TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengalaman merupakan guru yang
baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmodjo, 2005). Pengalaman dapat diartikan
juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa
peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang
berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).
C.
Kista Ovarium
1. Pengertian
Menurut Chyntia (2010) kista merupakan penyakit yang super halus, rumit dan
unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai
resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan
kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan
telur yang masih muda atau follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu
diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa
ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui
saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan mengecil dan
menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada
seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun
akan terjadi.
membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya
dengan diameter 1 1,5 cm.
Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista
yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di
dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih
dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat
menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang
spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter
kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya
dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus
luteum lebih jarang dari pada kista folikel.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam
kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan
adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan
kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista
korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum
ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan
kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan
ovarium.
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral
dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi
sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali
sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma,
ovarium mengecil spontan.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita
yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu
operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan
epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput
dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang
menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena
berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis
yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput
perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun,
misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam
selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan
selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena
berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari
rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini
merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal
dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering
disebut kanker jinak.
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya
licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom SteinLeventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya
pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi
oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
3. Gejala Kista Ovarium dan Tanda-tanda Klinik
Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil.
Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar,
sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil
infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain
seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain: perut
terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang
air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat
menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau
pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista dapat memutar
pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut
bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore,
2001).
4. Diagnosis
Menurut Llwellyn (2001), kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan
sering tidak dapat dideteksi selama beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi
jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan jarang menimbulkan
gangguan menstruasi. Pemeriksaan abdomen dan vagina secara periodik akan dapat
mendeteksi kista ini. Kista tanpa nyeri atau massa padat di cul-de-sac, atau di tempat
ovarium, atau meluas ke abdomen, yang dengan palpasi bersifat kistik sampai padat,
memberi tanda kista ovarium. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening ultrason
abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan,
pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma.
Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa apabila pada pemeriksaan ditemukan
kista di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti
sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan
atau tidak), maka perlu ditentukan jenis kista tersebut. Pada kista ovarium biasanya
uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari kista. Jika kista ovarium terletak di garis
tengah dalam rongga perut bagian bawah dan kista itu konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu
lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Apabila sudah ditentukan bahwa kista
yang ditemukan ialah kista ovarium, maka perlu diketahui apakah kista itu bersifat
neoplastik atau nonneoplastik.
Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan
gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan kista-kista akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perleketan. Kista nonneoplastik umumnya
tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka pemeriksaan yang cermat dan analisis
yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diagnosis diferensial.
Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah,
pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap
perlu.
berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista
tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat
neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingoooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah
ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli
patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika
terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi
bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat
keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa
radikal.
Llewellyn (2001) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan
konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat
diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk
melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan
aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang
berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan,
setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30
mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur.
Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan
pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista
menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus
dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.
D.
perut membuncit padahal tidak hamil. Merasakan sakit perut bagian bawah yang terasa
tumpul, hilang timbul bisa diperut bagian bawah sebelah kiri ataupun sebelah kanan.
Tidak jarang seorang calon ibu sangat kecewa karena dirinya gagal memperoleh
momongan, padahal ia sempat merasa bahagia saat menyadari adanya tanda-tanda awal
kehamilan selama 1 bulan terakhir seperti tidak datangnya menstruasi, perut terasa
kembung dan tidak nyaman, serta adanya mual muntah. Namun saat dilakukan
pemeriksaan, bukan kehamilan yang didapat, melainkan terdapatnya kista.
Masalah kesuburan pada wanita sering dikaitkan dengan kista. Bahkan ada
anggapan bila seseorang yang terkena kista ovarium akan sulit hamil. Tetapi pendapat
itu tidak sepenuhnya benar, karena bukan berarti seorang wanita yang menderita kista
tidak bisa memiliki anak, kehamilan masih bisa terjadi meski kemungkinannya lebih
kecil. Bahkan, pada wanita yang mengalami kista coklat disarankan untuk segera
menikah dan tidak menunda kehamilan, karena dengan kondisi tersebut bisa mencegah
kista semakin besar dan memperburuk keadaannya akibat kista tersebut.
Adapun pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium ini tentu saja
membuat dirinya menjadi khawatir karena takut tidak bisa hamil dan memiliki tekanan
atas kondisinya dengan keluhan-keluhan yang dirasakannya. Apalagi dialami oleh
wanita hamil yang didiagnosa juga terdapat kista pada kehamilannya. Tentunya ibu akan
merasakan stress karena kista ovarium dalam kehamilan menyebabkan nyeri perut oleh
karena putaran tangkai, pecah atau perdarahan bahkan dapat menyebabkan keguguran
karena kista yang bertambah besar sehingga mengganggu kehamilannya. Tetapi semua
itu bergantung dari jenis dan ukuran kistanya. Kista yang fisiologis umumnya akan
menghilang dengan sendirinya namun tetap harus diamati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak. Pada kista yang patologis, pembesaran bisa terjadi
relatif cepat dan perlu dilakukan pengangkatan kista.
E.
dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Istilah fenomenologi juga
sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif
dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi kadang-kadang
digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam
penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam
penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu
fenomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada
pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong,
2006).
Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitan-kaitannya
terhadap
orang-orang
yang
berada
dalam
situasi
tertentu.
Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang
yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif
dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia
konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana
suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya seharihari (Moleong, 2006).
Tingkat kepercayaan hasil penelitian berpegang kepada empat prinsip dan
kriteria Linkoln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003) . Keempat prinsip dan kriteria
tersebut ialah: (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability.
1. Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat
dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk
memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check yaitu proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
2. Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki
keandalan atau reabilitas. Prinsip ini dipenuhi dengan peniliti mempertahankan
konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat
penafsiran atas fenomena.
3. Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh.
Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada
pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang kualitatif
fenomenologi.
4. Prinsip transferability mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat
digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif
tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki
karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk
mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin
memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.