ENERGI TERHADAP
BANGUNAN ARSITEKTUR
NUSANTARA
SAINS & TEKNOLOGI ARSITEKTUR 1
pada prinsip
konservasi
energi (non-
renewable resources). Para pelopor arsitektur ini yakni Norman Fostern, Ingenhoven Overdiek &
partners.
B. ANALISA
Pada dasarnya seluruh bangunan arsitektur
nusantara merupakan bangunan-bangunan yang
memikirkan strategi penghematan energi dan juga
strategi dalam menangani iklim yang ada di
Indonesia. Jadi tidak terlalu sulit untuk memilih
objek yang ingin di analisa. Dalam hal ini saya
memilih rumah adat yang ada di Kampung Naga,
Tasikmalaya.
tengah
alam
manusia
Tempat
melambangkan
semesta
sebagai
tinggal
dengan
pusatnya.
manusia
ditengah, dengan tiang sebagai penopang yang tak boleh menyentuh tanah, sehingga diletakkan
diatas tatapakan/ umpak batu.
Jenis konstruksi dan atap yang digunakan sangat genial dalam memecahkan iklim
setempat. Struktur tiang dan umpak membuat bangunan adaptif terhadap gempa dan kontur
3
tanah. Umpak juga mencegah tiang kayu lapuk terkena kelembaban tanah dan serangan serangga
tanah.
Ventilasi diatur agar rumah tetap kering dan
sejuk, mengimbangi kondisi iklim tropis. Bentuk atap
pelana rumah adat Kampung Naga disebut suhunan
panjang atau suhunan julang ngapak yang terbuat dari
ijuk. Selain kedap air, atap juga menjaga kehangatan
rumah saat malam, karena teritis antar rumah yang
nyaris bersentuhan itu membentuk lorong yang
mengurangi
masuknya
angin.
Berdasarkan
kepercayaan bahwa manusia tak boleh menentang kodrat alam, maka pada ujung timur dan barat
atap, sesuai arah edar matahari, diletakkan dekorasi cagak gunting atau capit hurang untuk
menghindari malapetaka.
Dinding rumah terbuat dari bambu yang dianyam (bilik). Jenis anyaman sasag paling
banyak digunakan karena kuat dan tahan lama. Anyaman bercelah tersebut terutama dipakai
untuk dinding dan pintu dapur, sesuai ketentuan adat. Untuk keperluan bahan baku bilik,
penduduk yang hamper seluruhnya pengrajin bambu, menanam bambu disekitar kampung dan
hutan.
Pembangunan rumah adat Kampung Naga menggunakan material yang berasal dari alam
dan diambil dengan cara dan waktu tertentu, dan juga masih menggunakan tradisi adat yang
dijaga dengan baik. Material alam dipilih untuk menghormati alam. Penggunaan material selain
material yang dianggap tabu dan menentang hokum alam.
Rumah Naga dibuat dengan bahan-bahan yang terbuat dari berbagai bahan alami lokal
seperti kayu, bambu, ijuk, dan datum tepus, yang kekuatan dan dan ketahanannya telah teruji
oleh alam. Sedikitnya polusi yang dihasilkan, ringannya beban bahan bangunan yang harus
ditopang, dan efisiennya biaya dalam jangka panjang adalah nilai tambah dari bahan-bahan yg
digunakan tersebut.
(dengan
menimba)
sehingga
tidak
C. KESIMPULAN
Jadi, strategi penghematan energi yang terdapat pada rumah adat yang ada di Kampung
Naga, Tasikmalaya ini diantaranya adalah :
1. Jenis konstruksi dan atap yang digunakan sangat genial dalam memecahkan iklim
setempat. Struktur tiang dan umpak membuat bangunan adaptif terhadap gempa dan
kontur tanah.
2. Bentuk atap pelana rumah adat Kampung Naga yang kedap air, atap juga menjaga
kehangatan rumah saat malam, karena teritis antar rumah yang nyaris bersentuhan itu
membentuk lorong yang mengurangi masuknya angin.
3. Ventilasi jendelanya dibuat tetap kering dan sejuk agar ruangan yang ada di dalamnya
juga ikut sejuk dan mengurangi penggunaan energi seperti kipas angin.
4. Penggunaan material-material yang alami seperti bambu, kayu, ijuk, dsb juga
merupakan strategi penghematan energi.
5. Memasak menggunakan tungku, mencuci dengan air dari sungai, dan pencahayaan
yang berasal dari lampu tempel merupakan salah satu upaya penghematan energi.