Maka, ketika Rasulullah menyatakan bahwa ada di antara para sahabatnya yang dijamin
masuk surga, tentu saja menimbulkan ghirah bagi kita semua.
Siapa saja mereka, berikut adalah sahabat-sahabat tersebut:
1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah saw. Selain itu Abu bakar juga
merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat
dalam sejarah, bahkan juga dalam al- Quran (Surah At-Taubah ayat
ke-40) sebagaimana berikut : Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan
Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:
Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan
ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat
Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat
dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, beliau
merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia
bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi
Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum
Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat.
Di zaman kekhalifahannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat,
kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukinya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau
meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar
dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak dalam masjid Nabawi di
Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Laporkan iklan ?
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannya lah seluruh tulisan-tulisan
wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun
menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab
(suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada
yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan
yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam
peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai
Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64
tahun dan dikuburkan di Kufah, Iraq sekarang.
5. Talhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain
Perang Badar. Di dalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah saw
sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Talhah Bin
Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64
tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Laporkan iklan ?
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke
Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan
dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Saad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan
musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud.
Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi.
8. Said Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau
bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan
musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi.
9. Abdurrahman Bin Auf
Laporkan iklan ?
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan
bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun
(ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi.
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Mathuun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua
dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Meninggal pada tahun 18 H di
Urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih
sering diziarahi oleh kaum Muslimin. []
diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia
sampai ke Syria.
KISAH KETELADANAN ABU BAKAR AS-SHIDIQ RA
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada
Abdullah bin Amru Radiallahu anhu tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling
menyakitkan Rasulullah, maka dia berkata, "Aku pernah melihat Utbah bin Abi
Mu'ith mendatangi Nabi Shallahu 'Alaihi wa Salamyang sedang shalat, maka tibatiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeraskerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan
tersebut sambil berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia
menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepadamu dengan
membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).
Abu Said Al-Khudri berkata Suatu ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam
berkhutbah di hadapan manusia dan bersabda, Sesungguhnya Allah telah menyuruh
seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apaapa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada
di sisi Allah. Abu Said Al-Khudri berkata Maka Abu Bakar menangis, kami heran
kenapa beliau menangis padahal Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam hanyalah
menceritakan seseorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui
bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam
sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami.
Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, Sesungguhnya orang yang
sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan
hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku perbolehkan mengangkat menjadi
kekasihku selain Rabku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah
persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka janganlah ditinggalkan pintu
kecil di masjid selain pintu Abu Bakar.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, "Penduduk Kufah bertanya
kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang
kakek, maka dia berkata, "Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw.
pernah menyebutkan perihal dirinya, "Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil
(kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya." Abu Bakar mengatakan,
"Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada)."
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu anhu berkata," Aku mendengar
Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, "Barangsiapa menginfakkan sesuatu
dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga,
"Wahai Harnba Allah inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka
akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka
berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka
bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka
berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu
Bakar berkata, 'Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan
apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah Shallahu
'Alaihi wa Salam?' Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam. menjawab, ' Ya, dan aku
berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka'."
Sumber: Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir
saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan
tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Quran tersebut dan
kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Kehidupan di Madinah
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun
622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia
adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Kematian Muhammad SAW
Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8
Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.
Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau
menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan
sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu
Muhammad, M Husain Haikal)
Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas
bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas
mengatakan.
Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati.
Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati.
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Quran :
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang
yang bersyukur. (surat Ali Imran ayat 144)
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan
kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam
yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal
Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta
Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun
kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia
juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun
638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan
Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Kematian
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan
memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah
Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu
merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23
H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka
cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak
ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang
manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu
selain ALLAH SWT.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab
apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau
tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Said dan Abdul Muluk. Dan 8
anak perempuan.
Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan
bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Dengan adanya perluasan wilayah,
maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan
mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara
penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan
berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun
mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya
peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al
Quran
juga
perluasan
Mesjid
Haram
dan
Mesjid
Nabawi.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau
memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan
menghafalkan Al Quran menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring
bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama
Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi .Akhirnya sahabat Huzaifah bin
Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun
lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf
yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Quran. Perluasan Mesjid
Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya
umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba AlYamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba ini gemar
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah
kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35
H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang
yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap
kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam
Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang
menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah.
Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting,
Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak
dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan
bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin
Saba, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga
membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas
masjid Nabi di Madinah
Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi
pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su'da binti Auf. Pada suatu hari istrinya
melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan
suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah
mejawab, " Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga
memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?" Maka istrinya berkata, "Uang yang
ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir-miskin." Maka dibagibagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan Thalhah tanpa meninggalkan
sepeserpun. Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah, katanya, "Aku berkawan
dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat
tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia
mendermakan uang, sandang dan pangannya." Jaabir bin Abdullah bertutur, " Aku
tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa
diminta." Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki "Thalhah si dermawan",
"Thalhah si pengalir harta", "Thalhah kebaikan dan kebajikan".
Wafatnya Thalhah
Sewaktu terjadi perang Jamal, Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali Ra dan
Ali Ra memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah
mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama
kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia wafat. Thalhah wafat pada usia
enam puluh tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra.
Rasulullah saw. pernah berkata kepada para sahabat Ra, "Orang ini termasuk yang
gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi maka
lihatlah Thalhah ra. Hal itu juga dikatakan Allah SWT dalam firmanNya : "Di antara
orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka
ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya."
(Al-Ahzaab: 23)
saw pernah berkata tentangnya,Setiap Nabi punya pendamping dan penolong, dan
pendamping saya adalah Zubair. (Muttafaqun alaih). Beliau juga sangat bangga
dengan ucapan Rasulullah saw saat terjadi perang Uhud dan perang Bani
Quraidzah,lemparkanlah panahmu yang taruhannya adalah bapakku dan ibuku.
Sayyidah Aisyah pernah berkata kepada Urwah bin Az-Zubar,sesungguhnya kedua
orang tuamu merupakan orang yang mengikuti seruan Allah dan Rasul-Nya setelah
tertimpa kepada keduanya luka," (maksudnya adalah Abu Bakar dan Az-Zubair).
(Ibnu Majah).
Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad saw
telah meninggal, maka dia keluar menuju jalan-jalan di Mekkah sambil
menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia, lalu pergi mencari
kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang
telah membunuh Rasulullah saw, akhirnya beliau bertemu dengan Rasulullah saw di
utara Mekah, maka saat itu Rasulullah saw berkata kepadanya,ada apakah engkau
gerangan ? dia berkata,Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh,
Nabi berkata kepadanya,Lalu apa yang akan engkau lakukan? dia berkata,Saya
akan membunuh orang yang telah membunuhmu. Setelah mendengar hal tersebut
beliaupun bergembira dan mendoakannya dengan kebaikan dan pedanganya
dengan kemenangan. (Abu Nuaim), beliau juga merupakan orang yang pertama
menghunuskan pedangnya di jalan Allah.
Saat Zubair bin Awwam keluar dalam perang Al-Jamal, seseorang dari kaum Tamim
bernama Amru bin Jarmuz mengikuti beliau dan membunuhnya dari belakang di
suatu tempat yang bernama lembah Siba. Lalu pergi ke Imam Ali bin Abu Thalib
dengan menduga bahwa dia telah membawa kabar gembira, setelah mengetahui
hal tersebut Imam Ali bin Abu Thalib berteriak dan berkata kepada
pembantunya,Berikan kabar kepada pembunuh putra Sofiyyah dengan neraka,
sungguh Rasulullah saw pernah bersabda kepada saya bahwa pembunuh Zubair
adalah penghuni neraka. (Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan At-Thobroni). Zubair
bin Awwam wafat pada hari Kamis bulan Jumadil Awwal tahun 36 Hijriyyah,
sedangkan umurnya saat itu 66/67 tahun.
Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun sesudah tahun gajah. Ia masuk islam sesudah Abu Bakar
dan termasuk dalam delapan orang yang pertama kali masuk islam. Nama lengkapnya
Abdurrahman bin Auf bin Harits bin Zuhrah. Beliau mengikuti seluruh peperangan bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam termasuk perang Badar. Beliau meninggal di Madinah
dan dimakamkan di Baqi`.
Abdurrahman bin Auf terkenal sebagai pedagang yang ulung. Setiap perniagaan yang ia
lakukan, senantiasa menghasilkan keuntungan yang besar. Namun ia juga dikenal dengan
sifat kedermawanannya. Ketika Rasulullah SAW membutuhkan banyak dana untuk
menghadapi tentara Rum dalam perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu
pelopor dalam menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal
itu, Umar bin Khathab berbisik kepada Rasulullah:Agaknya Abdurrahman berdosa, dia tidak
meninggalkan
uang
belanja
sedikit
pun
untuk
keluarganya.
Maka, Rasulullah SAW bertanya kepada Abdurrahman:Adakah engkau tinggalkan uang
belanja untuk keluargamu? Abdurrahman menjawab:Ada, ya Rasulullah. Mereka saya
tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan. Berapa? Tanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Abdurrahman radhiyallahu 'anhu menjawab:
Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah. Subhanallah.
Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala terus mengalir bagaikan aliran
sungai yang deras. Abdurrahman bin Auf shallallahu 'alaihi wasallam kini telah menjadi
orang
terkaya
di
Madinah.
Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta
yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di
Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, Aisyah RA bertanya kepada
seseorang:Suara
apakah
itu?
Orang itu menjawab:Iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman. Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata:Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada Abdurrahman di dunia dan
akhirat. Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa
Abdurrahman
bin
Auf
masuk
surga
dengan
merangkak.
Orang itu langsung menemui Abdurrahman bin Auf dan menceritakan apa yang
didengarnya dari Aisyah RA. Mendengar hal itu, ia pun bergegas menemui Aisyah
RA:Wahai Ummul Mukminin, apakah ibunda mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah
SAW? Ya, jawab Aisyah RA.Seandainya aku sanggup, aku ingin memasuki surga dengan
berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya
kuserahkan
untuk
jihad
fi
sabilillah.
Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya
makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda
perang,dan 1.500 ekor unta ia sumbangan untuk peruangan menegakkan panji-panji Islam di
muka bumi. Mendengar hal itu, Aisyah radhiyallahu 'anhu mendoakan:Semoga Allah
memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga).
Menjelang akhir hayatnya, Abdurrahman radhiyallahu 'anhu pernah disuguhi makanan oleh
seseorang padahal ia sedang berpuasa. Sambil melihat makanan itu, ia berkata:Mushab
bin Umair RA syahid di medan perang. Dia lebih baik daripada aku. Waktu dikafan, jika
kepalanya ditutup, maka kakinya terbuka. Dan jika kakinya ditutup, kepalanya terbuka.
Kemudian Allah melapangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sungguh, saya amat takut
kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah di dunia ini. Setelah itu, ia menangis
tersedu-sedu.
Abdurrahman bin Auf RA wafat dengan membawa amalnya yang banyak. Saat
pemakamannya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib RA berkata:Anda telah mendapat
rahmat (kasih sayang) Allah, dan anda telah berhasil menundukan kepalsuan dunia. Semoga
Allah senantiasa merahmati anda. Amin.
mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. Kafani aku
dengan jubah ini karena aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,ujarnya.
Memimpin Perang melawan Kekaisaran Persia
Penolakan kaisar Persia membuat air mata Sa'ad bercucuran. Berat baginya
melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan
non Muslim.
Kepahlawanan Sa'ad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin
pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini
merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka
terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta
dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta
dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para
sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim,
pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang dibawah panglima perang
kenamaan mereka, Rustum.
Sebelum memulai peperangan, atas instruksi Umar bin Khattab yang menjadi
khalifah saat itu, Sa'ad mengirim surat kepada kaisar Persia, Yazdagird dan Rustum,
yang isinya undangan untuk masuk Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat
adalah An-Numan bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi
bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Sa'ad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy
bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi. Namun
ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa Allah SWT menjanjikan
kemewahan lebih baik yaitu surga.
Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk
Islam. Melihat hal tersebut, air mata Sa'ad bercucuran karena ia terpaksa harus
berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan non Muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat menanggung
kepedihan jika perang harus terjadi. Sa'ad tahu pasti, bahwa peperangan ini akan
menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan
mengorbankan banyak nyawa.
Ketika tengah berpikir, Sa'ad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang. Karena
itu, meskipun terbaring sakit, Sa'ad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di
depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran Surah Al-Anbiya' ayat 105 tentang
bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab
Zabur.
Setelah itu, Sa'ad berganti pakaian kemudian menunaikan salat Dzuhur bersama
pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Sa'ad bersama pasukan Muslim
memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan
menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Persia. Peperangan
Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia.
Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.
Sa'ad dipanggil oleh Allah pada tahun 54 H di pangkuan anaknya. Dan dikafankan
dengan kain yang pernah dipakainya saat Perang Badar
marilah kita pelajari suatu agama yang dapat kita pegang jika Saudara-Saudara
ingin beruntung.
Keempat orang itu akhirnya pergi menemui pendeta-pendeta Yahudi, Nasrani, dan
pemimpin-pemimpin agama lain untuk menyelidiki dan mempelajari agama Ibrahim
yang murni. Waraqah bin Naufal akhirnya meyakini agama Nasrani sebagai agama
yang dipegannya. Sementara Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Harits tidak
menemukan apa-apa. Adapun Zaid bin Amr bin Nufail mengalami kisah tersendiri
ketika sedang dalam pencarian agama tersebut. Zaid mempelajari agama Yahudi
dan Nasrani. Tetapi, keduanya ditinggalkannya karena dia tidak memperoleh
sesuatu yang dapat menenteramkan hati dan menjawab kegelisahankegelisahannya. Kemudian Zaidpun berkelana ke berbagai pelosok mencari agama
Ibrahim. Ketika dia sampai ke negeri Syam, dia diberitahu tentang seorang Rahib
yang mengerti ilmu kitab. Kemudian dia mendatangi sang Rahib untuk
menceritakan kepadanya tentang kegelisahannya tentang agama nenek moyangnya
serta pengalamannya dalam mempelajari agama Yahudi dan Nasrani.
Mendengar cerita dari Zaid, kemudian sang Rahib tersebut berkata: Saya tahu
engkau sedang mencari agama Ibrahim, hai putra Mekah?, Zaid pun menjawab:
Betul, itulah yang saya inginkan. Kemudia sang Rahib berkata: Anda mencari
agama yang dewasa ini sudah tak mungkin lagi ditemukan. Tetapi, pulanglah Anda
ke negeri Anda. Allah akan membangkitkan seorang nabi di tengah-tengah bangsa
Anda untuk menyempurnakan agama Ibrahim. Bila Anda bertemu dengan dia,
tetaplah Anda bersamanya.
Mendengar keterangan dari rahib tersebut, akhirnya Zaid berhenti berkelana dan
dia memutuskan untuk kembali ke Mekah menunggu nabi yang dijanjikan. Ketika
Zaid sedang dalam perjalanan pulang. Allah mengutus Muhammad menjadi nabi
dan rasul dengan agama yang hak. Tetapi, Zaid belum sempat bertemu dengan
beliau, dia dihadang perampok-perampok Badui di tengah jalan dan terbunuh
sebelum ia kembali ke Mekah. Waktu dia akan menghembuskan napasnya yang
terakhir, Zaid menengadah ke langit dan berkata, Wahai Allah, jika Engkau
mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku Said diharamkan
pula daripadanya.
Doa Zaid inipun dikabulkan oleh Allah. Putra kesayangannya Said akhirnya menjadi
seorang muslim bahkan menjadi pelopor dari keislaman orang-orang Quraisy
lainnya. Sebagai seseorang yang dididik dari keluarga yang tidak mempercayai
tradisi agama nenek moyangnya, tentu membuat Said begitu mudah untuk menjadi
muslim begitu dia mendengar Nabi Saw menyerukan dakwah kepada agama
kebenaran. Karenanya Said termasuk golongan orang yang pertama-tama masuk
Islam. Dia mempercayai ajaran baru yang di bawa oleh seorang utusan Allah
Muhammad Saw di saat banyak orang masih meragukannya. Masuknya Said
kedalam Islam tidak lepas dari berbagai siksaan dari orang-orang kafir yang tidak
rela kehilangan pengikut agama nenek moyangnya. Dia menyatakan dirinya sebagai
seorang muslim bersama istrinya Fatimah binti Khattab, adik perempuan Umar bin
Khattab, seorang pemuka Qurasiy yang pada saat itu sangat membenci ajaran baru
yang dibawa oleh Muhammad. Said menjadi seorang muslim dalam usia 20 tahun.
Dia tetap teguh dalam keimanannya ketika mengalami berbagai siksaan. Bahkan
keteguhan Said bersama istrinya dalam meyakini ajaran agamanya telah
meluluhkan hati Umar bin Khattab seorang yang mempunyai hati yang keras dan
pada saat itu menjadi salah satu penghalang yang berat bagi dakwah Rosulullah
Saw.
Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin al-Jarah bin Hilal al-Fahry al-Qursy,
biasanya dipanggil dengan sebutan Abu Ubaidillah. Dia adalah salah satu sahabat
Rosulullah Saw yang berasal dari kaum Quraisy. Lahir di Makkah dari sebuah
keluarga yang terhormat. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi,
kurus, dan tidak terlalu berisi. Jenggotnya tidak tebal. Orangnya pemurah dan
sederhana. berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Dia juga
termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan. Meski seorang yang pemalu dia
disenangi oleh semua orang yang melihatnya, sehingga siapapun yang mengikutinya
akan merasa tenang.
Masuknya Abu Ubaidillah ke dalam ajaran Islam adalah berkat peran dari Abu Bakar
Al-Shiddiq. Karena dia telah berteman dan mengenal sejak lama Abu Bakar,
sehingga tidak sulit bagi Abu Ubaidillah untuk menerima ajakan Abu Bakar untuk
mempercayai ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad Saw. Sebagaimana sahabat
yang lain, keislaman Abu Ubaidillah juga tidak lepas dari tantangan dan siksaan
dari orang-orang kafir Quraisy. Meski dia berasal dari keluarga yang cukup
terhormat di mata kaum Quraisy. Ayahnya sendiri sangat menentang keputusannya
untuk meninggalkan ajaran nenek moyangnya. Dia terus menerus dibujuk oleh
ayahnya untuk kembali kepada ajarannya semula, hingga ayah Abu Ubaidillah
mempersempit ruang geraknya. Tetapi semua cobaan dapat dilalui dengan sabar
dan tawakkal kepada Allah SWT.
Pada saat Rosulullah Saw menyuruh kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah
dalam rangka menghindari berbagai tantangan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy
yang semakin berat, Abu Ubadillahpun turut serta dalam rombongan para sahabat
untuk berhijrah. Abu Ubaidillah juga salah satu sahabat yang sangat aktif dalam
mengikuti berbagai peperangan pada masa Rosulullah Saw, mulai perang badar,
Uhud dan lain sebagainya. Dalam perang Badar dia berperang melawan ayahnya
sendiri yang menjadi salah satu tentara dari pasukan kaum kafir. Sedangkan pada
saat terjadi perang Uhud, ketika wajah Rosulullah terkena dua rantai besi hingga
berdarah, dengan cepat Abu Ubaidillah berusaha mencabutnya dari wajah
Rosulullah, dia mencabut dengan gigi sehingga dua giginya patah. Pada masa
kholifah Abu Bakar al-Shiddiq, dia juga ikut dalam rombongan tentara melawan
para murtaddin (orang-orang yang keluar dari agama Islam). Abu Ubadillah juga
termasuk salah satu komandan tentara Islam yang diutus Abu Bakar dalam
penaklukan Islam. Selama ikut dalam peperangan, beliau berhasil mentaklukan
Damaskus, Hamsh, Antokia, Ladhakia, Hebron hingga seluruh Syam.
Abu Ubaidillah mendapat julukan Aminul Ummah (Orang yang dipercaya bagi
kaumnya) dan Amirul Umaro (pemimpin para pemimpin) dari Rosulullah Saw.
Julukan tersebut diberikan oleh Rosulullah Saw berkenaan dengan suatu peristiwa
dimana pada suatu hari delegasi Najran dari Yaman datang untuk menyatakan
keislaman mereka, dan meminta kepada Nabi SAW agar mengutus bersama mereka
orang yang mengajarkan kepada mereka al-Quran, Sunnah dan Islam, maka Nabi
SAW mengatakan kepada mereka, Aku benar-benar akan mengutus bersama kalian
seorang pria yang sangat dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat
dipercaya, benar-benar orang yang dapat dipercaya, benar-benar orang yang dapat
dipercaya. Semua sahabat berharap bahwa dialah yang bakal dipilih oleh
Rasulullah SAW termasuk Umar bin Khattab. Ternyata persaksian ini menjadi
keberuntungannya. Setelah Rosulullah Saw melaksanakan sholat dzuhur bersama
para sahabat, beliau menengok ke kanan dan ke kiri hingga pandangannya tertuju
pada Abu Ubaidillah dan beliau meminta Abu Ubaidillah untuk pergi bersama
mereka. Pada watku beliau Abu Ubaidillah berdiri, Rasulullah bersabda; Inilah
orang kepercayaan umat Islam.
Setelah Rosulullah Saw wafat, para sahabat berkumpul pada hari Saqifah untuk
memilih seorang kholifah. Pada saat itu Abu Bakar berkata: Saya rela salah satu
dari dua orang ini; Umar bin Khottob dan Abu Ubaidah untuk memimpin Islam.
Kemudian Umar bin Al-Khattab ra mengatakan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah,
Hulurkan tanganmu! Agar saya baiat kamu, karena saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Sungguh dalam setiap kaum terdapat orang yang jujur. Orang yang
jujur di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah. Kemudian Abu Ubaidah menjawab,
Saya tidak mungkin berani mendahului orang yang dipercayai oleh Rasulullah SAW
menjadi imam kita di waktu shalat (Saidina Abu Bakar as-Shiddiq ra), oleh sebab
itu kita sayogyanya membuatnya jadi imam sepeninggalan Rasulullah SAW.
Akhirnya keputusan itu di terima oleh semua pihak dan akhirnya Abu Bakar di baiat
menjadi khalifah.
Kepribadian dan keluhuran budi pekerti Abu Ubaidillah memang sudah tidak bisa
diragukan lagi. Rosulullah Saw pernah bersabda: Sesungguhnya setiap umat
memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu
Ubaidillah bin Al-Jarrah. Ketika Umar bin Khattab sang khalifah hendak
menghembuskan nafas terakhirnya, dia juga berkata: Seandainya Abu Ubaidillah
bin Al-Jarrah masih hidup, niscaya aku menunjuknya sebagai penggantiku. Jika
Rabbku bertanya kepadaku tentang dia, maka aku jawab, Aku telah menunjuk
kepercayaan Allah dan kepercayaan RasulNya sebagai penggantiku. Abdullah bin
Masud, salah satu sahabat Rosulullah Saw juga sangat bangga dengannya. Dia
berkata: Paman-pamanku yang paling setia sebagai sahabat Rasulullah saw. Cuma
tiga orang. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah,.
Abu Ubaidillah juga dikenal dengan kezuhudannya.Dalam satu kisah disebutkan
ketika Abu Ubaidillah menjabat sebagai seorang gubernur Syam. Umar bin Khattab
sang khalifah pada saat itu hendak berkunjung ke rumahnya. Hai Abu Ubaidah,
bolehkah aku datang ke rumahmu? tanya Umar. Jawab Abu Ubaidah, Untuk
apakah kau datang ke rumahku? Sesungguhnya aku takut kau tak kuasa menahan
air matamu begitu mengetahui keadaanku nanti. Namun Umar memaksa dan
akhirnya Abu Ubaidahpun mengizinkan Umar berkunjung ke rumahnya. Ketika Umar
bin Khattab sampai di rumah Abu Ubaidillah, dia sangat terkejut. Ia mendapati
rumah Sang Gubernur Syam kosong melompong. Tidak ada perabotan sama sekali.
Melihat
hal
tersebut,
kemudian
Umar bertanya, Hai Abu Ubaidah, di manakah penghidupanmu? Mengapa aku tidak
melihat apa-apa selain sepotong kain lusuh dan sebuah piring besar itu, padahal
kau seorang gubernur?, Adakah kau memiliki makanan? tanya Umar lagi. Abu
Ubaidah kemudian berdiri dari duduknya menuju ke sebuah ranjang dan memungut
arang yang didalamnya. Umar pun meneteskan air mata melihat kondisi
gubernurnya seperti itu. Abu Ubaidah pun berujar, Wahai Amirul Mukminin,
bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kau ke sini hanya untuk menangis. Umar
berkata, Ya Abu Ubaidah, banyak sekali di antara kita orang-orang yang tertipu
oleh godaan dunia.
Suatu ketika Umar mengirimi uang kepada Abu Ubaidah sejumlah empat ribu dinar.
Orang yang diutus Umar melaporkan kepada Umar, Abu Ubaidah membagi-bagi
uang kirimanmu. Kemudian Umar berkata, Alhamdulillah, puji syukur kepada-
Nya yang telah menjadikan seseorang dalam Islam yang memiliki sifat seperti dia.
Begitulah Abu Ubaidah. Hidup baginya adalah pilihan. Ia memilih zuhud dengan
kekuasaan dan harta yang ada di dalam genggamannya. Baginya jabatan bukan aji
mumpung buat memperkaya diri. Tapi, kesempatan untuk beramal lebih intensif
guna meraih surga.
Ketika di negeri Syam sedang terjangkit wabah penyakit, Umar bin Khattab
mengirim surat untuk memanggil Abu Ubaidah. Namun Abu Ubaidah menyatakan
keberatannya sesuai dengan isi surat yang dikirimkannya kepada khalifah yang
berbunyi, Hai Amirul Mukminin! Sebenarnya saya tahu, kalau kamu memerlukan
saya, akan tetapi seperti kamu ketahui saya sedang berada di tengah-tengah
tentera Muslimin. Saya tidak ingin menyelamatkan diri sendiri dari musibah yang
menimpa mereka dan saya tidak ingin berpisah dari mereka sampai Allah sendiri
menetapkan keputusannya terhadap saya dan mereka. Oleh sebab itu, sesampainya
surat saya ini, tolonglah saya dibebaskan dari rencana baginda dan izinkanlah saya
tinggal di sini.
Setelah Umar ra membaca surat itu, beliau menangis, sehingga para hadirin
bertanya, Apakah Abu Ubaidah sudah meninggal? Umar menjawabnya, Belum,
akan tetapi kematiannya sudah di ambang pintu.
Akhirnya Abu Ubaidah meninggal karena wabah penyakit tersebut. Menjelang
kematian Abu Ubaidah ra, beliau memesankan kepada tenteranya, Saya pesankan
kepada kalian sebuah pesan. Jika kalian terima, kalian akan baik, Dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat, puasalah di bulan Ramadhan, berdermalah, tunaikanlah
ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah kalian, sampaikanlah nasihat
kepada pimpinan kalian, jangan suka menipunya, janganlah kalian terpesona
dengan keduniaan, karena betapa pun seorang melakukan seribu upaya, beliau
pasti akan menemukan kematiannya seperti saya ini. Sungguh Allah telah
menetapkan kematian untuk setiap pribadi manusia, oleh sebab itu semua mereka
pasti akan mati. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling taat kepada
Allah dan paling banyak bekalnya untuk akhirat. Kemudian beliau melihat kepada
Muaz bin Jabal ra dan mengatakan, Ya Muaz! Imamilah shalat mereka. Setelah
itu, Abu Ubaidah ra pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sepeninggalan Abu Ubaidah, Muaz bin Jabal ra berpidato di hadapan kaum Muslimin
yang berbunyi, Hai sekalian kaum Muslimin! Kalian sudah dikejutkan dengan
berita kematian seorang pahlawan, yang demi Allah saya tidak menemukan ada
orang yang lebih baik hatinya, lebih jauh pandangannya, lebih suka terhadap hari
kemudian dan sangat senang memberi nasihat kepada semua orang dari beliau.
Oleh sebab itu kasihanilah beliau, semoga kamu akan dikasihani Allah.
Pada saat Umar bin Khaththab RA mendengar kematian Abu Ubaidah, dia
memejamkan kedua matanya dalam keadaan penuh dengan air mata. Air mata pun
mengalir, lalu dia membuka kedua matanya dalam kepasrahan. Ia memo-honkan
rahmat Allah untuk sahabatnya dalam keadaan air mata mengalir dari kedua
matanya, air mata orang-orang shalih. Air mata mengalir karena kematian orangorang yang shalih. Umar bin Khaththab RA berkata, Seandainya aku boleh
berangan-angan, maka aku hanya mengangankan sebuah rumah yang dipenuhi
orang-orang semisal Abu Ubaidah.
Begitulah sosok seorang zuhud dan bijak Abu Ubaidah. Dia dapat menjadi contoh
teladan bagi para pemimpin bahwa menjadi pemimpin bukanlah jalan untuk
memperkaya diri sendiri, tetapi seorang pemimpin hanyalah seorang pelayan dari
masyarakat yang seharusnya bersikap wajar dan tidak berlebih-lebihan