THEORY OF DISEASE
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyababkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Penyakit bersifat objektif, sedangkan rasa sakit bersifat subjektif.
Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak
jarang ditemukan seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit,
sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yang mengeluh sakit padahal tidka
ditemukan penyakit apapun pada dirinya.
Sakit juga dapat diartikan sebagai kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan dan tekanan sehingga
timbul pada gangguan pada sistem dan fungsi dari tubuh. Definisi sakit sendiri
senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan dan perkembangan
zaman serta IPTEK.
Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi brkembang dari rantai
sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara
manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya, (biologis, fisiologis, psikologis,
sosiologis, dan antropologis) dengan penyabab (agent) serta dengan lingkungan
(environment). Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang
dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi
antara
1. manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis,
sosiologis, antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan
(environment).
2. Agen: Suatu faktor yang harus hadir untuk suatu penyakit agar penyakit itu
terjadi, contoh: Virus influensa adalah agen influenza.
3. Keadaan lingkungan (environment) juga menentukan apakah transmisi efektif
penyakit dapat terjadi dalam situasi tertentu.
Dalam teori keseimbangan, maka interaksi ketiga unsur tersebut harus
dipertahankan
keadaan
keseimbangannya,
dan
bila
terjadi
gangguan
(atom
tanah
dan
udara).
Penyakit
dianggap
terjadi
akibat
untuk
menjelaskan
timbulnya
wabah
penyakit.
Konsep
ini
dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani
yang berarti something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk).
Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang
mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang
tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran
penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria.
Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk.
Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan
binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di
dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk
tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia
akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah
menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara
malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan
lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi.
Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun
dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam
menurunkan tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony
van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma
tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya
kehidupan mikro (small living) Penyakit timbul karena sisa dari mahluk hidup
yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan. Pada
zaman itu orang percaya bila seseorang menghirup miasma atau uap busuk tadi
maka ia akan terjangkit penyakit.
Sebagai pencegahannya rumah-rumah dianjurkan ditutup rapat terutama
pada malam hari dan tidak banyak keluar malam karena dipercaya miasma
muncul terutama pada waktu malam. Selain itu masyarakat juga percaya bahwa
miasma dapat dihalau atau diatasi dengan jalan membakar ramuan/ kemenyan
(dupa) dan bisa juga diusir dengan bunyi-bunyian keras seperti bel gereja, bedug,
petasan, dan lain - lain. Pada zamannya teori miasma lebih dipercaya dan dapat
diterima daripada teori contagion yang dicetuskan oleh Fracastoro karena uap
busuk lebih bisa diamati dan tercium baunya.
1.5. Teori Jasad Renik (Germ Theory)
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis
Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan
para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut
mengemukakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit. Louis Pasteur
pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur
terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi
akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses
pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur sampai
temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan anggur
tidak rusak.
Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus
rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti
rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis
Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman. Robert Koch juga merupakan
tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal dibidang
mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada
yang sehat,
2. Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,
3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang
sehat dan menyebabkan penyakit yang sama
4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi
Jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit yang
berkembang setelah ditemukannya mikroskop. Suatu kuman ( mikroorganisme)
ditunjuk sebagai kausa penyakit.Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang
teknologi kedokteran,ditemukannya mikroskop yang mampu mengidentifikasi
penyakit
kronik,misalnya
penyakit
jantung
dan
kanker,yang
suatu
penyakit
terjadi
sebagai
hasil
dari
interaksi
berbagai
pada host, dan ketiga virulensi yaitu kemampuan agen untuk menimbulkan berat
ringan suatu penyakit pada host.
Host merupakan manusia atau organisme yang rentan oleh adanya agen.
Faktor internal host meliputi umur, jenis kelamin, ras, agama, adat pekerjaan dan
profil genetik. Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan
bagian dari agen atau host, tetapi dapat mendukung masuknya agen ke dalam host
dan menimbulkan penyakit. Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal
segitiga epidemiologi Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses
timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius
sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses
timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen.
Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan
tertentu. Pada keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini secara lebih
luas membahas tentang penyebab penyakit yang menghubungkan antara sumber
penyakit, penderita dan lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau
segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt, menyebutkan
bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa ada tiga
penyebab terjadinya penyakit, yaitu.
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik
agent dan host (baik individu maupun kelompok)
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).
Interaksi di antara tiga elemen tadi akan terlaksana karena adanya faktor
penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi
berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam
keadaan sehat. Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi
menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak
sehat atau sakit. Model Gordon ini selain memberikan gambaran yang umum
tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan
analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada
pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan,
perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Hana Fitria. 2014. Teori teori Penyebab Terjadinya Penyakit.
https://coretankecilhanfiz.wordpress.com/2014/03/24/teori-teori-penye
bab-terjadinya-penyakit/. (Diakses pada tanggal 20 Maret 2015)
Khafidzoh, Anisatul. 2013. Teori Terjadinya Penyakit. http://anis094.blogspot.
com/2013/03/teori-terjadinya-penyakit.html. (Diakses pada tanggal 20
Maret 2015)
Napitupulo, Santa Helena. 2013. Teori Penyebab Terjadinya Penyakit.
http://santahelenanapitupulu.blogspot.com/2013/03/teori-penyebabterjadinya-penyakit.html. (Diakses pada tanggal 20 Maret 2015)
Prima,
Agustina.
2014.
Perkembangan
Teori
Terjadinya
Penyakit.