MATA MERAH
Oleh :
Seruni Mentari Putri
Pembimbing :
Dr. Ayu Oetoyo, SpM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul MATA
MERAH. Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Daerah Koja.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini, terutama kepada dr. Ayu,
Sp.M.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih ditemui banyak
kekurangan , baik isi maupun format penyusunan. Maka dari itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, saya selaku penyusun berharap referat ini dapat berguna bagi
rekan-rekan sekalian.
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB II PEMBAHASAN
3
Episkleritis
4
Skleritis
5
Perdarahan konjungtiva
5
Pterigium
6
Pinguekula
7
Konjungtivitis
8
Hordeolum
19
Kalazion
22
Entropion
24
Ektropion
26
Blefaritis
27
Sellulitis orbita
32
DAFTAR PUSTAKA
35
BAB I
Pendahuluan1
Mata merah merupakan keluhan utama yang paling sering muncul pada
penderita penyakit mata. Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan sampai
yang disertai penurunan visus. Di sini, kita akan membahaskan tentang penyakit mata
merah visus tidak turun.
Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat
melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia
konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun
berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.
kongesti dan kemotik pada episklera, konjungtiva yang ada diatasnya dan
kapsul tenon yang terletak di bawahnya, nyeri tekan pada benjolan yang
menjalar ke sekitar mata, fotofobia, lakrimasi, penglihatan masih normal.
Penatalaksanaan:
Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Namun
sering kambuh
Keadaannya
sampai
akan
betahun-tahun,
membaik
dengan
sehingga mengganggu.
kortikosteroid
topical
Penatalaksanaan:
o NSAID: Indomethacin 100mg/hari
o Ibuprofen 300mg/hari : Setelah 1-2 minggu tidak ada respon, berikan
Prednisolone 80 mg/hari, tapering off.
3. Perdarahan subkonjungtiva1,3
Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi,
arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan,
dan batuk rejan).
Dapat juga terjadi akibat trauma.
Gejala : Mata merah spontan, biasanya monokuler. Kadang didahului
serangan batuk berat atau bersin yang terlalu kuat, warna merah pada
konjungtiva akan berubah jadi hitam setelah beberapa lama.
Penatalaksanaan:
Tidak diperlukan pengobatan, perdarahan akan hilang terserap dalam
waktu 2-3 minggu.
4. Pterigium1,2,3
Merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif
dan invasif.
Gejala : terdapat selaput pada mata berbentuk segitiga, biasanya di sisi nasal,
yang meluas ke arah kornea dengan puncaknya di bagian sentral/kornea,
timbul semacam garis besi dan penglihatan menurun.
Tanda : Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang tumbuh menyebar kea
rah kornea dan sedang mengalami peradangan (sebabkan mata merah), timbul
iron line dari Stocker yang terletak di hujung pterigium, dapat disertai keratitis
pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering) dan dapat muncul
astigmatisme irregular.
Penatalaksanaan:
Steroid atau tetes mata dekongestan apabila meradang dan air mata
buatan dalam bentuk salep bila terdapat dellen.
Jika mencapai pupil dan menghalang penglihatan : operatif
Pencegahan rekurensi: penderita menggunakan kacamata untuk
mengurangi paparan.
5. Pseudopterigium1,2
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.
Gejala : terdapat kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea.
Tanda :
-
Gejala : Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah fissure
palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami iritasi.
Tanda : Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi konjungtiva.
Penatalaksanaan:
Steroid lemah topikal (Prednisolon 0,12% )
7. Konjungtivitis1,2
a. konjungtivitis akut
konjungtivitis bakterial
konjungtivitis blenore
konjungtivitis gonore
konjungtivitis jamur
konjungtivitis alergi
konjungtivitis vernal
konjungtivitis flikten
2. Konjungtivitis kronis
- trachoma
Gejala :
- Mata merah
- Perasaan seperti ada benda asing
- Pedih dan panas
- Gatal-gatal
- Banyak keluar air mata dan eksudasi
- Fotofobia (jika kornea ikut terkena)
Tanda :
-
Adenopati preaurikuler
A. Konjungtivitis Bakteri1,5
a. Etiologi
Stafilokok,
Streptokok,
Corynebacterium
diphtheriae,
Pseudomonas
10
c. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan Gram atau
Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret
dengan pewamaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di dalam
selleukosit. Dengan pewamaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan
ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.
d. Komplikasi
Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan
perforasi kornea dan endoftalmitis, dan Meningokok dapat menyebabkan septikemia
11
atau meningitis.
e. Penatalaksanaan
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan pengobatan
topikal dengan sulfonamid dan antibiotik tunggal, seperti gentarnisin, kloramfenikol,
polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil,
dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
antibiotik spektrum luas tiap jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5
kali sehari.
Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi penisilin salep dan
suntikan. Untuk bayi dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan
dengan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan
diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit selama 30 men it, dilanjutkan setiap 5
menit selama 30 menit berikut, kemudian diberikan setiap I jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Terapi dihentikan
setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan hasil negatif selama 3 hari berturutturut. untuk mencegah penularan, diberi penyuluhan higienis perorangan pada
penderita dan keluarga
f. Prognosis
Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti
Haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1-3
hari.
g. Pencegahan
Untuk mencegah oftalmia neonatorum dapat dilakukan pembersihan mata
bayi dengan larutan borisi dan diberikan salep kloramfenikol.
Konjungtivitis bakteri yang paling banyak adalah kojungtivitis gonore yang
akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini
12
Konjungtivitis gonore1
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang
disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita
penyakit tersebut. Pada orang dewasa
13
14
terutama mengenai anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan
gejala injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi
pada infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa,
kultur virus, dan sel inklusi intranuklear.
d. Komplikasi
Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia;
katarak; glaukoma; kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan kebutaan.
e. Penatalaksanaan
Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan
sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan
kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh
sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan
lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder serta steroid topikal.
15
Konjungtivitis
herpetik
sembuh
sendiri.
Penatalaksanaannya
dengan
debriment kornea atau salep mata idosuridin 4x/hari selama 7-10 hari atau salep
Acyclovir 3% 5x/hari selama 10 hari dan diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400
mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat
episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan
penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.
Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu
dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas
kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam.
Demam faringokonjungtiva biasanya sembuh sendiri dalam 10 hari. Untuk
pasien keratokonjungtivitis epidemika , pencegahan penularan saat pemeriksaan
adalah penting. Penyakit ini berlangsung 3-4 minggu.Konjungtivitis New Castle
sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 7 hari. Konjungtivitis hemoragik akut
sembuh dalam 5-7 hari
C. Konjungtivitis Jamur1,5
Konjungtivitis yang disebabkan oleh Candida spp (biasanya Candida albicans)
adalah infeksi yang jarang terjadi; umumnya tampak sebagai bercak putih.
Keadaan ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien yang terganggu
sistem imunnya, sebagai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa.
Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear. Organisme mudah
tumbuh pada agar darah atau media Saboraud dan mudah diidentifikasi
sebagai ragi bertunas (budding yeast) atau sebagai pseudohifa (jarang).
Infeksi ini berespons terhadap amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam larutan air
(bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin (100.000 U/g) empat sampai
enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar benar-benar
masuk dalam saccus conjunctivalis dan tidak hanya menumpuk di tepian
palpebra.
D. Konjungtivitis Alergi1,2,5
16
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah
ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE.
d. Penatalaksanaan
Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk
17
Bakteri
Klamidia
Alergi
Minimal
menyeluruh
Sedang
amat banyak
Langka
berat
menyeluruh
sedang
minimal
tidak ada
pewarnaan
Monosit
kerokan
konjungtiva
dan eksudat
kaitan dengan kadang ada
sakit
kerongkongan
dan demam
bakteri PMN
minimal
menyeluruh
sedang
amat banyak
biasanya hanya
ada
pada
konjungtivitis
inklusi
sel
PMN,
plasma, badan
inklusi
kadang ada
tidak
ada
eosinofil
pernah tidak
ada
pernah
E. Trakoma1,6
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan
oleh Chlamydia trachromatis.
18
Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada
orang muda dan anak-anak. Daerah yang banyak terkena adalah di Semenanjung
Balkan. Ras yang banyak terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli Australia
dan Indian Amerika atau daerah dengan higiene yang kurang.
Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret
penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alatalat kecantikan dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar dari 5 sampai 14
hari).
Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis dengan
pewamaan Giemsa terutama terlihat reaksi sel-sel polimorfonuklear, tetapi sel
plasma, sel leber dan sel folikel (limfoblas) dapat juga ditemukan. Sel leber
menyokong suatu diagnosis trakoma tetapi sel Limfoblas adalah tanda diagnostik
yang penting bagi trakoma. Terdapat badan inklusi Halber StatlerProwazeck di dalam
sel epitel konjungtiva yang bersifat basofil berupa granul, biasanya berbentuk
cungkup seakan-akan menggenggam nukleus. Kadang-kadang ditemukan lebih dari
satu badan inklusi dalam satu sel.
Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair. Menurut
klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui empat stadium:
1. Stadium insipien
2. Stadium established (dibedakan atas dua bentuk)
3. Stadium parut
4. Stadium sembuh.
Stadium 1 (hiperplasi limfoid): Terdapat hipertrofi papil dengan folikel yang
kecil-kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlihatkan penebalan dan
kongesti pada pembuluh darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila tidak
ada infeksi sekunder. Kelainan kornea sukar ditemukan tetapi kadang-kadang dapat
ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epitelial ringan.
Stadium 2: Terdapat hipertrofi papilar dan folikel yang matang (besar) pada
konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini dapat ditemukan pannus trakoma yang
jelas. Terdapat hipertrofi papil yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran
19
folikel pad a konjungtiva superior. Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di
daerah limbus atas dengan infiltrat.
Stadium 3 : Terdapat parut pad a konjungtiva tarsus superior yang terlihat
sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut folikel pad a
limbus kornea disebut cekungan Herbert. Gambaran papil mulai berkurang.
20
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum externum
Hordeolum Internum
21
Gejala : Pembengkakan kelopak mata, mata merah, Rasa nyeri pada kelopak
mata, Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata, mata
jadi sipit, Riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
Tanda : injeksi konjungtiva, Edema, Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu
mata, Seperti gambaran absces kecil, pseudoptosis/ptosis. Bagi hordeolum
externum, penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak manakala bagi
hordeolum internum, penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsalis.
Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
o Umum
1.Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2.Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun
atau sampoyang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3.Jangan
menekan
atau
menusuk
hordeolum,
hal
ini dapat
22
23
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzimenzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur
sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya
respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel
radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari
hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan
nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat
menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan fisik,
dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di dalam
palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada
pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar
Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.
Etiologi
Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium
kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea,
blefaritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan
faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.
Gejala : Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama
pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh
pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra
superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada
palpebra inferior.Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat
menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan
penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih
seperti pasta gigi,yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih
berminyak. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan
24
25
Involusi : Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring
dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan
fibrous dan elastik kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering
ditemukan pada kelopak bawah dan merupakan akibat gabungan
kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus
orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas.
Sikatrik : Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan
oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu
memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling
sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti trakoma.
.
Gejala : Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman, mata berair,
mata merah, iritasi mata, gatal dan silau. Entropion kronis dapat menyebabkan
sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat menyebabkan infeksi mata,
abrasi kornea atau ulkus kornea.
Tanda : injeksi konjungtiva, lakrimasi, fotofobia, trikiasis.
26
.
Pengobatan
Pengobatan entropion adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar
kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara
yang bermanfaat pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak
mata bawah dan menempelkannya dengan tape ke pipi; tegangannya
mengarah ketemporal dan inferior.
Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman
dan lebih efisien pada entropion involusi. Pada entropion sikatrik dilakukan
tarsotomi dari Wheeler dengan modifikasi dari DR.Sie Boen Lian.
11. Ektropion1,2,7
Kelainan posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak(konjungtiva tarsal) berhubungan langsung
dengan dunia luar.
Etiologi : bisa kelainan bawaan (konginetal), paralisis nervusfasialis (suatu
kelumpuhan nervus fasialis yang dapat disebabkan oleh adanya kerusakan
pada akson, sel-sel schwan dan selubung mielin yangdapat mengakibatkan
kerusakan saraf otak), senil (katarak yang berkaitan dengan usia), spastik
(kekejangan otot).
o Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan
kelopak mata akibat penuaan.
o Beberapa kasus terjadi karena adanya jaringan parut pada kelopak
mata akibat luka bakar kimia maupun panas, truma, kanker kulit
atau pembedahan kelopak mata.
27
Penatalaksanaan
o Ektropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum gesekan
kelopak dan bulu mata menyebabkan kerusakan kornea.
o Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius lokal dan penderita
tidak perlu dirawat.
o Dilakukan pengencangan kelopak mata. Setelah pembedahan, mata
ditutup selama 24 jam dan diberi salep antibiotik selama sekitar 1
minggu.
12. Blefaritis1,5,8
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak
mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak
pada tepi kelopak mata, biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis adalah peradangan bilateral sub akut/menahun pada tepi kelopak
28
Blefaritis
Staphylococcus
aureus,
stafilokok
yang
dapat
sering
disebabkan
ulseratif,
atau
infeksi
dengan
Staphylococcus
epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(nonulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.
2. Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian
kelopak mata yanglembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya
adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa
menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit
kepala (dermatitis seboreik).
Klasifikasi
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yangterbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid
dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan
kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan
29
kalazion,
hordeolum,
madarosis,
poliosis
dan
jaringan
minyak.
Blefaritis
ini
berjalan
bersama
dermatitik
30
luka
dengan
disertai
perdarahan.
Penyakit
bersifat
sangat
infeksius.Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).Pengobatan dengan
antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat
dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan
harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah
madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut,
trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga
dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi
kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai
sudut kelopak mata (kantus eksternus daninternus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaririsangularis
disebabkan
Staphylococcus
aureus.
Biasanya
kelainan
ini
bersifat
31
Blefaritis seboroika
Tanda : injeksi konjungtiva, Skuama pada tepi kelopak , Jumlah bulu mata
berkurang, Obstruksi dan sumbatan duktus meibom, Sekresi Meibom keruh,
Injeksi pada tepi kelopak , Abnormalitas film air mata, fotofobia, krusta (+).
Diagnosa : Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
kelopak mata.
Penatalaksanaan
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk
mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan
sampo bayi atau pembersih khusus.Untuk membantu membasmi bakteri kadang
32
33
34
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk
mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang
tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah
penyebaran infeksi ke mata.Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita
adalah:
1.Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit.
2.Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik.
3.Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan
untuk membuang nanahnya.
4.Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau
secara ketat. Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.
Komplikasi yang sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses subperiosteal,
trombosis sinus kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia, meningitis
dan kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan.
35
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI .
2. Vaughan, Daniel G., et al. 2000.Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika
3. PINK
EYE.
Accessed
on
2012,
16th
October.
Available
at
at
http://ehealthforum.com/health/what_is_pink_eye_-e205.html
4. HORDEOLUM. Accessed
on
2012,
16th
October. Available
http://www.scribd.com/doc/33262622/Referat-Hordeolum
5. ACUTE CONJUNCTIVITIS. Accessed on 2012, 16th October. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/797874-overview
6. WHAT IS TRACHOMA? Accessed on 2012, 16th October. Avaiable at :
http://www.who.int/topics/trachoma/en/
7. ENTROPION AND ECTROPION. Accessed on 2012, 16th October. Avaiable
at : http://emedicine.medscape.com/article/1844045-overview
8. BLEPHARITIS. Accessed
on
2012,
16th
Oktober. Avaiable
at
http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/blepharitis.cfm
9. ORBITAL CELLULITIS. Accessed on 2012, 16th Oktober. Avaiable at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001012.htm
36