Kepada Yth.
Stephanie Talilah
Dr. Persadaan Bukit, SpA
IDENTITAS PASIEN
Nama
Pasien
An. E
Usia
8 bulan
Jenis
Kelamin
P
Jakarta
Suku
Jawa
Timur
Ibu
Ny. NN
pasien
35
tahun
Jakarta
Agama
Kristen
protestan
SMA
Timur
Ibu
Jawa
rumah
Kristen
protestan
tangga
Ayah
pasien
Tn. J
41
tahun
Jakarta
SMA
Timur
Karyawan
Swasta
Jawa
Kristen
protestsn
PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan
Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab
kematian bayi di Indonesia.1 Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi.
Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran
toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit
dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. 2 Bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Secara
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
KASUS
C. Untuk
keluhan demam, pasien diberikan sanmol tetapi keluhan hanya berkurang sebentar.
Keluhan demam selalu muncul dimalam hari. Nafsu makan dan minum pasien
berkurang, BAK jadi jarang dan sedikit-sedikit. Pasien makin rewel sejak sakit.
Muntah 4 hari sebelum masuk rumah sakit dengan isi muntahan makanan/minuman
yang dimakan/diminum sebelumnya.
Riwayat alergi disangkal. Pasien tidak pernah mengeluh keluhan seperti ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat kejang 2 x sampai usia 2 bulankarena demam
tinggi sebelumnya. Pasien juga pernah dirawat di RS Restu selama 5 hari karena ada
infeksi paru. Tidak ada anggota keluarga atau orang lain serumah yang mengalami
penyakit yang sama dengan pasien. Ayah pasien memiliki riwayat kejang demam saat
masih anak-anak. Makanan pasien saat ini berupa nasi, lauk pauk, sayur dan buah,
pasien juga rutin meminum susu formula 1-2 kali tiap hari.
Pasien lahir spontan, cukup bulan, dengan berat lahir 3000 gram dan panjang
badan 51 cm, lingkar kepala 34 cm, nilai APGAR 8/9, dengan pertolongan dokter,
serta langsung menangis. Tidak didapatkan riwayat kuning maupun biru. Sampai saat
ini, pasien telah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usia pasien. Pasien
mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif sejak lahir hingga berusia 6 bulan. Tumbuh
kembang pasien sesuai dengan usia.
Pemeriksaan fisik pada tanggal 16 Maret 2015, didapatkan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi 118 x/menit (regular, isi cukup,
kuat angkat), suhu 36,5 oC (regio axilla), frekuensi pernafasan 34 x/menit (regular,
adekuat). Berat badan pasien 9,5 kg, tinggi badan pasien 67 cm, status gizi lebih.
Pemeriksaan kepala dalam batas normal, pemeriksaan mata cekung dan air mata
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
kurang, pemeriksaan hidung dalam batas normal, pemeriksaan telinga dalam batas
normal, pemeriksaan tenggorokan dalam batas normal, mulut dan bibir kering,
kelenjar getah bening tidak teraba membesar di regio colli, axilla, dan inguinal.
Pemeriksaan toraks dalam batas normal, pemeriksaan abdomen perut tampak
sedikit membuncit, turgor kulit kembali lambat, nyeri tekan dan nyeri ketok (-) pada
seluruh regio abdomen, perkusi timpani pada seluruh regio abdomen, bising usus (+)
5x/menit. Pemeriksaan genitalia dan anus tidak dilakukan. Pemeriksaan ekstremitas
normotonik dan eutrofi, akral hangat, capillary refill time < 2 detik.
Pada tanggal 16 Maret 2015 dilakukan pemeriksaan penunjang, dimana
didapatkan Hb 13,4 g/dL, Ht 39%, leukosit 5.400/uL, trombosit 235.000/uL, MCV 87
fL, MCH 29.2 pg, MCHC g/dL, hitung jenis leukosit 1 / 2 / 2 / 54 / 30 / 6, dan LED
11 mm/jam.
Diagnosis kerja pasien adalah diare akut dehidrasi sedang. Tatalaksana yang
diberikan adalah diet lunak tidak merangsang, cairan intravena asering 20 tetes per
menit makro, Paracetamol syrup 4 x 0,99 cc (PO), Lacto-B 2 x 1 sach (PO), dan
Mucasin inj 2 x 60 mg (IV).
Perawatan hari kedua tanggal 17 Maret 2015, pasien masih mencret. Frekuensi
BAB 1-4 kali dalam satu hari dengan konsistensi cair, warna kuning, tidak berbau
busuk ataupun asam, tiap BAB sebanyak sekali mencret, feses penuh di bagian tengah
pempers., lendir (-), darah (-), ampas (+) sedikit. Mual (+) muntah (+) demam (-).
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi
120x/menit, frekuensi napas 38x/menit, suhu 37,2oC. Pada pemeriksaan fisik mata
cekung dan air mata kurang, , mulut dan bibir kering. Pemeriksaan toraks dalam batas
normal, pemeriksaan abdomen perut tampak sedikit membuncit, turgor kulit kembali
lambat, nyeri tekan dan nyeri ketok (-) pada seluruh regio abdomen, perkusi
hipertimpani pada seluruh regio abdomen, bising usus (+) 5x/menit. Pemeriksaan
ekstremitas normotonik dan eutrofi, akral hangat, capillary refill time < 2 detik.
Diagnosis kerja pasien adalah diare akut dehidrasi sedang. Tatalaksana yang
diberikan adalah diet lunak tidak merangsang, cairan intravena asering 20 tetes per
menit makro, Paracetamol syrup 4 x 0,99 cc (PO), Lacto-B 2 x 1 sach (PO), dan
Mucasin inj 2 x 60 mg (IV).
Perawatan hari ketiga tanggal 18 Maret 2015, pasien masih mencret. . Frekuensi
BAB 1-3 kali dalam satu hari dengan konsistensi cair, warna kuning, tidak berbau
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
busuk ataupun asam, tiap BAB sebanyak sekali mencret, feses penuh di bagian tengah
pempers, lendir (-), darah (-), ampas (+) sedikit. Mual (-) muntah (-) demam (-).
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi
130x/menit, frekuensi napas 38x/menit, suhu 37oC. Pada pemeriksaan fisik mata
cekung (-) , mulut dan bibir lembab. Pemeriksaan toraks dalam batas normal,
pemeriksaan abdomen perut tampak sedikit membuncit, turgor kulit kembali cepat,
nyeri tekan dan nyeri ketok (-) pada seluruh regio abdomen, perkusi hipertimpani
pada seluruh regio abdomen, bising usus (+) 6x/menit. Pemeriksaan ekstremitas
normotonik dan eutrofi, akral hangat, capillary refill time < 2 detik.
Diagnosis kerja pasien adalah diare akut. Tatalaksana yang diberikan adalah diet
lunak (bubur) nestle, cairan intravena kaen 20 tetes per menit makro, Paracetamol
syrup 4 x 0,99 cc (PO) k/p, Lacto-B 2 x 1 sach (PO), Zink pro 1 x 5 cc (PO), Zink zalt
salep.
Perawatan hari keempat tanggal 19 Maret 2015, pasien masih mencret.
Frekuensi BAB 1-3 kali dalam satu hari dengan konsistensi cair, warna kuning
kecoklatan, tidak berbau busuk ataupun asam, tiap BAB sebanyak sekali mencret,
feses penuh di bagian tengah pempers., lendir (+), darah (-), ampas (+) sedikit. Mual
(-) muntah (-) demam (-).
Pada tanggal 19 Maret 2015 dilakukan pemeriksaan penunjang, dimana
didapatkan faeces lengkap makroskopik: warna coklat, konsistensi cair, lendir (+),
darah (-) mikroskopik: amuba tidak ditemukan, kista tidak ditemukan, leukosit 1-2
/LPB, eritrosit (-), cacing (-), telur cacing (-), yeast 2+, bakteri batang 2+.
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi
130x/menit, frekuensi napas 32x/menit, suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan fisik mata
cekung (-) , mulut dan bibir lembab. Pemeriksaan toraks dalam batas normal,
pemeriksaan abdomen perut tampak sedikit membuncit, turgor kulit kembali cepat,
nyeri tekan dan nyeri ketok (-) pada seluruh regio abdomen, perkusi timpani pada
seluruh regio abdomen, bising usus (+) 5x/menit. Pemeriksaan ekstremitas
normotonik dan eutrofi, akral hangat, capillary refill time < 2 detik.
Diagnosis kerja pasien adalah diare akut. Tatalaksana yang diberikan adalah diet
lunak (bubur) nestle, cairan intravena kaen 20 tetes per menit makro, Paracetamol
syrup 4 x 0,99 cc (PO) k/p, Lacto-B 2 x 1 sach (PO), Zink pro 1 x 5 cc (PO), Mucasin
2 x 60 mg (PO).
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Perawatan hari kelima tanggal 20 Maret 2015, BAB sudah tidak terlalu cair,
sudah mulai lembek dan berbentuk. warna kuning kecoklatan. ampas (+) sedikit,
lendir (-), darah (-), mual (+), demam (-). Frekuensi BAB 1-2 kali dalam satu hari.
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi
128x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan fisik mata
cekung (-) , mulut dan bibir lembab. Pemeriksaan toraks dalam batas normal,
pemeriksaan abdomen perut tampak sedikit membuncit, turgor kulit kembali cepat,
nyeri tekan dan nyeri ketok (-) pada seluruh regio abdomen, perkusi timpani pada
seluruh regio abdomen, bising usus (+) 5x/menit. Pemeriksaan ekstremitas
normotonik dan eutrofi, akral hangat, capillary refill time < 2 detik.
Diagnosis kerja pasien adalah diare akut. Tatalaksana yang diberikan adalah diet
lunak (bubur) nestle, inject plug, Paracetamol syrup 4 x 0,99 cc (PO) k/p, Lacto-B 2 x
1 sach (PO), Zink pro 1 x 5 cc (PO), Mucasin 2 x 60 mg (PO).
Perawatan hari keenam tanggal 21 Maret 2015, BAB sudah mulai padat,
warna kecoklatan, ampas (-), lendir (-), darah (-), mual (-), demam (-). Frekuensi BAB
1-2 kali dalam satu hari.
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi
128x/menit, frekuensi napas 32x/menit, suhu 37oC. Pada pemeriksaan fisik mata
cekung (-) , mulut dan bibir lembab. Pemeriksaan toraks dalam batas normal,
pemeriksaan abdomen perut tampak sedikit membuncit, turgor kulit kembali cepat,
nyeri tekan dan nyeri ketok (-) pada seluruh regio abdomen, perkusi timpani pada
seluruh regio abdomen, bising usus (+) 4x/menit. Pemeriksaan ekstremitas
normotonik dan eutrofi, akral hangat, capillary refill time < 2 detik.
Diagnosis kerja pasien adalah diare akut. Tatalaksana yang diberikan adalah diet
lunak (bubur) nestle, inject plug, Lacto-B 2 x 1 sach (PO), Zink pro 1 x 5 cc (PO),
Mucasin 2 x 60 mg (PO).
Pasien dan orang tua pasien harus dijelaskan segala hal mengenai diare,
terutama tentang cara penanganannya. Diare adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak diseuruh dunia. Masalah utama diare akut pada anak berkaitan
dengan risiko terjadinya dehidrasi. Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat
disebabkan oleh berbagai organisme seperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth.
Sehingga pasien dan orang tua pasien hendaknya menjaga kebersihan mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, untuk mencegah penularan lebih lanjut. Selain itu,
pasien disarankan istirahat yang cukup, serta menjaga makanan & minuman yang
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
dikonsumsi selama sakit. Diet yang dianjurkan adalah lunak dan tidak merangsang,
bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna ataupun perforasi
usus.
TINJAUAN PUSTAKA
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Definisi
Diare didefinisikan sebagai keadaan berubahnya konsistensi tinja menjadi
lebih lembek/ cair dan disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Buang air besar
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1,2 WHO mendefinisikan diare sebagai
keluarnya tinja encer (yang mengikuti bentuk bejana) dengan frekuensi 3 atau lebih
dalam periode 24 jam.5 Episode diare dibedakan menjadi akut dan persisten
berdasarkan durasinya. Diare akut terjadi secara mendadak dan tidak lebih dari 14
hari. Diare persisten didefinisikan sebagai episode diare yang terjadi lebih dari 14
hari.
Untuk bayi dan anak, jumlah keluaran tinja lebih besar daripada 10g/kg/24
jam atau lebih dari batas dewasa yaitu 200g/24 jam. Diare merupakan akibat dari
terganggunya transport cairan usus dan elektrolit.3
Etiologi
Penyebab paling umum adalah agen-agen infeksius, namun penyebabpenyebab lainnya yang menyebabkan manifestasi klinis yang sama tidak boleh
diabaikan. Penyebab diare akut meliputi.
Tabel 1. Etiologi Penyebab Diare Akut
Infeksi
Obat-obatan
intoleransi
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Defisiensi vitamin
Tertelan logam berat
Kemoterapi atau radiasi yang
menginduksi enteritis
Anatomi fungsional dari mukosa usus halus
Villus, unit fungsional dari usus halus, memperbanyak permukaan cerna dan
penyerapan dari mukosa usus halus. Enzyme pencernaan dan protein transpor
bertanggung jawab dalam pergerakan elektrolit di mukosa usus halus terletak di brush
border membrane sel villi. Epitel saluran gastrointestinal adalah epithel yang dapat
mengatur muatan osmotik ke dalam usus halus. Taut erat, struktur dinamis yang
terjadi antara sel epitel, berkontribusi pada pergerakan air dan elektrolit secara
keseluruhan.
Transpor elektrolit melalui sel epitel usus halus terjadi melalui beberapa
mekanisme,
termasuk
glucose-sodium
co-transporter.
Transpor
protein
ini
dan/atau penyerapan bermasalah. Diare osmotik berhenti dengan puasa dan memiliki
pH asam.6
Diare sekretorik
Mekanisme diare sekretorik terdapat aktivasi mediator intraselular seperti
cAMP, cGMP, dan Ca2+ intraselular, yang menstimulasi sekresi Cl- aktif dari sel kripta
dan menginhibisi absorbsi natrium klorida coupled netral. Mediator ini mengganggu
ion flux paraselular karena cedera akibat toxin yang terjadi di tight junction.6 Contoh
klasik diare sekretorik yang ditimbulkan oleh kolera dan enterotoksin Escherichia
coli yang berikatan dengan reseptor permukaan enterosit (monosialoganglioside
GM1). Fragmen dari toksin kolera kemudian akan masuk ke dalam sel dan
mengaktivasi adenilat siklase pada membran basolateral melalui interaksi dengan
protein G. Kejadian ini meningkatkan cAMP intraselular yang mengaktivasi protein
spesifik yang kemudian membangkitkan pembukaan kanal klorida.6
E. coli akan memediasi diare sekretorik dengan menghasilkan heat-labile
toxin (LT) dan heat-stable toxin (ST) di usus halus. Aksi LT serupa dengan toksin
kolera dan berikatan dengan reseptor permukaan yang sama. Penyebab lain diare
sekretorik adalah peptida vasoaktif yang mengaktivasi reseptor G protein-coupled
menyebabkan peningkatan mediator intraseluler.2
Diare sekretorik biasanya memiliki volume yang banyak, tinja mengandung
banyak sekali air. Analisis feses menunjukkan natrium dan klorida yang tinggi (> 70
mEq/L). Diare sekretorik terus berlanjut dengan puasa.6
Konsep klasik bahwa diare sekretorik hanya diinduksi oleh bakteri mulai
mendapat tantangan dengan adanya bukti bahwa jalur sekresi ion serupa diinduksi
oleh agen virus dan protozoa.6 Rotavirus menghasilkan protein nonstruktural (NSP4)
yang dapat menstimulasi sekresi klorida dimediasi kalsium. Diare sekretorik juga
dapat muncul melalui proses noninfeksi. Beberapa hormon dan neurotransmitter
diketahui terlibat dalam sekresi intestinal sebagai bagian dari system neuroendokrin
yang terintegrasi dalam respon intestinal terhadap stimulus luar.
Diare akut, terutama yang disebabkan karena infeksi, dipengaruhi oleh faktor
pejamu dan faktor kausal. Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri
dari faktor-faktor pencegah atau lingkungan internal saluran cerna antara lain
keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan lingkungan mikroflora usus. Faktor
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
10
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat
kuman.1
Diare infeksi dibagi menjadi:
1.
2.
Patogenesis
Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili
yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel
epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan
elektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim
disakaridase, menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida terutama laktosa.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi
matang.1
Bakteri
11
permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E.coli enterotoksigenik dan V.
Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan.1
Protozoa
Dehidrasi
Diare berat dan asupan oral terbatas dapat menyebabkan dehidrasi.
Manifestasi dari dehidrasi antara lain rasa haus meningkat, berkurangnya jumlah
buang air kecil, urin berwarna gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
12
ortostatik. Pada keadaan diare berat dapat terjadi gagal ginjal akut dan perubahan
status mental (bingung dan pusing). Pada semua anak dengan diare, status hidrasi
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat, sedang, atau tanpa dehidrasi.7
Tabel 2. Klasifikasi keparahan dehidrasi pada anak dengan diare menurut
WHO7
Klasifikasi
Dehidrasi berat
Dehidrasi ringan
Mata cekung
sedang
Tanpa dehidrasi
Gelisah, iritabilitas
Mata cekung
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox
cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok
2.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien
presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
3.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
Lebih banyak cairan diberikan pada anak untuk mencegah dehidrasi. Cairan
rumah seperti air tajin, air kelapa, sup sayur atau yoghurt dapat diberikan. Cairan
bersoda, cairan buah dengan pemanis buatan, dan glukosa tinggi dihindari karena
dapat menyebabkan diare osmotik. Selama tidak ada tanda dan gejala malabsorpsi
13
Cairan rehidrasi oral WHO (Oral Rehydration Solution / ORS) mengandung NaCl
3,5 g, NaCO3 2,5 g, KCl 1,5 g, glukosa 20 g dalam 1 liter air (Oralyte, Ottolite).
Ibu dapat diajarkan cara menyiapkan cairan garam-gula, 3 jumput garam
ditambahkan dengan sekitar segenggam gula, dicampur dengan liter air. Pada
diare yang memanjang atau berat, ORS yang mengandung beras dapat dicoba.
Cairan ini dapat diterima dan meningkatkan nutrisi anak.
Restriksi atau penghentian makanan tidak dianjurkan. Anak tetap harus diberi
makan dengan nutrien dan kalori tinggi untuk mencegah malnutrisi. ASI tetap
dilanjutkan. Campuran sereal dan kacang, jus buah segar dan pisang dapat
diberikan. Saat diare berhenti, anak diberikan makanan ekstra setiap hari selama
satu minggu untuk mencapai berat badan sebelum sakit.
Tanda bahaya harus dijelaskan kepada ibu dan harus segera dilaporkan, rasa haus
berlebihan, mata cekung, demam, menolak makan atau minum, disentri,
pengurangan buang air kecil, kejang.
Plan B
Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
14
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
Setelah 3 jam:
-
Tunjukkan beberapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
Plan C
Diare dengan dehidrasi berat
15
Tinjau ulang setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) untuk status hidrasi dan
pilih plan A, B, C untuk selanjutnya. Jika akses intravena tidak bisa secara
cepat, pikirkan pemberian ORS dengan NGT. Anak sadar dan tidak terdapat
ileus, 20 ml/kg/jam. Jika diharuskan, akses intraosseus dapat dikerjakan pada
anak di bawah 6 tahun.
Penatalaksanaan Lain
Antibiotik
o Digunakan atas indikasi tertentu yaitu infeksi bakteri spesifik atau
protozoa, kolera, Shigella, Giardia. Pada pasien dengan diare berat dan
persisten, dengan penyakit lain seperti gagal jantung, penyakit paru,
dan AIDS.
Probiotik
o Beberapa strain probiotik (bakteri asam laktat atau mycetes) ditemukan
efektif sebagai adjuvan dalam menangani anak dengan diare akut. Data
dari randomized controlled trial yang didesain dengan baik
menunjukkan keuntungan yang secara statistik signifikan dalam hal
memperpendek masa sakit. Saat ini strain probiotik (terbanyak
Lactobacillus GG dan Saccharomyces boulardii) banyak digunakan
16
pada tatalaksana diare cair akut pada bayi dan anak di negara
berkembang.
Zinc
o Pada anak umur 2 bualn ke atas, tablet zinc diberikan selama 10 hari
dengan dosis tablet (10)/hari untuk yang berusia <6 bulan, dan 1
tablet (20 mg)/ hari untuk yang berusia > 6 bulan.
ANALISIS KASUS
Pada anamnesis didapatkan pasien datang dengan diare selama 4 hari, dalam
sehari pasien dapat mencret lebih dari 4 x tiap hari. Konsistensi cair dan agak lengket,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
17
warna feses kuning, bau lebih menyengat dari biasanya, lendir (-), darah (-), ampas
(+). Sekali mencret, feses penuh di bagian tengah pempers. Mual (+) muntah (+)
demam (+), nafsu makan berkurang dan BAK jadi jarang dan sedikit-sedikit.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik yang didapatkan, pasien tampak sakit sedang
dengan kesadaran kompos mentis, pemeriksaan mata cekung (+) dan air mata kurang,
mulut dan bibir kering. Pemeriksaan toraks dalam batas normal, pemeriksaan
abdomen perut tampak sedikit membuncit, turgor kulit kembali lambat, nyeri tekan
dan nyeri ketok (-) pada seluruh regio abdomen, perkusi hipertimpani pada seluruh
regio abdomen, bising usus (+) 5x/menit. Keadaan-keadaan yang didapatkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dapat disimpulkan pasien terkena diare.
Gejala-gejala klinis diare, adalah:
Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 1 minggu.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan
elektrolit. Tanpa dehidrasi bila penurunan berat badan kurang dari 5%,
dehidrasi ringan-sedang (dehidrasi tak berat) bila penurunan berat badan
antara 5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.
18
SIMPULAN
Pemeriksaan dan terapi yang diberikan sesuai dengan prosedur tatalaksana
diare. Diagnosis dan terapi yang adekuat dan sedini mungkin dapat menyembuhkan
serta menghasilkan prognosis yang baik terhadap pasien tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
Available at
Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BMD, Geme JS, Schor N. Nelson textbook
Diarrhea.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/928598-overview. Accessed
at
URL
19
Maret
2015.
4.
Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat
dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29
5.
6.
7.
8.
9.
Walker WA, Kleinman RE, Sanderson IR, Sherman PM, Shneider BL. Pediatric
10.
20