Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya ilmu berasal dari filsafat. Semua ilmu dan pengetahuan
manusia yang berkembang saat ini berakar dari filsafat. Sikap dasar selalu bertanya
menjadi ciri filsafat, sikap ini menurun pada berbagai cabang ilmu yang berkembang
saat ini. Oleh karena itu, dalam semua ilmu terdapat kecenderungan dasar itu. Dalam
filsafat, manusia mempertanyakan apa saja dari berbagai sudut, secara totalitas
menyeluruh, menyangkut hakikat inti, sebab dari segala sebab, mancari jauh ke akar,
hingga ke dasar.
Filsafat pada dasarnya adalah perbuatan manusia dan tiap-tiap manusia akan
berlaku sebagai filsuf pada waktu ia dalam kehidupan sehari-harinya menyadari akan
tujuan hidupnya dan makna semua perbuatannya. Filsafat bukanlah suatu hikmah
tersembunyi ataupun suatu ilmu yang sangat sukar.
Salah satu pekembangan dari filsafat ialah filsafat komunikasi. Komunikasi
dilakukan manusia untuk beriteraksi dengan manusia lainnya serta untuk
mengungkapkan kebutuhan organis. Sehingga komunikasi menjadi hal terpenting
dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Maka pada pembahasan ini penulis akan mencoba mengulas hubungan antara
filsafat dengan komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksuk dengan filsafat ?
2. Bagaimana kaitannya filsafat dengan komunikasi ?
3. Apa landasan filsafati pada filsafat komunikasi ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berarti cinta akan hikmat atau cinta
akan pengetahuan. Ada tiga hal yang mendasari manusia dalam berfilsafat , yaitu ;
Keheranan, Kesangsian, dan Kesadaran keterbatasan (Hamersma. 2008:11-12)
Filsafat bersifat pertanyaan pada jawaban, maka pertama-tama filsafat
mendekatkan kembali manusia pada kenyataan yang lengkap. Misalnya saja kasus
jatuh cinta. Dalam bidang kedokteran itu merupakan proses kelenjar, tetapi dalam
psikologis merupakan kelakuan lahiriah. Dalam hal ini filsafat mempunyai pertanyaan
apakah ilmu spesialisasi menjauhkan kita dari kenyataan jika kita lupa bahwa
pandangan sebuah ilmu adalah khusus dan sempit.
Kedua, filsafat mengintegrasikan ilmu, dimana ilmu-ilmu yang terpisah
seperti; Ilmu Alam berkata bahwa matahari terdiri atas tenaga cahaya yang dapat
dipergunakan oleh sel-sel hijau untuk fotosintesis, yaitu untuk menyusun bahan
organis. Sedangkan Antropologi kebudayaan memandang matahari sebagai smbol atau
arti yang menguasai beberapa agama yang primitif. Pada hal ini filsafat mempunyai
pertanyaan, apakah ada beberapa matahari ?.
B. Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab Ilmi yang berarti yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui (Wahid. 1996:7). Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusanrumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Contoh: Ilmu
Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani
(materiil saja).
1. Persyaratan ilmiah ilmu
Ilmu bertujuan untuk tahu secara mendalam. Terdapat sejumlah persyaratan
agar suatu pengetahuan layak disebut ilmu, dan persyaratan ini disebut ilmiah. Sifat
ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang
lahir terlebih dahulu.
a. Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni

persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif;
bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
b. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini
adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari kata Yunani Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum
metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada
metode ilmiah.
c. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan
yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat
ilmu yang ketiga.
d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda
demgan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.
C. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Pemikiran secara filsafati memungkinkan orang
menganalisis segala sesuatunya dalam tiga wilayah yaitu Metafisika, Epistemologi,
dan Aksiologi.
1. Ontologi berasal dari bahasa Yunani, onto (ada) dan logos (teori) sehingga
ontology dapat diartikan sebagai ilmu tentang ada. Dalam wilayah ini pertanyaanpertanyaan yang bersangkutan adalah ;
Apakah obyek yang ditelaah ilmu ?
Bagaimanakah hakikat dari obyek itu ?
2. Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme (pengetahuan) dan logos (teori)
yang berarti teori tentang pengetahuan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini
antara lain ;
Bagaimanakah

proses

yang

memungkinkan

pengetahuan

menjadi

ilmu?

Bagaimanakah prosedurnya ?
Apa kriterianya ?
3. Aksiologis berasal dari kata Yunani, axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti
teori tentang nilai. Pertanyaan di wilayah ini menyangkut antara lain ;

Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan ?


Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ?
D. Filsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi adalah suatu displin yang menelaah pemahaman secara
fundamental, metologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses
komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya,
tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya. Landasar filsafati Ilmu Komunikasi
meliputi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi studi tentang ada dan berada, tentang ciri-ciri esensial dari
yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak. Ontolgi
sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam
hal ini adalah Ilmu Komunikasi. Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi
dan objek formal. Secara ontologi. Obyek material ilmu komunikasi adalah
manusia dan tindakannya dalam konteks sosial , sementara obyek formalnya
adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia.
2. Epistemologis
Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan
mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge.
Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa
yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya.
Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemologi Ilmu
Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan
apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya
dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat
sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari
ilmu-ilmu sosial yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi
sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell,
Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan
keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi
sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya
dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.
3. Aksiologis
Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek
manfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis
bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatis filosofis yaitu azas

kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan


ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.
Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading
of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi.
Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring
perkembangan kebutuhan manusia.

BAB III
KESIMPULAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berarti cinta akan hikmat atau cinta akan
pengetahuan. Ada tiga hal yang mendasari manusia dalam berfilsafat , yaitu ; Keheranan,
Kesangsian, dan Kesadaran keterbatasan.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Terdapat sejumlah
persyaratan agar suatu pengetahuan layak disebut ilmu, dan persyaratan ini disebut ilmiah
(Obyektif, Metodis, Sistematis, Universal). Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Pemikiran secara filsafati
memungkinkan orang menganalisis segala sesuatunya dalam tiga wilayah yaitu Metafisika,
Epistemologi, dan Aksiologi.
Filsafat Komunikasi adalah suatu displin yang menelaah pemahaman secara
fundamental, metologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi
yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya,
tekniknya, dan metodenya. Landasar filsafati Ilmu Komunikasi meliputi Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku ;
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Kanisius. Yogyakarta.
Sidharta, B Arief. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?. Pustaka Sutra, Bandung.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Indeks, Jakarta.
Wahid, Ramli Abdul. , 1996. Ulumul Quran, Grafindo, Jakarta.
Sumber Internet ;
http://diyolineri.blogspot.com/2012/02/defenisi-filsafat-komunikasi.html (diakses pada 13
Januari 2014. Pukul 13.00 WIB)
http://bangdodz.blogspot.com/2012/10/filsafat-komunikasi.html (diakses pada 13 Januari
2014. Pukul 10.00 WIB)

Filsafat Komunikasi
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN KOMUNIKASI

Oleh ;
Imam Abdul Hamid

11/316310/FI/03588

Dosen Pengampu ;
Prof. Lasiyo., M.A. MM

FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai