ELEMEN MESIN I
Disusun oleh :
SUPRIYONO
Disusun Oleh:
Achmad Risa Harfit, ST.
2009
BAB I
BEBAN DAN TEGANGAN
PENDAHULUAN
Elemen mesin (onderdil) dibagi menjadi 3 :
1.Komponen
2.Unit
3.Rakitan
KOMPONEN :Bagian terkecil dari suatu komponen mesin yang merupakan satu
kesatuan.
Contoh : Torak, blok silinder, katup, pasak, poros, dsb.
UNIT : Kumpulan dari beberapa komponen mesin yang tersusun sehingga menjadi
suatu bagian mesin.
Contoh : Kopling, presneling, rem, dsb.
RAKITAN (Assembling) : Kumpulan dari beberapa komponen dan unit mesin
sehingga terbentuk suatu alat pakai/mesin.
Contoh : Mesin mobil, sepeda motor, mesin perkakas
Elemen mesin menurut fungsinya :
1.GENERAL PURPOSE : Penggunaan secara umum
Seperti : Pegas, mur-baut, pasak, poros, dsb.
2.SPECIAL PURPOSE : Penggunaan secara khusus
Seperti : Sayap pesawat terbang, baling2 kapal, dsb.
Contoh fungsi elemen mesin :
1. FUNGSI MENYAMBUNG : Mengantarkan dan meneruskan gaya yang tidak
disertai gerakan.
Contoh : Samb. Keling, samb. Las, dsb.
2. FUNGSI MERANGKAI : Mengantarkan atau memindahkan gaya disertai
gerakan.
Contoh : Kopling-poros, roda gigi, sabuk, rantai, dsb.
3. FUNGSI MENDUKUNG : Meneruskan gaya tanpa disertai gerakan. Contoh :
Kerangka, pondasi, dsb.
4. FUNGSI MENUNTUN : Meneruskan gaya disertai gerakan .
Contoh : Bantalan luncur/gelinding, dsb.
5. FUNGSI MELUMAS : Bahan pelumas padat, cair dan gas.
6. FUNGSI MELINDUNGI : Lapisan cat, lapisan tahan aus .
Fungsi elemen hampir selalu bersifat mekanik, sering ditambah sifat termal, kimia,
elektrik, dsb.
2. BEKERJANYA MESIN
Tergantung pada jenis serta cara kerja mesin . (a2), ada dalam tabel berikut :
Tabel 1 : Faktor Kerja
Jenis Mesin
Efek
Tumbuk
Mesin putar (turbin, kompresor sentrifugal, motor Ringan
listrik, mesin gerinda)
Faktor Kerja
(a2)
1,0 1,1
1,2 1,5
1,6 2,0
2-3
3. RESIKO PATAH
Faktor keandalan mesin A3 = 1,2 1,5
Ketiga faktor tsb. FAKTOR TAMBAHAN KERJA (a) = a1.a2.a3
Untuk menentukan elemen mesin, maka digunakan hubungan dari ilmu
keelastikan, sbb :
U/ TARIKAN ATAU TEKANAN :
Tegangan normal nominal
F= Gaya geser (kg)
F
A
U/ LENTURAN :
4
Tegangan lentur nominal
b=
Mb
Wb
3. Cincin
Dimana
: Tinggi (h)
Lebar (b)
D 3 0,1.D 3
32
D4 d 4
D4 d 4
Wb =
0,1.
32 D
D
D = diameter luar
d = diameter dalam
U/ PUNTIRAN :
Tegangan puntiran normal
w=
Mw
Ww
Wb =
3
D 0,2.D 3
16
2. Cincin
Wb =
D4 d 4
D4 d 4
0,2.
16 D
D
5
Keterangan :
O-A= Batas proporsional
L= Tegangan luluh/lumer
E= Tegangan elastis
P= Tegangan proporsional
C= Yield point
u= Tegangan ultimate (maks)
OB= Regangan elastis (0,2 %)
Dimana:
= Perpanjangan spesifik . =
L
Lo
= Regangan
= Tegangan . =
2.
l=
P Lo
F E
Dimana:
P
F
CATATAN :
Untuk bahan pada umumnya diberi batas regangan (Re) yang tetap
sebesar 0,2%.
Untuk pemilihan bahan dengan tujuan tertentu, maka harus tahu nilai
batas regang, kekuatan tarik & regangan (keuletan bahan).
1.4 PERUBAHAN TEGANGAN
Ketika membebani elemen mesin, tegangan bahan mempunyai nilai yang
berubah2 secara konstan atau periodik, yang dapat dibedakan menjadi 4 keadaan
tegangan tipikal :
1.
2.
3.
TEGANGAN KONSTAN
KEADAAN TEGANGAN I : Tegangan setelah diadakan beban bertambah
besar dari 0 - Maks, setelah itu konstan.
TEGANGAN LOMPAT
KEADAAN TEGANGAN II: Tegangan setelah diadakan beban berosilasi
antara 0 - Maks . Rata2 = 1/2 Maks = a
TEGANGAN TUKAR MURNI
4.
Rata 2 =
Maks + Min
2
CATATAN :
Pada elemen mesin yang dibebani secara periodik, dapat terjadi patah (pada
tegangan yang jauh lebih rendah dari batas regangan), yang diiringi oleh
pembentukan retak gejala ini disebut KELELAHAN.
Jalannya Rata2 dengan skala yang sama, yaitu sebuah garis di bawah
45 dengan sumbu-X Rata2.
Sebelah atas dibatasi oleh grs. Untuk kekuatan regang (Re), sehingga
dihindari perubahan bentuk plastik .
BAB II
SAMBUNGAN PAKU KELING
2.1 TIPE SAMBUNGAN
Effisiensi
samb.keling
menunjukkan
kesempurnaan
rancangan
sambungan
Effisiensi.samb.keling =
Ps = As. =
2
d .
4
..
Pt = At. t = ( p d )t. t
9
Dimana :
p
= Lebar plat atau panjang penampang pemisah
T
= tebal
(p-d) = lebat netto plat
Dimana terjadi pergerakan relatif antara plat utama, yaitu dari perubahan
bentuk tetap atau pembesaran lubang paku keling yang disebabkan oleh
kelebihan tekanan dukung (paku keling bisa rusak).
Pada prakteknya kerusakan dukung (b) dianggap merata di sepanjang
luas persegi lubang paku keling.
Kerusakan beban dukung : Pb = Ab. b = (t.d ) b
4. *
*
10
Agar stabil dipasang 2 paku keling dengan arah berlawanan yaitu gaya
kolinier (P1 & P2), sehingga beban eksentris (Po) diganti beban terpusat (P)
dan kopel torsi (T = P.e), (Gambar 12-13b) .
P
), (Gbr 12n
14a).
Kopel torsi (T) ditahan oleh beban torsi (Pt) (Gbr.12-14b) yang bekerja
tegak lurus jari2 pusat kelompok paku (P).
Resultante beban setiap paku= jumlah vector beban langsung dan torsi
paku keling (Gambar 12-14c).
11
Rumus torsi :
Dimana :
T
=
J
J = A
= X2 + Y2
Sehingga : J = A( X 2 + Y 2 )
Dan rumus torsi menjadi :
Beban torsi : Pt =
T
A X2 + Y2
T
.dimana: Pt = A.
X + Y2
2
Resultante beban paku keling diperoleh dari jumlah vector (Pd) dan (Pt)
(Gambar 12-14c)
Ptx = Pt.sin = Pt
dan
Ptx =
T
.y
X2 + Y2
dan
Pty =
Pr =
( Pdx +
T
.x
X2 + Y2
12
BAB III
BEJANA TEKAN
3 .1 TEKANAN PADA VESSEL BERDINDING TIPIS
Bentuk paling umum dari vessel dengan sambungan dikeling atau dilas
adalah silinder, seperti :pada ketel, tangki kompresor udara, tangki air bola (U/
vessel preasure).
Bila tekanan disebabkan oleh air (spt.pada tangki air terbuka), tekanan
pada tiap titik = berat kolom air pada setiap titik tegak sampai tinggi permukaan
air bebas. (jarak tegak ini disebut tinggi tekan atau h)
Misal :
Berat air 62,5 pcf,
maka tekanan (p) pada tiap ttk.menjadi = 62,5. h (psf)
atau 62,5 h/144 = 0,434. h (psi) .
Jika tinggi tekanan air (h) = 10 ft akan menimbulkan tekanan = 0,434 (10) = 4,34
(psi)
Agar sambungan pada vessel ini dirancang dengan baik, maka dalam
arah longitudinal (keliling), maka gaya yang ditahan per-sat. panjang kampuh
harus diketahui dulu.
Tegangan pada dinding dari kulit tangki (gbr.3-19c) : Vessel dipotong pada
garis air & bagian bawah sebagai benda bebas, maka tekanan (P) total ke
bawah harus diimbangi oleh kedua gaya (T).
13
Dimana :
St =
p.d
2.t
Tl =
St =
St.t.L
= St .t
L
P.d
2.t
Tl =
P.d
2
t=
P.d
2.St
Effisiensi kampuh yang dilas bisa mencapai 100% dan yang dikeling (65
85%). Maka plat yang lebih tebal harus digunakan pada silinder yang dikeling.
14
Anggap silinder diisi dengan cairan, dengan tekanan (p) per-in, maka :
2
d
4
P. 2
d (yaitu gaya tahanan total yang diberikan
4
P. 2
d
4
Te =
P.d
4
St =
Te
P.d
=
t
4.t
Tabel 3-2: Tegangan batas dan tegangan izin, kode ketel ASME disarankan untuk
ketel dan tangki
Jenis
tegangan
Simbol
Kekuatan
batas,Psi (Mpa)
Faktor
Keamanan
Tegangan
Izin,Psi (Mpa)
15
Tarik
St
55.000 (380)
11.000 (76)
Geser
Ss
44.000 (300)
8.800 (60)
Dukung
Se
95.000 (650)
19.000 (130)
BAB IV
SAMBUNGAN LAS
PENGELASAN : adalah metode mengikat logam dengan leburan, dengan panas dari
busur listrik atau semburan oxiacetyline logam pada sambungan dilebur dan difuses
dengan logam tambahan dari batang las.
Untuk melindungi lasan dari kelebihan oksidasi, dipakai batang las yang dilapis (guna
menghilangkan gas mulia yang menyelubungi busur arus), disebut proses busur
perisai (shielded arc process).
4.1 METODE PENGELASAN
Metode pengelasan dibagi menjadi 2 :
1. PENGELASAN TEKAN : Bagian yang hendak disambung ditekan satu sama lain
dalam keadaan panas tanpa dicairkan dan tanpa bahan tambahan.
2. PENGELASAN CAIR : Ruangan antara bagian yang disambung (kampuh) diisi
sedemikian rupa dengan bahan cair, sehingga tepi bagian yang berbatasan
mencair (Dimana kalor yang diperlukan dibangkitkan dengan jalan kimia dan
jalan listrik).
METODE LAS TEKAN :
1. PENGELASAN API (pengelasan tempa) : Kedua bagian dipanaskan sampai
temperatur cair, lalu disambung dengan pukulan atau dipres.
Contoh : mata rantai .
2. PENGELASAN GAS AIR : Pengelasan dilakukan dengan membakar gas air, lalu
kampuh digiling rapat.
Contoh : pabrik baja (u/ pipa dengan diameter besar, silinder api ketel) .
3. PENGELASAN TERMIT TEKAN : Kalor dari reaksi eksoterm dalam campuran
halus serbuk aluminium dengan oksida besi. Temperatur sekitar 2800C
sehingga saling melumer dan bagian yang disambung ditekan dengan gaya
besar.
Contoh : Rel, reparasi bag. Mesin berat.
4. PENGELASAN OTOGEN TEKAN : Luasan dipanaskan dengan oksigen asetelin
sampai cair. Lalu saling ditekan (temperatur api 3000 C)
Contoh : Pengelasan tumpul pipa.
16
5. PENGELASAN TAHANAN LISTRIK : Dengan arus tinggi & voltase rendah
dihantarkan lewat 2 bagian yang disambung sampai cair, karena tekanan
maka terjadi sambungan, dibedakan menjadi sbb :
5.1 PENGEL.TEMU TEKAN (butt welding) : Selama menghidupkan arus
saling ditekan, menyebabkan penebalan setempat.
Contoh : besi-beton, rantai jangkar.
5.2 PENGEL.TEMU BUNGA API : Kedua bagian disinggungkan berulang
kali, sehingga diperoleh busur dan setelah cair keduanya ditekan dg
keras.
Contoh : rantai, poros engkol .
5.3 PENGELASAN TITIK : Dua elektroda mengapit benda kerja yg
bertumpang tindih, sehingga kerapatan arus tinggi setempat, sampai
benda kerja saling melekat. Cocok untuk baja, paduan non ferrous (tebal
plat = 0,5 5 mm).
Contoh : pada karoseri, mebel baja, perkawatan.
5.4 PENGEL. PRESS (proyeksi) : Sejumlah pengelasan titik dibentuk
serentak, salah satu plat ada tonjolan untuk ditekan dengan elektroda
datar sampai menyambung.
5.5 PENGEL.ROL KAMPUH TUMPANG TINDIH : Kedua elektroda dibuat rol
tekan berkali2 arus dihidup matikan sampai terjadi seri pengelasan titik.
Contoh : pembuatan (mobil, ember, kaleng susu, radiator) .
5.6 PENGEL.ROL KAMPUH TUMPUL : Kedua elektroda dibuat rol tekan
berkali2 dihidup matikan dan plat ditekan tumpul oleh rol vertical.
METODE LAS CAIR :
1. PENGEL.LEBUR OTOGEN : Kalor dari gas (kebanyakan asetelin) dengan
oksigen, bahan isi berbentuk batang las. Penerapan yang penting ; memotong
plat, profil & pipa dengan otogen.
Contoh : plat baja tipis & pipa kecil, paduan non ferrous, las reparasi besi cor.
2. PENGEL.LEBUR TERMIT : Kalor dari reaksi eksoterm dalam campuran halus
serbuk aluminium dengan oksida besi. Temperatur sekitar 2800C sehingga
saling melumer, tapi tanpa penekanan benda kerja. Termit sangat banyak
sehingga terjadi penangas lebur besar.
Contoh : Penampang besar (rol giling, dll).
3. PENGEL.BUSUR LISTRIK : Kalor dari busur yang dipertahankan antara
elektroda, dibedakan menjadi :
3.1 PENGEL.CELUP : Pena/baut ditarik jauh dari benda kerja sehingga
terjadi busur sampai cair, lalu pena tadi dicelup dengan cepat ke
bawah.
3.2 PENGEL.BENAM (union melt) : Busur tertutup oleh serbuk las (flux)
sehingga penangas lebur tertutup dari udara luar.
Contoh : bangunan kapal, pembuatan jembatan dan kapal.
3.3 PENGEL.BUSUR GAS LINDUNG : Busur dari elektroda wolfram
yang tidak mencair & benda kerja dalam atmosfer gas netral.
Contoh : plat baja tipis, baja tahan karat
17
*
*
18
19
Dimana :
Contoh :
Elekroda E-70 untuk mengelas baja A36.
Te gangan geser ijin ()= 145 Mpa
Hitung : Kekuatan las sudut 45 ?
Penyelesaian :
P = .A
= (145x106)(0,707 t.L x10-6) = 103 t L
Biasanya kekuatan las sudut dinyatakan dalam terminologi gaya izin (q) per (mm)
panjang las :
q=
P
= 103.t
L
20
Gambar 12-21: Analisa sambungan las dibebani eksentris. Bagian (a) adalah
jumlah vector bagian (b) dan (c)
Dalam gambar 12-21b : beban terpusat P ditahan gaya langsung (qd) per-mm las,
terbagi merata sepanjang las.
qd =
P
L
Dalam gambar 12-21c : kopel torsi ditahan oleh variable gaya torsi (qt) per-mm las.
Dengan memisalkan kerja las elastis tetapi plat kaku dan memuntir terhadap pusat
C, maka intensitas gaya torsi dengan menggunakan rumus torsi (dg.menukar
harga J) bisa didapatkan.
Y
y
~
Untuk panjang las (L), harga ttk.berat (J) = Penjumlahan momen inersia
empat persegi panjang terhadap sumbu melalui pusatnya sepanjang & arah
tegak lurus panjangnya. ( 0 1/12 L3).
J = J + L.d 2
21
1 3
1 3
L + L.2 =
L + L(x2 + y2 )
12
12
J=
1
J = L( L2 + x2 + y2 )
12
Rumus torsi untuk menghasilkan gaya torsi (qt), yang tegak lurus lokasi
radial () adalah :
T .
qt =
1
L( L2 + x2 + y2 )
12
qt diuraikan menjadi qtx dan qty :
qtx =
T.y
1
L( L2 + x2 + y2 )
12
qty =
T .x
1
L( L2 + x2 + y2 )
12
Intensitas maksimum gaya las terjadi pada titik qdx maks. (qdy dan qty
maks.).
Sehingga secara vector :
q=
BAB V
SAMBUNGAN MUR BAUT
Fungsi mur baut (skrup) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
22
23
24
PROSES PEMBUATAN :
Dalam pembuatan alur ulir dengan pengepresan atau pengerolan, yang tidak
dipotong (tdk.ada penyerpihan bahan) dari alur ulir dan pencetakan kepala sekrup.
Proses snei dan tap, dengan pemutaran atau penggilingan dengan profil gigi
penggerus secara manual atau dengan bantuan alat pemutar.
5.1 SEKRUP, MUR DAN PERLENGKAPANNYA
SEKRUP BIASA : Dalam konstruksi mesin sekrup dengan kepala segi enam
dan murnya, paling banyak digunakan dan punya penerapan penting.
Macamnya :
- Sekrup tembus (baut skrup)
- Sekrup kepala (tanpa mur)
- Stud (tanpa kepala dan mur)
SEKRUP KHUSUS :
- Untuk plat baja tipis & plastik sering pakai sekrup plat.
- Dengan kepala mur & sekrup silindris.
- U/ pengerjaan penguncian digunakan sisi yang diratakan
atau dilobang radial, alur memanjang / lekukan bergigi.
25
Gambar 10/2: Pengaman skrup, Pengaman yang didapat dari bentuk : a) Mur
mahkota dg bilah melintang; b) Plat pengaman; c) Kawat pengaman; Pengamanan
yg didapat dari gaya: d) Cincin pegas; e)Plat pegas; f)Plat gerigi; g) Dududkan
kerucut; h)Mur yg mengamankan sendiri; i) Mur mahkota; j) Mur pengamanan;
k) Cincin pengaman plastik
Untuk menahan beban tarik & beban geser dari luar atau gabungan
keduanya, maka yang baik digunakan sambungan baut dengan cincin penahan
yg diperkeras.
26
3.
F .L
A.E
Dimana :
= Lendutan
F = Gaya
A = Luas
E = Modulus Elastisitas
k=
Konstanta Kekakuan :
F
A.E
=
Bila beban luar (P) diberikan pada baut yang telah menerima beban awal,
maka ada perubahan deformasi baut dan anggota2 yang disambungkan.
Penambahan deformasi baut :
Dimana :
b =
Pb
kb
m =
Pm
km
27
Pb Pm
=
kb
km
kb.P
km
Fb = Pb + Fi =
kb.P
+ Fi
kb + km
Fm =
km.P
Fi
kb + km
CATATAN : Bila gaya luar cukup besar untuk menghilangkan gaya tekan
awal ini sama sekali, maka anggota2 tersebut akan terpisah & seluruh beban
akan diterima baut.
28
CONTOH SOAL :
Suatu sambungan mur-baut (lihat
gbr. 8-7)
Ambil km= 8 kb
Beban awal (Fi) = 1000 lb
Beban luar (P) = 1100 lb
Berapakah Resultante gaya tarik
dalam baut (Fb) dan gaya tekan
anggotanya (Fm)?
kb.P
kb(1100)
+ Fi =
+ 1000
kb + km
kb + 8kb
Fb =
=
1100
+ 1000 = 122,2 + 1000 = 1122lb
9
Fm =
km.P
8kb(1100)
Fi =
1000
kb + km
kb + 8kb
=
8800
1000 = 22lb
9
29
BAB VI
SAMBUNGAN SUSUT TEKAN
Bila 2 bagian berbentuk silinder disambung secara pengerutan atau penekanan,
maka tekanan kontak akan terjadi antara kedua bagian tersebut.
Tekanan kontak (p) yg timbul pada radius (b) menyebabkan tegangan radial (r =
-p) pada masing2 permukaan kontak tersebut.
Tegangan tangensial pada permukaan sebelah luar dari silinder dalam (it).
b2 + a 2
it = p 2
b a2
Tegangan tengensial pada permukaan sebelah dalam dari silinder luar (ot)
ot = p
c2 + b2
c2 b2
Untuk mendapatkan samb.kerut, diameter silinder dalam dibuat lebih besar dari
diameter silinder luar. Perbedaan ukuran dimeter tersebut = RINTANGAN .
Sehingga kedua silinder tersebut akan mengalami deformasi.
Perpanjangan tangensial dari silinder luar pada radius sebelah dalam
( ot ) =
Perubahan.keliling
Keliling .mula mula
ot =
2 .(b + o) 2 .b o
=
2 .b
b
Dimana :
o = Penambahan radius dari lubang silinder luar
I = Pengurangan radius dari silinder dalam
Sehingga (o = b ot) dan
ot =
ot . or
Eo
Eo
bp c 2 + b 2
2
o =
+
Eo c b 2
bp b 2 + a 2
2
i =
2
Ei b a
bp b 2 + a 2
bp c 2 + b 2
2
= o i =
+
Ei b 2 a 2
Eo c b 2
Sehingga jika kedua silinder tersebut dari bahan yang sama maka (Eo = E1 =E)
E
p=
b
(c 2 b 2 )(b 2 a 2 )
2
2
2
2
b
(
c
a
)
30
BAB VII
POROS
7.1 MACAM-MACAM POROS
Menurut fungsinya dibedakan menjadi 2 :
1. POROS (shaft) : - Untuk mendukung beban
- Untuk meneruskan daya
Contoh : Straight shaft, crank shaft, flexible shaft
2. GANDAR (axle) : Untuk mendukung beban saja
Contoh : - Gandar berputar (revolving axle )
- Gandar tetap (fixed axle)
Menurut pembebanannya dibedakan menjadi 3 :
1. POROS TRANSMISI : Poros macam ini mendapat beban puntir murni dan
lentur. Daya ditransmisikan biasanya melalui (kopling, roda gigi, puli sabuk,
sproket rantai, dll).
2. SPINDEL : Poros transmisi yg relatif pendek seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utama berupa puntiran.
Syarat utama :
- Deformasinya kecil
- Bentuk & ukurannya teliti
3. GANDAR :Poros yg mana tidak mendapat beban puntiran, bahkan kadang2
tidak boleh berputar. Jadi hanya menerima beban lentur (kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula untuk beban puntir).
Contoh : Poros yg dipasang pada kereta, dll.
Menurut bentuknya :
- Poros lurus umum
- Poros engkol
- Poros luwes (u/ transmisi daya)
7.2 HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS
1. Kekuatan poros : (faktor-faktornya)
Poros mengalami beban puntir, lentur atau gabungan dari keduanya
(seperti : poros transmisi).
Mendapat beban tarik atau tekan (seperti : poros baling-baling kapal,
turbin)
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan (bila poros
diperkecil atau mempunyai alur pasak).
2. Kekakuan poros :
Akibat lenturan dan defleksi puntir yg terlalu besar, maka akan mengurangi
ketelitian mesin perkakas, atau getaran & suara (pada turbin & kotak roda gigi).
3. Putaran kritis :
Bila putaran mesin dinaikkan pada harga tertentu, maka dapat terjadi getaran
yg luar biasa. Misalnya: pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll.
4. Korosi :
Untuk poros propeller dan pompa, bila terjadi kontak dengan fluida maka
bahan harus dipilih yg tahan korosi
31
Juga untuk poros yg terancam kavitasi & poros mesin yg berhenti lama.
5. Bahan poros :
Poros untuk mesin umum biasanya dari baja batang yg ditarik dingin dan
difinis.
U/ konstruksi mesin adalah baja karbon (bahan S-C) yaitu dari ingot yg
dikill (= baja yg dioksidasikan dengan ferro silikon dan dicor).,(Tabel 1.1).
Tetapi bahan ini kelurusannya agak kurang tetap & mengalami deformasi
(karena adanya tegangan yg kurang seimbang dan adanya tegangan sisa
diterasnya.
U/ poros yg meneruskan putaran tinggi & beban berat, umumnya dari baja
paduan dengan pengerasan kulit yg tahan aus.
Seperti : baja krom nikel, baja krom nikel molibden, baja krom, baja krom
molibden. (Tabel 1.2)
U/ poros yg bentuknya sulit, seperti poros engkol (biasanya dari besi cor
nodul).
Gandar untuk kereta rel dari baja karbon (Tabel 1.3)
Baja dapat diklasifikasikan : (Tabel 1.4)
1. Baja liat (U/ poros)
2. Baja agak keras (U/ poros)
3. Baja lunak (umumnya agak kurang homogen ditengah)
4. Baja keras (umumnya berupa baja yg dikil).
7.3 POROS DENGAN BEBAN PUNTIR
Jika poros yg akan direncanakan hanya mendapat beban torsi, maka diameter
poros biasanya dapat lebih kecil dari yg diperkirakan, seperti : poros motor dg.
sebuah kopling.
Tetapi jika diperkirakan terjadi beban lenturan (tarikan atau tekanan), misalnya :
sabuk, rantai, roda gigi yg dipasang pada poros motor. Sehingga pembebanan
tambahan tersebut perlu perhitungan (dalam faktor tambahan yg diambil).
Tata cara perencanaan :
1. DAYA RENCANA (Pd) :
Pd = fc. P (kW) Dimana : fc= factor koreksi (tabel 1.6)
CATATAN :
Jika P adalah daya rata2 maka harus dibagi dengan eff. Mekanis () dari
sistem transmisi untuk mendapatkan daya penggerak mula.
Konversi satuan :
1 PS
= 0,735 KW
1 KW = 1 KJ/dt
= 0,986 HP
1 HP = 746 W
= 75 Kg.m/dt
2. MOMEN PUNTIR (Momen rencana), T :
Pd =
32
Sehingga:
T = 9,74 x105
Pd
(Kg.mm)
n1
T
5,1.T
=
(Kg/mm2)
( .ds 3 / 16)
ds 3
a =
b
( Kg / mm 2 )
( Sf 1xSf 2)
Dimana :
5,1
ds =
Kt .cb.T
a
1/ 3
33
BAB VIII
PASAK
PASAK : adalah suatu elemen mesin yg dipakai untuk menetapkan bagain2
mesin (seperti : roda gigi, sproket, puli, kopling, dll) pada poros.
Fungsi yg serupa dg pasak adalah dilakukan oleh :
1. Seplain : dimana gigi pada seplain biasanya besar atau sedang .
2. Gerigi (serration) : gigi kecil2 dengan jarak bagi yg kecil juga .
Keduanya dapat digeser secara aksial saat meneruskan daya.
Menurut letaknya pada poros, pasak dibedakan :
1. Pasak pelana
4. Pasak singgung
2. Pasak rata
5. Pasak tembereng
3. Pasak benam
6. Pasak jarum
Umumnya berpenampang segi empat, dalam arah memanjang dapat berbentuk
prismatic atau tirus.
CATATAN :
Paling banyak dipakai adalah pasak benam, karena dapat meneruskan momen
yg besar.
Untuk momen dg tumbukan dapat dipakai pasak singgung
34
F=
T
( Kg )
(ds / 2)
Dimana :
F
(kg / mm 2 )
b.l
k =
Dimana :
ka
F
b.l1
atau
k =
b
Sfk1xSfk 2
35
Dimana : l1= Panjang pasak yg diperlukan
b= Kekuatan tarik
Sfk1= Umumnya 6
Sfk2= 1 1,5 (Beban secara perlahan)
1,5 3 (Beban tumbukan ringan)
2 5 (Beban tiba-tiba & tumbukan berat)
p=
F
(kg / mm 2 )
L(t1.atau.t 2)
pa
F
L(t1.atau.t 2)
Dimana :
CATATAN :
Lebar pasak sebaiknya = 25 35% dari diameter poros
Panjang pasak = (0,75 1,5)ds.
36
BAB IX
PEGAS
9.1 MACAM-MACAM PEGAS
Menurut coraknya pegas dapat dibedakan :
1. Pegas tekan atau kompresi
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
Secara umum menurut jenis beban yg diterima, pegas dapat digolongkan, sbb :
a. Pegas tekan
f. Pegas piring :
- Paralel
b. Pegas tarik
- Seri
c. Pegas puntir
g. Pegas cincin
d. Pegas volut
h. Pegas batang ulir
e. Pegas daun
i. Pegas spiral/pegas jam
Fungsi pegas :
1. Pelunak tumbukan atau kejutan (exp. Pegas kendaraan)
2. Penyimpan energi (exp. Pegas pada jam)
3. Pengukur (exp. Pada timbangan)
4. Penegang atau penjepit
5. Pembagi rata tekanan
37
9.2 BAHAN PEGAS
Menurut pemakainnya pegasa dapat dibuat dari bebarapa jenis bahan (Tabel
7.11). Pegas dari baja dengan penampang lingkaran adalah yg paling banyak
dipakai.
Untuk pemakai umum :
Pegas dengan diameter s/d 9,2 mm= dibuat dari kawat tarik keras yg
dibentuk dingin (kawat yg ditemper minyak).
Untuk diameter > 9,2 mm= dibuat dari batang rol yg dibentuk panas.
Pada pegas dari kawat tarik keras, setelah dibentuk pegas maka tidak dilakukan
perlakuan panas.
KETERANGAN :
Diantara kawat tarik keras yg paling bermutu adalah kawat untuk musik/piano
(SWP).
Kawat baja keras (SW) dipakai u/ tegangan rendah atau beban statis (dg
mutu lebih rendah dari SWP).
Pegas dari baja yg paling umum dipakai adalah pegas yg dibentuk panas,
yaitu baja pegas (SUP).
Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk keadaan lingkungan yg korosif.
Inconel dipakai untuk keadaan temperatur yg tinggi dan korosif.
Perunggu pospor (PBW) bahan yg anti magnet dan mempunyai daya
konduksi listrik yg baik.
Kawat yg ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas saat proses
pembuatan, untuk memperoleh sifat fisik yg ditentukan.
9.3 PERENCANAAN PEGAS ULIR
Tatacara perencanaan pegas diberikan dalam (diagram 30), pertimbangan lainnya
yg perlu diketahui (berhubungan dengan pemakaian adalah):
1.Besar lendutan yg diijinkan
2.Besar energi yg akan diserap
3.Apakah kekerasan pegas akan dibuat tetap atau bertambah (dengan
membesarnya beban).
4.Besar ruangan yg dapat disediakan.
5.Corak beban : berat, sedang atau ringan serta dengan kejutan atau tidak.
6.Lingkungan kerja : korosif, temperatur tinggi, dsb.
= Lendutan (mm)
k
= Konstanta pegas (kg/mm)
38
T=
D
W 1(kg.mm)
2
T
(k / mm 2 )
Zp
Dimana : Zp
3
.d
16
d = Diameter kawat (mm)
=
Sehingga:
8.D.W 1
.d 3
= K.
8.D.W 1
(kg / mm 2 )
3
.d
Sehingga :
= K.
8 D W1
d d2
. .d 3
W1 =
8 .K .D
4c 1 0,615
+
----4c 4
c
CATATAN :
* Dalam pegas kompresi, dimana: H= panjang lilitan
D= diameter rata-rata]
Untuk pemakaian umum harga (H/D) 4.
* Pegas ulir tekan ujung ulir harus rata dan tegak lurus
sumbu ulir (u/ tempat dudukan).
* Harga tegangan maks. yg diijinkan pada pegas ulir
tekan diberikan pada (gambar 7.27), untuk beban statis.
Dalam perencanaan besarnya tegangan diambil :
= 80% dari harga dalam (u/ kerja sedang)
= 65% dari harga dalam (u/ kerja berat). Hal ini untuk
menghindari kelelahan bahan karena beban ulang.
39
dengan umur pendek).
Contoh: kopling, rem
1.000.000 siklus.U/ kerja berat (beban dengan
lendutan besar jangka panjang & berfariasi).
Contoh : Pegas katup motor bakar
Tegangan yg diijinkan pada pegas tarik 20% lebih rendah dari pegas tekan
(sebab pegas ulir tarik dipandang kurang aman dibanding pegas ulir tekan).
N= n+(1,5 s/d 2)
Dimana:
N= Jumlah seluruh lilitan
n= jumlah lilitan aktif
= 3 atau lebih
Lendutan ():.
Dimana:
8.n.D 3 .W 1
=
( mm)
4
d .G
Hf Hs = o =
Dimana:
G.d 4
k=
8.n.D 3
Wo
k
= Hf Hl = h + o =
Hs = Hl + = Hl +
Dimana:
(Wl Wo)
k
h
Wl
Hl
Wl
k
Wl = Wo + k .
40
Cs =
Cl =
( Hs Hc)
(n + 1,5)
( Hl Hc)
(n + 1,5)
Cs
Cl
CATATAN :
1. Pada pegas yg cukup ramping, maka agar tidak terjadi tekukan :
* Untuk panjang bebas 6D, maka lendutan () 40% panjang bebas
* Untuk panjang bebas = 8D, maka () 20% panjang bebas
2. Pegas yg cenderung mengalami tekukan, seharusnya diberi batang atau pipa
penjaga (perlu diperhatikan keausan dan perubahan konstanta pegas).
3. Pada temperatur pegas yg tinggi maka modulus gesernya (G) akan berkurang,
demikian juga sebaliknya.
4. Suhu < 46 C di bawah nol (pada baja timbul kegetasan), maka harus dihindari
beban tumbukan (kecuali bahan pegas dari logam bukan besi).
5. Temperetur kerja maks. :
Untuk Pegas baja = 150C (asumsi tegangan yg diijinkan 80% pada temperatur
ruangan).
Untuk Pegas inconel = 370C
Untuk Pegas perunggu pospor = 75C
Untuk Pegas baja tahan karat = 260C
9.4 PEGAS DAUN
Pegas batang tekuk satu sisi dengan penampang segi empat mengecil :
.b.h 2
F=
(N )
6L
Gaya kemampuan:
q1.4 F .L3
Pemindahan pegas: f =
( m)
E.b.h3
41
Dimana:
q 2.6 F .L2
tan =
E.b.h3
Kemiringan:
Kerja pegas: W = F
f
2
4
q1
9 (1 + bo / b)(1 + ho / h)
42
BAB X
KOPLING
Klasifikasi kopling:
1. Kopling tetap: suatu elemen mesin yg berfungsi untuk penerus putaran dan
daya dari poros penggerak ke poros yg digerakkan tanpa slip, dimana kedua
poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau sedikit berbeda sumbunya dan
selalu dalm keadaan terhubung.
2. Kopling tidak tetap : elemen mesin dimana proses penghubungan poros
dengan putaran yg sama serta dapat melepaskan hubungan kedua poros
tersebut baik dalam keadaan diam atau berputar.
Macam-macam kopling tidak tetap :
1. Kopling kaku:
- Kopling bus
- Kopling flens kaku
- Kopling flens tempa
2. Kopling luwes :
- Kopling flens luwes
- Kopling gigi
- Kopling karet ban
- Kopling rantai
- Kopling karet bintang
3. Kopling universal:
- Kopling universal hook
- Kopling universal kecepatan tetap
KETERANGAN :
Kopling kaku: Tidak mengijinkan ketidaklurusan kedua poros
Kopling luwes (flexible): Mengijinkan sedikit ketidaklurusan sumbu poros.
Kopling universal: Bila kedua poros akan membentuk sudut yg cukup
besar.
3.
4.
Kopling friwil: hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran.
43
44
10.1
KOPLING KAKU
Kopling kaku digunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu yg
segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrikpabrik.
Jika bahan ditentukan, misalnya dari baja liat maka kadar C= (0,2-0,3)%,
jika diambil 0,2% C maka harga kekuatan tarik (b) = (0,2x100)+20 (kg/mm2)
Bagian yg perlu diperiksa adalah baut, biasanya dalam perhitungan
dianggap hanya 50% dari keseluruhan baut (n) yg menerima beban secara
merata.
Momen pada baut (T) :
T =
B
.db 2 . b.ne. (kg.m)
4
2
Dimana:
b =
2.T
(kg / mm 2 )
2
.db .ne.B
ba =
b
Kb.Sfb
T = .C.F . F .
C
( kg.mm) .Dimana: C dan F (lihat tabel 2.1)
2
F =
2T
.C 2 .F
dan
[F Fa]
Fa =
b
. KF
KF .Sfb
CATATAN:
45
Ada juga flens yg ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros, disebut
poros flens tempa. Keuntungannya diameter flens bias kecil sehingga tidak perlu
naf.
DAFTAR ISI
BAB I
1
1
2
3
4
5
5
BAB II
6
6
7
8
BAB III
BEJANA TEKAN
3.1 TEKANAN PADA VESSEL BERDINDING TIPIS
.....
11
BAB IV
SAMBUNGAN LAS ..
4.1 METODE PENGELASAN ....
4.2 MAMPU LAS .
4.3 SAMBUNGAN LAS DENGAN BEBAN EKSENTRIS ...
14
14
17
18
BAB V
20
22
23
BAB VI
27
BAB VII
POROS .
7.1 MACAM MACAM POROS
7.2 HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS
7.3 POROS DENGAN BEBAN PUNTIR
28
28
28
29
BAB VIII
PASAK ....
8.1 PERENCANAAN PASAK .
31
32
BAB IX
PEGAS
9.1 MACAM MACAM PEGAS ...
9.2 BAHAN PEGAS ...
9.3 PERENCANAAN PEGAS ULIR ....
9.4 PEGAS DAUN
34
34
35
35
38
BAB X
KOPLING .. 40
10.1 KOPLING KAKU .. 42
46