Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL


(MPKP)

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Novia Juwita Putri

220112140061

Tian Pradiani

220112140063

Rahma Nugra Heni

220112140068

Tsaalits Muharroroh

220112140069

Sisca Damayanti

220112140070

Rosi Akbar Budiman

220112140087

Intan Melati

220112140073

Nur Asiyah

220112140100

Suci Amalya Fitrianingsih

220112140103

Asep Nurdin Hardiansyah

220112140029

Ermawati

220112140044

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN

PROFESI KEPERAWATAN JIWA ANGKATAN XXVIII


BANDUNG
2014/2015

LEMBAR PENGESAHAN

Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) jiwa ini


dilakukan dalam bimbingan dan supervisi Clinical Instructur (CI) kelompok 5
Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat

Cisarua, Oktober 2014


Mengetahui,
Clinical Instructur
Kelompok 5 Rajawali

Oyo Suharya, S.Kep., Ners


NIP : 19550803 197603 1 005

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan salah satu tugas dalam
praktik profesi keperawatan jiwa, yakni laporan Model Praktik Keperawatan
Profesional atau MPKP. Adapun maksud tujuan dari pembuatan laporan ini
adalah untuk memberikan penjelasan tentang Model Praktik Keperawatan
Profesional.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Bagian Keperawatan
Klinik SUB Bagian Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Unpad dan seluruh
pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini. Kami berharap
dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
Fakultas Keperawatan dalam mengembangkan ilmu dan dapat bermanfaat bagi
kami sendiri.
Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan laporan ini, dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Bandung, Oktober 2014

Penulis

MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)


A. Pengertian
MPKP merupakan

suatu

model

pelayanan

keperawatan

yang

mengembangkan pelayanan prima yang professional. Menurut Nursalam (2002


dalam Tukimin 2005), MPKP adalah sekelompok perawat primer yang merawat
6-7 pasien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, sekelompok perawat
primer tersebut dipimpin oleh ketua tim primer dan tim tersebut di organisasikan
oleh kepala ruangan.
Menurut Nursalam (2007:135) sistem MPKP merupakan sebuah kerangka
kerja yang terdiri dari empat unsur yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem MAKP, hal tersebut akan menentukan kualitas produksi
atau jasa dari pelayanan keperawatan. Jika seorang perawat tidak memiliki nilainilai di atas maka tujuan dari pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
klien tidak akan tercapai.
B. Tujuan
Secara umum tujuan dari MPKP adalah agar rumah sakit yang menerapkan
MPKP dapat berperan optimal sebagai rujukan tertinggi pelayanan kesehatan.
Secara khusus tujuan MPKP terdiri atas:
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan sistem
pemberian asuhan keperawatan
2) Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan
praktik keperawatan profesional.
3) Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan
penelitian keperawatan

C. MPKP di Rumah Sakit Jiwa


Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi
MPKP dengan memodifikasi MPKP yang telah dikembangkan di rumah sakit
umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1) MPKP Transisi

MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang
pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya minimal
dari D3 Keperawatan.
2) MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan
3) MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal

D3

keperawatan, tetapi Kepala Ruangan (Karu) dan Ketua Tim


(Katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b) MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan
mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga
spesialis keperawatan jiwa.
c) MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners
keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa
dan doctor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
D. Pilar-Pilar
Terdapat 4 pilar dalam Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP),
yaitu:
1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (Management Approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu
pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan
sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
kegiatan dilakukan, dan dimana kegiatan dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana
jangka menengah, dan rencana jangka panjang. Rencana jangka pendek yang
disebut juga perencanaan strategis disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Rencana

jangka menengah disusun dan berlaku 1 sampai 5 tahun. Sedangkan rencana


jangka pendek disusun 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998). Kegiatan
perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi
dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan
tahunan.
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu
dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan
perencanaan organisasi. Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan
organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Filosofi adalah seperangkat
nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan
menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Kebijakan
adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
Perencanaan jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari:
1) Rencana Harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan
danpreconference.
a) Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi :
Asuhan keperawatan
Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit
lain yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

Operan
Pre conference dan Post conference
Mengecek SDM dan sarana prasarana
Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus

Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana


Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat

terstruktur/insidentil
Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang

belum teratasi.
Mempersiapkan

dan

merencanakan

kegiatan

asuhan

keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat


ketergantungan pasien.
b) Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:

Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang

menjadi tanggung jawabnya.


Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.

Kegiatan tersebut meliputi antara lain:


Operan
Pre conference dan Post conference
Merencanakan asuhan keperawatan
Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam
agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana
sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Operan
Pre conference dan Post conference
Mendokumentasikan askep
d) Penilaian Rencana Harian Perawat

Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian


dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen jurnal
rencana harian. Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan
mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi
pembuatan rencana harian masing-masing perawat.

Presentasi RH =

Jumlah RH yang dibuat


Jumlah hari dinas pada bulantersebut

x 100%

2) Rencana Bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh
kepala ruangan dan ketua tim
a) Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi
hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi
tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam
rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup
rencana bulanan karu adalah:

Membuat jadwal dan memimpin case conference


Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan

kelompok keluarga
Membuat jadwal dinas
Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim

dan perawat pelaksana


Melakukan audit dokumentasi
Membuat laporan bulanan
b) Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan
yang mencakup rencana bulanan katim adalah:

Mempresentasikan kasus dalam case conference

Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga


Melakukan supervisi perawat pelaksana.
3) Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup:

Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik


proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar

praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.


Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing

tim.
Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih
rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang

telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.


Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi
karu),

rekomendasi

untuk melanjutkan

pendidikan

formal,

membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.


b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian

kegiatan

dan

tenaga

perawat

di

ruang

MPKP

menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer.


Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.Pengorganisasian di ruang MPKP
terdiri dari:
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi

(Sutopo,

2000).

Pada

pengertian

struktur

organisasi

menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana


fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi
pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan
Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan
yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai
perawat

primer

membawahi

beberapa

Perawat

Pelaksana

yang

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok


pasien. Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang MPKP terdiri
dari beberapa hal, yaitu :

Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan


tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang

terpilih melalui suatu uji.


Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual

dinas (pagi, sore, malam)


Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana
karena kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan
Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan

anggota.
Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam,
dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang
tidak bertugas. Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang

paling kompeten dari perawat yang ada.


Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan
jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim

(perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.


Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing

pasien.
Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat
Pelaksana anggota Timnya.

Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim.


Bila Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka
tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten

yang ada di dalam Tim.


Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Daftar Dinas Ruangan


Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung
jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1
minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya
untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh
kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada
minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim
mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang
lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.

3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter,
nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat
saat menjalankan dinas di tiap shift.Daftar pasien adalah daftar sejumlah
pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap
pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama
dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu
mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga.
Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi
bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang
perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi
oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat

dimodifikasi sesuai kebutuhan. Alokasi pasien terhadap perawat yang


dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual
dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas
sore.
c. Pengarahan
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.Dalam
pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference,
dan manajemen konflik. Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugastugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus
melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:

Menciptakan iklim motivasi


Mengelola waktu secara efisien
Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervise
Negosiasi

Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan


sebagai berikut:
1) Menciptakan Iklim Motivasi
a) Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
individu untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan
manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang sangat
luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara
memotivasi (Marquis & Houston, 1998). Iklim motivasi dapat
ditumbuhkan melaluikegiatan berikut (Marquis dan Houston,
1998) :
Memberikan

harapan

yang

jelas

kepada

staf

mengkomunikasikan harapan tersebut secara efektif


Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf

dan

Membuat keputusan yang bijaksana


Mengembangkan konsep kerja kelompok
Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan

kebutuhan dan tujuan organisasi


Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf

mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya


Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan

pekerjaan yang telah dikerjakan


Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk

mengembangkan diri
Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang

semua keputusan dan tindakan


Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat

penilaian sesering mungkin


Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong

dengan staf
Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan

kerjanya
Menjadi role model bagi staf
Memberikan reinforcement sesering mungkin
b) Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan
dengan cara sebagai berikut:
Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku
positif dengan memberikan reward. Reward yang diberikan
di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masingmasing staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang
tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.

Doa bersama sebelum memulai kegiatan


Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah
setiap

personil

penyelesaiannya.

secara

mendalam

dan

membantu

Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan

pengembangan jenjang karir dan kompetensi


Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja
c) Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh
kepala ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester)
dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.
2) Manajemen Waktu
a) Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu
yang dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu
:

Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas


Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan,

menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.


Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang

diterima
b) Penerapan Manajemen Waktu di MPKP
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk
penerapan rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan
kerja melalui jadual kerja yang disusun secara berurutan yang
disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
c) Evaluasi Aktivitas Manajemen Waktu
Aktivitas
manajemen
waktu

dievaluasi

melalui

instrumen/kuisioner.
3) Pendelegasian
a) Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang
lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas
organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses:
Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas

Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang

didelegasikan
Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan

apa tujuannya
Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi
model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi


Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
b) Penerapan Pendelegasian di MPKP
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam

bentuk

pendelegasian tugas oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim,


Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan
melalui

mekanisme

pelimpahan

tugas

dan

wewenang.

Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya


dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian

insidentil.

Pendelegasian

terencana

adalah

pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi


sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya
dapat berupa :
Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim

untuk menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu


Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung

Jawab Shift
Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan

Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang


MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus
dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah
Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau

Penanggung

Jawab

Shift,

tergantung

pada

personil

yang

berhalangan.
c) Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di MPKP
Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan

format pendelegasian tugas


Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah
personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan

yang digantikan tugasnya


Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara

verbal secara terinci, baik lisan maupun tertulis


Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas

wajib

memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada

kesulitan yang dihadapi


Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas

yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.


d) Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi

dengan

menggunakan instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf


perawat dengan cara self evaluasi.
4) Supervisi
a) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang

yang

memiliki

kemempuan yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam


struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan
supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk)
seperti yang diinginkan.

Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari


kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam
proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif
yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih
kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak
merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk
melakukan pekerjaannya secara benar.
b) Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal
untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan
standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam
manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilarpilar professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan
berjenjang dilakukan sebagai berikut :
Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan

pengawasan terhadap Kepala Ruangan.


Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan

terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.


Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat
Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan

uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi.


Untuk Kepala Ruangan materi supervisi adalah kemampuan
manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim
disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan
kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana
disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang
dilaksanakan. Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan
tidak menjadi momok bagi staf maka disusun standar penampilan
yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami
oleh staf dan jadwal supervisi.

5) Evaluasi Aktivitas Supervisi


Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim
yang melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner
dengan cara self evaluasi
d. Komunikasi efektif
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu
organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses
tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2
orang atau lebih yang bekerjasama.
2) Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas
pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung

jawab shift sore.


Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan

tambahan rencana dari katim atau PJ.


Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh katim atau PJ tim.

3) Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP

Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat


MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.
e. Manajemen konflik
1) Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi.
Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya
mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang
MPKP.
2) Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik
dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan
kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada
orang lain atau kelompok lain. Cara inbi kurang sehat bila
diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang
lebih besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan.
Untuk

itu

organisasi

sebaiknya

menghindari

metode

penyelesaian konflik jenis ini.


Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan
kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah
salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat
konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi
dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan
dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada
satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian

konflik ini disebut juga win-win solution.


Menghindar

Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak


yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam
interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau
menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau
masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian
konflik

karena

masalah

mendasar

tidak

diselesaikan,

penyelasaian yang terjadi adalah penyelesaian semu. Untuk itu

tidak dianjurkan organisasi untuk menggunakan metode ini.


Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara
salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan
pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah
satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain.
Ini suatu upaya lose win solution. Upaya penyelesaian
konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan
terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan

bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.


Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua
pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi
terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut.
Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau
kalah. Ini adalah lose-lose solution di mana masing-masing
pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan
yang dijalin tetap harmonis.

3) Penerapan Manajemen Konflik di MPKP


Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang
win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan
kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan
pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi :

Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan

melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.


Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian

yang

mungkin diterapkan.
Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
Menerapkan solusi pilihan
Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat
berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau Konsultan.
4) Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh

seluruh

keperawatan

menggunakan

MPKP.

Evaluasi

dilakukan

dengan

staf

instrumen/kuisioner.
f. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika
muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar.
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan
(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan
output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi

untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang


harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu :
1) Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
2) Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan
untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan
dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah
audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer
review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan
kegiatan.
3) Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, dan indikator mutu.
Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:

Audit dokumentasi asuhan keperawatan


Survey masalah baru
Kepuasan pasien dan keluarga

Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu

Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter

Penilaian kinerja perawat

Indikator mutu umum yaitu:

Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR)


Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
Tempat tidur tidak terisi (TOI)
Angka infeksi nasokomial (NI)
Angka dekubitus dan sebagainya.

2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)


Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP
dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan
agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat
merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak
melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit.
Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program
pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah
dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan
perawat baru.
3. Pilar III : Hubungan Profesional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim
kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada

pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang


terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lainlain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat
dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
E. Macam Macam Metode Asuhan Keperawatan
1) Metode Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Metode ini
menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
Ketua tim
Pelakaana perawatan
Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang
lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
2) Metode Primary Team
Model primer dikembangkan

pada

awal

tahun

1970-an,

menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan


primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana
perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan
pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk
rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat
primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika

perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan / didelegasikan


kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah
disusuni oleh perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, staf medik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab
perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien.
Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan
rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat
membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan
lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka
dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega
yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan
yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat
primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian
perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang
jelas diantara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan
lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan
balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan
keperawatan klien.
Dalam menetapkan

seseorang menjadi

perawat

primer perlu

berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, diantara nya dalam


menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta
mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai

disiplin

ilmu. Di

negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat


primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai
kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
3) Metode MPKP

Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak


diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional
Keperawatan (1983). Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, dan organisasi
profesi dengan terus mengembangkan keperawatan diantaranya membuka
pendidikan pada tingklat sarjana, mengembangkan kurikulum keperawatan
dan mengembangkan standar praktik keperawatan.
Dalam tesis analisis tingkat kepuasan pasien dalam implementasi
model praktek keperawatan profesional di ruang penyakit dalam rumah
sakit umum daerah Gunung Jati Cirebon Tahun 2005, menjelaskan dalam
tesis nya yang menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan
jumlah responden sebanyak 30 pasien di ruang penyakit dalam (kasus)
dengan menggunakan MPKP dan 30 pasien di ruang perawatan bedah
(kontrol) tidak menggunakan metode MPKP. Dari penelitian berdasarkan
karakteristik pasien didapatkan hasil bahwa 100% pasien dengan kasus
(menggunakan MPKP) merasa puas dengan pelayanan yang diberikan,
sedangkan pasien dengan kontrol sebagian besar merasa puas, hanya saja
masih ada yang merasa tidak puas. Berdasarkan hasil diskusi kelompok
yang

telah

dilakukan,

MPKP

merupakan

metode

yang

dapat

mengoptimalkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan


profesional kepada pasien, dan pasien lebih merasa dimanusiawikan oleh
perawat. Metode yang digunakan adalah tim-primer dimana kepala
ruangan dapat mengorganisasikan sebuah tim yang terdiri dari perawat
primer, sehingga pasien mendapatkan perawatan secara kontinue dan
konperhensif dan juga terorganisir dalam sebuah tim.
Menurut Rowland dan Rowland, 1997 dalam Nursalam tahun 2007
hubungan antara unsur dalam penerapan sistem MAKP adalah:
Standar kebijakan institusi/ nasional [roses keperawatan :
pengkajian, perencanaan, intervensi, evaluasi sistem MPKP :
fungsional, tim, primer, modifikasi pendidikan klien : pencegahan
penyakit, mempertahankan kesehatan, informed consent, rencana pulang/
komunitas.

MPKP
MAKP Tim

MAKP Primer

Kelebihan:

Kelebihan:

Memungkinkan

Bersifat kontinuitas dan komprehensif


Perawat
primer
mendapatkan

pelayanan

keperawatan yang menyeluruh


Mendukung

akuntabilitas yang tinggi terhadap

pelaksanaan

proses

keperawatan
Memungkinkan komunikasi antara

hasil

tim, sehingga konflik mudah diatasi


dan

memberi

kepuasan

kepada

anggota tim
Kelemahan :

Komunikasi

antara

anggota

tim,

yang

memungkinkan

pengembangan diri
Keuntungan lainnya terhadap:
o pasien
:
pasien
merasa
dimanusiawikan

karena

terpenuhinya keburuhan

secara

individu
o perawat : asuhan yang diberikan

tim

bermutu

terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi

dan

tinggi

dan

tercapai

pelayanan yang efektif terhadap

biasanya

pengobatan, dukungan, proteksi,

membutuhkan waktu, yang sulit

informasi, dan advokasi


o dokter : mendapatkan informasi

untuk dilaksanakan pada waktuwaktu sibuk

tentang

kondisi

selalu

pasien

diperbaharui

yang
dan

komprehensif
o rumah sakit (Gillies, 1989)
Kelamahan :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat


yang

memiliki

pengalaman

dan

pengetahuan yang memadai dengan


kriteria

asertif,

self-direction,

kemampuan mengambil keputusan


yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, accountable, serta mampu
berkolaborasi

dengan

berbagai

disiplin ilmu
Bagan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing (Marquis &
Huston, 1998, p.149 dalam Nursalam, 2007)

Bagan Sistem Asuhan Keperawatan Primary Nursing (Marquis & Huston, 1998,
p.141 dalam Nursalam, 2007)

Peran masing-masing komponen kepala ruangan, perawat primer, dan perawat


associate (Nursalam, 2007)
Kepala Ruangan (KARU) Perawat Primer (PP)
Menerima pasien
Membuat

baru
Memimpin rapat
Mengevaluasi

perencanaan askep
mengadakan

kinerja perawat
Membuat
daftar

tindakan kolaborasi
mempimpin timbang

dinas
Menyediakan

terima
mendelegasikan

material
Perencanaan,

tugas
mempimpin

pengorganisasian,

keperawatan
mengevaluasi

pemberian askep
bertanggung jawab

terhadap pasien
memberi
petunjuk

pengarahan,
pengawasan

jika

pasien

pulang
mengisi

Perawat Associate (PA)


memberikan askep
mengikuti timbang terima
melaksanakan tugas yang
didelegasikan

primer
mendokumentasikan
tindakan keperawatan

ronde

akan
resume

keperawatan
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer-tim ini diperlukan 4 orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang
rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan PA
terdiri atas lulusan D3 keperawatan.

perawat

Bagan pengelompokkan tim pada setiap shift (Nursalam, 2007)

F. Tingkatan MPKP
Menurut Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis MPKP sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu :
1. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Praktik keperawatan pada model ini berdasarkan evidence based.
Selain itu, tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua
profesional dan ada perawat yang sudah menyandang gelar doctor dan
spesialis

dalam pengalaman kliniknya. Di ruangan tersebut dilakukan

penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis serta memanfaatkan


hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada

model

inidilapangan

digunakan

hasil-hasil

penelitian

keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan. Sedangkan untuk


tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan
spesialis keperawatan yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat
primer. Satu orang spesialis memegang 10 orang perawat primer.

3. Model Praktek Keperawatan Profesional I


Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode
yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan
primer dan metode tim yang disebut tim-primer yang terdiri dari ketua
ruangan dan kuetua tim.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, mempunyai 3 komponen utama seperti
MPKPtetapi baru tahap awal pengembangan yang akan

menuju

profesional I yang terdiri dari semua tenaga keperawatan minimal D3.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.

(2007).

Manajemen

Keperawatan:

Aplikasi

dalam

Praktik

Keperawatan Profesional edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.


Tukimin. (2005). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Dalam Implementasi Model
Praktek Keperawatan Profesional Di Ruang Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon: Tesis.
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai Model Praktek Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit. Makalah Seminar dan Semiloka MPKP II. Jakarta : tidak
dipublikasikan.

LAMPIRAN
Struktrur Organisasi Ruang Rajawali RS Jiwa Provinsi Jawa Barat

LILIS, AMK

Agus Krisno, AMK


Adang Saepudin, AMK
Abdul Rohim, AMK
Ida Farida, AMK
Endry Septy A, S.Kep
Hj. Icih Susant, S.Kep., Ners
DR.NOKI,
SPKJ

Desmiati ,AMK
Devie Fitriani, S.Kep
Kyky Kharisman, AMK
Ira Maryani, AMK
Anggi Utami, AMK
Arli Barlian, AMK

METTY W,
Skep., Ners.,
M.Kep

VISI, MISI, DAN FILOSOFI


RUANG RAJAWALI RAWAT JIWA INTENSIF
RS JIWA PROVINSI JABAR

1. Visi
Terwujudnya ruang perawatan intensif laki-laki dengan kinerja terbaikdi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2016
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang prima secara holistik
b.
c.
d.
e.

(bio, psiko, sosio dan spiritual) dengan pendekatan religius


Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional
Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai
Meningkatkan pelayanan dengan mengutamakan patient safety
Menjadikan ruang rajawali sebagai tempat penelitian keperawatan
jiwa

3. Filosofi
Memberikan pelayanan yang prima yang mudah di akses dengan
mengutamakan keamanan dan keselamatan untuk pasien dan penerima
pelayanan

JADWAL PELAKSANAAN
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
KELOMPOK 5 (RUANG RAJAWALI)
No.

Peran /
Tugas

09-10-2014

10-10-2014

11-10-2014

12-10-2014

13-10-2014

14-10-2014

15-10-2014

16-10-2014

17-10-2014

18-10-2014

19-10-2014

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Kepala Ruangan

Ketua Tim 1

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Ketua Tim 2

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Intan

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Rosi

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Nur A

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Suci

Asep

Erma

Novia

Tian

Heni

Tsaalist

Sisca

Intan

Rosi

Nur A

4
5
6
7
8
9
10
11

Perawat
Pelaksana 1
Perawat
Pelaksana 1
Perawat
Pelaksana 1
Perawat
Pelaksana 1
Perawat
Pelaksana 2
Perawat
Pelaksana 2
Perawat
Pelaksana 2
Perawat
Pelaksana 2

KEGIATAN HARIAN KEPALA RUANGAN


Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Rabu / 22 Oktober 2014

Jumlah perawat

: 8 orang

Jumlah Pasien

: 8 orang

Waktu
07.00

08.00

Kegiatan

Operan
Supervisi pre conference
Mengobservasi pemberian makan pagi dan obat
Mengecek SDM dan sarana prasarana
Mengecek kebutuhan pasien (kebutuhan personal

hygiene, pemeriksaan TTV, kondisi dll)


Melakukan interaksi dengan pasien yang
08.30
11.00

memerlukan perhatian khusus


Persiapan kegiatan senam bagi pasien di ruang
rajawali
Melakukan supervisi pada:
Ketua tim 1: Asep
Perawat pelaksana:
1. Perawat Novia : Melanjutkan interaksi
terhadap pasien wing 1
2. Perawat Tian : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 1
3. Perawat Heni : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 1
4. Perawat Tsaalist : Melanjutkan interaksi
terhadap pasien wing 1
Ketua tim 2 : Ermawati
5. Perawat Sisca : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 2
6. Perawat Intan : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 2
7. Perawat Rosi : Melanjutkan interaksi terhadap

Keterangan

pasien wing 2
8. Perawat Nur : Melanjutkan interaksi terhadap

13.00

pasien wing 2
Mengobservasi pemberian makan siang dan obat
Istirahat
Mengobservasi ulang keadaan pasien, perawat,
dan lingkungan yang belum teratasi
Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan
asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan esok
hari sesuai dengan tingkat ketergantungan dan

14.00

kebutuhan pasien
Supervisi post conference
Operan

KEGIATAN HARIAN KETUA TIM


Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Selasa / 21 Oktober 2014

Ketua Tim

: Tim 1

Jumlah Pasien

: 7 orang

Waktu

Kegiatan

08.00

09.00

hygiene, pemeriksaan TTV, kondisi dll)


Melakukann interaksi dengan pasien yang

07.00

10.00

Operan
Pre conference
Membimbing pemberian makan pagi dan obat
Mengecek kebutuhan pasien (kebutuhan personal

memerlukan perhatian khusus


Melakukan supervisi pada perawat pelaksana:
1. Perawat Erma : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 1
2. Perawat Novia : Melanjutkan interaksi
terhadap pasien wing 1
3. Perawat Tian : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 1
4. Perawat Heni : Melanjutkan interaksi terhadap
pasien wing 1
Melakukan kegiatan senam pagi dan menonton

12.00
13.00

14.00

TV
Membimbing pemberian makan siang dan obat
Istirahat
Menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
Post conference
Operan

Keterangan

KEGIATAN HARIAN KETUA TIM

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Senin / 20 Oktober 2014

Ketua Tim

: Tim 2

Jumlah Pasien

: 4 orang

Waktu

Kegiatan

08.00

09.00

hygiene, pemeriksaan TTV, kondisi dll)


Melakukann interaksi dengan pasien yang

07.00

10.00

Operan
Pre conference
Membimbing pemberian makan pagi dan obat
Mengecek kebutuhan pasien (kebutuhan personal

memerlukan perhatian khusus


Melakukan supervisi pada perawat pelaksana:
1. Perawat Heni : Melanjutkan interaksi kepada
pasien wing 2
2. Perawat Tsaalist : Melanjutkan interaksi
kepada pasien wing 2
3. Perawat Sisca : Melanjutkan interaksi kepada
pasien wing 2
4. Perawat Intan : Melanjutkan interaksi kepada
pasien wing 2
Melakukan kegiatan senam pagi dan menonton

12.00
13.00

14.00

TV
Membimbing pemberian makan siang dan obat
Istirahat
Menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
Post conference
Operan

Keterangan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Sabtu / 18 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

09.00
12.00
13.00
14.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukann interaksi dengan Tn. A

Pemberian makan siang dan obat


Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Keterangan

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Jumat / 17 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

09.00
12.00
13.00
14.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukan interaksi dengan Tn. A

Pemberian makan siang dan obat


Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

Keterangan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Kamis / 16 Oktober 2014

Waktu

Kegiatan

Keterangan

07.00

08.00

09.00
12.00
13.00
14.00

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukan interaksi dengan Tn. A

Pemberian makan siang dan obat


Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Rabu / 15 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV

Keterangan

09.00
12.00
13.00
14.00

Senam pagi
Melakukan interaksi dengan Tn. A

Pemberian makan siang dan obat


Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Selasa / 14 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

09.00
12.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukan interaksi dengan An. I

Pemberian makan siang dan obat


Istirahat

Keterangan

13.00
14.00

Menulis dokumentasi asuhan keperawatan


Post conference
Operan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Sabtu / 11 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

09.00
12.00
13.00
14.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukann interaksi dengan

Pemberian makan siang dan obat


Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

Keterangan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Jumat / 10 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

09.00
12.00
13.00
14.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukan interaksi dengan pasien kelolaan Tn.

J
Pemberian makan siang dan obat
Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

Keterangan

KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat

: Suci Amalya Fitrianingsih

Ruang Ruangan

: Rajawali

Hari / Tanggal

: Kamis / 9 Oktober 2014

Waktu
07.00

08.00

09.00
12.00
13.00
14.00

Kegiatan

Operan
Pre conference
Pemberian makan pagi dan obat
Bedmaking
Melakukan pemeriksaan TTV
Senam pagi
Melakukan interaksi dengan pasien kelolaan Tn.

J
Pemberian makan siang dan obat
Istirahat
Menulis dokumentasi asuhan keperawatan
Post conference
Operan

Keterangan

Anda mungkin juga menyukai