Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSTIPASI

DENGAN DERAJAT HEMOROID DI URJ BEDAH


RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

Sri Hananto Ponco Nugroho


.......

. ..ABSTRAK ....... . ..

Hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah balik yang terletak didaerah anorektal. Dari hasil
studi pendahuluan didapatkan 100% penderita hemoroid yang aktivitasnya cukup dan mengalami
konstipasi. Adapun penelitian ini adalah menganalisis hubungan aktivitas fisik dan konstipasi
dengan derajat hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Desain penelitian ini adalah analitik, dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalah
seluruh pasien hemoroid sebanyak 35 pasien. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple
random sampling, dengan variabel independen aktivitas fisik dan konstipasi, variabel dependennya
hemoroid. Sampelnya sebanyak 33 responden. Data diambil dengan menggunakan lembar
kuesioner dan lembar observasi yang selanjutnya dilakukan uji spearman dan koefisien kontingensi
dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden aktivitasnya cukup yaitu 24 (72,7%)
mengalami hemoroid derajat II sebanyak 16 (48,5%). Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS
versi 16,0 didapatkan rs= 0,421 dan p= 0,015 dimana < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan derajat hemoroid. Selanjutnya untuk
responden yang mengalami konstipasi sebanyak 22 (66,7%). Berdasarkan hasil perhitungan dengan
SPSS versi 16,0 didapatkan (c)= 0,537 dan p= 0,004 dimana < 0,05, maka Ho diterima artinya
terdapat hubungan antara konstipasi dengan derajat hemoroid.
Rujukan dari penelitian ini adalah tenaga kesehatan terutama perawat hendaknya selalu
memberikan informasi dan pendidikan tentang cara pencegahan hemoroid yaitu dengan cara
melakukan kegiatan olahraga setiap hari seperti senam, berjalan, berenang dan menganjurkan
pasien hemoroid untuk makan makanan yang berserat seperti makan sayur dan buah yang cukup
banyak, minum air putih minimal 1,5 liter per hari. Karen hal ini dapat mencegah terjadinya
hemoroid.
Kata Kunci: Aktivitas fisik, Konstipasi, Derajat hemoroid
PENDAHULUAN. .

saluran pencernaan diatas anus, dimana tinja


disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh
melalui anus.
Kurang lebih 70% manusia dewasa
mempunyai wasir (Hemoroid), baik wasir
dalam, wasir luar maupun keduanya. Namun
tidak semua penderita wasir ini memerlukan
pengobatan medis, yakni mereka yang
mengeluhkan perdarahan, adanya tonjolan
dan gatal-gatal. Penyebab wasir sebenarnya
sederhana, yakni saat susah buang air besar
dipaksakan mengeluarkan kotoran. Penyebab
susah buang air besar ini karena kurang
minum, kurang makan serat, kurang olah
raga atau banyak duduk dan mengangkat

Hemoroid dikenal dimasyarakat sebagai


penyakit wasir atau ambeien merupakan
penyakit yang sering dijumpai dan telah ada
sejak zaman dahulu. Namun masih banyak
masyarakat yang belum mengerti bahkan
tidak tau mengenai gejala-gejala yang timbul
dari penyakit ini. Banyak orang awam tidak
mengerti daerah anorektal (anus dan rektum)
dan
penyakit-penyakit
umum
yang
berhubungan dengannya. Anus merupakan
lubang diujung saluran pencernaan dimana
limbah berupa tinja keluar dari dalam tubuh.
Sedangkan rektum merupakan bagian dari

SURYA

41

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
beban berat (Chandrasoma, 2006 : Price dan
Wilson, 2006).
Diatas umur 50 tahun, hemoroid sangat
sering terjadi. Sekitar separuh orang dewasa
berhadapan dengan yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, perdarahan dan terasa
menyakitkan. Hemoroid juga bisa terjadi
pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan
janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena
hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita,
hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan
merupakan hemoroid temporer yang berarti
akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan.
Sepuluh juta orang di indonesia
dilaporkan menderita hemoroid dengan
prevalensi lebih dari 4%, penelitian diruang
endoskopi rumah sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta pada bulan Januari 2000 sampai
Januari 2001 adalah 414 pasien yang
dilakukan kolonoskopi, ada 108 kasus
hemoroid (26,09%). Di rumah sakit yang
sama pada tahun 2005 menemukan 9%. Di
RS Bakti Wira Semarang yang berobat pada
tahun 2008 sebanyak 1575 kasus bedah, dan
252 pasien adalah kasus hemoroid (16%).
Data kasus hemoroid di URJ bedah
RSUD Dr.Soegiri Lamongan tahun 2009
tercatat jumlah pasien hemoroid sebanyak
335 pasien dan tahun 2010 tercatat jumlah
pasien hemoroid berjumlah 333 pasien. Data
bulan Januari - September 2011 jumlah
seluruh kunjungan pasien hemoroid sebanyak
304 pasien, sedangkan data bulan Mei 2011
sebanyak 37 pasien (12,17%), bulan Juni
sebanyak 38 pasien (12,5%) Juli 35 pasien
(11,51%) Agustus 35 pasien (11,51%)
September sebanyak 35 pasien (11,51%) dari
seluruh kasus yang ada. Jadi masalah dari
penelitian adalah masih banyaknya pasien
hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr.Soegiri
Lamongan.
Dari data di atas menunjukan masih
banyaknya penderita hemorid di RSUD Dr.
Soegiri. Masalah-masalah tersebut muncul
disebabkan beberapa faktor, faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya
hemoroid antara lain : Faktor aktivitas fisik,
pola makan, kebiasaan BAB, konstipasi,

SURYA

kurang mobilisasi, pekerjaan, anatomi, dan


usia.
Aktivitas merupakan aksi energenetik
atau kearah bergerak, semua aktivitas
individu berbeda pada setiap individu,
tergantung pada kebiasaan hidup serta
kegiatan sehari-hari. Seseorang dengan
pekerjaan yang berat tentu dia akan memiliki
aktivitas yang berat pula, sebagai contoh kuli
bangunan akan mempunyai aktivitas yang
lebih untuk menjalankan aktivitasnya. Hal ini
memerlukan adaptasi terhadap sistem
tubuhnya dengan memberikan tahanan pada
vena hemoroidalis yang tinggi dan terjadi
penekanan yang berlebihan pada vena di
daerah anus.
Konstipasi bersifat relatif, tergantung
pada konsistensi tinja, frekuensi buang air
besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada
anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari
dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan,
bukan disebut konstipasi. Konstipasi
merupakan gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekuensi buang air besar,
sensasi tidak puasnya buang air besar,
terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses
keras. Konstipasi juga berarti bahwa
perjalanan tinja melalui kolon dan rektum
mengalami penghambatan dan biasanya
disertai kesulitan defekasi. Disebut konstipasi
bila tinja yang keluar jumlahnya hanya
sedikit, keras, kering, dan gerakan usus
hanya terjadi kurang dari 3 x dalam 1 minggu
(Admin, 2007).
Pola makan merupakan suatu sistem,
cara kerja atau usaha dalam pengaturan
jumlah, jadwal dan jenis makanan yang di
konsumsi
sehari
dengan
maksud
mempertahankan kesehatan dan mencegah
atau membantu kesembuhan suatu penyakit
(Depkes RI, 2009). Apabila makan makanan
kurang serat dapat menyebabkan susah buang
air besar yang disebut konstipasi dan itu
adalah salah satu dari faktor yang
menyebabkan hemoroid.
Faktor anatomi dapat mempengaruhi
terjadinya hemoroid internal. Karena secara
anatomis pada vena hemoroidalis tidak
mempunyai klep sehingga memudahkan
terjadinya timbunan darah dalam pleksus
hemoroidalis dan prolaps terjadi karena
42

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
kendornya jaringan di bawah mukosa dan
kulit. Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat
di bawah lapisan epitel saluran anus. Sebagai
bantalan, maka ia berfungsi mengelilingi dan
menahan anatomis antara arteri rektaris
superior dengan vena rekatalis superior,
media, dan inferior. Mengandung lapisan otot
polos dibawah epitel yang membentuk masa
bantalan. Memberi informasi sensori penting
dalam membedakan benda padat, cair, atau
gas. Secara teoritis, manusia memiliki tiga
buah bantalan pada posterior kanan, anterior
kanan, dan lateral kiri. Kelainan-kelainan
bantalan
yang
terjadi
pembesaran,
penonjolan keluar, trombosis, nyeri, dan
perdarahan yang kemudian disebut atau
menjadi ciri dari hemoroid (Mohamad Fikih,
2010).
Eliminasi alvi (buang air besar)
merupakan pengeluaran veses dari anus dan
rectum, hal ini juga disebut bowel movement.
Frekuensi buang air besar pada setiap orang
sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya
feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses
kedalam kolon sigmoid dan rectum, saraf
sensori dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk buang air besar (Harnawi, 2008).
Kebiasaan buang air besar tidak teratur yang
abnormal disertai dengan pengerasan feses
yang membuat fesesnya sulit dikeluarkan dan
mengejan disebut dengan konstipasi.
Konstipasi juga tampak sebagai akibat
kebiasaan diit (konsumsi rendah terhadap
masukan serat dan kurangnya asupan cairan).
Kalau hal ini dibiarkan terlalu lama dapat
menyebabkan hemoroid (Smeltzer and Bare,
2001).
Faktor usia dianggap berpengaruh
terhadap kejadian hemoroid karena pada
keadaan usia lanjut manusia telah mengalami
penuaan pada fisiknya. Salah satu perubahan
di usia lanjut adalah menurunnya tonus
sfingter.
Keadaan
ini
menyebabkan
kelemahan struktur dinding pembuluh darah
dan yang nantinya akan menimbulkan
prolaps. Prolaps terjadi karena kendornya
jaringan didaerah mukosa kulit. Walaupun
tidak semua usia lanjut mengalami hemoroid

SURYA

tetapi faktor ini dapat menyebabkan


terjadinya hemoroid apabila faktor lain juga
menunjang (Mohamad Fikih, 2010).
Dari
faktor
diatas
semuanya
menyebabkan hemoroid. Jika seseorang telah
terdiagnosa
hemoroid
maka
perlu
diperhatikan,
karena
hemoroid
akan
mengakibatkan beberapa dampak, dan salah
satunya adalah perdarahan saat buang air
besar dan tanpa nyeri (karena pada daerah ini
tidak ada serabut nyeri), setelah itu akan
terjadi defisiensi besi. Dampak psikologis
dari penyakit ini menimbulkan rasa tidak
nyaman dan penderita merasa malu dengan
penyakit yang dideritanya (Prrice and
Wilson, 2006).
Upaya untuk mencegah hemoroid
dengan cara melakukan kegiatan olah raga
setiap hari (seperti senam, berjalan,
berenang)
dan
menganjurkan
pasien
hemoroid untuk banyak makan makanan
yang berserat (makan sayur dan buah yang
cukup banyak), dan minum air putih minimal
1,5 liter perhari. Petugas kesehatan juga
harus mengadakan penyuluhan hemoroid
kepada
masyarakat
luas.
Sehingga
pengetahuan masyarakan lebih adekuat
tentang penyakit hemoroid. Mengingat
banyaknya faktor yang mempengaruhi
tingginya angka kejadian penderita hemoroid
maka peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan aktivitas fisik dan konstipasi
dengan derajat hemoroid di URJ Bedah
RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
peneliti merumuskan pertanyaan masalah
sebagai berikut: Adakah hubungan aktivitas
fisik dengan derajat hemoroid? Adakah
hubungan
konstipasi
dengan
derajat
hemoroid?
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya hubungan aktivitas fisik
dan konstipasi dengan derajat hemoroid di
URJ Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
METODOLOGI .PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan
studi analitik dengan pendekatan cross
sectional.

43

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan

HASIL .PENELITIAN

(2) Umur
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Umur di URJ Bedah RSUD Dr.
Soegiri Lamongan

Data Umum
1) Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah sakit Umum Daerah RSUD Dr.
Soegiri Lamongan terletak di jalan Kusuma
Bangsa No. 07 kecamatan Lamongan
Kabupaten Lamongan, merupakan satusatunya rumah sakit umum di Kabupaten
Lamongan. Rumah sakit ini dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang terdiri dari 5 unit
ruang rawat inap diantaranya yaitu ruang
interna, bedah, anak, noenatus, nifas, ruang
operasi, ruang bersalin. Rumah sakit ini juga
dilengkapi unit rawat jalan yang terdiri dari
poli paru, gigi, mata, kulit, anak, bedah,
hamil, interna, instalasi rehabilitasi medik,
poli umum dan dilengkapi unit rawat darurat,
unit radiologi, serta laboratorium.
Pada penelitian ini lokasi yang
digunakan oleh peneliti sebagai tempat
penelitian adalah Unit Rawat Jalan (URJ)
Bedah atau yang lebih dikenal sebagai ruang
poli bedah. Diruang poli bedah ini terdapat 4
ruang utama antara lain: satu ruang untuk
tindakan operasi kecil (minor surgery), dua
ruang untuk perawatan dan pemeriksaan, dan
satu ruang untuk kepala ruangan dan dokter.
Di ruang poli bedah ini terdiri dari 3 orang
perawat 2 orang dokter spesialis bedah dan
dokter umum.
2) Karakteristik Responden
Yang Terdiri Dari Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan, dan Pekerjaan.
(1) Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di URJ Bedah
RSUD Dr. Soegiri Lamongan
No

Jenis
Kelamin
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Jumlah

Frekuensi
25
8
33

Umur

Frekuensi

1.
2.
3.
4.
5.

20 30
31 - 40
41 - 50
51 - 60
> 60

1
7
13
9
3

Prosentasi
(%)
3,0
21,2
39,4
27,3
9,1

33

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan


bahwa dari 33 responden sebagian besar
yaitu berusia 41 - 50 tahun yaitu 13 orang
(39,4%) dan sebagian kecil berusia 20 30
tahun yaitu 1 orang (3,0%).
(3) Pendidikan
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan di URJ Bedah RSUD
Dr. Soegiri Lamongan
No. Pendidikan Frekuensi Prosentasi
(%)
1. SD
12
36,4
2. SLTP
9
27,3
3. SLTA
5
15,2
4. PT
5
15,2
5. Tidak
2
6,1
Sekolah
33
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan
bahwa dari 33 responden sebagian besar
tingkat pendidikan responden yaitu SD
sebanyak 12 (36,4%) dan sebagian kecil
Tidak Sekolah sebanyak 2 (6,1).
(4) Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Pekerjaan
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Pekerjaan di URJ Bedah
RSUD Dr. Soegiri Lamongan

Prosentasi
(%)
75,8%
24,2%
100

No.

Jenis
Pekerjaan
1.
Petani
2.
Wiraswasta
3.
PNS
4.
Swasta
5.
Tidak
Bekerja
Jumlah

Berdasarkan Tabel : 4.1 menunjukkan


bahwa dari 33 responden sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 25
orang (75,8%) dan berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 8 orang (24,2%).

SURYA

No.

44

Frekuensi
12
12
2
5
2

Prosentasi
(%)
36,4
36,4
6,1
15,2
6,1

33

100

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan
bahwa dari 33 responden yang bekerja
sebagai Petani dan Wiraswasta yaitu 12
orang (36,4%), dan sebagian kecil responden
bekerja sebagai PNS dan Tidak Bekerja yaitu
2 orang (6,1%).

3) Derajat Hemoroid
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan
Derajat Hemoroid di URJ Bedah
RSUDr. Soegiri Lamongan
No
1
2
3
4
Total

Data Khusus
Pada bagian ini akan disajikan data
responden berdasarkan aktivitas fisik,
konstipasi dan derajat hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

33

Berdasarkan tabel 5. menunjukkan


bahwa dari 33 responden sebagian besar
pasien hemoroid aktivitasnya cukup yaitu
sebanyak 24 (72,7%), sedangkan yang
aktivitasnya kurang sebanyak 4 (12,1%).

Derajat Hemoroid
Akf
Fisik
Tinggi
Cukup
Kurang
Total

2) Tingkat Konstipasi
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan
tingkat
konstipasi
di
URJ
BedahRSUD Dr. Soegiri Lamongan
Konstipasi

Jumlah

Tidak
Konstipasi
Konstipasi
Total

10

Prosentase
(%)
30,3

23
33

69,7
100

I
%
3 60
1 4,2
0
0
4 12,1

II

2
12
2
16

rs = 0,421

%
40
50
50
48,5

III

0
10
2
12

%
0
41,7
50
36,4

Ket.

IV
%
0
0
1 4,2
0
0
1
3

5
24
4
33

p= 0,015

Berdasarkan tabel 8. menunjukkan


responden yang aktivitasnya tinggi sebagian
besar (60%) mengalami hemoroid derajat I,
sedangkan setengah (50%) dari seluruh
responden dengan aktivitas cukup mengalami
hemoroid derajat II, dan setengah (50%) dari
seluruh responden dengan aktivitas fisik yang
kurang mengalami hemoroid derajat II dan
setengahnya lagi mengalami hemoroid derajat

Berdasarkan tabel 6. menunjukkan


bahwa dari 33 responden sebagian besar dari
pasien hemoroid yang mengalami konstipasi
sebanyak 23 (69,7%), sedangkan yang tidak
mengalami konstipasi sebanyak 10 (30,3%).

SURYA

4
16
12
1
33

Prosentase
(%)
12,1
48,5
36,4
3,0
100

4) Tabulasi silang aktivitas fisik dengan


derajat hemoroid
Tabel 8. Distribusi Tabulasi Silang Aktivitas
Fisik dengan Derajat Hemoroid di
URJ Bedah RSUD Dr. Soegiri
Lamongan

100

No

Jumlah

Berdasarkan tabel 7. menunjukkan


bahwa dari 33 responden sebagian besar
mengalami hemoroid derajat II sebanyak 16
(48,5%),
sedangkan
sebagian
kecil
mengalami hemoroid derajat IV sebanyak 1
(3,0%).

1) Tingkat Aktivitas Fisik


Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan
tingkat aktivitas fisik di URJ Bedah
RSUD Dr. Soegiri Lamongan
No
Aktivitas
Jumlah
Prosentase
Fisik
(%)
1
Tinggi
5
15,2
2
Cukup
24
72,7
3
Kurang
4
12,1
Total

Derajat
Hemoroid
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV

III.

Dari hasil uji spearman menggunakan


program SPSS versi 16,0 didapatkan rs=
0,421 dan p= 0,015 dimana p < 0,05 maka
H1 diterima artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan
derajat hemoroid.
45

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

%
100
100
100
100

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
5) Tabulasi Silang Konstipasi dengan derajat
hemoroid
Tabel 9. Distribusi
Tabulasi
Silang
Konstipasi
dengan
Derajat
Hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr.
Soegiri Lamongan
Konstip
asi
Tidak
Konstipa
si
Konstipa
si
Total

Derajat Hemoroid
II
III

IV
%

3
1

30,
0
4,3

7
9

70,0
39,1

0
12

0
52,2

0
1

12,
1

16

48,5

12

36,4

(c)= 0,497

Ket.

0
4,3

10
23

100
100

3,0

33

100

p= 0,013

Berdasarkan tabel 9. menunjukkan


bahwa sebagian besar (70,0%) responden
yang tidak konstipasi mengalami hemoroid
derajat II, sedangkan sebagian besar
responden
(52,2%)
yang
konstipasi
mengalami hemoroid derajat III.
Dari hasil uji koefisien kontingensi
dengan menggunakan program SPSS versi
16,0 didapatkan (c)= 0,497 dan p= 0,013
dimana < 0,05, maka Ho diterima artinya
terdapat hubungan antara konstipasi dengan
derajat hemoroid.
PEMBAHASAN .

1. Aktivitas fisik
Dari tabel 5. dari data aktivitas fisik
menunjukkan bahwa sebagian besar (72,7%)
pasien hemoroid mempunyai aktivitas cukup.
Yang artinya bahwa aktivitas fisik yang
dilakukan pasien dengan berbatas cukup atau
sedang adalah aktif atau berlebihan, kondisi
ini memang sudah baik tetapi belum baik
karena kondisi ini masih bisa mengalami
obstipasi atau konstipasi. Aktivitas cukup
dapat dipengaruhi oleh faktor usia, yaitu
seluruh pasien hemoroid berusia 41-50 tahun.
Semakin tua umur seseorang maka semakin
lemah fisik seseorang sehingga dapat
berpengaruh pada aktivitasnya. Termasuk
tingkat energi yaitu merupakan sumber
energi untuk melakukan aktivitas, agar
seseorang dapat melakukan aktivitas dengan
baik dibutuhkan energi yang cukup. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan

SURYA

46

fungsi
alat
gerak
sejalan
dengan
perkembangan usia.
Aktifitas fisik adalah pergerakan
anggota
tubuh
yang
menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental,
serta mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Admin,
2008).
Selain usia, aktivitas juga dapat
dipengaruhi oleh proses penyakit atau cedera,
proses penyakit dapat mempengaruhi
kemampuan
mobilitas
karena
dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Jika
mobilitas kurang akan menyebabkan
konstipasi dan hal ini bisa menyebabkan
terjadinya hemoroid. Oleh sebab itu
pendidikan juga mempengaruhi agar proses
penyakit atau cidera tidak bertambah parah.
Pada penelitian ini didapatkan sebagian
besar pasien hemoroid berpendidikan terakhir
SD. Pada umumnya seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan rendah sukar untuk
melakukan komunukasi maupun menyerap
informasi dari luar termasuk informasi dari
tenaga keksehatan. Dengan demikian karena
sulitnya menerima informasi maka akibat
yang timbul adalah terjadinya ketidaktahuan
pasien mengenai manfaat aktivitas. Menurut
Notoatmodjo (2004) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingakat pendidikan seseorang,
semakin baik pula pengetahuannya.
Pekerjaan juga dapat mempengaruhi
aktivitas seseorang. Dari penelitian diatas
hampir setengah pasien hemoroid bekerja
sebagai petani dan wiraswasta. Dimana
seorang petani dan wiraswasta sering bekerja
sambil duduk dan mengangkat beban yang
berat. Semua aktivitas individu berbeda pada
setiap individu, tergantung pada kebiasaan
hidup serta kegiatan sehari-hari. Seseorang
dengan pekerjaan yang berat tentu dia akan
memiliki aktivitas yang berat pula, sebagai
contoh kuli bangunan akan mempunyai
aktivitas yang lebih untuk menjalankan
aktivitasnya. Hal ini memerlukan adaptasi
terhadap
sistem
tubuhnya
dengan
memberikan tahanan pada vena hemoroidalis
yang tinggi dan terjadi penekanan yang
berlebihan pada vena di daerah anus.
Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa aktivitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya usia, proses
penyakit, pendidikan dan pekerjaan.
Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan bekerja.
(Tarwoto, Wartonah: 2004).
Dari tabel 4.6 dari data konstipasi
menunjukkan bahwa sebagian besar (69,7%)
pasien hemoroid mengalami konstipasi.
Konstipasi bisa disebabkan karena pola atau
jenis makanan yang dikonsumsi, makanan
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat
membantu proses percepatan defekasi. Selain
itu asupan cairan juga dapat mempengaruhi,
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh
membuat defekasi menjadi keras oleh karena
proses absorpsi air yang kurang sehingga
dapat mempengaruhi kesulitan proses
defekasi. Dengan demikian kebiasaan pasien
diatas masih bisa terjadi konstipasi apabila
dilakukan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan terjadinya hemoroid.
Konstipasi adalah gangguan pada pola
eliminasi akibat adanya feses kering atau
keras yang melewati usus besar, perjalanan
feses yang lama karena jumlah air yang
diabsorbsi sangat kurang menyebabkan feses
menjadi kering dan keras (Wahid, Iqbal
Mubarak, 2007)
Konstipasi termasuk kebiasaan yang
banyak diderita pada seseorang yang semakin
tua. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien hemoroid
berusia 41 - 50 tahun. Fakta diatas sesuai
kenyataan pasien tentang kemampuan proses
pengontrolan sudah mengalami penurunan
dibandingkan pada orang dewasa. Selain itu
kejadian konstipasi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: usia, diet, asupan
cairan, pengobatan, gaya hidup, penyakit,
nyeri, kerusakan sensoris dan motoris.
Hal ini dipertegas dengan teori setiap
tahap perkembangan atau usia memiliki
kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda. Pada usia lanjut proses pengontrolan
tersebut mengalami penurunan (Musrifatul
Uliyah, 2006).
Dari tabel 4.7 dari data hemoroid
menunjukkan bahwa sebagian pasien

SURYA

hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr.Soegiri


Lamongan mengalami hemoroid derajat II
dan sebagian kecil pasien mengalami
hemoroid derajat IV. Hemoroid dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
usia dan pekerjaan.
Sebagian besar usia pasien hemoroid
yaitu 41-50 tahun, serangan hemoroid sering
muncul pada usia >40 tahun. Pada umur
tersebut rentan dengan penyakit hemoroid,
karena pada usia lanjut manusia telah
mengalami penuaan pada fisiknya. Salah satu
usia lanjut adalah menurunnya tonus sfingter.
Keadaan ini menyebabkan kelemahan
struktur dinding pembuluh darah dan yang
nantinya akan menimbulkan prolaps. Prolaps
terjadi karena kendornya jaringan dibawah
mukosa dan kulit. Walaupun tidak semua
usia lanjut dapat mengalami hemoroid tetapi
faktor ini dapat menyebabkan terjadinya
hemoroid apabila faktor lain juga menunjang
(Mohamad Fikih, 2010).
Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
yaitu sebagian pasien hemoroid bekerja
sebagai petani dan wiraswasta. Berat
ringannya pekerjaan seorang petani dan
wiraswasta dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
tersebut. Orang dengan pekerjaan yang berat
mempunyai resiko yang berat pula terhadap
kesehatannya dari pada pekerjaan ringan.
Suatu pekerjaan yang dilakukan manusia dari
yang ringan sampai yang berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan vena
hemoroidalis. Apabila hal ini dilaksanakan
dalam waktu yang lama dan frekwensi yang
berat maka hal ini dianggap sebagai salah
satu faktor yang berperan dalam insiden
hemoroid.
Pekerjaan yang berat dapat berakibat
terhadap organ-organ tubuhnya, salah
satunya adalah sfingter ani dan apabila hal ini
dilakukan dalam waktu yang lama akan
berakibat terhadap kesehatannya. Hal inilah
yang dianggap sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya hemoroid
akibat tekanan pada sfingter ani yang terlalu
lama (Mohamad Fikih: 2010).
4.2.4 Hubungan Aktivitas Dengan Derajat
Hemoroid
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
SPSS versi 16,0 didapatkan hasil uji
47

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
spearman rs= 0,421 dan p= 0,015 dimana p <
0,05 maka H1 diterima artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dengan derajat hemoroid di URJ Bedah
RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Yang mana,
Jika aktivitas fisik tinggi maka derajat
hemoroidnya rendah. Begitu juga sebaliknya
jika responden aktivitas fisiknya kurang
maka derajat hemoroidnya tinggi.
Aktivitas merupakan salah satu faktor
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
hemoroid. Apabila aktivitas kurang inseden
terjadinya hemoroid semakin tinggi.
Penelitian telah membuktikan bahwa
berolahraga merupakan aktivitas yang sangat
berguna bagi kesehatan. Semakin giat
berolahraga maka keuntungan yang didapat
juga semakin besar. Aktivitas dapat
mempengaruhi proses defekasi karena
mempengaruhi aktivitas tonus otot abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi, sehingga proses
pergerakan peristaltic pada daerah kolon
dapat bertambah baik, dan memudahkan
untuk membantu kelancaran proses defekasi.
Sebaliknya imobilisasi dapat menyebabkan
gangguan fungsi gastrointestinal hal ini
disebabkan
karena
imobilitas
dapat
menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga menyebabkan gangguan proses
eliminasi dan akan menyebabkan terjadinya
hemoroid ( Hidayat, A. Azis Alimul2006).
Dari pembahasan diatas peneliti
berasumsi bahwa aktivitas juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi derajat
hemoroid. Karena hemoroid dipengaruhi oleh
beberapa faktor, oleh karena itu pentingnya
peran dokter dan perawat untuk memberikan
informasi dan pengobatan mengenai faktor
yang dapat mempengaruhi hemoroid. Dan
juga perlu bagi pasien sendiri untuk
mematuhi dan menjaga pola hidup yang sehat,
melakukan aktivitas yang cukup agar
terhindar dari penyakit hemoroid.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan program SPSS versi 16,0
didapatkan hasil uji koefisien kontingensi
(c)= 0,497 dan p= 0,013 dimana < 0,05,
maka Ho diterima artinya terdapat hubungan
antara konstipasi dengan derajat hemoroid di
URJ Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

SURYA

Yang mana pasien yang tidak mengalami


konstipasi maka derajat hemoroidnya rendah.
Begitu sebaliknya apabila mengalami
konstipasi maka derajat hemoroidnya
semakin tinggi. Jadi ada hubungan antara
konstipasi dengan kejadian hemoroid.
Kebiasaan atau gaya hidup dapat
mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat
terlihat pada seseorang yang memiliki gaya
hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air
besar di tempat yang bersih atau toilet, maka
ketika seseorang tersebut buang air besar
ditempat terbuka atau tempat yang kotor
maka ia akan mengalami kesulitan dalam
proses defekasi.
Konstipasi merupakan defekasi tidak
teratur yang abnormal dan juga pengerasan
feses tidak normal yang membuat pasasenya
sulit dan kadang menimbulkan nyeri. Selain
itu Fisura anal juga dapat diakibatkan oleh
pasase feses yang keras melalui anus,
merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi
sebagai akibat kongesti vaskuler perianal
yang disebabkan oleh peregangan (Smeltzer,
Suzane C, 2002).
Dari
pembahasan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dan
konstipasi dengan derajat hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Jika
aktivitas fisik cukup maka derajat
hemoroidnya rendah. Begitu juga sebaliknya
jika responden aktivitas fisiknya kurang
maka derajat hemoroidnya tinggi.
Dan apabila tidak terjadi konstipasi
maka derajat hemoroidnya rendah. Begitu
sebaliknya apabila terjadi konstipasi maka
derajat hemoroidnya semakin tinggi.
Hal ini kemungkinan disebabkan
dalam mengukur aktivitas fisik dan kebiasaan
BAB (konstipasi) dengan menggunakan
lembar kuesioner dan lembar observasi yang
mana pada lembar kuesioner dan lembar
observasi tergambar secara jelas sehingga
responden dapat menjawab pertanyaan secara
tepat.

48

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
hemoroid, antara lain faktor aktivitas
fisik, pola makan, kebiasaan bab,
konstipasi, kurang mobilisasi, pekerjaan,
anatomi, dan usia.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Sebagian besar pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan
aktivitas fisiknya cukup.
2) Sebagian besar pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan
mengalami konstipasi.
3) Sebagian besar pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan
mengalami hemoroid derajat II.
4) Terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik dengan derajat
hemoroid pada pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
5) Terdapat hubungan yang signifikan
antara konstipasi dengan derajat
hemoroid pada pasien hemoroid di URJ
Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Aziz Alimul Hidayat. 2006. Kebutuhan
Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba
Medika
Aziz

Depkes RI Poltekes. 2010. Kesehatan


Remaja Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
diatas maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1) Bagi responden: Diharapkan pasien
hemoroid mampu melakukan aktivitas
fisik yang cukup serta memakan
makanan yang rendah serat untuk
mengurangi terjadinya konstipasi yang
akan menyebabkan terjadinya hemoroid.
2) Bagi institusi kesehatan: Diharapkan
hasil
penelitian
ini
dapat
mempertahankan
peran
petugas
kesehatan khususnya perawat dengan
tetap memberikan edukasi kepada pasien
khususnya pasien hemoroid. Dan
sebagai sarana pembanding bagi dunia
ilmu pengetahuan dalam memperkaya
informasi tentang kejadian hemoroid.
3) Bagi
peneliti
berikutnya:
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
studi
pendahuluan
untuk
mengembangkan penelitian lainnya
terutama dalam upaya mencegah
terjadinya hemoroid. Selain itu, perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan
memperluas variabel yang diduga juga
dapat
mempengaruhi
terjadinya

SURYA

Alimul Hidayat. 2007. Metode


Penelitian Kebidanan Dan Tekhnik
Analisa Data. Jakarta: EGC

Donna Laidwork Wong. 2008. Buku Ajar


Keperawatan Pediatrik, vol.1 edisi 6.
Jakarta: EGC
Eny Kusmiran. 2001. Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Hendriati Agustiani. 2006. Psikologi
Perkembangan Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan
Penyesuaian diri pada Remaja.
Bandung: PT Refika aditama
Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kartini Kartono. 2008. Patologi Sosial II.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Notoatmodjo Soekidjo. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

49

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Hubungan Aktivitas Fisik Dan Konstipasi Dengan Derajat Hemoroid Di URJ Bedah RSUD dr.
Soegiri Lamongan
Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika
Nursalam. 2008. Buku Konsep dan
Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika
Puspitawati,
Herien.
2008.
Perilaku
Kenakalan Remaja. http://rudyct.com
Diakses: tanggal 20 Februari 2013

SURYA

50

Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai