. ..ABSTRAK ....... . ..
Hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah balik yang terletak didaerah anorektal. Dari hasil
studi pendahuluan didapatkan 100% penderita hemoroid yang aktivitasnya cukup dan mengalami
konstipasi. Adapun penelitian ini adalah menganalisis hubungan aktivitas fisik dan konstipasi
dengan derajat hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Desain penelitian ini adalah analitik, dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalah
seluruh pasien hemoroid sebanyak 35 pasien. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple
random sampling, dengan variabel independen aktivitas fisik dan konstipasi, variabel dependennya
hemoroid. Sampelnya sebanyak 33 responden. Data diambil dengan menggunakan lembar
kuesioner dan lembar observasi yang selanjutnya dilakukan uji spearman dan koefisien kontingensi
dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden aktivitasnya cukup yaitu 24 (72,7%)
mengalami hemoroid derajat II sebanyak 16 (48,5%). Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS
versi 16,0 didapatkan rs= 0,421 dan p= 0,015 dimana < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan derajat hemoroid. Selanjutnya untuk
responden yang mengalami konstipasi sebanyak 22 (66,7%). Berdasarkan hasil perhitungan dengan
SPSS versi 16,0 didapatkan (c)= 0,537 dan p= 0,004 dimana < 0,05, maka Ho diterima artinya
terdapat hubungan antara konstipasi dengan derajat hemoroid.
Rujukan dari penelitian ini adalah tenaga kesehatan terutama perawat hendaknya selalu
memberikan informasi dan pendidikan tentang cara pencegahan hemoroid yaitu dengan cara
melakukan kegiatan olahraga setiap hari seperti senam, berjalan, berenang dan menganjurkan
pasien hemoroid untuk makan makanan yang berserat seperti makan sayur dan buah yang cukup
banyak, minum air putih minimal 1,5 liter per hari. Karen hal ini dapat mencegah terjadinya
hemoroid.
Kata Kunci: Aktivitas fisik, Konstipasi, Derajat hemoroid
PENDAHULUAN. .
SURYA
41
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
beban berat (Chandrasoma, 2006 : Price dan
Wilson, 2006).
Diatas umur 50 tahun, hemoroid sangat
sering terjadi. Sekitar separuh orang dewasa
berhadapan dengan yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, perdarahan dan terasa
menyakitkan. Hemoroid juga bisa terjadi
pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan
janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena
hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita,
hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan
merupakan hemoroid temporer yang berarti
akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan.
Sepuluh juta orang di indonesia
dilaporkan menderita hemoroid dengan
prevalensi lebih dari 4%, penelitian diruang
endoskopi rumah sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta pada bulan Januari 2000 sampai
Januari 2001 adalah 414 pasien yang
dilakukan kolonoskopi, ada 108 kasus
hemoroid (26,09%). Di rumah sakit yang
sama pada tahun 2005 menemukan 9%. Di
RS Bakti Wira Semarang yang berobat pada
tahun 2008 sebanyak 1575 kasus bedah, dan
252 pasien adalah kasus hemoroid (16%).
Data kasus hemoroid di URJ bedah
RSUD Dr.Soegiri Lamongan tahun 2009
tercatat jumlah pasien hemoroid sebanyak
335 pasien dan tahun 2010 tercatat jumlah
pasien hemoroid berjumlah 333 pasien. Data
bulan Januari - September 2011 jumlah
seluruh kunjungan pasien hemoroid sebanyak
304 pasien, sedangkan data bulan Mei 2011
sebanyak 37 pasien (12,17%), bulan Juni
sebanyak 38 pasien (12,5%) Juli 35 pasien
(11,51%) Agustus 35 pasien (11,51%)
September sebanyak 35 pasien (11,51%) dari
seluruh kasus yang ada. Jadi masalah dari
penelitian adalah masih banyaknya pasien
hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr.Soegiri
Lamongan.
Dari data di atas menunjukan masih
banyaknya penderita hemorid di RSUD Dr.
Soegiri. Masalah-masalah tersebut muncul
disebabkan beberapa faktor, faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya
hemoroid antara lain : Faktor aktivitas fisik,
pola makan, kebiasaan BAB, konstipasi,
SURYA
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
kendornya jaringan di bawah mukosa dan
kulit. Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat
di bawah lapisan epitel saluran anus. Sebagai
bantalan, maka ia berfungsi mengelilingi dan
menahan anatomis antara arteri rektaris
superior dengan vena rekatalis superior,
media, dan inferior. Mengandung lapisan otot
polos dibawah epitel yang membentuk masa
bantalan. Memberi informasi sensori penting
dalam membedakan benda padat, cair, atau
gas. Secara teoritis, manusia memiliki tiga
buah bantalan pada posterior kanan, anterior
kanan, dan lateral kiri. Kelainan-kelainan
bantalan
yang
terjadi
pembesaran,
penonjolan keluar, trombosis, nyeri, dan
perdarahan yang kemudian disebut atau
menjadi ciri dari hemoroid (Mohamad Fikih,
2010).
Eliminasi alvi (buang air besar)
merupakan pengeluaran veses dari anus dan
rectum, hal ini juga disebut bowel movement.
Frekuensi buang air besar pada setiap orang
sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya
feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses
kedalam kolon sigmoid dan rectum, saraf
sensori dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk buang air besar (Harnawi, 2008).
Kebiasaan buang air besar tidak teratur yang
abnormal disertai dengan pengerasan feses
yang membuat fesesnya sulit dikeluarkan dan
mengejan disebut dengan konstipasi.
Konstipasi juga tampak sebagai akibat
kebiasaan diit (konsumsi rendah terhadap
masukan serat dan kurangnya asupan cairan).
Kalau hal ini dibiarkan terlalu lama dapat
menyebabkan hemoroid (Smeltzer and Bare,
2001).
Faktor usia dianggap berpengaruh
terhadap kejadian hemoroid karena pada
keadaan usia lanjut manusia telah mengalami
penuaan pada fisiknya. Salah satu perubahan
di usia lanjut adalah menurunnya tonus
sfingter.
Keadaan
ini
menyebabkan
kelemahan struktur dinding pembuluh darah
dan yang nantinya akan menimbulkan
prolaps. Prolaps terjadi karena kendornya
jaringan didaerah mukosa kulit. Walaupun
tidak semua usia lanjut mengalami hemoroid
SURYA
43
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
HASIL .PENELITIAN
(2) Umur
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Umur di URJ Bedah RSUD Dr.
Soegiri Lamongan
Data Umum
1) Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah sakit Umum Daerah RSUD Dr.
Soegiri Lamongan terletak di jalan Kusuma
Bangsa No. 07 kecamatan Lamongan
Kabupaten Lamongan, merupakan satusatunya rumah sakit umum di Kabupaten
Lamongan. Rumah sakit ini dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang terdiri dari 5 unit
ruang rawat inap diantaranya yaitu ruang
interna, bedah, anak, noenatus, nifas, ruang
operasi, ruang bersalin. Rumah sakit ini juga
dilengkapi unit rawat jalan yang terdiri dari
poli paru, gigi, mata, kulit, anak, bedah,
hamil, interna, instalasi rehabilitasi medik,
poli umum dan dilengkapi unit rawat darurat,
unit radiologi, serta laboratorium.
Pada penelitian ini lokasi yang
digunakan oleh peneliti sebagai tempat
penelitian adalah Unit Rawat Jalan (URJ)
Bedah atau yang lebih dikenal sebagai ruang
poli bedah. Diruang poli bedah ini terdapat 4
ruang utama antara lain: satu ruang untuk
tindakan operasi kecil (minor surgery), dua
ruang untuk perawatan dan pemeriksaan, dan
satu ruang untuk kepala ruangan dan dokter.
Di ruang poli bedah ini terdiri dari 3 orang
perawat 2 orang dokter spesialis bedah dan
dokter umum.
2) Karakteristik Responden
Yang Terdiri Dari Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan, dan Pekerjaan.
(1) Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di URJ Bedah
RSUD Dr. Soegiri Lamongan
No
Jenis
Kelamin
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Jumlah
Frekuensi
25
8
33
Umur
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
20 30
31 - 40
41 - 50
51 - 60
> 60
1
7
13
9
3
Prosentasi
(%)
3,0
21,2
39,4
27,3
9,1
33
100
Jumlah
Prosentasi
(%)
75,8%
24,2%
100
No.
Jenis
Pekerjaan
1.
Petani
2.
Wiraswasta
3.
PNS
4.
Swasta
5.
Tidak
Bekerja
Jumlah
SURYA
No.
44
Frekuensi
12
12
2
5
2
Prosentasi
(%)
36,4
36,4
6,1
15,2
6,1
33
100
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan
bahwa dari 33 responden yang bekerja
sebagai Petani dan Wiraswasta yaitu 12
orang (36,4%), dan sebagian kecil responden
bekerja sebagai PNS dan Tidak Bekerja yaitu
2 orang (6,1%).
3) Derajat Hemoroid
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan
Derajat Hemoroid di URJ Bedah
RSUDr. Soegiri Lamongan
No
1
2
3
4
Total
Data Khusus
Pada bagian ini akan disajikan data
responden berdasarkan aktivitas fisik,
konstipasi dan derajat hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
33
Derajat Hemoroid
Akf
Fisik
Tinggi
Cukup
Kurang
Total
2) Tingkat Konstipasi
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan
tingkat
konstipasi
di
URJ
BedahRSUD Dr. Soegiri Lamongan
Konstipasi
Jumlah
Tidak
Konstipasi
Konstipasi
Total
10
Prosentase
(%)
30,3
23
33
69,7
100
I
%
3 60
1 4,2
0
0
4 12,1
II
2
12
2
16
rs = 0,421
%
40
50
50
48,5
III
0
10
2
12
%
0
41,7
50
36,4
Ket.
IV
%
0
0
1 4,2
0
0
1
3
5
24
4
33
p= 0,015
SURYA
4
16
12
1
33
Prosentase
(%)
12,1
48,5
36,4
3,0
100
100
No
Jumlah
Derajat
Hemoroid
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
III.
%
100
100
100
100
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
5) Tabulasi Silang Konstipasi dengan derajat
hemoroid
Tabel 9. Distribusi
Tabulasi
Silang
Konstipasi
dengan
Derajat
Hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr.
Soegiri Lamongan
Konstip
asi
Tidak
Konstipa
si
Konstipa
si
Total
Derajat Hemoroid
II
III
IV
%
3
1
30,
0
4,3
7
9
70,0
39,1
0
12
0
52,2
0
1
12,
1
16
48,5
12
36,4
(c)= 0,497
Ket.
0
4,3
10
23
100
100
3,0
33
100
p= 0,013
1. Aktivitas fisik
Dari tabel 5. dari data aktivitas fisik
menunjukkan bahwa sebagian besar (72,7%)
pasien hemoroid mempunyai aktivitas cukup.
Yang artinya bahwa aktivitas fisik yang
dilakukan pasien dengan berbatas cukup atau
sedang adalah aktif atau berlebihan, kondisi
ini memang sudah baik tetapi belum baik
karena kondisi ini masih bisa mengalami
obstipasi atau konstipasi. Aktivitas cukup
dapat dipengaruhi oleh faktor usia, yaitu
seluruh pasien hemoroid berusia 41-50 tahun.
Semakin tua umur seseorang maka semakin
lemah fisik seseorang sehingga dapat
berpengaruh pada aktivitasnya. Termasuk
tingkat energi yaitu merupakan sumber
energi untuk melakukan aktivitas, agar
seseorang dapat melakukan aktivitas dengan
baik dibutuhkan energi yang cukup. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan
SURYA
46
fungsi
alat
gerak
sejalan
dengan
perkembangan usia.
Aktifitas fisik adalah pergerakan
anggota
tubuh
yang
menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental,
serta mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Admin,
2008).
Selain usia, aktivitas juga dapat
dipengaruhi oleh proses penyakit atau cedera,
proses penyakit dapat mempengaruhi
kemampuan
mobilitas
karena
dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Jika
mobilitas kurang akan menyebabkan
konstipasi dan hal ini bisa menyebabkan
terjadinya hemoroid. Oleh sebab itu
pendidikan juga mempengaruhi agar proses
penyakit atau cidera tidak bertambah parah.
Pada penelitian ini didapatkan sebagian
besar pasien hemoroid berpendidikan terakhir
SD. Pada umumnya seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan rendah sukar untuk
melakukan komunukasi maupun menyerap
informasi dari luar termasuk informasi dari
tenaga keksehatan. Dengan demikian karena
sulitnya menerima informasi maka akibat
yang timbul adalah terjadinya ketidaktahuan
pasien mengenai manfaat aktivitas. Menurut
Notoatmodjo (2004) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingakat pendidikan seseorang,
semakin baik pula pengetahuannya.
Pekerjaan juga dapat mempengaruhi
aktivitas seseorang. Dari penelitian diatas
hampir setengah pasien hemoroid bekerja
sebagai petani dan wiraswasta. Dimana
seorang petani dan wiraswasta sering bekerja
sambil duduk dan mengangkat beban yang
berat. Semua aktivitas individu berbeda pada
setiap individu, tergantung pada kebiasaan
hidup serta kegiatan sehari-hari. Seseorang
dengan pekerjaan yang berat tentu dia akan
memiliki aktivitas yang berat pula, sebagai
contoh kuli bangunan akan mempunyai
aktivitas yang lebih untuk menjalankan
aktivitasnya. Hal ini memerlukan adaptasi
terhadap
sistem
tubuhnya
dengan
memberikan tahanan pada vena hemoroidalis
yang tinggi dan terjadi penekanan yang
berlebihan pada vena di daerah anus.
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa aktivitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya usia, proses
penyakit, pendidikan dan pekerjaan.
Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan bekerja.
(Tarwoto, Wartonah: 2004).
Dari tabel 4.6 dari data konstipasi
menunjukkan bahwa sebagian besar (69,7%)
pasien hemoroid mengalami konstipasi.
Konstipasi bisa disebabkan karena pola atau
jenis makanan yang dikonsumsi, makanan
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat
membantu proses percepatan defekasi. Selain
itu asupan cairan juga dapat mempengaruhi,
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh
membuat defekasi menjadi keras oleh karena
proses absorpsi air yang kurang sehingga
dapat mempengaruhi kesulitan proses
defekasi. Dengan demikian kebiasaan pasien
diatas masih bisa terjadi konstipasi apabila
dilakukan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan terjadinya hemoroid.
Konstipasi adalah gangguan pada pola
eliminasi akibat adanya feses kering atau
keras yang melewati usus besar, perjalanan
feses yang lama karena jumlah air yang
diabsorbsi sangat kurang menyebabkan feses
menjadi kering dan keras (Wahid, Iqbal
Mubarak, 2007)
Konstipasi termasuk kebiasaan yang
banyak diderita pada seseorang yang semakin
tua. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien hemoroid
berusia 41 - 50 tahun. Fakta diatas sesuai
kenyataan pasien tentang kemampuan proses
pengontrolan sudah mengalami penurunan
dibandingkan pada orang dewasa. Selain itu
kejadian konstipasi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: usia, diet, asupan
cairan, pengobatan, gaya hidup, penyakit,
nyeri, kerusakan sensoris dan motoris.
Hal ini dipertegas dengan teori setiap
tahap perkembangan atau usia memiliki
kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda. Pada usia lanjut proses pengontrolan
tersebut mengalami penurunan (Musrifatul
Uliyah, 2006).
Dari tabel 4.7 dari data hemoroid
menunjukkan bahwa sebagian pasien
SURYA
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
spearman rs= 0,421 dan p= 0,015 dimana p <
0,05 maka H1 diterima artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dengan derajat hemoroid di URJ Bedah
RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Yang mana,
Jika aktivitas fisik tinggi maka derajat
hemoroidnya rendah. Begitu juga sebaliknya
jika responden aktivitas fisiknya kurang
maka derajat hemoroidnya tinggi.
Aktivitas merupakan salah satu faktor
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
hemoroid. Apabila aktivitas kurang inseden
terjadinya hemoroid semakin tinggi.
Penelitian telah membuktikan bahwa
berolahraga merupakan aktivitas yang sangat
berguna bagi kesehatan. Semakin giat
berolahraga maka keuntungan yang didapat
juga semakin besar. Aktivitas dapat
mempengaruhi proses defekasi karena
mempengaruhi aktivitas tonus otot abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi, sehingga proses
pergerakan peristaltic pada daerah kolon
dapat bertambah baik, dan memudahkan
untuk membantu kelancaran proses defekasi.
Sebaliknya imobilisasi dapat menyebabkan
gangguan fungsi gastrointestinal hal ini
disebabkan
karena
imobilitas
dapat
menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga menyebabkan gangguan proses
eliminasi dan akan menyebabkan terjadinya
hemoroid ( Hidayat, A. Azis Alimul2006).
Dari pembahasan diatas peneliti
berasumsi bahwa aktivitas juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi derajat
hemoroid. Karena hemoroid dipengaruhi oleh
beberapa faktor, oleh karena itu pentingnya
peran dokter dan perawat untuk memberikan
informasi dan pengobatan mengenai faktor
yang dapat mempengaruhi hemoroid. Dan
juga perlu bagi pasien sendiri untuk
mematuhi dan menjaga pola hidup yang sehat,
melakukan aktivitas yang cukup agar
terhindar dari penyakit hemoroid.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan program SPSS versi 16,0
didapatkan hasil uji koefisien kontingensi
(c)= 0,497 dan p= 0,013 dimana < 0,05,
maka Ho diterima artinya terdapat hubungan
antara konstipasi dengan derajat hemoroid di
URJ Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
SURYA
48
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
hemoroid, antara lain faktor aktivitas
fisik, pola makan, kebiasaan bab,
konstipasi, kurang mobilisasi, pekerjaan,
anatomi, dan usia.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Sebagian besar pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan
aktivitas fisiknya cukup.
2) Sebagian besar pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan
mengalami konstipasi.
3) Sebagian besar pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan
mengalami hemoroid derajat II.
4) Terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik dengan derajat
hemoroid pada pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
5) Terdapat hubungan yang signifikan
antara konstipasi dengan derajat
hemoroid pada pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Aziz Alimul Hidayat. 2006. Kebutuhan
Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba
Medika
Aziz
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
diatas maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1) Bagi responden: Diharapkan pasien
hemoroid mampu melakukan aktivitas
fisik yang cukup serta memakan
makanan yang rendah serat untuk
mengurangi terjadinya konstipasi yang
akan menyebabkan terjadinya hemoroid.
2) Bagi institusi kesehatan: Diharapkan
hasil
penelitian
ini
dapat
mempertahankan
peran
petugas
kesehatan khususnya perawat dengan
tetap memberikan edukasi kepada pasien
khususnya pasien hemoroid. Dan
sebagai sarana pembanding bagi dunia
ilmu pengetahuan dalam memperkaya
informasi tentang kejadian hemoroid.
3) Bagi
peneliti
berikutnya:
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
studi
pendahuluan
untuk
mengembangkan penelitian lainnya
terutama dalam upaya mencegah
terjadinya hemoroid. Selain itu, perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan
memperluas variabel yang diduga juga
dapat
mempengaruhi
terjadinya
SURYA
49
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika
Nursalam. 2008. Buku Konsep dan
Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika
Puspitawati,
Herien.
2008.
Perilaku
Kenakalan Remaja. http://rudyct.com
Diakses: tanggal 20 Februari 2013
SURYA
50