Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal
yang nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut
perlu diperbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan
drastis dalam tempo singkat, karena itu diperlukan intervensi yang mempunyai
dampak nyata dalam waktu relatif pendek (Sarwono, 2006).
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS),
disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi
yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan
kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam
menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar
mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga
dapat mengurangi risiko dalam persalinan. Risiko dalam persalinan yang sering
dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage,
passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran.

Dukungan yang penuh dari

anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan
dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini, 1986).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian
oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat Kartono (1986) yang
menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu
untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya
disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter

dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir
dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartono,
1986).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di
negara-negara berkembang, sehingga ibu hamil sering merasa cemas terhadap
kehamilannya.
Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara garis
besar angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain
sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup.
"Pada tahun 2007 laporan Balai Pengobatan Swasta (BPS) menyebutkan AKI
menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara
tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang
masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu
boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal. Pada tahun 2009,
diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran
hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup
(KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak,
paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya
seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya,
terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan
pelayanan (Dinkes Kaltim, 2008).
Peran seorang ibu sangat besar dalam pertumbuhan, perkembangan bayi
dan anak. Ibu hamil yang mengalami gangguan kesehatan bisa berpengaruh pada
kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi
dan anaknya nanti. Bila dibandingkan dengan target nasional 90 % menunjukkan
bahwasanya Sumatera Utara sampai saat ini belum mencapai target. Dari kondisi
tersebut di atas didapatkan keadaan kesehatan masyarakat dengan indikator

kematian ibu sebesar 307/100.000 KH (SKKT 2001) dan kematian bayi 35/1000
KH (SDKI 2002- 2003).
Masyarakat

masih

menganggap

paradigma

persalinan

merupakan

pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami
ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi
yang akan dilahirkannya (Kartini, 1986).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain
dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis
juga sangat menentukan keberhasilan persalinan.

Dimana kecemasan atau

ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan
menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 6-19 Oktober 2014 di RSD dr.
Haryoto Lumajang terdapat 10 ibu hamil dalam trimester III yang akan bersalin, 8
diantaranya primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi
proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal
tersebut penulis ingin meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di RSD Dr. Haryoto
Lumajang.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu
Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di RSD Dr. Haryoto Lumajang?.

C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum
Untuk mendapatkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu
Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di RSD Dr. Haryoto Lumajang.
3

2.

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan .
b. Untuk mengetahui faktor dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan .

D. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan.

2.

Bagi Ibu Hamil


Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang
kecemasan dalam menghadapi persalinan

3.

Bagi Tempat Penelitian


Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan khususnya tentang kecemasan dalam menghadapi
persalinan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan
umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia,
yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003).
Penelitian

Roger

(1974)

mengungkapkan

bahwa

sebelum

orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yaitu:
1. Awarenes (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.

Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu, di sini sikap
subjek sudah mulai timbul.

3.

Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik buruknya stimulus terhadap


bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik sekali.

4. Trial (Mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai


dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption (Adaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2. Domain kognitif


Menurut Notoatmodjo (2002) Tingkat pengetahuan yang tercakup di
dalam domain kognitif pada manusia mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Materi tersebut secara benar. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut dan kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitianpenelitian terhadap suatu objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri dengan menggunakan kriteria yang telah ada, pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
respon dan ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


1.

Umur
Umur adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam penyelidikan
epidemiologi, yaitu pada angka kesulitan ataupun angka kematian
(Notoatmodjo, 2003).
Umur seseorang dapat mengetahui perubahan selama kehamilan
wanita hamil banyak membutuhkan dukungan dari lingkungan
keluarga, suami untuk meningkatkan dukungan kesehatan secara
optiomal. Masing-masing wanita hamil harus dikaji secara teliti,
misalnya perkembangan fisik dan perhatian serta kemampuan untuk
memeriksakan kesehatan ibu hamil (Depkes RI, 2000).

2.

Pendidikan
Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang
seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan pendidikan
manusia dianggap

akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan


seseorang. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide
teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).
3.

Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam
kehidupannya. Pengalaman dan pendidikan seseorang dari sejak kecil
akan mempengaruhi sikap dan penampilan seseorang. Hurlock
mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan dalam diri
seseorang memberikan kesan dan pengetahuan tersendiri (Hurlock,
2002).

4.

Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh si ibu atau
jumlah anak yang dikandung yang berpengaruh pada kesehatan ibu
dan anak. Paritas adalah jumlah ibu hamil yang akan melahirkan anak.

Semakin sering ibu melahirkan maka semakin banyak pengalaman


yang diperoleh tentang metode merawat bayi (Hurlock, 1998).
2.2
Dukungan Keluarga
2.2.1 Definisi
Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosialnya. Dimensi interaksi dukungan keluarga bersifat
reprokasitas atau timbal balik, dan keterlibatan emosional atau kedalaman intimasi
dan kepercayaan. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang
oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga.
Dukungan keluarga dapat bersifat mendukung dan memberikan pertolongan
kepada setiap anggota keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan
internal seperti dukungan dari suami atau istri atau dukungan dari saudara
kandung dan dukungan eksternal misalnya dukungan dari sanak keluarga dan
masyarakat. Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, dan dikalangan
kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosional. Pengaruh positif dari
dukungan ini akan dapat mudah menyesuaikan terhadap kejadian dalam
kehidupan dalm kondisi stres. (Friedmen, 1998)
2.2.2

Jenis-Jenis Dukungan Keluarga


Menurut Caplan (dalam Friedman 1998), baik keluarga inti maupun

keluarga besar berfungsi sebagai pendukung bagi anggota-anggotanya. Keluarga


memiliki beberapa fungsi suportif, yaitu:
1. Dukungan informasional dimana keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
2. Dukungan penilaian, keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas anggota.
3. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan
praktis dan konkrit.

Dukungan emosional, keluarga sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi
2.2.3

Kategori dukungan
Dukungan keluarga telah didefinisikan dan digunakan diberbagai bidang.

Menurut Glanz (1996 dalam Enita 2004), dukungan keluarga adalah makna dari
hubungan akrab yang dapat dikategorikan menjadi empat tipe perilaku yaitu:
1. Dukungan emosional meliputi empati, cinta, hubungan saling percaya dan
perhatian.
2. Dukungan instrumental meliputi pemberian bantuan nyata dan pelayanan
langsung yang dibutuhkan oleh seseorang.
3. Dukungan informasi meliputi pemberian nasehat atau saran, sugesti dan
informasi yang diperlukan seseorang dalam mengenali masalah.
4. Dukungan penghargaan adalah pemberian informasi yang sangat
dibutuhkan untuk evaluasi diri yang bertujuan untuk membuat umpan
balik.
2.2.4 Konseptual sehat sakit
Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah
satu indikator dalam masyarakat baik masyarakat sehat atau sakit. Peran atau
tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu keperawatan dalam
hal ini adalah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas) sangatlah mempunyai arti
dalam peningkatan dalam peran atau tugas keluarga itu sendiri. Perawat
diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga (Effendi, 1998).
Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu
mengambil keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien.(Friedman, 2001). Kasih
sayang keluarga akan menyebabkan penderita yang sakit merasa bahwa dirinya
masih ada yang memperhatikan, merasa dihargai dan dibutuhkan (Ahmadi, 2002).

2.2.5 Bentuk partisipasi keluarga


Bentuk partisipasi keluarga dalam perawatan klien dengan terapi holistic
meliputi:
1. Dukungan fisik
Keluarga membantu dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari
(ADL) yaitu aktifitas perawatan diri yang harus klien lakukan untuk
memenuhu kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari. ADL meliputi mandi,
berpakaian, makan, toileting, kontinensia, berpindah. (Smeltzer dalam Huda,
2004). Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan misalnya membantu anggota
keluarga yang sakit dengan cara mengontrol dalam mengkonsumsi obat,
membantu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, membantu personal hygine
apabila anggota yang sakit tidak mampu melakukan secara mandiri.
(Friedman, 1998)
2. Dukungan psikologis
Dukungan psikis dapat diartikan menjadi peran informasi keluarga.
Menurut Kievit (1998 dalam Friedman, 1998) peran informasi lebih
didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga
dengan memberikan hiburan, keceriaan dan humor untuk mengurasi stress
klien. Keluarga memjadi seorang spesialis dalam memenuhi kebutuhan
psikologis dan kebutuhan untuk memahami kasih sayang. Menurut Effendi
(1998) fungsi psikologis keluarga adalah memberikan kasih saying, rasa
aman dan memberikan perhatian diantara anggota keluarga yang meliputi
empati, cinta, kepercayaan dan perhatian.
3. Dukungan sosial
Sosial adalah keadaan atau kondisi lingkungan masyarakat sekitar
dimana klien beradaptasi. Tujuan sosialisasi adalah agar klien mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu
merawat diri, mampu mandiri dan tidak tergantuk kepada orang lain. Bentuk
dukungan sosial yang diberikan keluarga misalnya membantu berkomunikasi
atau berinteraksi antara klien dengan lingkungan tempat tinggal. (Potter dan
Perry, 2006).
2.3. Kecemasan

10

2.3.1. Defenisi
Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman
subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai
suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta
ada hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung
atau disertai gejala jasmani.
2.3.2 Macam/diagnosa Kecemasan
1. Kecemasan Akut
Definisi Pada keadaan ini perasaan sakit berat, dan takut bisa berjalan
beberapa menit atau beberapa jam.

Mungkin penderita sadar,

sebelumnya punya pengalaman emosi (biasa terdapat pada Ibu yang


akan bersalin).
Gejala-gejala :

Perasaan takut

Mudah berdebar-debar

Hyperventilasi

Perasaan payah (lemah, lesu)

Tachy cardi

Hyperhyrosis

Pernafasan kasar

Hypertensi sifatnya sistolik

Diarrhee

Polyuri (sering kencing)

Perasaan tersumbat di tenggorokan dsb.

2. Kecemasan Kronis
Definisi : Kecemasan timbul untuk sebab yang tidak diketahui (tidak di
sadari)

11

Mungkin karena penderita tidak tahu sebab maka justru kecemasannya


akan bertambah, sehingga fisik makin bertambah pula.
Gejala-gejala :

Sakit kepala

Keluhan-keluhan gastro intestinal

Kelelahan

Pada pemeriksaan fisik lengkap tidak ditemukan kelainan apa-apa

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan dalam Persalinan


1.

Takut Mati
Perasaan takut mati biasanya muncul karena belum menyadari akan
nilai hidup dan kematian, kecemasan yang muncul pada intinya adalah
disebabkan karena hati dan hidup tidak ada ketentraman, orang yang
cemas adalah karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari Tuhan.
Ketakutan terhadap kematian biasanya muncul pada orang yang tidak
memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Ketidaksiapan
menghadapi kematian menimbulkan kecemasan saat Ibu menghadapi
persalinan.

2.

Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari
rahim Ibunya, ketakutan berpisah ada kalanya menghinggapi seorang
Ibu yang merasa amat takut kalau bayinya akan terpisah dari dirinya,
seolah-olah Ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan
bayinya.

3.

Perasaan berdosa atau bersalah terhadap Ibunya


Sejak kecil kita mendapat perawatan orang tua dengan kasih sayang,
setelah beranjak dewasa tentu kita ingin membalas budi orang tua,
masalah terjadi manakala kita tidak dapat membalas budi orang tua dan
apa yang terjadi pada diri kita saat ini tidak sesuai harapan orang tua
(Bambang, 1987)

4.

Ketakutan Melahirkan
12

Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang


berkaitan dengan Ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar
yang membawa Ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan Ibu
merasa cemas akan keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota
keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan
suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartono,
1986)
2.3.4 Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart & Sudden (1998), tingkat kecemasan dapat terbari menjadi
4, yaitu :
1. Kecemasan ringan atau Mild anxiety
Adalah suatu kecemasan yang masih ringan. Pada tingkat ini sebenarnya
merupakan hal yang sehat karena merupakan tanda bahwa antara lain keadaan
jiwa dan tubuh manusia agar dapat mempertahankan diri dan lingkungan yang
serba berubah. Kecemasan dapat sangat bersifat konstruktif bila dilakukan
dengan secara sehat dan normal.
2. Kecemasan sedang atau moderate
Adalah suatu kemampuan yang menyempit, ada gangguan atau hambatan
dalam perbaikan dirinya, terjadi peningkatan respirasi dan denyut nadi.
3. Kecemasan berat atau Severe
Adalah adanya perasaan-perasaan canggung terhadap waktu atau perhatian,
persepsi menurun, tidak konsentrasi, kesulitan komunikasi, hyperventilasi,
tachicardi, mual dan sulit kepala.
4. Panik atau Panic
Individu sangat kacau sehingga berbahaya bagi diri maupun orang lain. Tidak
mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi secara aktif.

2.3.5 Ciri-ciri Kecemasan


Menurut Jeffery S., (2003:164) beberapa ciri dan kecemasan adalah
1.

Ciri Fisik
13

a) Kegelisahan, kegugupan
b) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar
c) Banyak berkeringat
d) Mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelan
e) berdebar keras berdetak kencang
f) Terdapat gangguan sakit perut atau mual
g) Wajah terasa memerah dan merasa sensitif atau mudah marah
2.

Ciri-ciri Behavioral
a) Perilaku menghibur
b) Perilaku melekat dan dependent
c) Perilaku terguncang
d) Ciri-ciri Kognitif
e) Khawatir tentang sesuatu
f) Kecemasan akan kehilangan kontrol
g) Berfikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan
h) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan
i) Sulit berkonsentrasi

2.3.6 Anxiety Rating Sacle atau Skala Kecemasan


Menurut Hamilton (1998), skala kecemasan terbagi beberapa aspek :
1.

Aspek Psikologis
a) Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, cemas, mudah tersinggung.
b) Ketegangan: merasa cemas, letih, mudah terkejut, mudah menangis,
gemetar, gelisah, tidak dapat istirahat.
c) Kecemasan: pandangan gelap, cemas ditinggal sendiri, cemas pada orang
asing, cemas pada binatang besar, cemas pada kerumunan orang banyak,
cemas keramaian lalu lintas.
d) Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat buruk.
e) Perasaan depresi: hilang minat, sedih, perasaan berubah setiap hari.

2.

Aspek Fisiologis

14

a) Gangguan tidur: sukar tidur, terbangun pada malam hari, mimpi buruk,
mimpi menakutkan, tidur pulas, bila terbangun badan lemas, sering mimpi.
b) Gejala somatik atau otot-otot: nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk,
suara tidak stabil.
c) Gejala sensorik: penglihatan kabur, gelisah, muka merab, merasa lemas.
d) Gejala Kardiovaskuler: tachycardi, nyeri dada, denyut nadi meningkat,
merasa lemah, denyut jantung berhenti sejenak.
e) Pernafasan: merasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
nafas pendek.
f) Ganguan Gastrointestinal: sulit menelan, gangguan penceranaan, nyeri
lambung, mual muntah, pernafasan perut.
g) Gangguan

Urogenital:

tidak

dapat

menahan

kencing,

frigiditas,

amenorrhoe.
h) Gangguan Otonom: Mulut kering, muka merah, berkeringat, bulu roma
berdiri.
i) Perilaku sesaat: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, tonus
otot meningkat, mengerutkan dahi, nafas pendek dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

15

Dinkes kaltim, 2008, http://dinkeskaltim.com/index2.php?option=comcontent&


dopdf=1&id=72
Dariyo, A. 1997. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan
Menghadapi Kelahiran Bayi Pada Wanita Hamil Pertama. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Effendi, R. W., dan Thahjono, E. 1999. Hubungan Antara Perilaku Coping pada
Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil Anak Pertama.
Anima, Vol. 14. 54, 224-228
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju
Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC : Jakarta
Notoadmodjo S, 1997, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
_____, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta
_____, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Prawirohardjo Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 1994. Jakarta
Wiknjosastro, 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo :
Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai