV yaitu Canalith Repositioning
Treatment (CRT) atau Epley maneuver, percobaan liberatory, dan latihan Brandt-Daroff.
1. Canalith Repositioning Treatment (CRT) atau Epley maneuver 1-5,7
CRT sebaiknya segera dilakukan setelah hasil percobaan Dix-Hallpike menimbulkan
respon abnormal. Pemeriksa dapat mengidentifikasi adanya kanalitiasis pada kanal anterior atau
kanal posterior dari telinga yang terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk, namun kepala
pasien dirotasikan dengan tujuan untuk mendorong kanalith keluar dari kanalis semisirkularis
menuju ke utrikulus, tempat di mana kanalith tidak lagi menimbulkan gejala. Bila kanalis
posterior kanan yang terlibat maka harus dilakukan tindakan CRT kanan.

Percobaan ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike yang menimbulkan respon


abnormal dengan cara kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2 menit

Kepala direndahkan dan diputar secara perlahan ke kiri dan dipertahankan selama
beberapa saat.

Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada
posisi menghadap ke kiri dengan sudut 450 sehingga kepala menghadap kebawah
melihat ke lantai.

Akhirnya pasien kembali ke posisi duduk, dengan kepala menghadap ke depan.

Setelah terapi ini pasien di lengkapi dengan menahan leher dan disarankan untuk
tidak menunduk, berbaring, dan membungkukkan badan selama satu hari. Pasien
harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari.

Percobaan yang sama juga dapat digunakan pada pasien dengan kanalitiasis pada kanal
anterior kanan. Pada pasien dengan kanalith pada kanal anterior kiri dan kanal posterior, CRT kiri

merupakan metode yang dapat di gunakan, yaitu dimulai dengan kepala menggantung kiri dan
membalikan tubuh ke kanan sebelum duduk.

Gejala-gejala remisi yang terjadi setelah CRT kemungkinan disebabkan oleh percobaan
itu sendiri, bukan oleh percobaan pada saat pasien duduk tegak. Kadang-kadang CRT dapat
menimbulkan komplikasi. Terkadang kanalith dapat pindah ke kanal yang lain. Komplikasi yang
lain adalah kekakuan pada leher, spasme otot akibat kepala di letakkan dalam posisi tegak selama
beberapa waktu setelah terapi. Pasien dianjurkan untuk melepas penopang leher dan melakukan
gerakan horisontal kepalanya secara periodik. Bila dirasakan adanya gangguan leher, ekstensi
kepala diperlukan pada saat terapi dilakukan. Digunakan meja pemeriksaan yang bertujuan untuk
menghindari keharusan posisi ekstensi dari leher. Pada akhirnya beberapa pasien mengalami
vertigo berat dan merasa mual sampai muntah pada saat tes provokasi dan penatalaksanaan.
Pasien harus diminta untuk duduk tenang selama beberapa saat sebelum meninggalkan klinis.

2. Percobaan liberatory juga dibuat untuk memindahkan otolit (debris/kotoran) dari kanal
semisirkularis. Tipe percobaan yang dilakukan tergantung dari jenis kanal mana yang terlibat,
apakah kanal anterior atau posterior. 2
Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, percobaan liberatory kanan perlu
dilakukan. Percobaan dimulai dengan :

Penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar
menghadap ke kiri 45.

Pasien yang duduk dengan kepala menghadap ke kiri secara cepat dibaringkan ke
sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan.

Setelah 1 menit, pasien digerakan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke
posisi side lying kiri dengan kepala menoleh 45 ke kiri.

Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan perlahan-lahan


kembali ke posisi duduk.

Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama dengan
pasien yang diterapi dengan CRT.

Bila kanal anterior kanan yang terlibat, percobaan yang dilakukan sama, namun kepala
diputar menghadap ke kanan. Bila kanal posterior kiri yang terlibat, percobaanliberatory kiri
harus dilakukan, (pertama pasien bergerak ke posisi sidelying kiri kemudian posisi side
lyingkanan dengan kepala menghadap ke kanan). Bila kanal anterior kiri yang terlibat,
percobaan liberatory kiri dilakukan dengan kepala diputar menghadap ke kiri. Angka kesembuhan 70-84% setelah terapi tunggal percobaan liberatory.
3. Latihan Brandt dan Daroff, dapat di lakukan oleh pasien di rumah tanpa bantuan terapis. Pasien
melakukan gerakan-gerakan dari duduk ke samping yang dapat mencetuskan vertigo (dengan
kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu kembali ke posisi
duduk dan tahan selama 30 detik, lalu dengan cepat berbaring ke sisi yang berlawanan (dengan
kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu secara cepat duduk
kembali. Pasien melakukan latihan secara rutin 10-20 kali, 3 kali sehari sampai vertigo hilang
paling sedikit 2 hari. 2
10

Angka remisi 98% remisi timbul akibat latihan-latihan akan melepaskan otokonia dari kupula dan
keluar dari kanalis semirkularis, di mana mereka tidak akan menimbulkan gejala. Remisi juga timbul
akibat adaptasi sistem vestibuler sentral. Lebih baik, kanalitiasis pada anterior dan posterior kanal diterapi
dengan CRT. Bila terdapat kupulolitiasis, kita dapat menggunakan percobaan liberatory. Latihan Brandt
Daroff dilakukan bila masih terdapat gejala sisa ringan. Obat-obatan dilakukan untuk menghilangkan
gejala-gejala seperti mual, muntah. Terapi pembedahan, seperti pemotongan n. vestibularis, n. Singularis,
dan penutupan kanal yang terlibat jarang dilakukan.
Modifikasi CRT digunakan untuk pasien dengan kanalitiasis pada BPPV kanalis horizontal,
permulaan pasien dibaringkan dengan posisi supinasi, telinga yang terlibat berada di sebelah bawah. Bila
kanalith pada kanalis horizontal kanan secara perlahan kepala pasien digulirkan ke kiri sampai ke posisi
hidung di atas dan posisi ini dipertahankan selama 15 detik sampai vertigo berhenti. Kemudian kepala
digulirkan kembali ke kiri sampai telinga yang sakit berada di sebelah atas. Pertahankan posisi ini selama
15 detik sampai vertigo berhenti. Lalu kepala dan badan diputar bersamaan ke kiri, hidung pasien
menghadap ke bawah, tahan selama 15 detik. Akhirnya, kepala dan badan diputar ke kiri ke posisi awal
dimana telinga yang sakit berada di sebelah bawah. Setelah 15 detik, pasien perlahan-lahan duduk,
dengan kepala agak menunduk 30. Penyangga leher dipasang dan diberi instruksi serupa dengan pasca
CRT untuk kanalis posterior dan kanalis anterior. Latihan Brandt-Daroff dapat dimodifikasi untuk
menangani pasien dengan BPPV pada kanalis horizontal karena kupulolitiasis. Pasien-pasien tersebut
diminta melakukan gerakan ke depan-belakang secara cepat pada bidang kanalis horizontal pada posisi
supinasi. Percobaan ini bertujuan untuk melepaskan otokonia dari kupula. Namun bukti menunjukan
efektifitas percobaan-percobaan terapi untuk kanalis horizontal masih dipertanyakan.
Percobaan CRT, liberatory, dan Brandt Daroff merupakan latihan yang baik untuk pasien BPPV.
CRT merupakan terapi standar di berbagai negara. CRT digunakan untuk terapi kanal posterior and
anterior akibat kanalithiasis. Percobaan Liberatory digunakan untuk kupolitiasis agar menggerakkan
otokonia. Latihan Brandt Daroff digunakan untuk pasien dengan gejala yang menetap.
Medikamentosa

Obat - obat vestibule supresan, sperti anti histamine, anti kolinergik, dan benzodiazepine dapat
digunakan untuk mengurangi gejala vertigo, tetapi tidak dapat menyembuhkan, dan hanya
menutupi penyebab vertigo sehingga jarang digunakan. 1,2,4

Komplikasi
11

Komplikasi terjadi akibat gangguan penerimaan impuls pada pasien, seperti terjatuh, serta mual
dan muntah. 1

Pencegahan
Karena salah satu faktor resiko dari BPPV adalah trauma dan infeksi, kemungkinan BPPV dapat
dihindari dengan mencegah kedua faktor resiko tersebut.

Prognosis
Prognosis baik, karena walaupun tidak diobati, BPPV cenderung dapat menghilang dengan
sendirinya secara spontan dalam waktu kurang lebih 6 minggu. Dan dengan terapi seperti maneuver
Epley, mempunyai hasil yang baik. Jika telah diobati, angka rekurensi kira - kira 10 - 25%. 1

12

Daftar Pustaka

Li J. Benign paroxysmal positional vertigo. 2010. Diunduh dari :


http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview
Fife T. Benign paroxysmal positional vertigo. Semin Neurol. 2009;29(5):500-508. Diunduh dari :
http://www.medscape.com/viewarticle/714335
Wazen J, Ghossaini S. Hearing loss and dizziness. Current diagnosis and treatment in neurology. McgrawHill 2007;6:42-45.
Daroff R, Carlson M. Dizziness, syncope, and vertigo. Harrison's neurology in clinical medicine.
Mcgraw-Hill 2006;10:123-128.
Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topik neurologi duus. ECG;2005:168-171.
Lustig L, Schindler J. Ear, nose, and throat disorders. Lange Current Medical Diagnosis and Treatment.
Mcgraw-Hill 2010;8:188-192.
Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. FKUI 2005;5:69-73.

13

Anda mungkin juga menyukai