Anda di halaman 1dari 25

BAGI seorang Muslim, masuk surga adalah sebuah tujuan akhir dari perjalanan hidup ini.

Maka, ketika Rasulullah menyatakan bahwa ada di antara para sahabatnya yang dijamin
masuk surga, tentu saja menimbulkan ghirah bagi kita semua.
Siapa saja mereka, berikut adalah sahabat-sahabat tersebut:
1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah saw. Selain itu Abu bakar juga
merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat
dalam sejarah, bahkan juga dalam al- Quran (Surah At-Taubah ayat
ke-40) sebagaimana berikut : Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan
Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:
Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan
ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat
Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat
dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, beliau
merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia
bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi
Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum
Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat.
Di zaman kekhalifahannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat,
kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukinya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau
meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar
dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak dalam masjid Nabawi di
Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Laporkan iklan ?

Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannya lah seluruh tulisan-tulisan
wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun
menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab

(suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada
yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan
yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam
peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai
Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64
tahun dan dikuburkan di Kufah, Iraq sekarang.
5. Talhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain
Perang Badar. Di dalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah saw
sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Talhah Bin
Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64
tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Laporkan iklan ?

Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke
Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan
dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Saad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan
musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud.
Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi.
8. Said Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau
bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan
musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi.
9. Abdurrahman Bin Auf
Laporkan iklan ?

Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan
bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun
(ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi.
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Mathuun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua
dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Meninggal pada tahun 18 H di

Urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih
sering diziarahi oleh kaum Muslimin. []

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ R.A (573 - 634 M)


Abu Bakar ash-Shidiq Rodiallahuanhu (RA) adalah khalifah pertama sesudah
wafatnya Rasulullah SAW. Awalnya ia merupakan salah seorang petinggi Mekkah
dari Suku Quraisy. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin
Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin
Fihr al-Qurasy at-Taimi radhiyallahu` anhu. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada
kakeknya Murrah bin Kaab bin Luai. Nama Abu Bakar diberikan oleh Nabi
Muhammad setelah ia masuk Islam dan merupakan salah satu dari As-Sabiqunal
awwalun yaitu golongan orang-orang yang pertamakali masuk Islam. Ia diberi gelari
Ash-shidiq, yang berarti yang terpercaya, karena ia adalah orang pertamakali
mempercayai (membenarkan) adanya peristiwa IsraMiraj. Abu Bakar juga diberi
julukan Al-Atiq yang artinya yang terbebas. Julukan tersebut diberikan karena
keindahan wajahnya dan karena Nabi SAW pernah bersabda Engkau adalah hamba
yang dibebaskan Allah dari api neraka
Abu Bakar adalah salah satu dari empat khalifah pertama sesudah Nabi SAW, atau
disebut dengan kekhalifahan khulafaur-rasyidin. Ia adalah sahabat nabi yang paling
setia dan terdepan dalam membela Nabi Muhammad dan para pemeluk Islam. Ia
juga orang yang ditunjuk Nabi SAW untuk menemani hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Ketika Nabi SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk untuk
menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat. Karena hal ini kemudian dianggap
sebagai petunjuk agar Abu Bakar nantinya yang akan menggantikan kepemimpinan
Islam sesudah Nabi SAW wafat. Abu Bakar mempunyai tiga anak, yaitu Abdullah bin
Asma, Abdul Rahman dan Aisyah. Aisyah kemudian diperistri Nabi Muhammad SAW.
MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR ASH-SHIDIQ RA
Abu Bakar RA menjadi khalifah selama dua tahun (632 634 M). Banyak kemajuan
bagi umat Islam selama masa pemerintahannya yang singkat itu, yaitu memperluas
daerah kekuasaan Islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga daerah kekuasaan
Bizantium. Banyak tantangan yang dihadapi diawal pemerintahannya. Didalam
negeri suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada Pemerintahan Madinah
sepeninggal Nabi SAW, karena mereka beranggapan bahwa perjanjian yang dibuat
dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat.
Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka dianggap bisa membahayakan
agama dan pemerintahan Islam, Abu Bakar RA memerangi mereka sehingga terjadi
perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dimana Khalid ibn Al-Walid ditunjuk
sebagai panglimanya.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim
kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai
wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan
empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi
Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang
masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid

diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia
sampai ke Syria.
KISAH KETELADANAN ABU BAKAR AS-SHIDIQ RA
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada
Abdullah bin Amru Radiallahu anhu tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling
menyakitkan Rasulullah, maka dia berkata, "Aku pernah melihat Utbah bin Abi
Mu'ith mendatangi Nabi Shallahu 'Alaihi wa Salamyang sedang shalat, maka tibatiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeraskerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan
tersebut sambil berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia
menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepadamu dengan
membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).
Abu Said Al-Khudri berkata Suatu ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam
berkhutbah di hadapan manusia dan bersabda, Sesungguhnya Allah telah menyuruh
seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apaapa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada
di sisi Allah. Abu Said Al-Khudri berkata Maka Abu Bakar menangis, kami heran
kenapa beliau menangis padahal Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam hanyalah
menceritakan seseorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui
bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam
sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami.
Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, Sesungguhnya orang yang
sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan
hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku perbolehkan mengangkat menjadi
kekasihku selain Rabku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah
persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka janganlah ditinggalkan pintu
kecil di masjid selain pintu Abu Bakar.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, "Penduduk Kufah bertanya
kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang
kakek, maka dia berkata, "Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw.
pernah menyebutkan perihal dirinya, "Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil
(kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya." Abu Bakar mengatakan,
"Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada)."
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu anhu berkata," Aku mendengar
Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, "Barangsiapa menginfakkan sesuatu
dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga,
"Wahai Harnba Allah inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka
akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka
berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka
bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka
berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu
Bakar berkata, 'Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan
apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah Shallahu
'Alaihi wa Salam?' Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam. menjawab, ' Ya, dan aku
berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka'."
Sumber: Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir

Umar bin Khattab


Umar bin Khattab (581 November 644) (bahasa Arab: ) adalah salah seorang
sahabat Nabi Muhammad yang juga menjadi khalifah kedua (634-644) dari empat Khalifah
Ar-Rasyidin.
Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani
Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al
Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan
bathil.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis
yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal, karena fisiknya yang
kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar
mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, Aku menangis ketika
menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku.
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa
catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah
menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum
diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah,
Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau
pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3
dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus.
Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.
Memeluk Islam
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil
posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu
Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering
melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW.
Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nuaim bin Abdullah) yang
kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar
terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Quran (surat
Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat

saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan
tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Quran tersebut dan
kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Kehidupan di Madinah
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun
622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia
adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Kematian Muhammad SAW
Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8
Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.
Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau
menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan
sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu
Muhammad, M Husain Haikal)
Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas
bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas
mengatakan.
Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati.
Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati.
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Quran :
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang
yang bersyukur. (surat Ali Imran ayat 144)
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan

kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam
yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal
Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta
Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun
kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia
juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun
638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan
Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Kematian
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan
memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah
Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu
merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23
H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka
cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak
ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang
manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu
selain ALLAH SWT.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab
apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.

5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau
tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

UTSMAN BIN AFFAN (574 - 656 M)


Utsman bin Affan adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Pengangkatan Utsman
tidak seperti pengangkatan khalifah sebelumnya,Ustman diangkat menjadi khalifah
setelah diadakan musyawarah oleh para sahabat yang ditunjuk oleh Umar melalui
surat wasiatnya. Hal tersebut dilakukan setelah Uhtmar bin Khattab tidak dapat
memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera
setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar
mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan
Rasulullah. Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang
bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf,
Saad bin Abu Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan
dan
Ali
bin
Abi
tholib.
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua
cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya
untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat,
Rasulullah berkata; Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya
aku nikahkan denganmu. Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak lakilaki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada
tahun 4 Hijriah.
Utsman juga dikenal sebagai pedagang yang hebat dan kekayaannya yang banyak.
Namun demikian, kekayaannya itu tidak membuatnya sombong. Utsman sangat
dikenal dengan kedermawanannya. Banyak materi yang disumbangkannya untuk
perjuangan Islam.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan
Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau
adalah salah satusahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk
pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan
beriman.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin,
Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar,

Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Said dan Abdul Muluk. Dan 8
anak perempuan.
Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan
bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Dengan adanya perluasan wilayah,
maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan
mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara
penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan
berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun
mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya
peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al
Quran
juga
perluasan
Mesjid
Haram
dan
Mesjid
Nabawi.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau
memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan
menghafalkan Al Quran menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring
bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama
Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi .Akhirnya sahabat Huzaifah bin
Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun
lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf
yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Quran. Perluasan Mesjid
Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya
umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba AlYamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba ini gemar
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah
kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35
H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang
yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap
kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam
Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang
menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah.
Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting,
Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak
dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan
bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin
Saba, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga
membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas
masjid Nabi di Madinah

ALI BIN ABU THALIB (559 - 661 M)


Ali dilahirkan di Kota Mekah, di daerah Hejaz Jazirah Arab sekitar 10 tahun
sebelum kenabian Muhammad SAW. Ayahnya adalah: Abu Thalib, paman Nabi saw,
bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah:
Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Sebelum datangnya Islam,
keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan
pemegang kepemimpinan masyarakat.
Sejak kecil, Ali RA dikenal sebagai anak yang cerdas dan pemberani. Ali RA
mengikuti Nabi SAW sejak umur 6 tahun. Ia juga termasuk dalam golongan yang
pertamakali mengakui kenabian Muhammad SAW. Ia dikenal sebagai sosok yang
gagah berani dan sederhana (zuhud). Keberaniannya itu ia tunjukkan dalam
kesanggupannya untuk menggantikan posisi nabi ditempat tidur ketika Nabi SAW
akan hijrah. Kala itu kaum kafir sudah mengepung rumah Nabi SAW, namun Ali RA
tidak sedikitpun merasa takut.
Ali meminang salah seorang anak Nabi SAW, yaitu Fatimah Az-zahra. Anak-anaknya
adalah: Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum, dari Fathimah binti Rasulullah Saw.
Seorang isteri yang tidak pernah diperlakukan buruk oleh Ali r.a. selama hidupnya.
Bahkan Ali tetap selalu mengingatnya setelah kematiannya. Ia juga mempunyai
beberapa orang anak dari isteri-isterinya yang lain, yang ia kawini setelah
wafatnya Fathimah r.a. Baik isteri dari kalangan wanita merdeka maupun hamba
sahaya. Yaitu: Muhsin, Muhammad al Akbar, Abdullah al Akbar, Abu Bakar, Abbas,
Utsman, Ja'far, Abdullah al Ashgar, Muhammad al Ashghar, Yahya, Aun, Umar,
Muhammad al Awsath, Ummu Hani, Maimunah, Rahmlah ash Shugra, Zainab ash
Shugra, Ummu Kaltsum ash Shugra, Fathimah, Umamah, Khadijah, Ummu al
Karam, Ummu Salmah, Ummu Ja'far, Jumanah, dan Taqiyyah.
Keberaniannya itu pula ia tunjukkan untuk membela panji-panji Islam. Dalam
perang Badar, dimana pasukan muslimin hanya sedikit, sedangkan kaum kafir yang
menyerang berlipat-lipat jumlahnya. Ali RA menjadi penyemangat kaum muslimin,
sehingga meraih kemenangan. Karena sulitnya menghadapi lawan yang berlipat
jumlahnya, maka saat meraih kemenangan, para pejuang Islam disambut dengan
takjub dan diberi sebutan ahlul Badar.
Ali RA juga terkenal dengan pedang "dzulfikarnya. Pada perang Uhud, Ali
melindungi Nabi SAW yang kala itu terjepit hingga gigi beliau bahkan rompal dan
darah mengalir di mana-mana. Teriakan takbir dari Ali menguatkan kembali
semangat bertarung para sahabat, terutama setelah melihat Rasululah dalam
kondisi kritis. Pada perang tersebut Nabi SAW banyak kehilangan sahabat
terbaiknya, para ahlul-Badar termasuk pamannya, Hamzah --sang singa padang
pasir. Namun demikian, Allah SWT menggantikannya dengan masuk Islamnya sang
Panglima perang Uhud, Khalid bin Walid. Khalid memberikan kontribusi yang besar
bagi perjuangan Islam hingga akhir hayatnya. Dalam perang Uhud ini pulalah Ali RA
melihat kesahajaan sosok Fatimah binti Muhammad SAW. Fatimah turut serta
dalam perang tersebut dan membasuh luka ayahnya dan juga Ali RA, berikut
pedang
dan
baju
bersimbah
darah.
Dalam perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. kembali menjadi

pahlawan, setelah cuma ia satu-satunya sahabat yang 'berani' maju meladeni


tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, Amr bin Abdi Wud
Ali bertarung satu lawan satu. Ali dengan pedang dzulfikarnya berhasil menebas
Amr sehingga terbelah menjadi dua. Sementara dalam perang Khaibar, dimana
kaum Yahudi melanggar perjanjian Huaibiah dan memerangi kaum Muslim, Ali
berhasil menerobos Benteng Khaibar yang amat kokoh dan menghancurkan
pertahanan kaum Yahudi.
Seluruh peperangan Rasulullah diikuti oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk.
Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah.
Sebab Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk
melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin perang Tabuk.
Setelah Rasulullah wafat. Ia lebih suka menyepi, bergelut dengan ilmu,
mengajarkan Islam kepada murid-muridnya. Pada masa inilah, Ali kemudian
mengasah diri mnjadi seorang pemikir. Keperkasaannya dan keberaniannya yang
banyak dikagumi telah berubah menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali
terinspirasi oleh kata-kata mendiang Rasulullah, "jika aku ini adalah kota ilmu,
maka Ali adalah pintu gerbangnya". Dari ahli pedang menjadi ahli kalam (pena).
Ali begitu terbenam didalamnya, hingga kemudian ia 'terbangun' kembali dan
tersadar melihat begitu banyak perubahan karena banyaknya perselisihan antar
para sahabat yang sulit untuk menemukan kesepakatan tentang berbagai
persoalan. Dan ia menyadari, hal tersebut karena adanya perbedaan pemahaman
terhadap suatu masalah, ditambah lagi dengan munculnya orang-orang munafik
yang mulai kembali menentang pemerintahan Islam sepeninggal Nabi SAW.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib
sebagai khalifah. Namun demikian, kemudian timbullah persoalan ketika Ali mulai
mengeluarkan kebijakasanaan baru sebagai khalifah. Ali menon-aktifkan para
gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakanpemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali
tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan.
Ali ibn Abi Thalib menghadapi masalah selanjutnya, yaitu adanya pemberontakan
Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Mereka menuntut bela terhadap darah
Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim, namun Ali tidak mau menghukum
para pembunuh Utsman.s Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia
mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk
menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya,
pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang
Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan
berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah

menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan


pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan
namaperang shifiin. ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata
tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga,
kaum khawariz orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik,
yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba al-yahudu) yang menyusup
pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan
Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin
kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang
anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

THALHAH BIN UBAIDILLAH R.A.


Thalhah dikenal sebagai pribadi yang pemurah dan dermawan. Dalam hidupnya ia
mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah masuk
Islam melalui anak pamannya, Abu Bakar ash-shiddiq. Ia termasuk dalam delapan
orang yang pertamakali masuk islam (assabiquunal awwaluun). Sejak masuk Islam
sampai akhir hayatnya, dia selalu menepati Janjinya. Ia dikenal sebagai orang
jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat.
Pada saat hendak masuk Islam, Thalhah bersama dengan Abu Bakar menemui
Rasulullah SAW, lalu mengungkapkan niatnya. Lalu Rasulullah SAW menyuruhnya
mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menyatakan keislamannya di hadapan
Muhammad SAW, Thalhah dan Abu bakar Ra pun pergi. Tapi ditengah jalan mereka
dicegat oleh Nofel bin Khuwailid yang dikenal dengan "Singa Quraisy", yang
terkenal kejam dan bengis. Bersama dengan gerombolannya, Thalhah dan Abu
Bakar laul ditangkap dan diikat dalam satu tambang lalu dipukuli. Mereka berdua
mengalami siksaan dikarenakan masuk agama Muhammad SAW. Karena peristiwa
itu Thalhah dan Abubakar Ra dijuluki "Alqorinan" atau "dua serangkai".
Namun demikian, Thalhah tetap teguh pada pendiriannya memeluk agama Islam.
Pada waktu Perang Uhud tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman
atau panah dan jari tangannya putus. Ketika tentara Muslim terdesak mundur dan
Rasulullah SAW dalam bahaya akibat ketidakdisiplinan pemanah-pemanah dalam
menjaga pos-pos di bukit, di saat itu pasukan musyrikin membabibuta maju untuk
melumat tentara muslim dan Rasulullah SAW, terbayang di pikiran mereka
kekalahan yang amat memalukan di perang Badar Mereka semua mencari
Rasulullah SAW dengan senjata pedang-pedang yang siap menebas lawan. Namun
pasukan muslimin sekuat tenaga melindungi Rasulullah SAW, dan salah satu yang
paling bersusah payah adalah Thalhah. Ia maju melindungi Rasulullah dan
menjadikan tubuhnya sebagai tameng bagi Rasulullah SAW. Begitu banyaknya yang
mengepung Rsulullah, sehingga kaum kafir mengira bahwa RAsulullah SAW sudah
tewas tertebas pedang-pedang yang mengepungnya. Alhamdulillah, Rasulullah SAW
selamat, Thalhah memapah dan menaiki bukit yang ada di ujung medan
pertempuran. Maka iapun dijuluki "Burung elang hari Uhud.". Dan ketika Abu
Bakar menemui Rasulullah, Beliau berkata : Lihatlah saudaramu ini! (maksudnya
keadaan Thalhah yang penuh dengan luka).

Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi
pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su'da binti Auf. Pada suatu hari istrinya
melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan
suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah
mejawab, " Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga
memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?" Maka istrinya berkata, "Uang yang
ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir-miskin." Maka dibagibagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan Thalhah tanpa meninggalkan
sepeserpun. Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, katanya, "Aku berkawan
dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat
tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia
mendermakan uang, sandang dan pangannya." Jaabir bin Abdullah bertutur, " Aku
tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa
diminta." Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki "Thalhah si dermawan",
"Thalhah si pengalir harta", "Thalhah kebaikan dan kebajikan".
Wafatnya Thalhah
Sewaktu terjadi perang Jamal, Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali Ra dan
Ali Ra memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah
mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama
kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia wafat. Thalhah wafat pada usia
enam puluh tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra.
Rasulullah saw. pernah berkata kepada para sahabat Ra, "Orang ini termasuk yang
gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi maka
lihatlah Thalhah ra. Hal itu juga dikatakan Allah SWT dalam firmanNya : "Di antara
orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka
ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya."
(Al-Ahzaab: 23)

ZUBAIR BIN AWWAM RA


Nama lengkapnya, Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin
Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah
saw). Memeluk agama Islam ketika masih berusia 8 tahun dan melakukan hijrah
ketika berusia 18 tahun. Ketika pamannya Naufal bin Khuwailid mengetahui perihal
Zubair telah masuk Islam, beliau sangat marah dan berusaha menyiksanya, pernah
beliau dimasukkan dalam karung tikar, kemudian dibakar, dan dia berkata
kepadanya,lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka saya akan melepaskan
dirimu dari api ini. Namun Az-Zubair menolaknya dan berkata kepadanya, Tidak,
demi Allah saya tidak akan kembali kepada kekufuran selamanya.
Zubair bin Awwam pernah ikut berhijrah ke Habsyah bersama orang-orang hijrah
dari kaum muslimin, dan beliau tetap tinggal disana hingga Rasulullah saw
mengijinkannya untuk kembali ke Madinah. Beliau selalu mengikuti peperangan
bersama Rasulullah saw, setelah perang Uhud dan orang-orang Quraisy kembali ke

Mekah, Rasulullah saw mengirim 70 orang sahabat untuk mendampingi dirinya,


termasuk ia termasuk di dalamnya.
Nama Putra dan putri Az-Zubair adalah Abdullah, Urwah, Al Mundzir, Ashim, Al
Muhajir, Khadijah Al Kubra, Ummul Hasan, dan Aisyah. Semua anak Az-Zubair ini
berasal dari istrinya yang bernama Asma' binti Abu Bakar. Sedangkan anak-anaknya
yeng bernama Khalid, Amru, Habibah, Saudah, dan Hindun berasal dari istrinya
yang bernama Ummu Khalid. Anak-anaknya yang bernama Mush'ab, Hamzah, dan
Ramlah berasal dari istrinya yang bernama Ar-Rabab binti Anif bin Ubaid. Anaknya
yang bernama Ubaidah dan Ja'far berasal dari istrinya, Zainab. Putrinya yang
bernama Zainab berasal dari istrinya , Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith.
Putrinya lagi yang bernama Khadijah Ash-Shugra berasal dari istrinya, Al Halal binti
Qais.
Zubair bin Awwam adalah sosok yang dermawan. DiA selalu menginfakkan
hartanya di jalan Allah. Kaab berkata tentangnya,Az-Zubair memiliki 1000
macam kekayaan yang dikeluarkan untuk berperang, dan tidak ada uang satu
dirhampun yang masuk kerumahnya," (disedekahkan seluruhnya), beliau
mensedekahkan seluruh hartanya sampai meninggal dalam keadaan berhutang, dan
mewasiatkan kepada anaknya untuk membayarkan hutangnya, dan beliau berkata
kepadanya,jika engkau tidak sanggup membayar hutang saya, maka mintalah
tolong kepada Tuanku, Abdullahpun bertanya,Siapakah yang engkau maksud
dengan Tuan?" beliau menjawab,"Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan
penolong. Lalu setelah itu Abdullah berkata,Demi Allah saya tidak pernah
mengalami kesusahan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata,'Wahai
Pemimpin/pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair,' maka Diapun menggantinya."
(Al-Bukhari). Zubair sangat sedikit sekali meriwayatkan hadis, walaupun beliau
selalu bersama Rasulullah saw. anaknya Abdullah pernah bertanya akan sebab
tersebut, maka diapun berkata,Walaupun antara saya dan Rasulullah saw memiliki
hubungan keluarga dan kerabat namun saya pernah mendengar beliau pernah
bersabda,'Barangsiapa yang berkata dusta atasku dengan sengaja, maka akan
ditempatkan di neraka.' (Al-Bukhari). Karena itu dia sangat takut meriwayatkan
hadits yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah saw sehingga tergelincir ke
dalam neraka.
Pada perang Yarmuk, Zubair bertarung dengan pasukan Romawi, namun pada saat
tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak : Allahu Akbar kemudian beliau
menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke
kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya,Zubair memiliki tiga kali
pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua
diantaranya saat perang badar, dan satunya lagi saat perang Yarmuk. Salah seorang
sahabatnya pernah bercerita,Saya pernah bersama Zubair bin Awwam dalam
hidupnya dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata
kepadanya,"demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti
tubuhmu," dia berkata kepada saya,"demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini
kecuali ikut berperang bersama Rasulullah saw dan dijalan Allah." Dan diceritakan
tentangnya,"Sesungguhnya tidak ada gubernur/pemimpin, penjaga dan keluar
sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti perang bersama Nabi saw." Saat terjadi
pengepungan atas Bani Quraidzah dan mereka tidak mau menyerah, Rasulullah saw
mengutus beliau bersama Ali bin Abi Thalib, lalu keduanya berdiri di depan
benteng dan mengulangi kata-katanya,Demi Allah kalian akan merasakan seperti
yang telah dirasakan oleh Hamzah, atau kami akan menaklukkan benteng ini. Nabi

saw pernah berkata tentangnya,Setiap Nabi punya pendamping dan penolong, dan
pendamping saya adalah Zubair. (Muttafaqun alaih). Beliau juga sangat bangga
dengan ucapan Rasulullah saw saat terjadi perang Uhud dan perang Bani
Quraidzah,lemparkanlah panahmu yang taruhannya adalah bapakku dan ibuku.
Sayyidah Aisyah pernah berkata kepada Urwah bin Az-Zubar,sesungguhnya kedua
orang tuamu merupakan orang yang mengikuti seruan Allah dan Rasul-Nya setelah
tertimpa kepada keduanya luka," (maksudnya adalah Abu Bakar dan Az-Zubair).
(Ibnu Majah).
Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad saw
telah meninggal, maka dia keluar menuju jalan-jalan di Mekkah sambil
menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia, lalu pergi mencari
kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang
telah membunuh Rasulullah saw, akhirnya beliau bertemu dengan Rasulullah saw di
utara Mekah, maka saat itu Rasulullah saw berkata kepadanya,ada apakah engkau
gerangan ? dia berkata,Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh,
Nabi berkata kepadanya,Lalu apa yang akan engkau lakukan? dia berkata,Saya
akan membunuh orang yang telah membunuhmu. Setelah mendengar hal tersebut
beliaupun bergembira dan mendoakannya dengan kebaikan dan pedanganya
dengan kemenangan. (Abu Nuaim), beliau juga merupakan orang yang pertama
menghunuskan pedangnya di jalan Allah.
Saat Zubair bin Awwam keluar dalam perang Al-Jamal, seseorang dari kaum Tamim
bernama Amru bin Jarmuz mengikuti beliau dan membunuhnya dari belakang di
suatu tempat yang bernama lembah Siba. Lalu pergi ke Imam Ali bin Abu Thalib
dengan menduga bahwa dia telah membawa kabar gembira, setelah mengetahui
hal tersebut Imam Ali bin Abu Thalib berteriak dan berkata kepada
pembantunya,Berikan kabar kepada pembunuh putra Sofiyyah dengan neraka,
sungguh Rasulullah saw pernah bersabda kepada saya bahwa pembunuh Zubair
adalah penghuni neraka. (Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan At-Thobroni). Zubair
bin Awwam wafat pada hari Kamis bulan Jumadil Awwal tahun 36 Hijriyyah,
sedangkan umurnya saat itu 66/67 tahun.

ABDURRAHMAN BIN AUF RA

Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun sesudah tahun gajah. Ia masuk islam sesudah Abu Bakar
dan termasuk dalam delapan orang yang pertama kali masuk islam. Nama lengkapnya
Abdurrahman bin Auf bin Harits bin Zuhrah. Beliau mengikuti seluruh peperangan bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam termasuk perang Badar. Beliau meninggal di Madinah
dan dimakamkan di Baqi`.
Abdurrahman bin Auf terkenal sebagai pedagang yang ulung. Setiap perniagaan yang ia
lakukan, senantiasa menghasilkan keuntungan yang besar. Namun ia juga dikenal dengan
sifat kedermawanannya. Ketika Rasulullah SAW membutuhkan banyak dana untuk
menghadapi tentara Rum dalam perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu
pelopor dalam menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal

itu, Umar bin Khathab berbisik kepada Rasulullah:Agaknya Abdurrahman berdosa, dia tidak
meninggalkan
uang
belanja
sedikit
pun
untuk
keluarganya.
Maka, Rasulullah SAW bertanya kepada Abdurrahman:Adakah engkau tinggalkan uang
belanja untuk keluargamu? Abdurrahman menjawab:Ada, ya Rasulullah. Mereka saya
tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan. Berapa? Tanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Abdurrahman radhiyallahu 'anhu menjawab:
Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah. Subhanallah.
Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala terus mengalir bagaikan aliran
sungai yang deras. Abdurrahman bin Auf shallallahu 'alaihi wasallam kini telah menjadi
orang
terkaya
di
Madinah.
Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta
yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di
Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, Aisyah RA bertanya kepada
seseorang:Suara
apakah
itu?
Orang itu menjawab:Iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman. Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata:Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada Abdurrahman di dunia dan
akhirat. Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa
Abdurrahman
bin
Auf
masuk
surga
dengan
merangkak.
Orang itu langsung menemui Abdurrahman bin Auf dan menceritakan apa yang
didengarnya dari Aisyah RA. Mendengar hal itu, ia pun bergegas menemui Aisyah
RA:Wahai Ummul Mukminin, apakah ibunda mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah
SAW? Ya, jawab Aisyah RA.Seandainya aku sanggup, aku ingin memasuki surga dengan
berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya
kuserahkan
untuk
jihad
fi
sabilillah.
Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya
makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda
perang,dan 1.500 ekor unta ia sumbangan untuk peruangan menegakkan panji-panji Islam di
muka bumi. Mendengar hal itu, Aisyah radhiyallahu 'anhu mendoakan:Semoga Allah
memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga).
Menjelang akhir hayatnya, Abdurrahman radhiyallahu 'anhu pernah disuguhi makanan oleh
seseorang padahal ia sedang berpuasa. Sambil melihat makanan itu, ia berkata:Mushab
bin Umair RA syahid di medan perang. Dia lebih baik daripada aku. Waktu dikafan, jika
kepalanya ditutup, maka kakinya terbuka. Dan jika kakinya ditutup, kepalanya terbuka.
Kemudian Allah melapangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sungguh, saya amat takut
kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah di dunia ini. Setelah itu, ia menangis
tersedu-sedu.
Abdurrahman bin Auf RA wafat dengan membawa amalnya yang banyak. Saat
pemakamannya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib RA berkata:Anda telah mendapat
rahmat (kasih sayang) Allah, dan anda telah berhasil menundukan kepalsuan dunia. Semoga
Allah senantiasa merahmati anda. Amin.

SAAD BIN ABI WAQQOSH RA


Nama sebenarnya adalah Saad bin Malik Az-Zuhri. Lahir di kota Mekah berasal dari
suku Quraisy. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat
disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia
sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia
terkenal sebagai pemuda yang serius dan cerdas dan membenci praktik
penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu.
Saat Sa'ad berusia 20 tahun, didatangi oleh abu Bakar yang mengajak untuk masuk
Islam. Sa'ad sendiri memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW secara
tidak langsung. Ibu rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan
Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu Saad juga sering disebut sebagai Sa'ad of
Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah, untuk membedakannya dengan Sa'ad-Sa'ad lainnya.
Keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari Ibunya yang mengancam
akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibu Sa'ad menolak makan dan minum
sehingga kurus dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya
tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Sa'ad kembali ke agama lamanya.
Namun Sa'ad berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada sang ibu,
namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh lebih besar lagi.
Mendengar kekerasan hati Sa'ad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan
kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Sa'ad bin Abi
Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengungsi ke bukit jika
hendak menunaikan salat. Kaum Quraisy selalu mengalangi mereka beribadah.
Saat tengah salat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling
melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Sa'ad bin Abi Waqqas
yang memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya.
Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan
orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian
keimanan dan kesabaran umat Islam.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan
bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah SWT dalam alQur'an Surah Al-Muzzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslim menahan diri. Baru
beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan perlawanan
fisik kepada para orang kafir. Di barisan pejuang Islam, nama Sa'ad bin Abi Waqqas
menjadi salah satu tonggak utamanya.
Ia terlibat dalam Pertempuran Badar bersama saudaranya yang bernama Umair bin
Abi Waqqas yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada
Pertempuran Uhud, bersama Zaid, Sa'ad terpilih menjadi salah satu pasukan
pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan
Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka.
Sa'ad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah
dalam upaya mempertahankan Islam.
Sa'ad juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunai kekayaan yang juga
banyak digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal karena
keberaniannya dan kedermawanan hatinya. Sa'ad hidup hingga usianya menjelang
delapan puluh tahun. Menjelang wafatnya, Sa'ad meminta puteranya untuk

mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. Kafani aku
dengan jubah ini karena aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,ujarnya.
Memimpin Perang melawan Kekaisaran Persia
Penolakan kaisar Persia membuat air mata Sa'ad bercucuran. Berat baginya
melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan
non Muslim.
Kepahlawanan Sa'ad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin
pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini
merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka
terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta
dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta
dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para
sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim,
pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang dibawah panglima perang
kenamaan mereka, Rustum.
Sebelum memulai peperangan, atas instruksi Umar bin Khattab yang menjadi
khalifah saat itu, Sa'ad mengirim surat kepada kaisar Persia, Yazdagird dan Rustum,
yang isinya undangan untuk masuk Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat
adalah An-Numan bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi
bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Sa'ad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy
bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi. Namun
ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa Allah SWT menjanjikan
kemewahan lebih baik yaitu surga.
Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk
Islam. Melihat hal tersebut, air mata Sa'ad bercucuran karena ia terpaksa harus
berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan non Muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat menanggung
kepedihan jika perang harus terjadi. Sa'ad tahu pasti, bahwa peperangan ini akan
menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan
mengorbankan banyak nyawa.
Ketika tengah berpikir, Sa'ad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang. Karena
itu, meskipun terbaring sakit, Sa'ad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di
depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran Surah Al-Anbiya' ayat 105 tentang
bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab
Zabur.
Setelah itu, Sa'ad berganti pakaian kemudian menunaikan salat Dzuhur bersama
pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Sa'ad bersama pasukan Muslim
memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan
menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Persia. Peperangan
Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia.
Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.
Sa'ad dipanggil oleh Allah pada tahun 54 H di pangkuan anaknya. Dan dikafankan
dengan kain yang pernah dipakainya saat Perang Badar

SAID BIN ZAYD BIN AMRU RA


Nama lengkapnya adalah Said bin Zayd bin Amru bin Nufail Al Adawi. Dia adalah
salah satu Rosulullah Saw yang berasal dari kaum Quraisy dan termasuk golongan
kedalam golongan sepuluh sahabat yang dijanjikan akan masuk surga. Said
dilahirkan di Makkah 22 tahun sebelum hijriyah dan sering kali dipanggil dengan
sebutan Abul Awaar.
Said adalah putra Zaid seorang yang selama hidupnya selalu mencari kebenaran
akan agama yang haq. Dia juga tidak mempercayai akan agama yang dianut oleh
nenek moyangnya. Zaid juga dikenal sebagai penyelamat bayi perempuan pada
masa jahiliyah, karena di masa itu mempunyai bayi perempuan dianggap sebuah
aib besar yang dapat meruntuhkan kehormatan keluarga. Zaid menyelamatkan
para bayi perempuan dengan mengangkatnya sebagai anak dan kemudian
mengasuhnya.
Ketidakpercayaan Zaid terhadap ajaran nenek moyangnya dapat dibuktikan dalam
sebuah peristiwa yakni; suatu hari Zaid bin Amr bin Nufail berdiri di tengah-tengah
orang banyak yang berdesak-desakan menyaksikan kaum Quraisy berpesta
merayakan salah satu hari besar mereka. Kaum pria memakai serban sundusi yang
mahal, yang kelihatan seperti kerudung Yaman yang lebih mahal. Kaum wanita dan
anak-anak berpakaian bagus warna menyala dan mengenakan perhiasan indahindah. Hewan-hewan ternak pun dipakaikan bermacam-macam perhiasan dan
ditarik orang-orang untuk disembelih di hadapan patung-patung yang mereka
sembah.
Kemudian Zaid bersandar ke dinding Kabah dan berkata, Hai kaum Quraisy! hewan
itu diciptakan Allah. Dialah yang menurunkan hujan dari langit supaya hewanhewan itu minum sepuas-puasnya. Dialah yang menumbuhkan rumput-rumputan
supaya hewan hewan itu makan sekenyang-kenyangnya. Kemudian, kalian
sembelih hewan-hewan itu tanpa menyebut nama Allah. Sungguh bodoh dan sesat
kalian.
Al-Khattab, ayah Umar bin Khottob, berdiri menghampiri Zaid, lalu ditamparnya
Zaid. Kata Al-Khattab, Kurang ajar kau! kami sudah sering mendengar katakatamu yang kotor itu, namun kami biarkan saja. Kini kesabaran kami sudah
habis! Kemudian, dihasutnya orang-orang bodoh supaya menyakiti Zaid. Zaid
benar-benar disakiti mereka dengan sungguh-sungguh sehingga dia terpaksa
menyingkir dari kota Mekah ke Bukit Hira. Al-Khattab menyerahkan urusan Zaid
kepada sekelompok pemuda Quraisy untuk menghalang-halanginya masuk kota.
Karena itu, Zaid terpaksa pulang dengan sembunyi-sembunyi.
Dalam kisah lain disebutkan juga bahwa suatu hari Zaid bin Amr bin Nufail
berkumpul ketika orang-orang Quraisy tengah bersama-sama dengan Waraqah bin
Naufal. Abdullah bin Jahsy, Utsman bin Harits, dan Umaimah binti Abdul Muthallib,
bibi Muhammad saw. Mereka berbicara tentang kepercayaan masyarakat Arab yang
sudah jauh tersesat. Pada saat itu Zaid berkata, Demi Allah! sesungguhnya
Saudara-Saudara sudah maklum bahwa bangsa kita sudah tidak memiliki agama.
Mereka sudah sesat dan menyeleweng dari agama Ibrahim yang lurus. Karena itu,

marilah kita pelajari suatu agama yang dapat kita pegang jika Saudara-Saudara
ingin beruntung.
Keempat orang itu akhirnya pergi menemui pendeta-pendeta Yahudi, Nasrani, dan
pemimpin-pemimpin agama lain untuk menyelidiki dan mempelajari agama Ibrahim
yang murni. Waraqah bin Naufal akhirnya meyakini agama Nasrani sebagai agama
yang dipegannya. Sementara Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Harits tidak
menemukan apa-apa. Adapun Zaid bin Amr bin Nufail mengalami kisah tersendiri
ketika sedang dalam pencarian agama tersebut. Zaid mempelajari agama Yahudi
dan Nasrani. Tetapi, keduanya ditinggalkannya karena dia tidak memperoleh
sesuatu yang dapat menenteramkan hati dan menjawab kegelisahankegelisahannya. Kemudian Zaidpun berkelana ke berbagai pelosok mencari agama
Ibrahim. Ketika dia sampai ke negeri Syam, dia diberitahu tentang seorang Rahib
yang mengerti ilmu kitab. Kemudian dia mendatangi sang Rahib untuk
menceritakan kepadanya tentang kegelisahannya tentang agama nenek moyangnya
serta pengalamannya dalam mempelajari agama Yahudi dan Nasrani.
Mendengar cerita dari Zaid, kemudian sang Rahib tersebut berkata: Saya tahu
engkau sedang mencari agama Ibrahim, hai putra Mekah?, Zaid pun menjawab:
Betul, itulah yang saya inginkan. Kemudia sang Rahib berkata: Anda mencari
agama yang dewasa ini sudah tak mungkin lagi ditemukan. Tetapi, pulanglah Anda
ke negeri Anda. Allah akan membangkitkan seorang nabi di tengah-tengah bangsa
Anda untuk menyempurnakan agama Ibrahim. Bila Anda bertemu dengan dia,
tetaplah Anda bersamanya.
Mendengar keterangan dari rahib tersebut, akhirnya Zaid berhenti berkelana dan
dia memutuskan untuk kembali ke Mekah menunggu nabi yang dijanjikan. Ketika
Zaid sedang dalam perjalanan pulang. Allah mengutus Muhammad menjadi nabi
dan rasul dengan agama yang hak. Tetapi, Zaid belum sempat bertemu dengan
beliau, dia dihadang perampok-perampok Badui di tengah jalan dan terbunuh
sebelum ia kembali ke Mekah. Waktu dia akan menghembuskan napasnya yang
terakhir, Zaid menengadah ke langit dan berkata, Wahai Allah, jika Engkau
mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku Said diharamkan
pula daripadanya.
Doa Zaid inipun dikabulkan oleh Allah. Putra kesayangannya Said akhirnya menjadi
seorang muslim bahkan menjadi pelopor dari keislaman orang-orang Quraisy
lainnya. Sebagai seseorang yang dididik dari keluarga yang tidak mempercayai
tradisi agama nenek moyangnya, tentu membuat Said begitu mudah untuk menjadi
muslim begitu dia mendengar Nabi Saw menyerukan dakwah kepada agama
kebenaran. Karenanya Said termasuk golongan orang yang pertama-tama masuk
Islam. Dia mempercayai ajaran baru yang di bawa oleh seorang utusan Allah
Muhammad Saw di saat banyak orang masih meragukannya. Masuknya Said
kedalam Islam tidak lepas dari berbagai siksaan dari orang-orang kafir yang tidak
rela kehilangan pengikut agama nenek moyangnya. Dia menyatakan dirinya sebagai
seorang muslim bersama istrinya Fatimah binti Khattab, adik perempuan Umar bin
Khattab, seorang pemuka Qurasiy yang pada saat itu sangat membenci ajaran baru
yang dibawa oleh Muhammad. Said menjadi seorang muslim dalam usia 20 tahun.
Dia tetap teguh dalam keimanannya ketika mengalami berbagai siksaan. Bahkan
keteguhan Said bersama istrinya dalam meyakini ajaran agamanya telah
meluluhkan hati Umar bin Khattab seorang yang mempunyai hati yang keras dan
pada saat itu menjadi salah satu penghalang yang berat bagi dakwah Rosulullah
Saw.

Said adalah seorang yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi kepentingan


agamanya. Dia ikut serta dalam hijrah kaum muslimin baik hijrah ke negeri
Habasya maupun hijrah ke Madinah. Dia juga selalu mengikuti peperangan pada
masa Nabi Saw, kecuali perang Badar karena saat itu dia bersama Thalhah bin
Ubaidillah mendapat tugas dari Rosulullah Saw untuk mengintai orang-orang
Quraisy. Said juga ikut serta dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah umat
muslim yakni perang Yarmuk yang menggulingkan kekuasaan bangsa Romawi masa
itu, dia juga mengikuti perang dalam menggulingkan kekuasaan Persia yang
semuanya terjadi pada pemerintahan khalifah Umar bin Khattab. Said juga
mengikuti perang dalam menaklukkan Damsyiq, bahkan Abu Ubaidah bin Jarrah
mengangkat Said bin Zaid menjadi wali di sana. Dialah wali kota pertama dari
kaum muslimin setelah kota itu dikuasai.
Said juga seorang ahli ibadah yang doanya seringkali dikabulkan oleh Allah. Dalam
sebuah kisah disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Bani Umayah, merebak
suatu isu dalam waktu yang lama di kalangan penduduk Yatsrib terhadap Said bin
Zaid. Yakni, seorang wanita bernama Arwa binti uwais telah menuduh Said bin
Zaid merampas tanahnya dan menggabungkannya dengan tanah Said sendiri.
Wanita tersebut menyebarkan tuduhannya itu kepada seluruh kaum muslimin, dan
kemudian mengadukan perkaranya kepada Wali Kota Madinah, yang pada saat itu
adalah Marwan bin Hakam. Marwan menerima pengaduan tersebut dan kemudian
mengirimkan beberapa petugas kepada Said untuk menanyakan perihal tuduhan
wanita tersebut. Sahabat Rasulullah Saw ini merasa prihatin atas fitnah yang
dituduhkan kepadanya itu.
Kemudian Said berkata: Dia menuduhku menzaliminya (meramapas tanahnya
yang berbatasan dengan tanah saya). Bagaimana mungkin saya menzaliminya,
padahal saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Siapa saja yang
mengambil tanah orang lain walaupun sejengkal, nanti di hari kiamat Allah
memikulkan tujuh lapis bumi kepadanya. Wahai Allah! dia menuduh saya
menzaliminya. Seandainya tuduhan itu palsu, butakanlah matanya dan ceburkan
dia ke sumur yang dipersengketakannya dengan saya. Buktikanlah kepada kaum
muslimin sejelas-jelasnya bahwa tanah itu adalah hak saya dan bahwa saya tidak
pernah menzaliminya.
Tidak berapa lama kemudian, terjadi banjir yang belum pernah terjadi seperti itu
sebelumnya. Maka, terbukalah tanda batas tanah Said dan tanah Arwa yang
mereka perselisihkan. Sehingga kaum muslimin memperoleh bukti bahwa Saidlah
yang benar, sedangkan tuduhan wanita itu adalah palsu. Hanya sebulan sesudah
peristiwa itu, wanita tersebut menjadi buta. Ketika dia berjalan meraba-raba di
tanah yang dipersengketakannya, dia pun jatuh ke dalam sumur.
Begitulah sosok seorang Said bin Zaid, salah satu sahabat Rosulullah Saw yang
dijanjikan akan masuk surga. Dia meninggal dalam usia 73 tahun di Madinah pada
tahun 51 H

ABU UBAIDAH BIN AL-JARRAH RA

Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin al-Jarah bin Hilal al-Fahry al-Qursy,
biasanya dipanggil dengan sebutan Abu Ubaidillah. Dia adalah salah satu sahabat
Rosulullah Saw yang berasal dari kaum Quraisy. Lahir di Makkah dari sebuah
keluarga yang terhormat. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi,
kurus, dan tidak terlalu berisi. Jenggotnya tidak tebal. Orangnya pemurah dan
sederhana. berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Dia juga
termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan. Meski seorang yang pemalu dia
disenangi oleh semua orang yang melihatnya, sehingga siapapun yang mengikutinya
akan merasa tenang.
Masuknya Abu Ubaidillah ke dalam ajaran Islam adalah berkat peran dari Abu Bakar
Al-Shiddiq. Karena dia telah berteman dan mengenal sejak lama Abu Bakar,
sehingga tidak sulit bagi Abu Ubaidillah untuk menerima ajakan Abu Bakar untuk
mempercayai ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad Saw. Sebagaimana sahabat
yang lain, keislaman Abu Ubaidillah juga tidak lepas dari tantangan dan siksaan
dari orang-orang kafir Quraisy. Meski dia berasal dari keluarga yang cukup
terhormat di mata kaum Quraisy. Ayahnya sendiri sangat menentang keputusannya
untuk meninggalkan ajaran nenek moyangnya. Dia terus menerus dibujuk oleh
ayahnya untuk kembali kepada ajarannya semula, hingga ayah Abu Ubaidillah
mempersempit ruang geraknya. Tetapi semua cobaan dapat dilalui dengan sabar
dan tawakkal kepada Allah SWT.
Pada saat Rosulullah Saw menyuruh kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah
dalam rangka menghindari berbagai tantangan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy
yang semakin berat, Abu Ubadillahpun turut serta dalam rombongan para sahabat
untuk berhijrah. Abu Ubaidillah juga salah satu sahabat yang sangat aktif dalam
mengikuti berbagai peperangan pada masa Rosulullah Saw, mulai perang badar,
Uhud dan lain sebagainya. Dalam perang Badar dia berperang melawan ayahnya
sendiri yang menjadi salah satu tentara dari pasukan kaum kafir. Sedangkan pada
saat terjadi perang Uhud, ketika wajah Rosulullah terkena dua rantai besi hingga
berdarah, dengan cepat Abu Ubaidillah berusaha mencabutnya dari wajah
Rosulullah, dia mencabut dengan gigi sehingga dua giginya patah. Pada masa
kholifah Abu Bakar al-Shiddiq, dia juga ikut dalam rombongan tentara melawan
para murtaddin (orang-orang yang keluar dari agama Islam). Abu Ubadillah juga
termasuk salah satu komandan tentara Islam yang diutus Abu Bakar dalam
penaklukan Islam. Selama ikut dalam peperangan, beliau berhasil mentaklukan
Damaskus, Hamsh, Antokia, Ladhakia, Hebron hingga seluruh Syam.
Abu Ubaidillah mendapat julukan Aminul Ummah (Orang yang dipercaya bagi
kaumnya) dan Amirul Umaro (pemimpin para pemimpin) dari Rosulullah Saw.
Julukan tersebut diberikan oleh Rosulullah Saw berkenaan dengan suatu peristiwa
dimana pada suatu hari delegasi Najran dari Yaman datang untuk menyatakan
keislaman mereka, dan meminta kepada Nabi SAW agar mengutus bersama mereka
orang yang mengajarkan kepada mereka al-Quran, Sunnah dan Islam, maka Nabi
SAW mengatakan kepada mereka, Aku benar-benar akan mengutus bersama kalian
seorang pria yang sangat dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat
dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat
dipercaya. Semua sahabat berharap bahwa dialah yang bakal dipilih oleh
Rasulullah SAW termasuk Umar bin Khattab. Ternyata persaksian ini menjadi
keberuntungannya. Setelah Rosulullah Saw melaksanakan sholat dzuhur bersama

para sahabat, beliau menengok ke kanan dan ke kiri hingga pandangannya tertuju
pada Abu Ubaidillah dan beliau meminta Abu Ubaidillah untuk pergi bersama
mereka. Pada watku beliau Abu Ubaidillah berdiri, Rasulullah bersabda; Inilah
orang kepercayaan umat Islam.
Setelah Rosulullah Saw wafat, para sahabat berkumpul pada hari Saqifah untuk
memilih seorang kholifah. Pada saat itu Abu Bakar berkata: Saya rela salah satu
dari dua orang ini; Umar bin Khottob dan Abu Ubaidah untuk memimpin Islam.
Kemudian Umar bin Al-Khattab ra mengatakan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah,
Hulurkan tanganmu! Agar saya baiat kamu, karena saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Sungguh dalam setiap kaum terdapat orang yang jujur. Orang yang
jujur di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah. Kemudian Abu Ubaidah menjawab,
Saya tidak mungkin berani mendahului orang yang dipercayai oleh Rasulullah SAW
menjadi imam kita di waktu shalat (Saidina Abu Bakar as-Shiddiq ra), oleh sebab
itu kita sayogyanya membuatnya jadi imam sepeninggalan Rasulullah SAW.
Akhirnya keputusan itu di terima oleh semua pihak dan akhirnya Abu Bakar di baiat
menjadi khalifah.
Kepribadian dan keluhuran budi pekerti Abu Ubaidillah memang sudah tidak bisa
diragukan lagi. Rosulullah Saw pernah bersabda: Sesungguhnya setiap umat
memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu
Ubaidillah bin Al-Jarrah. Ketika Umar bin Khattab sang khalifah hendak
menghembuskan nafas terakhirnya, dia juga berkata: Seandainya Abu Ubaidillah
bin Al-Jarrah masih hidup, niscaya aku menunjuknya sebagai penggantiku. Jika
Rabbku bertanya kepadaku tentang dia, maka aku jawab, Aku telah menunjuk
kepercayaan Allah dan kepercayaan RasulNya sebagai penggantiku. Abdullah bin
Masud, salah satu sahabat Rosulullah Saw juga sangat bangga dengannya. Dia
berkata: Paman-pamanku yang paling setia sebagai sahabat Rasulullah saw. Cuma
tiga orang. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah,.
Abu Ubaidillah juga dikenal dengan kezuhudannya.Dalam satu kisah disebutkan
ketika Abu Ubaidillah menjabat sebagai seorang gubernur Syam. Umar bin Khattab
sang khalifah pada saat itu hendak berkunjung ke rumahnya. Hai Abu Ubaidah,
bolehkah aku datang ke rumahmu? tanya Umar. Jawab Abu Ubaidah, Untuk
apakah kau datang ke rumahku? Sesungguhnya aku takut kau tak kuasa menahan
air matamu begitu mengetahui keadaanku nanti. Namun Umar memaksa dan
akhirnya Abu Ubaidahpun mengizinkan Umar berkunjung ke rumahnya. Ketika Umar
bin Khattab sampai di rumah Abu Ubaidillah, dia sangat terkejut. Ia mendapati
rumah Sang Gubernur Syam kosong melompong. Tidak ada perabotan sama sekali.
Melihat
hal
tersebut,
kemudian
Umar bertanya, Hai Abu Ubaidah, di manakah penghidupanmu? Mengapa aku tidak
melihat apa-apa selain sepotong kain lusuh dan sebuah piring besar itu, padahal
kau seorang gubernur?, Adakah kau memiliki makanan? tanya Umar lagi. Abu
Ubaidah kemudian berdiri dari duduknya menuju ke sebuah ranjang dan memungut
arang yang didalamnya. Umar pun meneteskan air mata melihat kondisi
gubernurnya seperti itu. Abu Ubaidah pun berujar, Wahai Amirul Mukminin,
bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kau ke sini hanya untuk menangis. Umar
berkata, Ya Abu Ubaidah, banyak sekali di antara kita orang-orang yang tertipu
oleh godaan dunia.
Suatu ketika Umar mengirimi uang kepada Abu Ubaidah sejumlah empat ribu dinar.
Orang yang diutus Umar melaporkan kepada Umar, Abu Ubaidah membagi-bagi
uang kirimanmu. Kemudian Umar berkata, Alhamdulillah, puji syukur kepada-

Nya yang telah menjadikan seseorang dalam Islam yang memiliki sifat seperti dia.
Begitulah Abu Ubaidah. Hidup baginya adalah pilihan. Ia memilih zuhud dengan
kekuasaan dan harta yang ada di dalam genggamannya. Baginya jabatan bukan aji
mumpung buat memperkaya diri. Tapi, kesempatan untuk beramal lebih intensif
guna meraih surga.
Ketika di negeri Syam sedang terjangkit wabah penyakit, Umar bin Khattab
mengirim surat untuk memanggil Abu Ubaidah. Namun Abu Ubaidah menyatakan
keberatannya sesuai dengan isi surat yang dikirimkannya kepada khalifah yang
berbunyi, Hai Amirul Mukminin! Sebenarnya saya tahu, kalau kamu memerlukan
saya, akan tetapi seperti kamu ketahui saya sedang berada di tengah-tengah
tentera Muslimin. Saya tidak ingin menyelamatkan diri sendiri dari musibah yang
menimpa mereka dan saya tidak ingin berpisah dari mereka sampai Allah sendiri
menetapkan keputusannya terhadap saya dan mereka. Oleh sebab itu, sesampainya
surat saya ini, tolonglah saya dibebaskan dari rencana baginda dan izinkanlah saya
tinggal di sini.
Setelah Umar ra membaca surat itu, beliau menangis, sehingga para hadirin
bertanya, Apakah Abu Ubaidah sudah meninggal? Umar menjawabnya, Belum,
akan tetapi kematiannya sudah di ambang pintu.
Akhirnya Abu Ubaidah meninggal karena wabah penyakit tersebut. Menjelang
kematian Abu Ubaidah ra, beliau memesankan kepada tenteranya, Saya pesankan
kepada kalian sebuah pesan. Jika kalian terima, kalian akan baik, Dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat, puasalah di bulan Ramadhan, berdermalah, tunaikanlah
ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah kalian, sampaikanlah nasihat
kepada pimpinan kalian, jangan suka menipunya, janganlah kalian terpesona
dengan keduniaan, karena betapa pun seorang melakukan seribu upaya, beliau
pasti akan menemukan kematiannya seperti saya ini. Sungguh Allah telah
menetapkan kematian untuk setiap pribadi manusia, oleh sebab itu semua mereka
pasti akan mati. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling taat kepada
Allah dan paling banyak bekalnya untuk akhirat. Kemudian beliau melihat kepada
Muaz bin Jabal ra dan mengatakan, Ya Muaz! Imamilah shalat mereka. Setelah
itu, Abu Ubaidah ra pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sepeninggalan Abu Ubaidah, Muaz bin Jabal ra berpidato di hadapan kaum Muslimin
yang berbunyi, Hai sekalian kaum Muslimin! Kalian sudah dikejutkan dengan
berita kematian seorang pahlawan, yang demi Allah saya tidak menemukan ada
orang yang lebih baik hatinya, lebih jauh pandangannya, lebih suka terhadap hari
kemudian dan sangat senang memberi nasihat kepada semua orang dari beliau.
Oleh sebab itu kasihanilah beliau, semoga kamu akan dikasihani Allah.
Pada saat Umar bin Khaththab RA mendengar kematian Abu Ubaidah, dia
memejamkan kedua matanya dalam keadaan penuh dengan air mata. Air mata pun
mengalir, lalu dia membuka kedua matanya dalam kepasrahan. Ia memo-honkan
rahmat Allah untuk sahabatnya dalam keadaan air mata mengalir dari kedua
matanya, air mata orang-orang shalih. Air mata mengalir karena kematian orangorang yang shalih. Umar bin Khaththab RA berkata, Seandainya aku boleh
berangan-angan, maka aku hanya mengangankan sebuah rumah yang dipenuhi
orang-orang semisal Abu Ubaidah.
Begitulah sosok seorang zuhud dan bijak Abu Ubaidah. Dia dapat menjadi contoh
teladan bagi para pemimpin bahwa menjadi pemimpin bukanlah jalan untuk

memperkaya diri sendiri, tetapi seorang pemimpin hanyalah seorang pelayan dari
masyarakat yang seharusnya bersikap wajar dan tidak berlebih-lebihan

Anda mungkin juga menyukai