Anda di halaman 1dari 3

Kegiatan

usaha

yang

dilakukan

para

pelaku

industri

migas

mengakibatan terjadinya dampak pada lingkungan. Dampak yang


timbul terkait dengan penggunaan lahan dan pencemaran limbah cair
dari proses ataupun aktivitas kilang serta pencemaran udara. Oleh
karena itu, setiap sektor industri terutama industri migas harus
memastikan

kepatuhan

meminimalisasi

dampak

pada

peraturan

merugikan

perundangan

terhadap

untuk

lingkungan

dan

masyarakat. Pengelolaan lingkungan dimulai sebelum suatu proyek


dilaksanakan dengan melakukan analisis dampak lingkungan sesuai
dengan skala dan sifat dampak kegiatan yang akan dilakukan.
Perencanaan

pengelolaan

dan

pemantauan

lingkungan

disusun

berdasarkan potensi dampak untuk mencegah terjadinya pencemaran


dan memaksimalkan manfaat bagi masyarakat.
Dalam UU Nomor 22 Tahun 2001 yang mengatur tentang Minyak
dan Gas Bumi, Bab II, Pasal 2 diatur tentang penyelenggaraan kegiatan
usaha Minyak dan Gas Bumi yang berasaskan salah satunya adalah
berwawasan pelestarian lingkungan. Pada salah satu tujuan yang diatur
dalam pasal 3 menyebutkan bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha
Minyak

dan

Gas

Bumi

bertujuan

menciptakan

lapangan

kerja,

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan


merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dari kedua
pasal tersebut tentu erat kaitannya antara penyelenggaraan kegiatan
dalam sektor Minyak dan Gas Bumi dengan pengelolaan lingkungan
hidup.
Penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi dapat
berupa Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir yang diatur dalam
Bab III, Pasal 5 dalam UU Nomor 22 Tahun 2001. Kegiatan yang terdiri
atas eksplorasi, eksploitasi sebagai cakupan Kegiatan Usaha Hulu serta
Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup pengolahan, pengangkutan,
penyimpangan, dan niaga tentu memiliki dampak penting terhadap
lingkungan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 yang mengatur tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 22 dicantumkan
bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting

terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak


lingkungan (Amdal). Hal ini menunjukkan bahwa usaha dan/atau
kegiatan dalam operasi migas harus dilakukan analisa dampak serta
upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Wajib Amdal
bertujuan membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan tepat, memberi
masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup serta memberi informasi bagi masyarakat atas
dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Selain itu, kegiatan usaha yang dilakukan industri Minyak dan Gas Bumi
yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan,
yaitu izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
untuk

memperoleh

izin

usaha

dan/atau

kegiatan

sebagaimana

ketentuan lebih lanjut diatur dalam Paragraf 7 tentang Perizinan UU


Nomor 32 Tahun 2009. Berikut bunyi dari Pasal 22.
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pada Pasal 67 dan Pasal 68 dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 diatur
tentang kewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup bagi
setiap orang ataupun setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan. Hal tersebut berkaitan dengan sebagaimana yang diatur
dalam UU Nomor 22 Tahun 2001 Pasal 40 Ayat (2) dan (3) yang

mengatakan bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap menjamin


keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup
dan menaati ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku
dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. Pengelolaan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa kewajiban untuk
melakukan

pencegahan

dan

penanggulangan

pencemaran

serta

pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup, termasuk


kewajiban

pascaoperasi

pertambangan.

Ketentuan

mengenai

pengelolaan lingkungan hidup yang dimaksud ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah. Hal tersebut tercantum dalam Ayat (6)
Pasal 40.

Anda mungkin juga menyukai