Anda di halaman 1dari 2

FAKE GROWTH (2015: Year of Business Evolution Rapidly Changed or Eliminated)

Bortiandy Tobing
bortiandy@gmail.com
Selama lima tahun terakhir, pemerintah dan pengamat ekonomi memaparkan data pertumbuhan ekonomi
yang fantastis dan dalam beberapa kesempatan pemerintah menyatakan bahwa Indonesia telah menduduki
peringkat ke-10 di dunia dari segi pendapatan domestik bruto atau gross domestic product dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010-2012 tumbuh rata-rata di atas 6 persen. Bahkan pada
2012, ekonomi Indonesia tumbuh 6,23 persen sehingga dunia menempatkan Indonesia sebagai negara
dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di dunia setelah Tiongkok yang tumbuh 7,7 persen.
Sejak tahun lalu dan dalam tulisan maupun diskusi, saya
menyatakan ini sebagai pertumbuhan yang semu (fake
growth) karena tidak menyentuh sektor riil sebab secara
nyata tidak meningkatkan daya beli masyarakat menengahbawah. Subsidi yang tidak tepat pada sektor non-produktif
seperti subsidi BBM serta kebijakan yang tidak berpihak pada
sektor produktif (pertanian dan perikanan), telah meninabobokkan berbagai sektor, yang dampaknya baru dibukakan
oleh pemerintah pada saat ini. Salah satu sektor yang paling
mengalami pertumbuhan semu adalah sektor logistik. Dalam
5 tahun terakhir, berbagai pengamat dan pemerintah
mengatakan terjadi pertumbuhan yang baik pada sektor
logistik, hal ini terlihat dari penjualan truk dan pembangunan
warehouse yang terus meningkat. Sesungguhnya pengusaha
logistik menambah armada adalah sebagai dampak dari
kemacetan, infrastruktur yang buruk serta kebijakan dan
birokrasi/demurrage di pelabuhan. Utilitas truk yang
Gambar 1. Promo Produk Makanan dan
sebelumnya 1 hari bisa mengangkut 2 kali muatan, menjadi 1
Minuman pertengahan 2014
hari hanya mampu mengangkut 1 kali (dan terus mengalami
perlambatan waktu kirim/delivery time). Dengan kontrak
muat yang harus dipenuhi, maka pengusaha logistik harus menambah truk (membeli) untuk mengatasi
dampak ini. Demikian juga dengan pihak manufaktur dan pengusaha logistik lainnya, karena lead time
semakin panjang, maka ketersediaan produk/material ditingkatkan yang berdampak pada penambahan
gudang. Gejala yang hampir sama seperti krisis subprime mortgage di Amerika tahun 2007, namun
Indonesia belum memasuki krisis ini.
Angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini juga menjadi dasar bagi pelaku bisnis khususnya manufaktur
FMCG (Fast Moving Consumer Goods) meningkatkan produksi untuk menekan cost/unit produk yang salah
satunya disebabkan oleh kenaikan UMR. Karena data meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah
kemudian pelaku bisnis property juga melakukan pembangunan dan pengembangan usaha besar-besaran
dan mengakibatkan harga property meningkat tajam. Namun pertanyaan umum: apakah demand dan
penjualan produk FMCG meningkat secara signifikan? Khusus property: Dari property yang dibeli, apakah

70% dari yang terjual dihuni, atau hanya dijadikan asset saja (membeli masa depan) oleh pemiliknya?,
Apakah okupasi tenan di pusat-pusat perbelanjaan rata-rata terisi di atas 80%?
Kondisi perlambatan ekonomi sebenarnya sudah terlihat nyata sejak tahun 2014 yang lalu, dimana pada
pertengahan semester 1 tahun 2014, hampir seluruh pelaku bisnis FMCG melakukan program promo
(banded atau diskon) secara konsisten di berbagai modern market. Dengan masih melemahnya daya beli
masyarakat, terutama masyarakat menegah-bawah, jumlah peningkatan jumlah produksi tahun 2014 tidak
dapat diserap pasar. Di saat, hasil produksi tahun 2014 belum dapat diserap pasar, memasuki tahun 2015,
perusahaan manufaktur kembali harus merencanakan dan merealisasikan peningkatan jumlah poduksi
untuk menekan biaya produksi (cost per unit), yang juga disebabkan karena kenaikan UMR dan beberapa
faktor produksi lainnya (walau saat ini sudah terbantu dengan penurunan harga minyak mentah dunia yang
berdampak pada harga packaging material). Dari penjelasan di atas, maka bukanlah suatu kejutan berbagai
promo diskon, banded dan hadiah, yang dilakukan pengusaha sejak awal tahun 2015. Jumlah persediaan
yang cukup besar juga menyebabkan perusahaan melakukan revisi business plan, dengan mengurangi
kapasitas produksi dan juga berdampak pada sektor logistik trucking, dengan meng-garasi-kan armada truk,
dan berfikir keras untuk membayar angsuran kendaraan serta biaya operasional kantor.
Perubahan paradigma yang memutarbalikkan kenyataan harus segera dilakukan. Bukan upah buruh yang
murah, tetapi harga sembako yang tidak terkendali yang menyebabkan inflasi dan kenaikan harga. Bukan
sekolah gratis yang dibutuhkan, tetapi peningkatan kesejahteraan rakyat. Biaya pendidikan mahal, krn
penduduk tidak mampu. Dengan memperbesar program sekolah gratis, berarti mengaminkan penduduk
yang tidak mampu. Kenaikan upah buruh secara berkala setiap tahun, telah menjadikan pertumbuhan
industry yang tidak normal. Sebab kenaikan upah buruh tidak serta merta dapat menaikkan daya beli
masyarakat sehingga peningkatan kapasitas produksi yang bertujuan untuk menurunkan cost per unit tidak
tercapai. Peningkatan kapasitas produksi, adalah bom waktu terhadap akumulasi supply produksi pabrik
dari tahun ke tahun.
Tahun 2015 ini adalah tahun yang cukup kritis bagi seluruh bangsa Indonesia, dimana sesuai perjanjian
ekonomi yang ditandatangani oleh Presiden di tahun 2008, kita akan segera memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)/ASEAN Economic Community. Di saat yang cukup kritis ini, kita juga masih harus
menghadapi: kurs rupiah yang memasuki equilibrium baru, kenaikan harga minyak mentah dunia,
pertambahan jumlah penggangguran, stock produk yang masih menumpuk, meningkatnya jumlah nasabah
yang gagal bayar terutama dalam pembiayaan kendaraan, dan berbagai hal lainnya. Di tahun 2015 ini juga,
pemerintah mencanangkan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, namun dampak dari
pembangunan ini secara signifikan akan berdampak pada tahun 2016 mendatang.
Terlepas dari efek pasca pilpres yang masih belum hilang dari beberapa pihak, Pemerintah Jokowi-JK saat ini
telah melakukan langkah yang tepat dan butuh dukungan dari semua pihak. Jika pemerintah kembali
mengambil langkah-langkah populis, seperti subsidi BBM yang menjadikan harga bbm flat tidak seperti saat
ini naik turun, mengimpor beras untuk mempertahankan popularitas dari sentimen masyarakat atas
kenaikan harga pangan dan lain sebagainya, maka saya yakin dan percaya, Indonesia akan masuk krisis dan
bom waktu yang lebih dahsyat dari yang pernah ada pada 5 tahun mendatang. Mari kita melihat secara
objektif dan realistis. Negara kita sedang tidak sehat dan layaknya orang yang dalam proses penyembuhan
harus melakukan diet makanan, olah raga yang teratur untuk membakar lemak, bahkan mungkin harus
melakukan operasi dan amputasi demi memulihkan kesehatan. Berubah dengan cepat atau tersingkir 2015: Year of Business Evolution Rapidly Changed or Eliminated.
The graveyard of business with companies that failed to recognize the need to change - Anon

Anda mungkin juga menyukai