Jurnal
Jurnal
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
2.1.1 Waktu pelaksanaan dan susunan tim peneliti
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 12 September 2004
dengan melibatkan berbagai ahli disiplin ilmu dari institusi terkait antara lain
KLH, DESDM, BPPT, DKP, Depkes, Bapedalda Sulawesi Utara, POLRI, Dinas
Perikanan DKI-Jakarta, UI, Unpad, IPB, Unsrat, Walhi, Perhimpunan Kelola, dan
Jatam. Saat pengambilan sampel air laut, tim lapangan menggunakan kapal
Baruna Jaya 1BPPT.
2.1.2 Lokasi penelitian
Lokasi
penelitian
penanganan
kasus
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan hidup dilakukan di Teluk Buyat dan Teluk Totok. Untuk mengetahui
dampak pencemaran terhadap kesehatan masyarakat diambil sampel dari
penduduk di Desa Buyat, Desa Ratatotok Kecamatan Ratatotok Timur
sedangkan sebagai kontrol diambil sampel dari Desa Belang Kecamatan Belang
Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi Sulawesi Utara. Peta sebaran titik
pemantauan servei tim lapangan ditunjukkan dalam gambar 3.1.
2.2 Rencana Pengambilan Sampel Kualitas Lingkungan
Perencanaan pengambilan sampel dilakukan untuk
tujuan
pengambilan
yang merupakan
rencana kerja tim lapangan yang telah disetujui oleh tim teknis penanganan
kasus dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Halaman 1 dari 24
Gambar 2.1 : Peta sebaran titik pemantauan di Teluk Buyat dan Teluk Totok
Halaman 2 dari 24
Halaman 3 dari 24
Tabung niskin sebelum dan saat CTD diturunkan kedalam laut harus
dalam keadaan terbuka, kemudian pada saat CTD dinaikkan dan
sampai pada kedalaman yang dikehendaki maka tutup botol akan
tertutup secara otomatis, yang pengoperasiannya dikendalikan
melalui komputer. Pengambilan sample pada satu lokasi dilakukan
pada tiga titik kedalaman untuk parameter sianida dan logam berat
dan 4 kedalaman untuk parameter TSS.
b. Pemilihan titik sampling dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut:
i. titik sampling sesuai dengan RKL/RPL PT NMR;
ii. titik sampling dari berbagai penelitian, seperti POLRI, DKP;
iii. berdasarkan kondisi yang dianggap kritis dan diperlukan untuk
pemantauan;
iv. masukan dari berbagai sumber, seperti WALHI, POLRI, dll
c. Titik-titik kedalaman pengambilan sampel air ditentukan dengan
kaedah standar yaitu lapisan permukaan 0,2 d; lapisan tengah 0,4 d,
0,6 d dan lapisan dalam 0,8 d (dimana d = kedalaman perairan
lokasi sampling diukur dari permukaan).
d. Sampel air yang diperoleh diawetkan dengan pengawet yang sesuai
dengan parameter yang akan dianalisis, tujuan pengawetan tersebut
adalah agar sampel uji
saat dianalisis.
Adapun perlakuan terhadap sampel air adalah sebagai berikut :
i) Parameter Hg : sampel air yang telah disaring disimpan dalam gelas
borosilikat, segera diawetkan dengan 3 mL HNO3
pekat perliter sampel air;
ii) Logam berat : sampel air yang telah disaring, simpan dalam botol PE
dan segera diawetkan dengan HCl atau HNO3 sampai
pH air sampel sekitar 1.5;
Bab-2 : Metodologi Penelitian
Halaman 4 dari 24
iii) Sianida
iv) TSS
coolbox.
4) Pengambilan sampel ikan
Pengambilan sample ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap
pancing, jarring nelayan dan troll. Ikan yang didapat diletakkan pada
wadah/plastik PE, kemudian didinginkan.
5) Pengambilan sample udara ambien sesuai ASTM D4096-91 (2003)
Pengambilan sample udara ambien dilakukan untuk parameter Total
Halaman 5 dari 24
Halaman 6 dari 24
ukuran yang sesuai bagi tiap ayakan akan tertinggal. Setelah itu sampel
lumpur diawetkan dengan formalin 10 % (Texas Natural Resource
Concervation Commision : Surface Water Quality Monitoring Procedures
Manual, 1999, Chapter 7, hal. 9 -10)
8) Pengambilan sampel evaluasi teknologi
Untuk melakukan evaluasi pada proses produksi PT. NMR, pada tanggal
29 Agustus 2004 telah dilakukan peninjauan lapangan untuk melihat
proses produksinya dan dilakukan pengambilan sample pada beberapa
lokasi proses yaitu :
i) Sag mill product, sampel batuan yang sudah dihaluskan, bentuk
padat, sebanyak 0,5 kg, pada jam 11.20 WITA
ii) Leach feed, sampel sebelum proses pelindian dengan Sianida,
berbentuk slurry, sebanyak 2,5 liter, pada jam 11.50 WITA
iii) Discharge leach (keluar dari pelindian), bentuk slurry, sebanyak 2,5
liter, jam 12.00 WITA
iv) Detox feed, sampel sebelum detoxifikasi, bentuk slurry, sebanyak 2,5
liter, jam 12.10 WITA
v) Final Tail, sampel setelah detoxifikasi, bentuk slurry, sebanyak 2,5 lt,
jam 12.15 WITA
Pengambilan Sampel limbah PETI dengan proses mercury (Hg),
meliputi:
Tailing amalgamasi bentuk padat, sebanyak 0,5 kg, pada 16.30 Wita
i) Limbah cair bentuk cairan, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 Wita
ii) Slurry keluar dari amalgamasi yang baru keluar dari Tromol, bentuk
slurry, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 wita
Pengambilan Limbah PETI dengan proses sianida (CN), meliputi :
i) Tailing amalgamasi bentuk padat, sebanyak 0,5 kg, pada 16.30 Wita
Bab-2 : Metodologi Penelitian
Halaman 7 dari 24
ii) Limbah cair bentuk cairan, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 Wita
iii) Slurry keluar dari amalgamasi yang baru keluar dari Tromol, bentuk
slurry, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 wita
2.5 Metode Analisis Parameter Kualitas Lingkungan
Sesuai dengan rekomendasi Tim Peer Review, maka laboratorium yang
melakukan analisis adalah laboratorium yang mempunyai kompetensi yang
cukup
dengan
memperhatikan
status
akreditasi
atau
manajemen
Parameter
Metode
DO
JIS K 0102-21-1995
Suhu
SNI 06-2413-1991
Salinitas
SNI 06-2413-1991
Konduktifitas
SNI 06-2413-1991
pH
SNI 06-2413-1991
TSS
SNI 06-2413-1991
CN
SNI 19-6964.6-2003
Hg
SNI 19-6964.2-2003
As
SPR-IDA-CETAC Tech.-std.Method
Sb
SPR-IDA-CETAC Tech.-Std.Method
Fe
SPR-IDA-CETAC Tech.-Std.Method
Mn
SPR-IDA-CETAC Tech.-Std.Method
Cu
SPR-IDA-CETAC Tech.-Std.Method
Ag
Laboratorium
SARPEDAL (LP-082-IDN)
ASL (LP-091-IDN)
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Halaman 8 dari 24
Air tanah
Parameter
Metode
DO
JIS K 0102-21-1995
Suhu
SNI 06-2413-1991
Salinitas
SNI 06-2413-1991
Konduktifitas
SNI 06-2413-1991
pH
SNI 06-2413-1991
TSS
SNI 06-2413-1991
CN
JIS K 0102-38.2-1995
Hg
IK-32/A/LPDL
As
SNI 06-2463-1998
Sb
Fe terlarut
SNI 06-2523-1991
Fe total
SNI 06-2523-1991
Mn terlarut
SNI 06-2497-1991
Mn total
SNI 06-2497-1991
Cu terlarut
SNI 06-2516-1991
Cu total
SNI 06-2514-1991
Ag terlarut
Ag total
DO
JIS K 0102-21-1995
Suhu
SNI 06-2413-1991
Salinitas
SNI 06-2413-1991
Konduktifitas
SNI 06-2413-1991
pH
SNI 06-2413-1991
TSS
SNI 06-2413-1991
CN
JIS K 0102-38.2-1995
Hg
IK-32/A/LPDL
As
SNI 06-2463-1998
Sb
Fe terlarut
SNI 06-2523-1991
Fe total
SNI 06-2523-1991
Mn terlarut
SNI 06-2497-1991
Mn total
SNI 06-2497-1991
Laboratorium
SARPEDAL (LP-082-IDN)
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Halaman 9 dari 24
Air tambang
Parameter
Metode
Laboratorium
Cu terlarut
SNI 06-2516-1991
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Cu total
SNI 06-2514-1991
Ag terlarut
Ag total
DO
JIS K 0102-21-1995
Suhu
SNI 06-2413-1991
Salinitas
SNI 06-2413-1991
Konduktifitas
SNI 06-2413-1991
pH
SNI 06-2413-1991
TSS
SNI 06-2413-1991
CN
JIS K 0102-38.2-1995
Hg
IK-32/A/LPDL
As
SNI 06-2463-1998
Sb
Fe terlarut
SNI 06-2523-1991
Fe total
SNI 06-2523-1991
Mn terlarut
SNI 06-2497-1991
Mn total
SNI 06-2497-1991
Cu terlarut
SNI 06-2516-1991
Cu total
SNI 06-2514-1991
Ag terlarut
Ag total
CN
CORELAB (LP-113-IDN)
Hg
AKAGI Method
SARPEDAL (LP-082-IDN)
As
JIS K 0102-61-1995
Sb
Fe
Mn
JIS K 0102-56-1995
Cu
JIS K 0102-52-1995
Ag
JIS K 0102-56-1995
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Sedimen
Sungai
CORELAB (LP-113-IDN)
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Halaman 10 dari 24
Parameter
Metode
Laboratorium
Sedimen
Laut
CN
CORELAB (LP-113-IDN)
Hg
AKAGI Method
SARPEDAL (LP-082-IDN)
As
JIS K 0102-61-1995
Sb
Fe
Mn
Cu
Ag
CN
CORELAB (LP-113-IDN)
Hg
SARPEDAL (LP-082-IDN)
CORELAB (LP-113-IDN)
Sedimen
Tailing
Sb
Fe
Mn
Cu
Ag
Hg
SNI 01-2364-1991
CORELAB (LP-113-IDN)
Dinas Peternakan,
Ikan,
moluska,
DKI (LP-018-IDN)
rumput laut,
As
SNI 01-2357-1991
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Fe
SNI 01-2362-1991
Dinas Peternakan,
Mn
SNI 01-2362-1991
Cu
SNI 01-2362-1991
DKI (LP-018-IDN)
alga
Plankton,
Keanekaragaman
UNPAD
bentos
Halaman 11 dari 24
Parameter
Metode
Laboratorium
Pepaya, Kelapa
CN
Titrimetri
Beras
Hg
SNI-01-2896-1998
As
SNI-01-4866-1998
Fe
SNI-01-2896-1998
Mn
SNI-01-2896-1998
Cu
SNI-01-2896-1998
TSP
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Hg
BATAN
As
Sb
Fe
Mn
Cu
Ag
CN
CORELAB (LP-113-IDN)
Hg
AKAGI Method
SARPEDAL (LP-082-IDN)
As
JIS K 0102-61-1995
Sb
Fe
Mn
JIS K 0102-56-1995
Cu
JIS K 0102-52-1995
Ag
JIS K 0102-56-1995
CTD
Udara ambien
Ore
Fisika
Oseanografi
BBIA (LP-057-IDN)
CORELAB (LP-113-IDN)
SARPEDAL (LP-082-IDN)
Kedalaman Laut
Posisi Geometri
Halaman 12 dari 24
lalu
destilat
ditampung
dengan
NaOH.
Destilat
yang
lalu
destilat
ditampung
dengan
NaOH.
Destilat
yang
Halaman 13 dari 24
kategori yaitu untuk logam berat pada umumnya dan logam Merkuri.
1) Prinsip analisa logam berat pada umumnya dalam pemantauan ini
meliputi proses destruksi sampel dalam suasana asam(pH 2) untuk
selanjutnya dilakukan analisa menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA).
2) Prinsip analisa logam merkuri meliputi tahap oksidasi sampel sedimen
oleh oksidator kuat dalam suana asam, sehingga senyawa merkuri yang
terkandung di dalamnya berubah menjadi ion merkuri. Ion yang
terbentuk selanjutnya direduksi menjadi atom merkuri oleh SnCL2. Atom
Halaman 14 dari 24
Mercury Analyzer.
2.5.4 Prinsip analisis sianida di sedimen
Sampel uji didestilasi dalam kondisi asam (H2SO4 dan MgCl2) sehingga
terbentuk gas HCN yang kemudian ditangkap dengan NaOH. Destilat yang
mengandung ion sianida dinetralkan dengan asam asetat. Ion sianida CNbereaksi dengan Kloramin-T menghasilkan CNCl. Senyawa CNCl ini
kemudian bereaksi dengan reagen 4-piridin asam karboksilat-pirazolon
menghasilkan senyawa yang berwarna biru. Warna biru ini diukur
serapannya pada panjang gelombang disekitar 638 nm.
2.5.5 Prinsip menghitung densitas dan identifikasi plankton
1) Stasiun dan waktu pengambilan sampel :
Teluk Totok :
Teluk Buyat
7A,8A,AM,16A,20A,21A,1A,10A,13A,15A
: AH,MH,MWR
A,B,C,D,E = daerah penimbunan tailing
BB1,BB4,BB5,BB7,T
Daerah kontrol :
Halaman 15 dari 24
chamber
n x m x 1000
V
dimana :
N = Jumlah sel per liter
n = Jumlah sel yang dihitujg dari pemeriksaan per liter
m = Volume sampel plankton
V = Volume sampel tersaring dalam satuan liter
iii) Menghitung kadar logam Hg, As, Fe, Cu, Mn, Zn, Ag dan Sb dalam
plankton
Halaman 16 dari 24
Pada pengukuran logam As, Fe, Cu, Mn, Zn, Ag dan Sb, sampel yang
telah dihomogenkan didestruksi basah dengan menggunakan asam kuat
(HNO3). Penggunaan HNO3 adalah untuk mendekomposisi logam-logam
yang
terikat
dalam
sampel.
Sedangkan
untuk
menghilangkan
2+
+ SnCl2
Detector Hg analyzer.
2.5.6 Prinsip menghitung densitas dan identifikasi benthos
1) Pengumpulan sampel
Sampel benthos laut dikumpulkan dengan menggunakan Ponar Grab
dengan luas 10 x 10 inchi (625 cm2). Sampel lumpur dikumpulkan
secara komposit dari dua kali pengambilan untuk setiap stasiun. Di
lapangan sampel lumpur ini disaring dengan ayakan bertingkat dengan
ukuran mata jala (mesh) sebesar 0,5 mm,0,4 mm dan 0,2 mm , lumpur
disemprot dengan water jet sehingga lumpur dan benthos dengan
ukuran yang sesuai bagi tiap ayakan akan tertinggal. Setelah itu sampel
lumpur diawetkan dengan formalin 10 % (Texas Natural Resource
Concervation Commision : Surface Water Quality Monitoring Procedures
Manual, 1999, Chapter 7, hal. 9 -10).
Halaman 17 dari 24
n x 10000
L
dimana :
N = Jumlah individu per m2
N = Jumlah pengambilan sampel
L
3) Rumus koefisien kesamaan menurut Bray & Curtis (dalam OEY, 1978)
2 W
a + b
X 100
dimana :
S = Koefisien Kesamaan
a = Jumlah nilai penting (NP) di komunitas A
b = Jumlah nilai penting (NP) di komunitas B
W = Jumlah NP dari jenis yang ada dikedua komunitas (A dan B)
yang dibandingkan dengan nilai NP diambil nilai terkecil/sama
Halaman 18 dari 24
NP = C F
C = Rata-rata individu dari suatu jenis dari seluruh sampel pada satu
stasiun
F = Frekuensi terdapatnya suatu jenis dari sampel yang diambil dari
komunitas (Stasiun Penelitian)
4) Menghitung kadar logam Hg, As, Fe, Cu, Mn, Zn, Ag dan Sb dalam
benthos. Pada pengukuran logam As, Fe, Cu, Mn, Zn, Ag dan Sb, sampel
yang telah dihomogenkan (total benthos) didestruksi basah dengan
menggunakan asam kuat (HNO3). Penggunaan HNO3 adalah untuk
mendekomposisi logam-logam yang terikat dalam sampel. Sedangkan
untuk menghilangkan pengganggu-pengganggu yang timbul dari bahanbahan organik dalam sampel, maka ditambahkan HClO4. Setelah
destruksi sampel disaring dengan menggunakan kertas saring yang
mempunyai pori-pori ukuran 0,45 m. Selanjutnya hasil penyaringan
tersebut diukur dengan menggunakan Induced Couple Plasma (ICP).
Pada pengukuran logam Hg menggunakan metoda Mercury Analyzer By
Akagy (Minamata Institute Japan). Penggunaan asam dimaksudkan
untuk mengubah
Hg
2+
+ SnCl2
Detector Hg analyzer.
2.5.7 Prinsip menghitung kadar logam Hg, As, Fe, Cu, Mn, Zn, Ag
dan Sb dalam ikan
Pada pengukuran logam As, Fe, Cu, Mn, Zn, Ag dan Sb, sampel yang telah
dihomogenkan didestruksi basah dengan menggunakan asam kuat (HNO3).
Penggunaan HNO3 adalah untuk mendekomposisi logam-logam yang terikat
dalam sampel. Sedangkan untuk menghilangkan pengganggu-pengganggu
Bab-2 : Metodologi Penelitian
Halaman 19 dari 24
2+
+ SnCl2
Detector Hg analyzer.
1) Metode evaluasi risiko konsumsi ikan
and
Industrial
Toxicology
(ICEIT),
volume
3,
Halaman 20 dari 24
: Uncertainty Factor
UF x MF
LOAEL : Lowest Adverse Effect Level
MF
: Modifying Factor
Halaman 21 dari 24
HQ = Intake
Rfd
Hazard Indek =
Intake (1)
Rfd (1)
Intake (2)
Rfd (2)
clean up.
ii) Risiko konsumsi ikan dari Merkuri melalui perhitungan Tolerable Daily
Intake (TDI)
Untuk mengestimasi asupan Hg dalam tubuh manusia yang
bersumber dari konsumsi ikan, dan dari data rata-rata konsentrasi
Hg yang terkandung dalam ikan yang diperoleh dari penelitian ini
dan berdasarkan pola makan masyarakat Dusun Buyat Pante, maka
dapat dihitung pendugaan Resiko Konsumsi Ikan, sebagai berikut :
Asupan Hg (mg/hari) =
Konsumsi ikan (kg/hari) x (1- 0.7) x Konsentrasi Hg dalam ikan (mg/kg)
Asupan Hg (mg/hari)
x 100%
TDI (mg/kg berat badan/hari)
Evaluasi hasil TDI adalah jika nilai TDI dibawah 100%, maka ikan
tersebut masih aman dikonsumsi sedangkan jika nilai TDI diatas
100%, maka harus ada pengaturan pola makan atau mengurangi
Halaman 22 dari 24
konsumsi
ikan.
Semakin
mendekati
100%
dari
TDI,
maka
berat
yang diinginkan.
2.5.9 Analisis Hukum
Studi aspek hukum ini dilakukan dengan pendekatan studi dogmatic,
dengan
Halaman 23 dari 24
dikonstruksikan
kedalam
peraturan
perundang-undangan
untuk
Halaman 24 dari 24