Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewaspadaan universal merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
perlindungan, pencegahan, dan meminimalkan infeksi silang antara petugas
kesehatan dan pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau
cairan tubuh pasien yang terinfeksi penyakit menular.1
Dasar kewaspadaan universal ini meliputi cuci tangan guna mencegah
infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan
alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah penularan,
serta pengelolaan limbah (Departemen Kesehatan (Depkes) RI,2003).

Dalam

menggunakan kewaspadaan universal petugas kesehatan memberlakukan


semua pasien sama dengan menggunakan prinsip ini, tanpa memandang
penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa setiap pasien memiliki resiko
akan menularkan penyakit yang berbahaya.2
Walaupun konsep kewaspadaan universal didasarkan pada akal sehat,
namun penerapannya sering menemui kendala. Secara umum, setelah
kewaspadaan

universal

diterapkan,

melakukannya secara berlebihan.

para

petugas

kesehatan

sering

Hal ini meningkatkan risiko penularan

infeksi ke pasien dan petugas lain.3

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang


mampu menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Penularan infeksi dapat
melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti
halnya HIV/AIDS, Hepatitis B dan Hepatitis C (Emaliyawati,E. 2008).4
Paparan darah dan cairan tubuh merupakan masalah serius bagi para
petugas kesehatan dan merupakan resiko utama terhadap penularan infeksi
seperti human deficiency virus (HIV), Hepatitis B virus dan Hepatitis C virus.
Menurut data dari World Health Organization (WHO) didapatkan kurang lebih
3 juta petugas kesehatan terpapar oleh virus yang berasal dari darah tiap
tahunnya, 2 juta oleh karena virus hepatitis B, 900.000 oleh karena virus
hepatitis C dan 300.000 oleh karena HIV.5
Hasil

survey

tentang

upaya

pencegahan

infeksi

di

Puskesmas

(Bachroen,2000), menunjukkan masih didapatinya beberapa tindakan petugas


yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri mereka, pasien
yang dilayani dan masyarakat luas yakni cuci tangan yang kurang benar,
penggunaan sarung tangan yang kurang tepat, penutupan jarum suntik secara
tidak aman, pembuangan peralatan tajam secara tidak aman serta teknik
dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang tepat.6
Puskesmas Tanawangko merupakan puskesmas yang dilengkapi dengan
fasilitas rawat inap sehingga sudah seharusnya pelaksanaan kewaspadaan
universal dilakukan guna mencegah penularan penyakit melalui tindakan
medis. Oleh karena itu berdasarkan pembahasan di atas penulis tertarik untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di Puskesmas
Tanawangko.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran

pelaksanaan

kewaspadaan

universal

di

pelaksanaan

kewaspadaan

universal

di

Puskesmas Tanawangko ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran

Puskesmas Tanawangko.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui tentang pelaksanaan mencuci tangan di Puskesmas
Tanawangko.
b. Mengetahui tentang pelaksanaan pemakaian alat-alat pelindung di
Puskesmas Tanawangko.
c. Mengetahui tentang pengelolaan alat-alat kesehatan di Puskesmas
Tanawangko.
d. Mengetahui tentang pengelolaan jarum suntik dan benda tajam di
Puskesmas Tanawangko.
e. Mengetahui tentang pelaksanaan pengelolaan limbah medis dan
non medis di Puskesmas Tanawangko.

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran setiap tenaga kesehatan
yang bekerja di Puskesmas Tanawangko.
2. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah terhadap penerapan
kewaspadaan universal di fasilitas kesehatan.
3. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai kewaspadaan universal.
4. Dapat digunakan sebagai penelitian berikutnya.
5. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kewaspadaan Universal


1. Penanganan infeksi secara sederhana yang bertujuan untuk mengurangi
resiko infeksi dari patogen melalui darah dan cairan tubuh pada pasien dan
petugas kesehatan.7

2. Semua upaya pencegahan penularan infeksi di unit-unit pelayanan


kesehatan.8
3. Tindakan petugas kesehatan agar dalam melaksanakan pekerjaannya tidak
menimbulkan infeksi silang, yakni infeksi dari dokter / petugas kesehatan
ke pasien dan sebaliknya atau dari pasien satu ke pasien lainnya.9

B. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal


1. Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan
dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan
dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme
sebanyak mungkin.10
Cuci tangan adalah satu-satunya prosedur terpenting dalam
pengendalian infeksi walaupun kita tahu bahwa prosedur ini belum benarbenar tepat dilakukan (Aliffe et al.1992).

Higiene tangan dapat dicapai

dengan mencuci tangan menggunakan sabun cair atau sabun detergen


antiseptik dan air, atau dengan menggunakan pembasuh tangan berbahan dasar
alkohol. Sebelum menggunakan pembasuh tangan berbahan dasar alkohol
pada tangan yang tampak kotor, terlebih dahulu harus mencuci tangan dengan
menggunakan sabun detergen cair.11
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan walupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikrorganisme yang
ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan

terjaga dari infeksi. Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung
tangan.12
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lain.
Tindakan ini untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada
di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja
tetap terjaga. Cuci tangan dilakukan pada saat sebelum; memeriksa (kontak
langsung dengan pasien), memakai sarung tangan ketika akan melakukan
menyuntik dan pemasangan infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang
diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman.12
Langkah-langkah dalam mencuci tangan :13
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Basuh tangan dengan air mengalir


Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan
Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci
Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya
Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan

kiri dan sebaliknya


h) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
i) Bilas kedua tangan dengan air
j) Keringkan dengan lap tangan atau tisue. Jangan lupa menutup keran dengan
tangan dialasi tisue dan lap tangan.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri digunakan untuk menghindari kontak dengan darah
atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri bertujuan untuk mencegah
6

penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau


sebaliknya, misalnya melalui darah, cairan tubuh, terhirup, dan lain-lain.14
a) Sarung tangan :
Sarung tangan dikenakan pada banyak prosedur untuk memungkinkan
perawat memegang benda-benda steril secara bebas dan mencegah klien yang
beresiko menjadi terinfeksi oleh mikroorganisme yang berasal dari tangan
perawat.15
Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap petugas sebelum kontak
dengan darah atau semua jenis cairan tubuh. Jenis sarung tangan yang dipakai
di sarana kesehatan, yaitu :16
- Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi
dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lender.
-

Misalnya tindakan medis pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.


Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak ada sarung tangan steril baru

dapat digunakan sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi.


Sarung tangan rumah tangga adalah sarung tangan yang terbuat dari
latex atau vinil yang tebal. Sarung tangan ini dipakai pada waktu
membersihkan alat kesehatan, sarung tangan ini bisa dipakai lagi bila
sudah dicuci dan dibilas bersih. Sarung tangan ini harus selalu dipakai
pada saat melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akan terjadi
kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, kulit yang tidak utuh, selaput
lender pasien dan benda terkontaminasi.
Yang harus diperhatikan ketika menggunakan sarung tangan yaitu gunakan

sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien, segera lepas sarung tangan
apabila telah selesai dengan satu pasien dan ganti dengan sarung tangan yang

lain apabila akan menangani pasien yang lain. Hindari jamahan pada benda
lain selain yang berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan.16
Tidak dianjurkan menggunakan sarung tangan rangkap karena akan
menurunkan kepekaan. Kecuali dalam keadaan khusus seperti tindakan yang
menggunakan waktu lama lebih dari 60 menit, tindakan yang berhubungan
dengan darah atau cairan tubuh yang banyak, bila memakai sarung tangan
ulang seharusnya sekali pakai.16
b) Pelindung Wajah (Masker)
Pemakaian pelindung wajah ini dimaksudkan untuk melindungi selaput
lender

hidung,

mulut

selama

melakukan

perawatan

pasien

yang

memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan tubuh lain. Masker tanpa
kaca mata hanya digunakan pada saat tertentu misalnya merawat pasien
tuberkulosa.16
Masker kaca mata dan pelindung wajah secara bersamaan digunakan
petugas yang melaksanakan atau membantu melaksanakan tindakan beresiko
tinggi terpajan lama oleh darah dan cairan tubuh lainnya antara lain
pembersihan luka, membalut luka, mengganti kateter atau dekontaminasi alat
bekas pakai. Bila ada indikasi untuk memakai ketiga macam alat pelindung
tersebut, maka masker selalu dipasang dahulu sebelum memakai gaun
pelindung atau sarung tangan, bahkan sebelum melakukan cuci tangan bedah.
Langkah-langkah pemakaian masker (Potter & Perry, 2005) sebagai
berikut :16
a. Ambil bagian tepi atas masker
b. Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas. Ikatkan dua tali,
atas pada bagian belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
c. Ikatkan dua tali bagian bawah pas eratnya sekeliling leher dengan
masker sampai kebawah dagu.
d. Dengan lembut jepitkan pita metal bagian atas pada batang hidung
c) Gaun Pelindung

Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Jenis bahan
sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian gaun pelindung
adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan
darah dan cairan tubuh lain.16
Gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi seperti halnya pada saat
membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,
menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam wc, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan perdarahan massif. Gaun pelindung harus segera
diganti bila terkena kotoran,darah atau cairan tubuh.16

3. Pengelolaan Alat kesehatan Bekas Pakai


Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan atau menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.
Proses penatalaksanaan peralatan kesehatan dilakukan melalui 4 tahap
kegiatan :17
a)
b)
c)
d)

Dekontaminasi
Pencucian
Sterilisasi
Penyimpanan
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan

kotoran suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan


dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai. Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui
alat kesehatan atau suatu permukaan benda. Dekontaminasi dilakukan dengan
menggunakan bahan desinfektan, yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati, dan tidak
digunakan untuk kulit dan jaringan mukosa.16
9

Pembersihan dengan cara mencuci alat adalah menghilangkan segala


kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau
detergen, air dan sikat.

Selain menghilangkan kotoran pencucian akan

semakin menurunkan jumlah mikroorganisme yang potensial menjadi


penyebab infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda dan juga
mempersiapkan permukaan alat tubuh untuk kontak langsung dengan
desinfektan atau bahan sterilisasi sehingga proses dapat berjalan secara
sempurna.16
Sterilisasi adalah proses untuk menghilangkan atau membunuh seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri.

Cara

sterilisasi yang sering dilakukan adalah dengan uap panas bertekanan,


pemanasan kering, gas etilin oksida dan zat kimia cair. Sterilisasi adalah cara
yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
berhubungan langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang secara
normal bersifat steril.16

4. Pengelolaan Benda Tajam


Benda tajam sangat beresiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga
meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan
infeksi HIV, hepatitis B dan C di sarana pelayanan kesehatan, sebagian besar
disebabkan oleh kecelakaan yang dapat dicegah, yaitu tertusuk jarum suntik
dan perlukaan akibat alat tajam lainnya. Untuk menghindari perlukaan atau
kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus digunakan sekali pakai,
dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh digunakan lagi. Sterilitas
jarum suntik dan alat kesehatan lainnya yang menembus kulit atau mukosa
10

harus dapat dijamin. Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-alat tersebut
didaur ulang walaupun sudah di otoklaf. Tidak dianjurkan untuk melakukan
daur ulang atas pertimbangan penghematan karena 17% kecelakaan kerja
disebabkan oleh luka tusukan sebelum dan selama pemakaian, 70% terjadi
sesudah

pemakaian

dan

sebelum

pembuangan

serta

13%

sesudah

pembuangan. Hampir 40% kecelakaan ini dapat dicegah dan kebanyakan


kecelakaan kerja akibat melakukan penyarungan jarum suntik setelah
penggunaannya.16
Perlu diperhatikan dengan cermat ketika menggunakan jarum suntik atau
benda tajam lainnya. Setiap petugas kesehatan bertanggung jawab atas jarum
dan alat tajam yang digunakan sendiri, yaitu sejak pembukaan paking,
penggunaan, dekontaminasi hingga ke penampungan sementara yang berupa
wadah alat tusukan. Untuk menjamin ketaatan prosedur tersebut maka perlu
menyediakan alat limbah tajam atau tempat pembuangan alat tajam di setiap
ruangan, misalnya pada ruang tindakan atau perawatan yang mudah dijangkau
oleh petugas.

Seperti prosedur pengelolaan alat kesehatan lainnya maka

petugas harus selalu mengenakan sarung tangan tebal, misalnya saat mencuci
alat tajam.16
Resiko kecelakaan sering terjadi pada saat memindahkan alat tajam dari
satu orang ke orang lain, oleh karena itu tidak dianjurkan menyerahkan alat
tajam secara langsung, melainkan menggunakan teknik tanpa sentuh (hands
free) yaitu menggunakan nampan atau alat perantara dan membiarkan petugas
mengambil sendiri dari tempatnya, terutama pada prosedur bedah. Resiko
perlukaan dapat ditekan dengan mengupayakan situasi kerja dimana petugas

11

kesehatan mendapat pandangan bebas tanpa halangan, dengan cara


meletakkan pasien pada posisi yang mudah dilihat dan mengatur sumber
pencahayaan yang baik.16
Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adalah pada
saat petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke
dalam tutupnya, oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menutup
kembali jarum suntik tersebut melainkan langsung buang ke penampungan
sementara,

tanpa

menyentuh

atau

memanipulasinya

seperti

membengkokkannya. Jika jarum terpaksa ditutup kembali (recapping)


gunakanlah dengan cara penutupan dengan satu tangan untuk mencegah jari
tertusuk jarum. Sebelum dibuang ketempat pembuangan akhir atau tempat
pemusnahan, maka diperlukan wadah penampungan sementara yang bersifat
kedap air dan tidak mudah bocor serta kedap tusukan. Wadah penampung
jarum suntik bekas pakai harus dapat digunakan dengan satu tangan agar pada
saat memasukkan jarum tidak usah memeganginya dengan tangan yang lain.
Wadah tersebut ditutup dan diganti setelah bagian terisi dengan limbah, dan
setelah ditutup tidak dapat dibuka lagi sehingga tidak tumpah. Hal tersebut
dimaksudkan agar menghindari perlukaan pada pengelolaan selanjutnya.
Idealnya benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat
dikubur dan dikaporisasi bersama limbah lainnya.16

5. Pengelolaan Limbah

12

Limbah adalah produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah
proses pencucian, dekontaminasi, atau proses metabolisme tubuh, yang dapat
berbentuk cairan atau setengah padat.18
Stokes (1991)memberikan beberapa definisi limbah yakni limbah
infeksius, limbah terkontaminasi, limbah berbahaya, limbah toksik, dan
limbah medik. Limbah infeksius adalah limbah yang mampu menimbulkan
penyakit. Dikatakan infeksius kalau limbah ini mengandung patogen dengan
virulensi yang cukup sehingga terpajannya inang yang rentan akan
menyebabkan penyakit. Limbah terkontaminasi adalah limbah yang
terkontaminasi darah atau secret tubuh lain. Limbah berbahaya ( hazardous
waste) adalah limbah yang membahayakan manusia dan lingkungan. Limbah
toksik adalah limbah yang mampu menimbulkan efek toksik.

Sedangkan

limbah medic adalah setiap limbah padat yang terjadi saat penegakan
diagnosis, perawatan, dan pengimunisasian.16
Limbah yang berasal dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas :
a) Limbah rumah tangga/limbah non-medis
Yaitu limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga
disebut sebagai resiko rendah
b) Limbah medis
Yaitu limbah yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan
darah atau cairan tubuh pasien dan dikategorikan sebagai limbah beresiko
tinggi dan bersifat menularkan penyakit.
Teknik penanganan sampah :16
a) Pemilahan

13

Pemilahan dilakukan dengan menyediakan sampah yang sesuai dengan


jenis sampah medis. Wadah-wadah tersebut biasanya menggunakan
kantong plastik berwarna.
b) Penampungan Sementara
Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah dibuang.
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
1. Di tempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas,pasien, dan
pengunjung
2. Harus tertutup dan kedap air
3. Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari
c) Pembuangan Benda Tajam
1. Wadah benda tajam merupakan limbah medis yang harus dimasukkan
ke dalam kantong sebelum insinerasi
2. Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi tetapi bila tidak
mungkin dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain
3. Apapun metode yang dilakukan haruslah tidak memberikan perlukaan

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di
Puskesmas Tanawangko.
14

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


1.Waktu : Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2012
2. Lokasi : Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanawangko

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi :
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Tanawangko.
2. Sampel :
Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tanawangko yang
berjumlah 22 orang yang terdiri dari 3 dokter, 10 perawat, 7 bidan, 1 analis
laboratorium dan 1 perawat gigi.

D. Variabel Penelitian
1. Karakteristik responden
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Pendidikan
2. Pelaksanaan kewaspadaan universal
a. Pencucian tangan

15

b. Pemakaian alat pelindung


c. Pengelolaan alat kesehatan
d. Pengelolaan jarum suntik/benda tajam
e. Pengelolaan limbah yang ada di puskesmas

E. Pengambilan dan pengolahan data


Data

tentang

pelaksanaan

kewaspadaan

universal

di

puskesmas

Tanawangko diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh tenaga kesehatan yang


bekerja di puskesmas tersebut. Pengolahan data dilakukan dilakukan dengan
sistem tabulasi dan dianalisis menggunakan metode analisis distribusi frekuensi.

F. Definisi Operasional
1. Mencuci tangan
Merupakan tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
dengan menggunakan air atau pun cairan lainnya sebelum dan sesudah
melakukan tindakan dan pada saat terpapar dengan darah atau cairan tubuh.

2. Pemakaian alat pelindung tubuh


Tindakan untuk melindungi kulit dan selaput lender petugas dari resiko
pajanan darah, dan semua cairan tubuh terutama saat kontak langsung dengan
pasien.

Penting bagi setiap petugas untuk memakai alat pelindung sesuai

dengan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

3. Pengelolaan alat kesehatan

16

Tindakan pencegahan terhadap penyebaran infeksi melalui alat kesehatan.


Pengelolaan alat kesehatan yakni berupa sterilisasi dan dekontaminasi harus
dilakukan untuk menjamin kondisi steril setiap alat sehingga tidak akan
menjadi media penularan penyakit.
4. Pengelolaan jarum suntik/benda tajam lainnya
Puskesmas harus menyediakan wadah penampungan sementara yang
bersifat kedap air dan tidak mudah bocor serta kedap tusukan sebagai tempat
pembuangan jarum hal ini dilakukan untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah medis
Puskesmas harus menyediakan tempat sampah medis dan non medis.
Karena limbah medis dan limbah non medis harus dibuang kedalam tempat
yang berbeda karena proses pengelolaan masing-masing limbah tersebut sangat
berbeda.

G. Instrumen Penelitian
Kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang kewaspadaan
universal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

17

Puskesmas Tanawangko merupakan puskesmas yang berada di


kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa dengan batas-batas sebagai
berikut.
Sebelah Utara

: Laut Sulawesi

Sebelah Selatan

: Kabupaten Minahasa Selatan

Sebelah Barat

: Laut Sulawesi

Sebelah Timur

: Kecamatan Pineleng

Puskesmas Tanawangko yang terletak di Kecamatan Tombariri


mempunyai 10 wilayah kerja yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.

Desa Borgo
6. Desa Senduk
Desa Sarani Matani
7. Desa Poopoh
Desa Tambala
8. Desa Teling
Desa Mokupa
9. Desa Kumu
Desa Ranowangko
10. Desa Pinasungkulan
Adapun luas Kecamatan Tombariri adalah 139,20 km yang

umumnya terdiri atas dataran rendah, transportasi antar desa dapat dicapai
melalui jalan darat.
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian akan
digambarkan dalam tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
23-27
28-32
33-37
38-42
43-47

Responden
3
3
5
3
3
18

%
13,64
13,64
22,72
13,64
13,64

48-52
53-57
Jumlah

3
2
22

13,64
9,08
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden menurut golongan


umur 33-37 tahun memiliki presentase yang paling tinggi yaitu berjumlah 5 orang
dengan presentase (22,72%), sedangkan golongan umur 53-57 tahun merupakan
umur dengan presentase terendah yaitu berjumlah 2 orang dengan presentase
(9,08%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah

Responden
3
19
22

%
13,64
86,36
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan


merupakan yang terbanyak dengan jumlah 19 orang dengan preentase sebesar
(86,36%) sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 3 orang dengan presentase
sebesar (13,64%).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Pendidikan
SMA/Sederajat
D3
S1

Responden
7
12
3
19

%
31,82
54,55
13,63

Jumlah

22

100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat


pendidikan D3 berjumlah 12 orang dengan presentase (54,55%) sementara tingkat
pendidikan SMA berjumlah 7 orang dengan presentase (31,82%) dan S1
berjumlah 3 orang dengan presentase (13,63%).

3. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Puskesmas Tanawangko


A. Mencuci Tangan
Tabel 4.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Mencuci Tangan Sebelum Dan Sesudah Melakukan
Tindakan
Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
22
0
22

%
100
0
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden selalu


mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Tabel 5.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Mencuci Tangan Dengan Sabun Dan Air Mengalir

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
22
0
22

20

%
100
0
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh tenaga kesehatan di


Puskesmas Tanawangko selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

B. Penggunaan Alat Pelindung


Tabel 6.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Selalu Menggunakan Masker Pada Saat Menangani
Pasien

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
12
10
22

%
54,55
45,45
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 12 responden dengan


presentase (54,55%) yang selalu menggunakan masker, sedangkan responden
yang tidak menggunakan masker berjumlah 10 orang dengan presentase
(45,45%).

Tabel 7.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Selalu Menggunakan Sarung Tangan Steril

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
22
0
22

%
100
0
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat seluruh responden menggunakan


sarung tangan steril saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.

21

Tabel 8.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Menggunakan Sarung Tangan Saat Membersihkan
Alat Kesehatan

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
19
3
22

%
86,36
13,64
100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang selalu


memakai sarung tangan berjumlah 19 orang dengan presentase (86,36%)
sedangkan yang tidak menggunakan sarung tangan berjumlah 3 orang dengan
presentase (13,64%).

C. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai


Tabel 9.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Melakukan Langkah Dekontaminasi Dan Sterilisasi

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
22
0
22

%
100
0
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden selalu


melakukan langkah-langkah dekontaminasi dan sterilisasi.
Tabel 10.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Selalu Melakukan Tindakan Pencucian Alat Dengan
Sabun Ataupun Detergen

Jawaban
Ya
Tidak

Responden
22
0
22

%
100
0

Jumlah

22

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden selalu


mencuci alat-alat kesehatan bekas pakai dengan menggunakan sabun ataupun
detergen.

D. Pengelolaan Benda Tajam


Tabel 11.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Menutup Jarum Suntik Dengan Metode Satu Tangan

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
20
2
22

%
90,91
9,09
100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menutup


jarum suntik dengan metode satu tangan berjumlah 20 dengan presentase
(90,91%),dan yang tidak berjumlah 2 orang dengan presentase (9,09%).

Tabel 12.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Membuang Jarum Suntik Di Wadah Khusus

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
17
5
22

%
77,27
22,73
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang membuang


pada wadah khusus berjumlah 17 orang dengan presentase (77,27%) dan yang
tidak berjumlah 5 orang dengan presentase (22,73%).

23

E. Pengelolaan Limbah
Tabel 13.

Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pertanyaan


Apakah Selalu Membuang Sampah Medis Dan Non Medis
Sesuai Tempatnya

Jawaban
Ya
Tidak
Jumlah

Responden
5
17
22

%
22,73
77,27
100

Dari tabel di atas responden yang membuang sampah medis dan non
medis sesuai pada tempatnya berjumlah 5 orang dengan presentase (22,73%) dan
responden yang menjawab tidak berjumlah 17 orang dengan presentase (77,27%).
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Responden dengan golongan umur 33-37 tahun memiliki presentase yang
paling tinggi (22,72%) sedangkan yang terendah adalah golongan umur 53-57
tahun (9,08%). Umur merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
kewaspadaan universal, sehingga diharapkan responden yang lebih tua dapat
memberikan contoh yang lebih baik kepada responden yang lebih muda mengenai
pelaksanaan kewaspadaan universal.
b. Jenis Kelamin

24

Tenaga kesehatan di puskesmas tanawangko rata-rata terdiri dari jenis


kelamin perempuan dengan presentase (86,36%) sedangkan jenis kelamin lakilaki adalah (13,63%).
c. Tingkat Pendidikan
Responden dengan tingkat pendidikan D3 merupakan yang terbanyak
dengan presentase (54,55%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan
SMA dengan presentase (31,82%) dan responden dengan tingkat pendidikan S1
dengan presentase (13,63%). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka diharapkan
semakin baik pula pengetahuan serta pelaksanaan terhadap kewaspadaan
universal.

2. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal


a. Cuci tangan
Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa seluruh petugas kesehatan di
Puskesmas Tanawangko sudah melaksanakan tindakan mencuci tangan sebelum
dan setelah melakukan tindakan.
Cuci tangan harus selalu dilakukan pada saat yang diperkirakan mungkin
akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan secara bersih dan setelah melakukan tindakan
yang kemungkinan terjadi pencemaran dan pelaksanaanya pun harus disertai
dengan sarana yang memadai diantaranya :
25

1. Air Mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir
tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanis atau
kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan
kulit.
2. Sabun atau Detergen
Sabun atau detergen dapat menghambat dan mengurangi jumlah
mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga
mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air.
Sarana mencuci tangan di Puskesmas Tanawangko sudah tersedia dengan
sangat baik diantaranya dengan tersedianya wastafel dan sabun sehingga
pelaksanaan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun

pun dapat

dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Tanawangko.

b. Penggunaan Alat Pelindung


Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi mulut dan selaput
lendir petugas dari resiko pajanan darah, serta semua jenis cairan tubuh. Tidak
semua alat pelindung tubuh harus dipakai. Jenis pelindung tubuh yang dipakai
tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan.
1. Sarung tangan
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa seluruh petugas kesehatan di
Puskesmas Tanawangko selalu menggunakan sarung tangan steril pada
pemeriksaan, terutama saat kontak dengan darah/cairan tubuh pasien.
26

Namun penggunaan sarung tangan saat membersihkan alat kesehatan


masih kurang terlaksana dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa (86,36%)
responden menggunakan sarung tangan saat membersihkan alat sedangkan
(13,64%) tidak.
Seharusnya pemakaian sarung tangan tidak hanya digunakan saat kontak
dengan darah dan cairan tubuh saja karena tujuan pemakaian sarung tangan
sendiri untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, dan semua jenis cairan
tubuh serta benda yang terkontaminasi.

2. Masker/ Pelindung wajah


Pemakaian masker atau pelindung wajah dimaksudkan untuk melindungi
selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi
percikan darah atau cairan tubuh lain.
Di Puskesmas Tanawangko jumlah ketersediaan masker masih sangat
sedikit sehingga penggunaannya juga sangat terbatas sehingga dapat dilihat dari
hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan masker masih belum terlaksana
sepenuhnya di mana hanya (54.55%) petugas kesehatan yang menggunakan
masker saat kontak dengan pasien sedangkan (45,45%) tidak menggunakan
masker pada saat kontak dengan pasien.

c. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai


27

Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi


melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan
siap pakai.
1. Dekontaminasi dan sterilisasi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh petugas kesehatan di
Puskesmas Tanawangko selalu melakukan langkah-langkah dekontaminasi dan
sterilisasi sebelum pemakaian ulang alat-alat kesehatan.
Dekontaminasi merupakan tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk
meminimalkan resiko penularan virus kepada petugas pelayanan kesehatan dan
tindakan sterilisasi merupakan proses yang berguna untuk menghilangkan atau
membunuh seluruh mikroorganisme dari alat-alal kesehatan.

2. Pencucian alat
Pembersihan dengan mencuci alat dapat membantu menghilangkan
kotoran yang kasat mata serta semakin menurunkan jumlah mikroorganisme yang
potensial menjadi penyebab infeksi melalui alat kesehatan. Pada pencucian
digunakan detergen dan air.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh petugas kesehatan di
Puskesmas Tanawangko selalu mencuci alat dengan menggunakan detergen.
Pencucian dengan menggunakan detergen lebih baik karena dapat menghilangkan
kotoran pada alat-alat kesehatan dengan sempurna.

d. Pengelolaan Benda Tajam

28

Benda tajam sangat beresiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga


meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah.
1. Jarum suntik
Dari penelitian dapat dilihat bahwa (90,91%) responden menutup jarum
suntik dengan menggunakan satu tangan sedangkan (9,09%) responden tidak.
Kecelakaan yang sering terjadi adalah pada saat petugas berusaha
memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam tutupnya. Oleh karena
itu jika jarum terpaksa ditutup kembali, gunakanlah cara penutupan jarum dengan
satu tangan untuk mencegah jari tertusuk jarum.
2. Wadah Penampung
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa (77,27%) responden
membuang jarum suntik dan benda tajam lainnya di wadah yang kedap air dan
tahan tusukan sedangkan (22,73%) responden tidak.
Sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir atau tempat pemusnahan,
maka diperlukan wadah penampungan sementara yang kedap air dan tidak mudah
bocor. Hal ini diperlukan agar mencegah terjadinya perlukaan pada pengelolaan
selanjutnya.

e. Pengelolaan Limbah
Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan menjadi limbah
medis dan non medis. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh
bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia. Jadi
limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada

29

klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya


dampak negatif, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.
Di Puskesmas Tanawangko sendiri sampah medis dan non medis tidak
dikelola secara terpisah sehingga dapat dilihat pada grafik di atas bahwa
responden yang tidak membuang sampah medis dan non medis sesuai pada
tempatnya berjumlah (77,27%) sedangkan yang membuang sampah pada
tempatnya (22,73%).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1.

Mencuci tangan
Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas sudah melaksanakan
tindakan mencuci tangan diantaranya tindakan mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan serta menggunakan sabun dan air
mengalir dalam pelaksanaannya

2.

Penggunaan alat pelindung


30

Sebanyak (45,45%) responden tidak menggunakan masker pada


saat menangani pasien. Seluruh responden selalu menggunakan sarung
tangan steril saat kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien. Sebanyak
(13,64%) dari total responden tidak menggunakan sarung tangan saat
membersihkan alat kesehatan yang kemungkinan terkontaminasi pathogen
penyakit.
3.

Pengelolaan alat-alat kesehatan


Pengelolaan alat-alat kesehatan sudah dilaksanakan seluruhnya
oleh seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Tanawangko diantaranya
tahapan sterilisasi, dekontaminasi, serta pencucian alat.

4.

Pengelolaan jarum suntik dan benda tajam


Sebanyak (9,09%) dari total responden tidak menutup jarum suntik
dengan metode satu tangan. Sebanyak (22,73%) responden tidak
membuang jarum suntik dan benda tajam lainnya di wadah khusus.

5.

Pengelolaan limbah
Sebanyak (77,27%) dari total responden tidak membuang sampah
medis dan non medis sesuai pada tempatnya.

Saran :

31

1.

Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Tanawangko seharusnya wajib


menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan pasien dengan lebih
menjalankan pelaksanaan kewaspadaan universal serta bertanggung jawab
sebagai pelaksana dan perlu melaksanakannnya dalam pekerjaan seharihari.

2.

Bagi pemerintah diharapkan lebih dapat membantu untuk peningkatan


sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sehingga pelaksanaan
kewaspadaan universal dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sholikhah HH, Arifin A. Pelaksanaan Universal Precautions Oleh Perawat


Dan Pekerja Kesehatan. Malang, 2005
2. Putri A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penerapan
Prinsip Kewaspadaan Universal Oleh Perawat Di Instalasi Gawat Darurat
RSUP DR.M.DJAMIL.Padang, 2010
3. Gruendemann JB, Fernsebner B. Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC.
2006
4. Imran. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Perawat Tentang
Kewaspadaan Universal Di Instalasi Rawat Darurat RS Dr. Wahidin. 2010

32

5. Reda AA, Fisseha S, Mengistie B, Vandeweerd JM. Standart Precautions :


Occupational Exposure and Behaviour Of Health Care Workers In
Ethiophia. Plos One. 2010
6. Parsinahingsih HS, Supratman. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan
Universal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewadi. Surakarta,2008
7. Sadoh EW, Fawole OA, Sadoh EA, Oladimeji OA, et al. Practice Of
Universals Precautions Among Healthcare Workers. Nigeria : Joural Of
The National Medical Association. 2006
8. Ashari I. Cara Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit. Diakses melalui
http://www.dokterirga.com/cara-pengendalian-infeksi-di-rumah-sakit/.thml
pada 24 oktober 2012
9. Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC, 2004;
228-248
10. Johnson R, Wendy T. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC, 2010;
81-86
11. Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.2005:207-209
12. Emaliyawati E. Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya Untuk
Mengurangi Resiko Penyebaran Infeksi. Bandung : Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran, 2007
13. World Health Organization (WHO). Guidelines on Hand Hygine in Health
Care. France: WHO,2005
14. Anonim. Faktor Penyebab Dan Cara Mencegah Infeksi Nosokomial.
Diaksesmelaluihttp://www.indonesianpublichealth.com/2012/12/mencegah
-infeksi-nosokomial.html pada 12 januari 2013
15. Berman A, Snyder S, Kozier B, Erb G. Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis. Jakarta : EGC, 2009; 379-391
16. Pulungsih PS, editor.Kewaspadaan Universal Di Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan,2005;3:9-76
17. Depkes. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta,2006
18. Darmadi . Infeksi Nosokomial. Jakarta : salemba Medika, 2008; 23-30
33

LAMPIRAN

34

KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI
PUSKESMAS TANAWANGKO

KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama

2. Umur

3. Jenis Kelamin

4. Pendidikan

( ) SMA/Sederajat
( ) D3
( ) SI
( ) S2
( ) S3

35

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL
DI PUSKESMAS TANAWANGKO
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

Tempat/Tanggal lahir :
Dengan ini menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi
responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dari Program Studi
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Manado,.2012
Responden

36

..

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENELITIAN TENTANG


GAMBARAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI
PUSKESMAS TANAWANGKO
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini
2. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat
dan keadaan sebenarnya
3. Mohon untuk menjawab seluruh pertanyaan yang tersedia
Pertanyaan :
1. Apakah anda mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
terutama bila terpapar dengan darah atau cairan tubuh pasien ?
a. Yab. Tidak
2. Apakah anda menggunakan sabun dan air mengalir saat mencuci tangan ?
a. Yab.Tidak
3. Apakah anda selalu menggunakan masker pada saat menangani pasien suspek

37

tuberculosis/penyakit lain yang penularannya melalui media udara ?


a. Yab.Tidak
4. Apakah anda selalu menggunakan sarung tangan steril pada pemeriksaan yang
mengharuskan anda untuk melakukan kontak dengan darah/cairan tubuh
pasien?
a. Yab. Tidak
5. Apakah anda selalu menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan alat
kesehatan yang kemungkinan terkontaminasi pathogen penyebab penyakit ?
a. Yab. Tidak
6. Apakah anda selalu melakukan langkah-langkah dekontaminasi dan sterilisasi
sebelum pemakaian ulang alat-alat kesehatan di Puskesmas ?
a. Yab. Tidak
7. Apakah anda mencuci alat-alat kesehatan bekas pakai dengan menggunakan
detergen ?
a. Yab. Tidak
8. Apakah anda menutup jarum suntik dengan metode satu tangan ?
a. Yab.Tidak
9. Apakah anda membuang alat suntik/benda tajam lainnya di wadah
khusus yang tahan bocor dan tahan tusukan ?
38

a. Yab. Tidak
10. Apakah anda selalu membuang sampah medis dan non medis sesuai
pada tempatnya ?
a. Yab. Tidak

39

40

41

Riwayat Penulis

Chenko Rayndi dilahirkan di Bontang pada tanggal


07 Mei 1991. Penulis merupakan anak dari pasangan
Ekonedi, A.Md (Ayah) dan Floortje Mogea (Ibu).
Penulis adalah anak kedua, dimana penulis memiliki
satu orang kakak laki-laki bernama Lettu. Arh.
Chenko Ryando. Penulis adalah lulusan TK YPVDP
pada tahun 1997, lulusan SD YPPVDP tahun 2003,
lulusan SMP YPVDP pada tahun 2006 dan lulusan
SMA YPVDP pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya
dan diterima di perguruan tinggi sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado melalui jalur Tumou Tou (T2) dengan NRI
090 111 046, telah mengikuti dan menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus
Mahasiswa Baru (PK2MB) pada bulan agustus 2009 dan telah selesai mengikuti
Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T) Angkatan 98 di Universitas Sam Ratulangi
tahun 2013.

42

Anda mungkin juga menyukai