Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Pelarut Organik Terhadap Sel Darah Merah

Membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur globular yang terikat
pada permukaan membran. Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit
karbohidrat. Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma
dari organ sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida
polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida polar, asam
lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara panjang dan tingkat
ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak berpengaruh terhadap titik cair
(Brooker 2002).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara eksternal
maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut. Untuk mengukur
berbagai pelarut berbagai membran nilella transinans bahwa membran terutama plasmolemma
dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin sangat berbeda dengan sel yang normal kurang
atau lebih lumid (Tjokronegoro 1996).
Membran Sel Darah Merah antara lain mengandung lipid. Pelarut organik tertentu
yang bersifat melarutkan lemak anak menyebabkan lipid membran larut sehingga terjadi
hemolisis. Dinding sel darah merah adalah suatu lipoprotein. Lemak merupakan pelarut organik.
Dinding tersebut dalam pelarut lemak akan larut, sehingga bila sel darah merah dimasukkan
dalam pelarut lemak akan terjadi hemolisis. Oleh karena itu, lemak termasuk larutan hipotonis
karena dapat membuat sel darah merah menjadilisis (Murray 2009).
Prosedur
Percobaan pengaruh pelarut organik terhadap membran sel darah merah dilakukan
dengan dipipet sebanyak 5ml NaCL 0,9% kedalam 4 buah tabung. Tabung pertama sebagai
kontrol, tabung kedua ditambahkan alkohol, tabung ketiga ditambahkan kloroform, tabung
keempat ditambahkan aseton dengan masing-masing sebanyak 2 tetes. Kemudian keempat
tabung ditambahkan sampel suspensi darah sebanyak 2 tetes, kemudian diinkubasi selama 30
menit dan diperhatikan warna yang terbentuk dan dibandingkan dengan kontrol.
Pembahasan
Pelarut organik secara umum dapat digunakan sebagai pengendap
lipid tergantung dari ukuran molekul dan konsentrasi pelarut organik yang
digunakan untuk mengendapkan lipid. Membrane sel darah merah
mengandung lipid, sehingga jika suatu pelarut organik tertentu yang bersifat
melarutkan lemak akan menyebabkan lipid membran larut sehingga terjadi
hemolisis. Jenis pelarut yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pelarut
organik terhadap membran sel darah merah ialah larutan fisiologis NaCl
0.9%, kloroform, aseton dan alkohol.
Larutan NaCl 0.9 % ialah garam fisiologis dalam tubuh manusia.
Kloroform ialah nama umum utuk triklorometana (CHCl 3) kelarutannya dalam
air sebesar 0.80 g/L. Aseton (CH3COCH3) dikenal sebagai propanon, dimetil
keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan -ketopropana
yang merupakan senyawa berbentuk cairan tidak berwarna dan mudah
terbakar. Aseton merupakan keton yang paling sederhana, aseton larut
dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dan dietileter. Alkohol

memiliki gugus OH dalam strukturnya yang menyebabkan senyawa ini dapat


terikat pada atom hidrogen atau atom karbon lain sehingga senyawa ini
dapat larut dalam air.
Membran sel darah merah, seperti membran sel lainnya, merupakan membran lipid bilayer. Lipid
bilayer tersebut terdiri dari fosfolipid, yang tersusun dengan kepala hidrofilik menghadap
lingkungan cair di kedua sisi membrane dan ekor asil lemak membentuk bagian tengah membran
yang hidrofobik. Interaksi membrane sel yang berupa fosfolipid dan pelarut organik merubah
konformasi membran sel tersebut sehingga membrane sel mengalami lisis (Girinda 1989).
.
Tabel 1. Hasil pengaruh pelarut organik terhadap membran sel darah merah
Tabung
Pelarut organik
Hasil
A
NaCl 0,9% (kontrol)
Lisis sebagian
B
Kloroform
Lisis hamper
sempurna
C
Aseton
Lisis sebagian
D
Alkohol
Sedikit lisis

Gambar 1. Pengaruh pelarut organik terhadap membran sel darah merah


Hasil percobaan menunjukkan bawah larutan yang terdapat didalam tabung yang awalnya
tidak berwarna, lama kelamaan berubah menjadi merah perlahan-lahan mulai dari bagian bawah.
Keadaan tersebut dipengaruhi oleh kadar zat pelarut organik yang diberikan ke dalam larutan.
Zat pelarut organik yang diberikan sedikit,sehingga efek hemolisis yang muncul pun juga sedikit.
Eritrosit pada tabung-tabung tersebut mengalami lisis. Hal ini terlihat dari warna larutan yang
lama-kelamaan menjadi berwarna merah. Warna merah tersebut karena hem dari eritrosit yang
lisis larut pada larutan tersebut (Marra JB dan Hamsah 2013).
Menurut Hoffbrand (1987) sel darah merah akan mengalami lisis jika bereaksi dengan zat
pelarut organik,yang bersifat melarutkan lemak. Berdasarkan hasil percobaan yang
ditunjukkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa hemolisis paling kuat (nyata)
terjadi pada larutan yang mengandung kloroform, kemudian secara berurutan (dari paling kuat ke
paling lemah) aseton lalu alkohol. Hal ini menunjukkan daya larut masing-masing pelarut dalam
melarutkan lemak (nonpolar), makin kuat daya lisisnya terhadap membran sel darah merah.
Kloroform merupakan senyawa yang bersifat nonpolar sehingga dapat mengendapkan lipid yang
bersifat nonpolar, sebab senyawa yang nonpolar akan berinteraksi atau berikatan dengan

senyawa yang nonpolar pula, sedangkan senyawa yang bersifat polar akan larut dengan senyawa
yang juga bersifat polar.
Daftar Pustaka
Murray Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Brooker C. 2002. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC. Andry Hartono, penerjemah
Terjemahan dari: Churchill Livingstones Mini Encyclopedia Of Nursing
Girinda A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor: IPB Press
Hoffbrand AV, Pettit J. E. 1987. Haematologi. Jakarta: Penerbit EGC
Marra JB, Hamsah. 2013. Hemolisa dan krenasi, golongan darah, dan tekanan darah. Jurnal
Fisiologi Ternak. Makassar: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Tjokronegoro A. 1996. Pemeriksaan Hematologi Sederhana. Jakarta: FK UI

Anda mungkin juga menyukai