Anda di halaman 1dari 11

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai permulaan dari karya tulis ini, serta untuk mempermudah


pengertian, persamaan dalam persepsi mengenai identifikasi teori dan juga
pembahasan selanjutnya. Penulis akan memaparkan dan menguraikan teori yang
relevan dengan subjek permasalahan. Kajian teori yang akan dibahas disini
sedemikian rupa disusun oleh penulis agar dapat dipahami secara runtut mulai dari
hal yang mendasari segala teori yang dipaparkan yaitu gravitasi, kemudian benda
langit yang terbentuk akibat gravitasi yaitu bintang, dan sebelum penulis
memaparkan teori-teori Stephen Hawking mengenai lubang hitam, pemahaman
mengenai evolusi bintang akan dipaparkan terlebih dahulu.
Penulis juga akan memaparkan buku utama yang menjadi dasar penelitian
karya tulis ini.
Buku yang akan digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah Sejarah
Singkat Waktu karya Stephen Hawking yang terbit tahun 1988. Buku ini terjual
lebih dari 10 juta kopi diseluruh dunia. Buku ini berisi pemikiran-pemikiran
Hawking mengenai alam semesta, konsep ruang-waktu, dan fisika kuantum. Buku
ini dianggap sangat fundamental dalam kemajuan fisika kuantum karena Hawking
membahas hal-hal fisika yang membuka wawasan dan mampu menjelaskan
konsep-konsep rumit dengan kiasan atau bahasa sehari-hari, hal tersebut menjadi
kelebihan tersendiri bagi buku ini. Namun dalam konteks yang lebih relevan
terhadap karya tulis ini, meski buku ini membuat Stephen Hawking terkenal
karena teorinya mengenai lubang hitam. Bab mengenai lubang hitam itu tersendiri
tidak terlalu banyak melainkan hanya dua bab walaupun dalam dua bab tersebut
pembahasannya sudah cukup jelas dan membantu penulis dalam menjadikan teori
Stephen Hawking menjadi dasar penulisan karya tulis ini.
Buku kedua yang akan digunakan selama penulisan karya tulis ini adalah
Kamus Lengkap Fisika yang diterbitkan oleh Oxford University Press. Kamus ini
melingkupi istilah-istilah yang terkait dengan pembahasan dalam karya tulis ini.
Karena selama pembahasan akan ada banyak istilah yang tidak awam dan

membutuhkan referensi dari kamus fisika. Kamus ini memiliki kelebihan yaitu
sangat lengkap karena semua istilah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
karya tulis ini tersedia. Namun kamus ini memiliki kelemahan yaitu kurangnya
illustrasi mengenai entry yang ada, dan illustrasi tersebut tidak berwarna sehingga
kurang menarik untuk dibaca.
A.

Gravitasi
1. Definisi
Gravitasi merupakan salah satu gaya yang fundamental dalam fisika
bersama dengan gaya nuklir lemah, gaya nuklir kuat, dan gaya elektromagnet.
Setiap benda yang memiliki massa, pasti memiliki gaya tariknya masing masing
yang dapat didefinisikan melalui formulasi hukum gravitasi universal Newton
dimana gaya gravitasi berbanding lurus dengan perkalian dua massa benda dan
juga dengan konstanta gravitasi dan berbanding terbalik dengan jarak pangkat dua
kedua benda tersebut1. Dengan formulasi tersebut dapat dikatakan bahwa semakin
besar massa yang dimiliki kedua buah benda maka makin besar juga gaya
gravitasi tersebut, dan semakin jauh jarak antar kedua benda tersebut maka gaya
gravitasinya akan berkurang. Berbeda dengan Newton, Einstein memperlakukan
gravitasi tidak hanya dilihat dari seberapa besar massa yang ia miliki tetapi juga
dari seberapa besar energi yang benda tersebut miliki. Dalam teori relativitas
umum Einstein dia berpendapat bahwa ruang-waktu merupakan struktur mendasar
alam semesta, dan benda yang memiliki massa dan energi yang cukup besar akan
melengkungkan ruang-waktu tersebut.2

B.

Bintang
1. Definisi
1

Oxford. Kamus Lengkap Fisika. (Jakarta; Penerbit Erlangga,1994) hal.

291
Brittanica Educational. The Universe: A Historical Survey of Beliefs,
Theories, and Laws. (New York; Brittanica Educational Publishing, 2010) hal. 67
2

Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya sendiri, bintang


menghasilkan energi nuklir tersendiri di dalam intinya. 3 Di alam semesta bintang
yang jumlahnya tidak terhitung tidak tersebar merata, melainkan tersusun dalam
sebuah rasi bintang, atau menjadi pusat sistem planet seperti Tata Surya dimana
bintang yang menjadi pusatnya ialah matahari.
Obyek langit yang berbentuk sedikit lonjong ini memilki karakteristik
utama. Sebuah bintang ditentukan oleh massa pada awal pembentukannya,
termasuk ciri-ciri utama seperti ukuran, daya pancar, temperatur permukaan, dan
warna. Dari aspek-aspek tersebut astronom seperti Henry Norris Russel
mengelompokan jenis bintang berdasarkan warna dan temperatur permukaan
bintang, dan Eijnar Hertzsprung membuat diagram yang dinamakan HertzsprungRussel Diagram, sekarang diabreviasikan menjadi H-R Diagram. Hertzsprung
mengklasifikasikan bintang berdasarkan suhu permukaan dan daya pancar sinar
bintang yang disusun dalam bentuk diagram.
2. Struktur Bintang
Untuk memahami struktur bintang matahari merupakan bintang yang
paling dekat yang dapat diamati oleh ilmuwan. Matahari terdiri atas beberapa
lapisan. Bagian inti matahari dimana hidrogen diubah menjadi helium dengan
reaksi termonuklir.4 Bagian inti pada permukaan matahari ini merupakan awal dari
pembakaran yang akan dilakukan matahari selama masa hidupnya. Permukaan
matahari disebut fotosfer yaitu bagian yang tampak pada matahari atau bintang
lain dan sumber spektrum yang tetap. Fotosfer adalah lapisan gas dengan
ketebalan beberapa ratus kilometer dengan temperatur rata-rata 5870 Kelvin. 5
Lapisan atmosfer tepat diatas fotosfer adalah kromosfer, yang hanya terlihat jika
fotosfer seluruhnya tertutup oleh bulan. Tebal kromosfer kira kira 10.000
kilometer dan temperatur didalamnya naik dari 4000 K (bila lapisan menyatu
dengan fotosfer), hingga 5000 K.6 Bagian terluar matahari yang menjangkau
Oxford, Op. cit. hal 414
Ibid. hal. 422
5
Ibid. hal. 330
6
Ibid. hal. 65
3
4

secara lemah ke dalam ruang antar planet di tata surya adalah korona. Memiliki
dua komponen utama yaitu, korona-K ( atau korona dalam) dengan temperatur
sekitar 2 x 106 K pada ketinggian kira-kira 75.000 km, dan korona-F (atau korona
luar) yang agak lebih dingin dan menjangkau jutaan kilometer ke luar angkasa.7
C.

Stellar Evolution / Evolusi Bintang


1. Definisi
Evolusi bintang adalah proses perubahan yang dialami sebuah bintang
pada kehidupannya, mulai dari terbentuk hingga musnah.8
2. Fase Pembentukan
Untuk membentuk sebuah bintang seperti matahari, setidaknya diperlukan
kumpulan gas dan debu luar angkasa dalam bentuk awan dan dengan diameter
beberapa tahun cahaya. Pada saat pembentukan tidak semua material membentuk
bintang melainkan tetap menjadi awan gas dan debu yang terdiri dari CO 2, Besi,
Sillicate, Graphite, Metana, Ammonia, dan Air.
Awan sisa pembentukan tersebut dapat bertahan dalam kondisi stabil
hingga miliaran tahun. Selama kurun waktu terebut gaya gravitasi yang cenderung
memampatkan partikel awan akan diimbangi oleh gaya termal acak dari partikel
tersebut. Hal ini akan memulai kontraksi gravitasi pada awan luar angkasa
tersebut, menurut Ken Dobson dan tim penulisnya dalam buku Physics: The
Complete Guide tahap pertama dalam pembentukan bintang adalah:
Ketika awan berkontraksi akibat gravitasi, gas dan debu
jatuh pada pusat massa, menambah kecepatan partikel debu dan
gas sebagai energi potensial yang kemudian dikonversikan
menjadi energi kinetik. Tabrakan antar partikel secara acak
membuat kumpulan gas memanas. Sebagian besar energi terjebak
di tengah dan memancarkan radiasi inframerah9
3. Fase Protobintang
Ibid. hal. 85
Ibid. hal. 418
9
K. Dobson, D. Grace, et al., Physics: The Complete Guide (London;
Collins) hal. 517
7
8

10

Dari dimulainya kontraksi gravitasi pada awan, dibutuhkan jutaan tahun


untuk massa dari hasil pemampatan gas di inti agar mencapai tahap menjadi
protostar atau protobintang, protobintang adalah awan kondisi awal dari materi
dingin yang mengerut dan menimbulkan suatu tekanan dalam akibat pengerutan
gravitasinya.10 Inti dari protobintang beberapa kali lebih besar daripada bintang
sebenarnya yang akan terbentuk. Dan panas yang akan dihasilkan membuat gas
dan debu sisa pembentukan di sekitarnya akan terhempas.
4. Fase Bintang
Setelah 50 juta tahun lebih, panas dan kerapatan yang terbentuk di inti
akan menghasilkan sumber energi tersendiri yaitu fusi nuklir. Beberapa proton
yang ada di inti akan bergabung dan membentuk helium, pada rantai protonproton ini, sebuah proses yang dinamakan pembakaran hidrogen akan
melepaskan banyak energi yang meningkatkan temperatur bintang menjadi lebih
dari 10 juta Kelvin.11
5. Fase Kesetimbangan Bintang
Awan-awan luar angkasa yang masih tersisa di sekitar bintang akan
berhenti berkontraksi ketika energi kinetik partikel mengimbangi gaya menarik
dari gravitasi.
Pada fase inilah bintang sudah terbentuk dan mencapai kondisi stabil.

6. Kematian Bintang
Ketika bintang kehabisan energi nuklir, fusi hidrogen akan berhenti di
dalam inti bintang yang secara ototmatis akan mendingin. Selama pendinginan
terjadi, tekanan di dalam bintang menurun dan membuat gaya gravitasi menarik

10
11

Oxford, Loc. cit


K. Dobson, D. Grace, et al., Loc. cit

11

segala yang ada di sekitarnya. Menurut Kamus Fisika Oxford, kematian bintang
dideskripsikan sebagai berikut:
Namun pada akhirnya, fase kesetimbangan bintang ini
akan berakhir karena energi termonuklir yang dihasilkan di
bagian dalam tidak lagi cukup untuk mengimbangi pengerutan
gravitasi. Inti sebuah bintang yang sebagian besar merupakan
helium, akan runtuh hingga mencapai temperatur yang cukup
tinggi pada kulit bintang. Terbakarnya kulit ini mengakibatkan
selimut luar bintang memuai dan mendingin.12

Kematian sebuah bintang berbeda-beda tergantung dari massa bintang


tersebut. Untuk bintang dengan massa seperti matahari, maka ia akan membesar
selagi temperaturnya meningkat dan bagian luar bintang akan mendingin dan akan
terus memuai, membesar hingga mencapai orbit bumi, yang pada akhirnya akan
membentuk bintang maha merah.13 Bahkan bintang maha merah yang sangat
besar ini juga tidak akan bertahan lama, namun umur manusia terlalu pendek
untuk mengamati kematian bintang jenis ini sehingga sebuah teori telah
dikembangkan sebagai hasil dari obyek yang sudah terbentuk yaitu nebula planet.
Nebula planet memiliki penamaan yang salah karena pada awalnya pengamat
dengan teleskop yang belum modern mengira bahwa obyek yang mereka lihat
adalah planet, padahal bukan nebula planet terbentuk ketika bintang maha merah
melepaskan material yang cukup banyak hingga meninggalkan inti yang panas
dan padat dan dapat dilihat, yang akan menyinari materi yang dilepaskan
disekitarnya.14
Untuk bintang yang ukurannya lebih besar dari matahari, bintang tersebut
akan kehilangan massanya secara terus menerus akibat pelepasan materinya dan
aka menjadi bintang kerdil putih, yang terbuat dari karbon dan 1,5 kali massa
matahari. Dengan massa seperti itu partikel di dalam inti menjadi sangat padat

12
13
14

Oxford, Op. cit, hal. 418


K. Dobson, D. Grace, et al., Op. cit, hal. 538
Ibid, hal. 539

12

sehingga gaya gravitasi tidak dapat membuat bintang tersebut makin kecil,
melainkan berdegenerasi menjadi bintang kerdil hitam.15
Alternatifnya banyak bintang yang berukuran maha besar tidak
berdegenerasi melainkan meledak, memancarkan energi yang meningkat dengan
faktor 1010, cahaya yang dipancarkan akan lenyap setelah beberapa tahun;
mempengaruhi seluruh galaksi tempat bintang tersebut berada. Ledakan
supernova terjadi bila sebuah bintang telah menghabiskan seluruh bahan bakar
nuklir yang tersedia dan inti bintang mengalami keruntuhan akibat gravitasi. 16
Ledakan supernova yang demikian diklasifikasikan sebagai supernova tipe 1, tipe
2 supernova terjadi ketika inti dari ledakan yang tersisa berubah menjadi inti yang
padat, panas, dan memiliki medan magnet yang cukup kuat yaitu bintang
neutron.17 Telah dikalkulasikan pula ketika sisa supernova seperti bintang neutron
dan memiliki massa 2.5 kali lebih besar dari matahari, maka akan terbentuk
bintang neutron yang sangat padat sehingga tidak mungkin ada radiasi yang dapat
terpancar; dapat dipastikan bahwa benda tersebut adalah lubang hitam.18
7. Keruntuhan Bintang menuju Pembentukan Lubang Hitam
Dalam keruntuhan bintang akibat gravitasi sampai membentuk lubang
hitam, gerakannya bakal jauh lebih cepat, sehingga laju kehilangan energi bakal
lebih tinggi. Oleh karena itu tahap akhir bintang sampai tak bergerak akan dicapai
dalam waktu yang lebih singkat. Stephen Hawking berpendapat bahwa pada tahap
akhir evolusi bintang tersebut keadaannya akan bergantung kepada ciri bintang
yang menjadi asalnya, yaitu massa, laju rotasi, kerapatan berbabagai lapisan
bintang, dan pergerakan gas-gas dalam bintang.19
D.

Black Hole / Lubang Hitam


Ibid, hal. 541
Oxford, Op. cit, hal. 425
17
K. Dobson, D. Grace, et al., Op. cit, hal. 542
15
16

Ibid, Hal 543


S. Hawking. Sejarah Singkat Waktu. (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama,
2013) hal. 89
18
19

13

1. Definisi
Lubang hitam adalah benda di dalam ruang angkasa yang telah runtuh
karena pengaruh gaya gravitasi benda itu sendiri.20 Dari berbagai teori terdapat
lubang hitam yang tidak berotasi dan lubang hitam yang berotasi. Studi Werner
Israel menunjukkan bahwa, berdasarkan relativitas umum, lubang hitam yang
tidak berotasi haruslah sangat sederhana yaitu berbentuk bola sempurna. Ukuran
lubang hitam itu hanya ditentukan massa dan dua lubang hitam dengan massa
yang sama itu identik. Yang membuahkan sebuah kesimpulan bahwa karena
lubang hitam berbentuk bola sempurna, maka lubang hitam hanya dapat terbentuk
dari runtuhnya benda berbentuk bola sempurna. Karena itu bintang yang
sesungguhnya, yang tidak berbentuk bola sempurna, tidak dapat menjadi lubang
hitam. Namun terdapat penafsiran yang berbeda atas temuan Werner Israel.
Menurut Roger Penrose dan John Wheeler, pergerakan cepat dalam keruntuhan
suatu bintang berarti gelombang yang dipancarkannya membuat bintang makin
berbentuk bola, dan ketika bintang sampai ke keadaan yang tak bergerak,
bentuknya akan berupa bola sempurna.21 Menurut pandangan tersebut, bintang
apapun itu, baik bentuk dan struktur internalnya, setelah mengalami keruntuhan
akibat gravitasi akan menjadi lubang hitam yang berbentuk bola sempurna, yang
ukurannya hanya bergantung pada massanya.
Pada 1963, Roy Kerr, menemukan satu set solusi persamaan relativitas
umum yang menjabarkan lubang hitam yang berotasi. Lubang hitam versi Kerr
berotasi dengan laju tetap, ukuran dan bentuknya hanya bergantung kepada massa
dan laju rotas. Jika rotasinya nol, maka lubang hitam itu berbentuk bola semputna.
Jika rotasinya tidak nol, maka lubang hitam akan mencuat ke arah luar ke dekat
khatulistiwanya seperti gasing. Pada 1970 sampai 1973 Stephen Hawking dan
Brandon Carter, membuat pembuktian mengenai teori tersebut. Hasilnya
menunjukkan bahwa, asalkan lubang hitam yang berotasi dan tak berpindah
tempat punya sumbu simetri, ukuran dan bentuknya bakal hanya bergantung

Oxford, Op. cit, hal. 35

20

21

S. Hawking. Op. cit, hal. 89

14

kepada massa dan laju rotasinya, tidak bergantung pada ciri benda runtuh yang
membentuknya.22
2. Cakrawala Peristiwa Lubang Hitam
Cakrawala peristiwa, adalah batas daerah di sekitar lubang hitam, daerah
ruang dan waktu dimana tak ada yang bisa melepaskan diri. 23 Cakrawala peristiwa
adalah jalur cahaya atau jalur dari partikel foton yang mengorbit dan mencoba
lepas dari lubang hitam dalam ruang dan waktu dan selamanya tersangkut di jalur
tersebut, tak ada yang bisa bergerak daripada cahaya sehingga apapun yang telah
melewati cakrawala peristiwa akan selamanya terpengaruh oleh gaya gravitasi
oleh lubang hitam dan tidak dapat berbalik arah. Radius dari cakrawala peristiwa
di formulasikan dengan rumus jari-jari Schwarzschild R = 2GM/C2 dengan G =
6,67 x 10-11 Nm2kg-2, C = cepat rambat cahaya, M = massa dari lubang hitam
( dalam kg)
3. Sejarah
John Michell pada 1783 yang pertamakali menunjukan bahwa ada suatu
bintang di alam semesta yang sekiranya sangat besar dan memiliki kerapatan yang
luar bisa akan memiliki medan gravitasi yang maha kuat sehingga cahaya sendiri
tidak dapat lolos dari bintang tersebut dengan kata lain cahaya yang dipancarkan
bintang tersebut akan ditarik lagi oleh medan gravitasi bintang itu sendiri sebelum
bisa bergerak jauh, namun kita tidak dapat bintang tersebut karena cahayanya
tidak mencapai bumi.24 Berdasarkan hal ini, merupakan hal yang mungkin bahwa
ada benda yang memiliki energi dan massa yang cukup besar sehingga foton, akan
melengkung melewati kelelengkungan ruang-waktu yang dibuat oleh benda
tersebut, dengan kata lain terpengaruh oleh gaya gravitasi. Asumsi tersebut
berkembang menjadi sebuah benda yang memilki massa yang sangat besar dan
juga kerapatan yang sangat besar dan melengkungkan ruang-waktu menjadi tak
Ibid, hal. 91
Ibid, hal. 88
24
Ibid, hal. 80
22

23

15

terhingga sehingga partikel foton tersebut atau cahaya tidak dapat lolos dari benda
tersebut. Pada 1915 teori yang dianggap konsisten mengenai cara gravitasi
mempengaruhi cahaya adalah teori relativitas umum Einstein. Benda yang
memiliki medan gravitasi yang maha kuat itu itu sekarang lebih dikenal dengan
sebutan Black Hole atau Lubang Hitam. Istilah black hole itu sendiri pertamakali
dicetuskan oleh John Wheeler pada 1967, 184 tahun setelah teori mengenai obyek
yang memiliki medan gravitasi yang sangat kuat digagaskan.
4. Teori Relativitas Umum
Stephen Hawking dan Roger Penrose dalam penelitiannya antara 1965
sampai 1970, menunjukan bahwa, menurut relativitas umum, di dalam suatu
lubang hitam terdapat singularitas dengan kerapatan dan kelengkungan ruangwaktu yang tak terhingga, singularitas adalah keadaan dimana segalanya, energi
dan materi dipadatkan menjadi satu titik akibat gaya gravitasi yang luar biasa,
yang tidak diketahui apa yang terjadi dan tidak dapat diamati pada singularitas
tersebut.25
5. Teori Kuantum
Teori fisika kuantum bertentangan dengan teori relativitas umum. Teori fisika
mekanika kuantum memaparkan bahwa materi dan energi tidak dapat dihancurkan
oleh lubang hitam, mengingat bahwa jumlah energi di alam semesta selalu sama,
hanya dapat dirubah bentuknya.
Pada September 1973, Stephen Hawking bersama dengan Yakov Zeldovich dan
Alexander Starobinsky, lubang hitam seharusnya menciptakan dan memancarkan
materi setelah menghisapnya. Pemancaran zarah dari lubang hitam adalah karena
spektrum materi yang dipancarkan cocok dengan apa yang dipancarkan benda panas.
Pemancaran ini terjadi di ruang kosong diluar cakrawala peristiwa.

E.

Alam Semesta
1. Definisi
25

Ibid, Hal 86

16

Seluruh materi, energi, dan ruang yang ada. Alam Semesta yang dimaksud
disini adalah alam semesta yang dapat diamati, Observable Universe.26
Mengingat bahwa alam semesta luasnya tidak dapat didefinisikan, segala
sesuatu yang dapat dijangkau oleh teknologi buatan manusia, dan cahaya dari
obyek langit sudah mencapai ke bumi, maka segala sesuatu yang ada di luar
Obsevable Universe tidak dapat didefinisikan pula.
Pada tahun 2005, kelompok ilmuwan astrofisika yang dipimpin oleh J.
Richard Gott secara mendetail telah mengkalkulasi radius dari Observable
Universe, yaitu 45,7 milyar tahun cahaya.27
Obsevable Universe dan batasnya mengacu pada 3 garis besar yang
mendukung keberadaannya yaitu:
a. Situasi dan keadaan pengamat.
b. Adanya instrumen atau alat yang menunjang untuk mengadakan
pengamatan.
c. Teori fisika yang digunakan untuk meninterpretasi data yang diamati.
Ketiga faktor tersebut haruslah ada dalam mengamati Obsevable Universe.28

Oxford, Op. cit, hal. 518


P. Halpern. How Large is The Observable Universe, NOVA, diakses
dari
http://www.pbs.org/wgbh/nova/physics/blog/2012/10/how-large-is-theobservable-universe/, pada tanggal 23 Januari 2014 pukul 20.47
28
K. Munitz. Philosophy and Science of the Universe. (United Kingdom;
Princeton University Press, 1986) hal. 152
26
27

Anda mungkin juga menyukai