Disusun oleh :
Renny Diah Permatasari
I.
PENDAHULUAN
dari ekosistem danau/waduk. Hal tersebut perlu diketahui agar kita dapat
mengelola sumberdaya suatu ekosistem khususnya ekosistem Danau Toba secara
berkelanjutan.
I.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui nilai ekonomi
total pada ekosistem Danau Toba.
II.
ISI
BA
LS
IP
= Intensitas Penanaman
Daerah Simalungun sebagian besar terletak di bagian atas Danau Toba,
Kondisi itu akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas air. Kualitas Air
terkait erat dengan fungsi danau sebagai sumber air baku dan tempat
berkembangbiaknya ikan. Kuantitas air berkaitan dengan fungsi danau sebagai
sarana transportasi, kawasan wisata, maupun sebagai tempat untuk mencari
nafkah bagi penduduk.
Air minum di Kabupaten Simalungun dikelola oleh 3 (tiga) PDAM, yaitu
PDAM Tirta Lihou, PDAM Tirta Uli, dan PDAM Tirta Nadi. Air baku yang
dikelola dan disalurkan kepada para pemakai air minum tidak berasal dari Danau
Toba tetapi dari air sungai dan air tanah. Oleh karena itu, nilai ekonomi untuk air
Danau Toba sebagai air baku air minum di Kabupaten Simalungun adalah sebesar
(0) nol.
2.2.3. Sebagai Habitat Ikan Tangkap
Air merupakan habitat utama bagi ikan. Volume air yang melimpah sangat
besar manfaatnya bagi kehidupan ikan. Dalam valuasi ekonomi pada Danau Toba
sebenarnya kita melakukan penilaian terhadap jasa Danau Toba sebagai habitat
ikan untuk tempat hidup dan berkembang hingga dimanfaatkan, bukan dari
seberapa banyak ikan yang dihasilkan oleh ekosistem danau tersebut. Disini kita
perlu menggunakan metode valuasi menggunakan pendekatan produksi.
Menurut KLH (2010), harga jual ikan diperoleh dari hasil wawancara dan
di cek dengan data harga ikan yang diterbitkan oleh BAPPEDA dala Simanlungun
Dalam Angka, 2009, yaitu rata-rata Rp 7.000 per Kg pada tahun 2007. Biaya total
perikanan tangkap dibedakan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya-biaya yang langsung
berhubungan dengan biaya produksi perikanan tangkap seperti biaya untuk bahan
bakar; sewa kail, jala, umpan, dan perahu; serta upah tenaga awak kapal
penangkap ikan. Data biaya langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan
nelayan atau buruh penangkap ikan. Nilai biaya langsung ini ditemukan sebesar
Rp 2.600.000/ton.
Perlu kita ketahui terdapat daerah penangkapan nelayan di Sungai
Naborhasan. Di daerah ini biasanya diperoleh hasil tangkapan berupa ikan bilih,
lele, nila, gabus dan jenis ikan lainnya. Akan tetapi banyak kegiatan manusia yang
berdampak buruk pada aliran sungai Naborhasan. Menurut Tarigan (2012), bahwa
di sepanjang Sungai Naborsahan banyak ditemukan berbagai aktivitas manusia
seperti mandi, mencuci, penangkapan ikan, pengerukan pasir serta adanya limbah
PDAM yang berasal dari Sungai Sisera-sera. Limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas-aktivitas ini akan dibuang ke badan perairan sehingga menyebabkan
besarnya volume limbah yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut yang terbawa
bersama aliran air sungai, langsung ataupun tidak langsung dan akan
menimbulkan pencemaran sehingga mempengaruhi struktur komunitas ikan pada
sungai tersebut.
Upah tenaga
1.500.000
5.
Keuntungan usaha (15% *
607.500
biaya langsung)
6.
Biaya tak langsung (jasa danau yang harus
2. 342.500
diperhitungkan):
332.500
Nilai nutrisi lainnya
2.010.000
Nilai air danau Toba
7.
LABA NORMAL
0 (Nihil)
Catatan:
o Produksi 20 ton per tahun, karena panen 3 tahun
o Biaya investasi jaring apung Rp 25.000.000 untuk 10 ton ikan/tahun, umur
pakai selama 5 tahun
o Nilai nutrisi lainnya didapat dari biaya tidak langsung dikurangi nilai air (seperti
pada perikanan tangkap)
Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai wadah budidaya perikanan jaring
apung adalah Rp 2.342.500 per ton ikan. Kalau pada tahun 2007 diketahui jumlah
produksi ikan jaring apung sebanyak 1.636 ton, maka nilai ekonomi total danau
toba sebagai wadah budidaya jaring apung mencapai 1.636 x Rp 2. 342.500 = Rp
3.832.330.000 atau lebih dari Rp 3,8 miliar/tahun.
2.2.5. Sebagai Obyek Rekreasi dan Pariwisata
Saat ini kawasan Danau Toba ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata
Nasional (DPN) dan Destinasi Pariwisata Unggul (DPU) di provinsi Sumatera
Utara [1]. Menyadari hal tersebut, pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba
(KDT) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) bidang pariwisata yang
selanjutnya disebut sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Di Kawasan
Danau Toba terdapat
beberapa
daerah
tujuan wisata
seperti
Parapat,
Simarjarunjung, Tanjung Unta, Haranggaol, dan lain-lain. Salah satu daerah yang
paling terkenal dan banyak diminati adalah Kota Parapat yang juga merupakan
ibukota Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Parapat merupakan pintu gerbang
utama menuju Pulau Samosir dan sering juga disebut Kota Wisata Parapat. Kota
ini berkembang dan dikenal sebagai kawasan wisata sampai mengalami
perkembangan pesat sekitar tahun 1990-an yang memiliki banyak hotel,
penginapan, restoran dan sarana pendukung pariwisata lainnya termasuk dermaga
yang menghubungkan Parapat dengan Pulau Samosir yang berada di tengahtengah Danau Toba [3]. Namun saat ini kegiatan pariwisata tidak mengalami
perkembangan, terlihat dari penurunan jumlah pengunjung sehingga fasilitas
pariwisata tersebut mulai terlantar. Data Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kabupaten Simalungun tahun 2012 mengatakan bahwa jumlah pengunjung
terbanyak pada tahun 1997 yaitu sebanyak 1.125.177 jiwa. Namun jumlah
pengunjung ini terus mengalami penurunan menjadi 26.463 jiwa pada tahun 2006.
Jumlah pengunjung di Parapat mengalami kenaikan sampai pada tahun 2009
mencapai 96.774 jiwa sedangkan pada tahun 2011 jumlah pengunjung berkurang
menjadi 95.122 jiwa. Pada kawasan wisata Danau Toba wilayah Kota Parapat
tidak hanya terdapat objek wisata Danau Toba, masih terdapat 4obyek wisata
alamlainnya,yaitu Batu Gantung, Taman Wisata Kera Huta Sibatu Loting, Bangun
Dolok dan camping groundserta Dolok Simarbalatuk. Objek-objek tersebut
sebenarnya jika dikembangkan dengan baik dapat memberikan nilai lebih pada
kawasanwisata Parapat, namun kondisinya saat ini objek-objek tersebut
hampirtidak dikenal oleh masyarakat (Buaton, 2015).
Banyak wisatawan yang datang ke Danau Toba untuk menyaksikan
keindahanan pemandangan danau dan sekitarnya serta ingin datang untuk
menyaksikan secara langsung seperti apa sesungguhnya Danau Toba itu. Dalam
hal ini pendekatan yang dapat dipakai adalah pendekatan yang sudah umum
dipakai untuk menilai tempat wisata atau taman nasional, yaitu dengan
pendekatan biaya perjalanan (travel cost method). Hal yang penting dalam
pendekatan biaya perjalanan ini adalah:
Biaya perjalanan dari kota asal sampai di kota tujuan (Danau Toba)
Lamanya waktu dalam menempuh perjalanan
Pengeluaran makan dalam perjalanan
Lamanya tinggal di tempat tujuan (Danau Toba),
Pengeluaran untuk hotel, makan-minum, dan rekreasi lainnya.
Data perjalanan dari Medan ke Danau Toba yang memakan waktu 5 jam
perjalanan karena lalu lintas sudah semakin padat dibanding dengan 10 tahun
yang lalu. Diperkirakan biaya kesempatan (opportunity costs) sebesar Rp
250.000/jam. Biaya sewa taksi Rp 700.000 per hari dan ditumpangi oleh 4 orang
dan 1 orang sopir. Pengeluaran untuk bahan bakar Rp 300.000,- per hari.
Keperluan makan di perjalanan Rp 500.000. Kemudian bermalam dan tinggal di
Hotel selama 2 hari dengan biaya sewa hotel Rp 320.000 per malam untuk 2
orang per kamar. Selama di kawasan Danau Toba pengunjung tidak melakukan
kegiatan rekreasi, tetapi hanya menikmati pemandangan alam, sehingga
pengeluaran yang terjadi hanya pengeluaran untuk makan siang dan makan
malam, karena makan pagi sudah disediakan oleh hotel. Perhitungan nilai
ekonomi total tempat wisata alam sebagai berikut.
Karena tidak ada data mengenai jumlah pengunjung. maka digunakan
perkiraan atas dasar jumlah hotel dan jumlah kamar serta jumlah tempat tidur
yang ada di Kabupaten Simalungun yang jumlahnya sebanyak 50 hotel dengan
1303 kamar dan berisi 2.273 tempat tidur. Dari wawancara dengan beberapa
pemilik hotel diperkirakan occupancy rate hotel dan penginapan sebesar 60%
pada tahun 2007.
Tabel 3. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata di
Kabupaten Simalungun
No.
Keterangan
Dari luar
Dari dalam
Wilayah
Wilayah
Kabupaten
Kabupaten
(Rp/ orang)
(Rp/orang)
1)
Nilai Ekonomi Total
3.690.000
1.765.000
Danau
Toba sbg taman
2)
a
b
c
3)
a
b
c
wisata alam
Biaya perjalanan
dari tempat asal ke
Danau Toba
Biaya transport (pp)
Biaya makan (pp)
Time cost : 10jam (pp)
Pengeluaran selama di
Danau Toba
Transport lokal
Hotel
Pengeluaran konsumsi
3.000.000
1.075.000
250.000
250.000
2.500.000
690.000
75.000
250.000
750.000
690.000
250.000
240.000
200.000
250.000
240.000
200.000
diperhitungkan
pula
nilai
rekreasi
di
Danau
Toba
sebesar
Rp
380.000.000/tahun, maka nilai Danau Toba sebagai tempat wisata dan rekreasi
sebesar Rp 3.312.170.000/tahun, atau Rp 3.31 miliar/tahun.
2.2.6. Sebagai Prasarana Transportasi Danau
Danau Toba banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bepergian dari
satu kota/desa ke kota/desa lain dengan menggunakan angkutan kapal melalui
perairan Danau Toba. Untuk menghitung nilai ekonomi total Danau Toba sebagai
prasarana transportasi digunakan pendekatan berapa kapal dan berapa kali setiap
kapal yang melintasi Danau Toba dalam satu tahun. Untuk kapal angkutan
penumpang diperlukan data jumlah penumpang dan tarif angkutan per
3.
4.
5.
perhubungan Rp 10.000/bln
Biaya tak langsung (jasa
danau)
Biaya total (langsung dan
tidak langsung)
Keuntungan usaha layak
10% x 434.755.714
456.273.715
1.214.479.429
78.520.571
Rumus yang digunakan untuk menghitung Nilai Ekonomi Total adalah sebagai
berikut :
air minum
Habitat
Ton
154,60
4.010.000
619,946,000
perikanan
tangkap
4
Habitat
Ton
1.636,00
2.342.500 3,832,330,000
perikanan
budidaya
5
Pariwisata
Orang
273
3.690.000 1,007,370,000
(turist luar
kabupaten)
6
Pariwisata
Orang
1.091
1.765.000 1,925,615,000
(turist dlm
kabupaten)
7
Wadah rekreasi
1 kali
1 kali 50.000.000
50,000,000
air
8
Jasa transportasi
Kapal
4
456.273.71 1,825,094,860
kapal
5
penumpang
9
Jasa transportasi
Kapal
tad
tad
tad
u/ kapal
karamba
10
Jasa transportasi
Kapal
tad
tad
tad
u/ kapal wisata
Total Nilai Ekonomi
- 9,260,355,860
Danau Toba
Secara keseluruhan Nilai Ekonomi Total Danau Toba berdasarkan hasil
3
perhitungan atas dasar data yang ada mencapai Rp 9.260.355.860 atau lebih dari
Rp 9,26 miliar/ tahun pada tahun 2007. Angka ini akan menjadi lebih besar lagi
bila data yang dibutuhkan dapat diperoleh dan semakin lengkap diketahui fungsi
atau penggunaan jasa dari Danau Toba pada tahun 2007.
III.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Lingkungan Hidup.2010. Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem
Danau/ Waduk. Jakarta
Buaton, Kleofin Widya Sonata dan Heru Purwadio. 2015. Kriteria Pengembangan
Kawasan Wisata Danau Toba ParapAT, Sumatera Utara. Jurnal Teknik ITS
4(1).
Idris. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Danau Singkarak. Jurnal Bumi Lestari 13(2) : 355365.
Tarigan, Putri Ananda, Yunasfi dan Ani Suryanti. 2012. Struktur Komunitas Ikan
di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara. Universitas Sumatera
Utara.
Kuswara. 2007. Arahan Pengembangan Permukiman di Kawasan Daerah
Tangkapan Air Danau Toba. Jurnal Permukiman 2(1).
www.danau.limnologi.lipi.go.id