Klasifikasi dermatologic
lesions
Epidemiologi
60 % terjadi pada orang dewasa
Letak infeksinya di mata, genital
mukosa, dan oral
HSV 1: menyebabkan lesi orofacial /
diatas pinggang
HSV 2: herpes genital, terjadi di
bawah pinggang (jarang terjadi di
oral)
Mudah menyebar dan berbahaya
Infeksi Primer
Masa inkubasi : 2-20 hari, tergantung
letak infeksi dan strain dari virus
Lesi nya meliputi:
Primary gingivostomatitis paling umum,
letak : bibir dan mulut
Genital herpes akibat HSV-2
Herpetic whitlow infeksi pada jari,
biasanya pada dokter gigi atau suster yang
terkontaminasi oleh virus yang ada di saliva
pasien
Herpetic whitlow
Oral findings
Erythema & clusters (kelompok) dari vesicles
& ulcers muncul dari mucosa keratinized
pada palatum keras
Menempel di gusi dan belakang lidah
Dapat terjadi di pada mukosa non keratinized
(buccal, labial, depan lidah, palatum lunak)
Ukuran ulcers bertambah besar denan
adanya scalloped borders & marked
surrounding erythema
Gusi berwarna merah nyala, mulut sakit, sulit
makan
Primary herpetic
gingivostomatitis
Recurrent Infections
Biasanya dipacu oleh menstruasi
(hormon), stress, sinar matahari
(sinar UV), trauma local
HSV dapat ditemukan pada cairan
endoneurial (77% pada penderita
Bells Palsy)
Herpes yang
terjadi lagi
akibat dari
reaktivasi dari
virus latent
pada
trigeminal
ganglion
Diikuti munculnya
Papula
Vesicle
Ulcers
Crusting
Resolution of ulcers
PRIMARY INFECTION
RECURRENT
INFECTION
IMMUNOCOMPROMISE
D HOST
HSV - 1
Gingivostomatitis,
Keratoconjuctivitis,
Genital and skin
lesions
HSV - 2
Herpes labialis,
intraoral ulcers,
keratoconjuctivitis,
genital and skin
lesions
Genital and skin
lesions,
Gingivostomatitis,
Aseptic meningitis
Diagnosis
Swab of oral ulcers PCR
(polymerase chain reaction)
Membiakan lesi vesikel pada antigen
virus
Treatment
Pada primary HSV infection:
Acyclovir family of drugs (15mg/kg)
Pencegahan
Sulit dilakukan, asimtomatik
Menghindari kontak dengan lesi
herpes akut atau kontaminasi dari
cairan saliva
Pendahuluan
Varicella
Chickenpox
Infeksi primer
Herpes Zoster
Shingles
Reactivation of illness
Epidemiologi
Banyak pada orang dewasa, yang
sedang melakukan kemoterapi,
terapi obat imunosupresan kronik
Penularannya terjadi secara kontak
lansung dengan lesi kulit atau dari
saliva (udara)
Clinical Disease
Varicella
Sering terjadi pada anak-anak
Jinak dan self-limiting
Lebih parah jika mengenai orang
dewasa
Setelah inkubasi selama 2 mgg
demam ruam (papular) di kulit dan
membran mukosa, termasuk oral
mucosa vesicle gatal tapi tidak
sakit
Clinical Disease
Zoster
Reaktivasi dari virus pada dorsal root or
cranial nerve (terutama trigeminal)
Menginfeksi orang dewasa
Dipicu oleh trauma, obat-obatan,
penyakit neoplastik / imunosupresi
Clinical Findings
Prodrome : sakit, rasa terbakar ,
pulpitis, malaise, demam
Setelah 2-4 hari vesikel
berkembang pustula dan ulserasi
yang tertutup krusta
Lokasi lesi : unilateral
Oral Manifestasi
Warna lebih pucat daripada di kulit
Sering mengenai saraf cranial yang
dapat menyebabkan kebutaan
Sakit, rasa terbakar, lunak pada
palatum
Diagnosis
Dengan serologi
Treatment
Chickenpox self-limiting, pengobatan
simtomatik jika diperlukan.
Zoster obat antivirus (aciclovir,
cidarabine)
VZV kurang sensitif terhadap
aciclovir, dosisnya harus ditingkatkan
Pencegahan
Imunisasi varicella-zoster immune
globulin (VZIG)
Vaksin untuk cacar air (chickenpox)
EPSTEIN-BARR VIRUS
Infectious Mononucleosis
Organisme menetap di
saliva menular via kissing
kissing disease
Transmisi: respirasi & kontak
oral
Masa inkubasi: dewasa 47 minggu, anak-anak 1040 hari
Trias Symptoms low
grade fever,
lymphadenopathy,
pharyngitis
10% limfosit abnormal, inti
membesar, sitoplasma
Infectious Mononucleosis
Diagnosis
Immunofluorescence indirek
Hematologi
Antibodi heterofilik (monospot test atau PaulBunnell test)
Perawatan
Acetaminophen
Ibuprofen
Pada anak di bawah 16 tahun tidak boleh diberi
Aspirin karena akan menyebabkan Reyes Syndrome
Pemberian acyclovir secara sistemik tidak
dianjurkan karena tidak memberikan hasil yang
efektif.
Infectious Mononucleosis
Komplikasi
Common pembengkakan
tonsil
Pada 10% kasus
splenomegaly, palatal
petechaiae, dan hepatomegaly
Komplikasi serius yang dapat
terjadi yaitu spleen membesar
dan dapat pecah
Uncommon anemia
hemolitik, trombositopenia,
anemia aplastik, myocarditis,
hepatitis, Guillan-Barr
Syndrome, encephalitis,
meningitis.
Burkitts Lymphoma
Tumor ganas, metastase luas & cepat
Afrika endemik malaria pada
sistem reticuloendothelial respon
abnormal EBV onkogenik
Mumps
MUMPS
TRANSMISI MUMPS
Mumps sangat menular dan memiliki
penyebaran yang cepat di antara anggota yang
tinggal dalam jarak dekat.
Virus paling sering menyebar langsung dari satu
orang ke orang lain melalui respiratory droplets.
Masa inkubasi dari paparan virus dan timbulnya
gejala adalah sekitar 14-18 hari.
Viral shedding yang berumur pendek dan pasien
harus diisolasi dari individu yang rentan lainnya
selama lima hari pertama setelah terjadinya
pembengkakan pada kelenjar parotis.
Treatment Mumps
Terapi utama (terlepas dari rentang
usia) adalah untuk memberikan
kenyamanan bagi penyakit selflimited ini.
Melakukan analgesik (asetaminofen,
ibuprofen) dan menerapkan warm
atau cold packs pada kelenjar ludah
yang bengkak dan meradang, dapat
membantu.
HERPANGINA
Treatment Herpangina
Pengobatan
suportif,
seperti
pada
kebanyakan virus.
Kontrol demam dan kontrol nyeri dengan
antipiretik,
seperti
acetaminophen
(Tylenol) atau ibuprofen (Advil) umumnya
sebagai perawatan utama.
Aptly bernama "magic mouthwash" adalah
pengobatan alternatif yang digunakan
untuk mengontrol nyeri mulut terkait
dengan herpangina.
ACUTE LYMPHONODULAR
PHARINGITIS
Treatment
Merupakan suatu self-limiting disease
dan hanya diindikasikan perawatan
suportif.
Symtomatic treatment:
1. Analgesic
2. Anti inflamatory
3. Antitussives
4. Anti histaminics
HIV/AIDS
Etiologi
HIV
Strukturnya tersusun atas beberapa lapisan dimana
lapisan terluar (envelop) berupa glikoprotein gp 120
yang melekat pada glikoprotein gp41.
Selubung glikoprotein ini berafinitas tinggi terhadap
molekul CD4 pada permukaan T-helper lymphosit dan
monosit atau makrofag.
Lapisan kedua di bagian dalam terdiri dari protein
p17.
Inti HIV dibentuk oleh protein p24. Di dalam inti ini
terdapat dua rantai RNA dan enzim transkriptase
reverse (reverse trabscriptase enzyme).
Transmisi HIV
Transmisi HIV
Risiko tinggi
Risiko rendah
ditentukan
selama tidak
terkontaminasi
darah
Darah, serum
Cairan amnion
Mukosa seriks
Semen
Cairan serebrospinal
Muntah
Sputum
Cairan pleura
Feses
Sekresi vagina
Cairan peritoneal
Saliva
Cairan perikardial
Keringat
Cairan synovial
Air mata
Urin
PATOFISIOLOGI
Virus HIV menempel pada
permukaan sel inang.
enzim reverse
transcriptase
RNA
oleh
enzim
Perjalanan Penyakit
Kronis dengan perusakan sistem
kekebalan tubuh yang bertahap 3
tahun 10 tahun 13 tahun
Infeksi Primer
(berujung
kematian)
TAHAPAN INFEKSI
Gejala ARS, ditandai
dengan demam,
Infeksi
limfadenopati, faringitis,
ruam kulit,
mialgia/arthralgia, dan
3-6 bulan
gejala lainnya
Orang bisa
menularkan tetapi
hasil tes negatif
dalam masa jendela
ini
Masa laten
Masa laten bisa
berkisar antara 4
bulan sampai
lebih dari 10
tahun
AIDS
Tertular
TAHAPAN INFEKSI
3-6
BULAN
Periode
Jendela
HIV +
5 - 10 TAHUN
AIDS
1 - 2 TAHUN
Stadium Klinis
Diagnosis
Virus-Based Test
Viral Culture
PCR
P24 Antigen Detection
Immunological Test &
Surrogate Markers
Anti-HIV Antibody
Test
ELISA
Western Bolt
Salivary Test
HIV IgG antobody
capture assay (GAC
ELISA)
Dosis
Rekomend
asi
pemberian
obat ARV
Manifestasi Klinis
Kelainan Kutan
Secara umum, lesi dengan permukaan kasar,
bergerigi, adanya papule halus atau nodule di
atas permukaan kulit
Ukuran bervariasi, bisa sendiri/kelompok
MCS: tangan/jari
Bentuk lain: veruka flat, penonjolan 1-4 mm
veruka plana
MCS: wajah, tangan, kaki, mukosa
Penularan HPV
Penularan HPV adalah melalui kontak dan
transmisi langsung pada mukosa.
Virus akan berpindah atau menular pada
individu lainnya kemungkinan karena adanya
kontak pada erosi atau laserasi di epitel
mukosa sehingga virus bisa mencapai sel
basalis pada epitel mukosa.
Pada rongga mulut sering terdapat lesi
verrucae vulgaris karena tertular dari verruca
vulgaris (warts) dari kulit tangan karena
menggigit lesi tersebut.
Condyloma acuminatum
Biasanya dikenali dengan jangkauan
pertumbuhan hampir putih atau merah muda
dari hampir seluruh permukaan yang tidak
terlihat dan berubah menjadi lesi eksofitik yang
sangat besar
Kebanyakan bentuknya melebar dan melekat
pada dasarnya (sessile/ tidak bertangkai).
MCS: adalah pada bibir, sudut bibir, dan
gingival.
Jika multiple, lesi ini cenderung membentuk
kluster .
Condyloma acuminatum
Insidensi 2-3jt/tahun hub. Seks
homoseksual laki-laki 16-25
tahun
Giant condyloma acuminatum
jarang, berkembang cepat, variasi
condyloma acuminatum, dikenal juga
sebakal Buschke. Lesi jinak, tetapi
manajemen sulit ukuran, tingkat
dari lokal invasi, tinggi rekurensi
Condyloma acuminatum
Treatment
Bedah eksisi
Aplikasi topikal dari
pedofilin
Immunoterapi dengan
vaksin autologous
Kemoterapi topikal
denagn 5-fluoroacil
Verrucae vulgaris
Lesi wart pada kulit yang sering muncul pada
vermillion border, atau pada rongga mulut.
MCS: lapisan berkeratin seperti gingival dan
palatum.
Verruca menempel menjadi satu pada lapisan
dibawahnya (tidak bertangkai), oval, putih dan
berasal dari keratin layer yang menebal pada
permukaan mukosa.
Pada anak-anak dengan lesi wart (kutil) pada
jari-jarinya dapat menularkan lesi ini pada
bibirnya, oleh karena kebiasaan menghisap jari.
Verrucae vulgaris
Pemeriksaan HPV
sitologi, histopatologi, imunohistokimia, molecular
hybridization, dan polymerase chain reaction (PCR).
Sitologi, histopatologi dan imunohistokimia mendeteksi
infeksi HPV tetapi tidak bisa menentukan tipe HPV.
Molecular hibridization untuk mengetahui tipe HPV, tetapi
hambatannya diperlukan paling sedikit 10.000 kopi HPV.
PCR untuk mengamplifikasi dan melakukan proses
sequence DNA virus dan menentukan tipe HPV yang
didefinisikan sebagai DNA sequence homology. Dengan cara
pemeriksaan PCR hanya diperlukan 10 kopi HPV.
Untuk mengetahui adanya perubahan gambaran displasia
serviks dipakai pemeriksaan yang dikenal dengan hapusan
Papanikolouw atau Pap Smear.
Vaksin HPV
Vaksinisasi hanya untuk mencegah,
tidak bisa u/ yg sudah terinfeksi
Jenis vaksin:
Vaksin bivalen (tipe 16 dan 18, Cervarix@
yag diproduksi oleh GlaxoSmith Kline
Biologicals) dengan adjuvant AsO4
Vaksin quadrivalen (tipe 6, 11, 16, dan 18,
Gardasil@ yang diproduksi oleh Merck &
Co Inc) dengan adjuvant Allumunium.
Pencegahan
Primer
dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindari diri dari faktor-faktor
imunisasi
Sekunder
deteksi dini dan skrining
HEPATITIS
A.DEFINISI
Hati (liver) adalah salah satu organ tubuh yang penting. Hati
dapat membantu proses metabolisme nutrisi ataupun obatobatan di dalam tubuh. Selain itu organ ini juga mempunyai
peranan yang penting untuk membersihkan darah di dalam tubuh
dari produk limbah yang beracun. Namun, demikian jika kita tidak
menjaga fungsi hati dengan baik maka organ penting ini akan
mengalami kerusakan. Salah satu penyakit hati yang sering
terjadi adalah hepatitis.
Hepatitis yang berarti peradangan dalam hati dapat diakibatkan
oleh berbagai macam hal, seperti infeksi bakteri, racun, ataupun
karena sistem imun di dalam tubuh sendiri yang dapat
menyerang hati. Meskipun ada beberapa jenis hepatitis, pada
umumnya ada 3 macam hepatitis yang disebabkan oleh virus dan
sering terjadi yaitu hepatitis A, B, ataupun C.
SIALADENITIS
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah
obstruksi tetapi dapat berkembang tanpa
penyebab yang jelas.
Peradangan kronis dapat terjadi pada
parenkim kelenjar atau duktus seperti batu
(sialolithiasis) yang disebabkan karena
infeksi (sialodochitis) dari Staphylococcus
aureus, Streptococcus viridians atau
pneumococcus.
komponen obstruksi skunder dari kalkulus
air liur dan trauma pada kelenjar. Faktor
risiko yang dapat mengakibatkan
sialadenitis antara lain dehidrasi, terapi
Klasifikasi Sialadenitis
a. Sialadenitis akut
Sialadenitis akut secara klinik terlihat sebagai
pembengkakan atau pembesaran glandula dan salurannya
dengan disertai nyeri tekan dan rasa tidak nyaman serta
sering juga diikuti dengan demam dan lesu.
Regio yang terkena sangat nyeri bila dipalpasi dan sedikit
terasa lebih hangat dibandingkan daerah dekatnya yang
tidak terkena.
Pemeriksaan muara duktus akan menunjukkan adanya
peradangan, dan jika terlihat ada aliran saliva, biasanya
keruh dan purulen.
Pasien biasanya demam dan peningkatan leukositosis yang
merupakan tanda proses infeksi akut. (Gordon, 1996).
b. Sialadenitis kronis
Sialadenitis kronis seringkali timbul apabila infeksi akut telah
menyebabkan kerusakan atau pembentukan jaringan parut
atau perubahan fibrotic pada glandula. Palpasi pada glandula
saliva mayor yang mengalami keradangan kronis dan tidak
nyeri merupakan indikasi dan seringkali menunjukkan adanya
perubahan atrofik dan kadang-kadang fibrosis noduler.
Tampaknya glandula yang terkena tersebut rentan atau peka
terhadap proses infeksi lanjutan. (Gordon, 1996).
Gejalanya adalah pembengkakan kelenjar liur yang nyeri
intermiten dan kronik terutama apabila makan.
Pembengkakan biasanya bilateral dan kadang disertai infeksi
akut.
ETIOLOGI
HFMD adalah penyakit yang disebabkan
oleh enterovirus non polio seperti
coxsackievirus A5, A7, A9, A10, A16, B1,
B2, B3, B5, echovirus, dan enterovirus
lainnya. Penyebab tersering dari penyakit
ini adalah virus coxsackievirus A-16 dan
enterovirus 71.
Enterovirus termasuk dalam famili
Pikornaviridae yang artinya virus RNA
yang kecil.
Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa
lesi di sekitar mulut yang sangat pedih sehingga
menyebabkan anak tidak mau makan.
Lesi di mulut berupa makula yang dapat berkembang
menjadi vesikel, dengan daerah tersering timbul yaitu
di palatum, lidah, serta mukosa pipi (buccal).
Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul
makula sampai papula yang berkembang cepat
menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang
kemerahan (eritem). Vesikel cepat mengalami erosi
yang dikelilingi halo yang kemerahan.
Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
TATALAKSANA
HFMD ini merupakan suatu penyakit
yang bersifat self-limiting disease
yang dapat sembuh dalam waktu 710 hari. Pengobatan yang dilakukan
bersifat simptomatik.Tetapi pada
kasus yang berat dengan penyebab
HFMD yaitu enterovirus 71 dapat
diberikan terapi.
Tatalaksana umum
Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah
penularan dan penyebaran virus yaitu edukasi bahwa virus
yang menyebabkan HFMD tetap ada di feses pasien
selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik mencuci
tangan yang baik dan benar untuk mengurangi potensi
penyebaran penyakit.Edukasi untuk tidak memecahkan
lepuhan atau bintil untuk mengurangi penyebaran
virus.Anjurkan pasien untuk lebih sering minum untuk
mencegah dehidrasi.Ganti diet menjadi makanan lunak
seperti sop jika terjadi lesi di mulut. Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat di rumah sampai keadaan umum pasien
membaik dan seluruh lesi pecah dan kering untuk
mempercepat proses penyembuhan HFMD yang bersifat
self limiting disease.
. Tatalaksana khusus
Tatalaksana khusus meliputi topikal dan
sistemik. Tatalaksana topikal diantaranya
yaitu dengan pemberian obat topikal
anestesi pada lesi sebelum makan berupa
larutan dyclonine hydrochlorida 0,5%
atau gel lidokain untuk mengurangi rasa
tidak nyaman pada lesi di mulut saat
penderita makan.
Tatalaksana sistemik diantaranya berupa
terapi simptomatik yaitu pemberian
Dimorph
STRUKTUR
STRUKTUR
Khamir (yeast)
Kapang (mould)
Multiseluler
Struktur, ukuran, dan sifat
bervariasi dengan genera
yang berbeda
Uniseluler
Tubuh bulat atau oval
KLASIFIKASI
Sebagian besar jamur yang penting secara
medis diklasifikasikan sebagai fungi
imperfecti karena bentuk seksualnya
yang belum teridentifikasi.
PATOGENESITAS
Umumnya jamur yang penting secara medis tidak
memiliki atribut virulen bakteri seperti eksotoksin
dan endotoksin (kecuali eksotoksin, aflatoksin,
yang dihasilkan oleh spesies Aspergillus)
MIKOSIS SUPERFISIAL
SUPERFICIAL MYCOSES
Sariawan yang
disebabkan oleh
infeksi superfisial
khamir pada mukosa
Ringworm (tinea)
yang disebabkan oleh
infeksi superfisial
dermatophytes pada
kulit.
MIKOSIS SUBKUTAN
SUBCUTANEOUS MYCOSES
Sporotrichosis
Eumycotic mycetoma
(disebabkan oleh
Madurella
mycetomatis)
MIKOSIS SISTEMIK
SYSTEMIC MYCOSES (DEEP MYCOSES)
Sejauh ini merupakan yang paling serius, dan
sering fatal Melibatkan sistem organ internal
tubuh
Umumnya diperoleh melalui saluran pernapasan &
menyebar secara hematogen
Negara maju
Infeksi terjadi pada compromised pasien (gangguan
sistem pertahanan) organisme berperilaku sebagai
patogen oportunistik
Negara berkembang
Mikosis sistemik (misalnya histoplasmosis, blastomycosis
dan coccidioidomycosis) terjadi pada orang yang sehat
Blastomycosis
Coccidiomycosis
Histoplasmosis
MEDIAN RHOMBOID
GLOSSITIS
ETIOLOGI
GEJALA-MANIFESTASI KLINIS
Asymptomatic
lesi eritematosa di tengah dari bagian
posterior dari dorsum lidah (2/3 ant 1/3
post)
konfigurasi oval
atrofi filiform papilla
permukaan dapat berbentuk lobula
Kadang lesi candidiasis eritematosa dapat
diamati bersamaan di mukosa palatal
(kissing lesions)
TREATMENT
manajemennya sebatas untuk
pengurangan faktor predisposisi. Lesi
tidak meningkat dan memiliki risiko
transformasi ganas.
CHRONIC HYPERPLASTIC
CANDIDIASIS
ETIOLOGI
Infeksi bakteri Candida albicans
Faktor predisposisi: disfungsi imun
(AIDS)
GEJALA-MANIFESTASI KLINIS
plak atau bercak atau papula putih
kekuningan tidak hilang saat
dilakukan penggosokan atau saat di lap.
berbatas jelas.
Kadang terdapat daerah eritematous.
Pada mukosa bukal dan lidah.
dapat berkembang menjadi dysplasia
berat atau keganasan, dan kadang
disebut sebagai candida leukoplakia
TREATMENT
Antifungal :
kelompok polyene seperti nystatin,
amphotericin B;
kelompok imidazole seperti clotrimazole,
ketoconazole;
kelompok tiazole seperti fluconazole,
itraconazole, posaconazole,
echinocandins;
dan iodoquinol.
CHRONIC
MUCOCUTANEOUS
CANDIDIASIS
ETIOLOGI
Infeksi bakteri Candida albicans
Faktor predisposisi: disfungsi imun (AIDS)
: perokok
: endokrinopati ( biasanya
hipoparatiroid,
hipoadrenalin,
dan hipotiroid ), diabetes
melitus, vitiligo, defisiensi
besi.
GEJALA-MANIFESTASI KLINIS
Lesi oral : Tebal, plak atau bercak putih
yang tidak hilang saat dilakukan
penggosokkan.
infeksi yang berulang dan progresif
terhadap kulit, kuku dan membran
mukosa.
penebalan pada kuku, terfragmentasi, dan
berubah warna, dengan edema dan
eritema yang signifikan dari jaringan
periungual sekitarnya.
Pada kulit lebih sering terjadi pada daerah
TREATMENT
Antifungal :
kelompok polyene seperti nystatin,
amphotericin B;
kelompok imidazole seperti clotrimazole,
ketoconazole;
kelompok tiazole seperti fluconazole,
itraconazole, posaconazole,
echinocandins;
dan iodoquinol.
Thrush
(Pseudomembranous Kandidiasis)
Etiologi
Etiologi yang paling umum
mencakup terapi antibiotik atau
imunosupresi (penekanan sistem
kekebalan)
Candida Albican
AIDS
Gambaran Klinis
Treatment
Menghilangkan etiologi dan faktor
predisposisi
Obat antifungal
Menjaga OH
Etiologi
Candida Albican
Faktor predisposisi lain adalah
merokok dan perawatan dengan
antibiotic spectrum luas
Gambaran Klinis
Permukaan tampak sebagai bercak
kemerahan
Permukaan eritema menunjukkan
atrofi dan peningkatan vaskularisasi
Lesi ini memiliki tepi yang difus
Treatment
Menghilangkan etiologi dan faktor
predisposisi
Obat antifungal
Menjaga OH
Angular Cheilitis (Perleche)
Etiologi
kehilangan dimensi oklusal vertikal,
meski juga bisa terkait dengan
imunosupresi
Candida Albican
Gambaran Klinis
Lesi-lesi kemerahan, erosi, dan berfisur yang
terjadi sebelah menyebelah pada ujung samping
bibir
Sering teriritasi
Nyeri
Stadium awal tampak selaput lendir berwarna
merah dengan gambaran granula yang kasar
Pada hari berikutya tamapk bercak putih sebesar
jarum pentul, dan dalam 2-3 hari akan
bergabung menjadi bercak besar seperti
membran
Treatment
Menghilangkan etiologi dan faktor
predisposisi
Obat antifungal
Menjaga OH
KLASIFIKASI
MORFOLOGI
Streptococcus mutans
Staphylococcus aureus
Bacillus anthracis
Lactobacillus acidophilus
PEWARNAAN
Staphylococcus aureus
Neisserieae gonorrheae
Mycobacterium
tuberculosis
Mycobacterium leprae
Lepromatous leprosy
Treponema pallidum
Syphilis primer
Muncul: 3 minggu setelah kontak
Site:
labia
vagina
serviks
penis
mukosa oral (bibir, lidah, dan sedikit kejadian di area gingiva dan
tonsil)
Gejala klinis:
Papula yang tidak sakit
Chancre: datar, merah, indurasi, ulser dengan eksudat serosa
yang sangat menginfeksi. menghilang secara spontan dalam 3-8
minggu.
Lymphadenopathy membesar dan tidak sakit.
Syphilis chancer
Syphilis primer
Syphilis sekunder
Tahap ini muncul pada 6-8 minggu kemudian
dan berakhir dalam 1-3 bulan.
Spirochaetes menyebar secara mukokutan
Gejala klinis:
Papula pada kulit dan ulser pada oral
Ulser memiliki karakteristik snail tracks dan
mucous patches pada tonsil, palatum lunak, dan
pipi.
Lesi ini sangat menginfeksi.
Lymphadenopathy dan condylomata (kutil) pada
anus dan vulva.
Syphilis sekunder
Syphilis sekunder
Syphilis tersier
Fase paling destruktif
Terjadi 3-10 tahun setelah sifilis primer
Gejala klinis:
Gumma atau nodul yang bergranulasi pada kulit, mukosa,
tulang, dan organ internal lainnya. Pada oral biasanya pada
palatum keras.
Gumma biasanya rusak dan menghasilkan ulcer dangkal.
Pada rongga mulut, gumma dapat menyebabkan perforasi
palatal, dan akhirnya menjadi oronasal fistula.
Glossitis atfrofi atau interstitial: permukaan lidah yang halus,
terkadang keriput.
Leukoplakia
Lesi ini tidak infektif karena reaksi hipersensitifitas yang lambat.
Syphilis tersier
Syphilis kuartener
Terjadi pada 10-20 tahun setelah
sifilis primer
Gejala klinis: sifilis kardiovaskular
dan neurosifilis
Syphilis kongenital
Treponema pallidum bisa menembus plasenta; fetus dapat
terinfeksi pada trimester kedua atau ketiga dari ibu yang
terkena sifilis (tahap primer atau sekunder).
Gejala klinis:
Latent infection.
Tidak ada tanda dan gejala
Serologi (+)
Early infection.
Ruam kulit, saddle nose, lesi tulang dan meningitis muncul pada usia dua
tahun akhir.
Late infection.
Setelah usia dua tahun: lesi termasuk Hutchinsons incisor, mulberry molar
teeth, intersisial keratitis, skeloris tulang, atritis, dan ketulian.
Gigi incisive yang paling sering terkena, dengan bentuk seperti tong.
Molar pertama permanen memiliki permukaan kekuningan, hipoplastik,
dengan cusp yang berkembang dengan buruk seperti permukaan mulberry
Syphilis congenital
Diagnosis
Mikroskopis.
Spirochaetes pada eksudat dari lesi primer atau sekunder
teridentifikasi oleh mikroskop; yang sekarang jarang
digunakan.
Serologi:
Cardiolipin atau lipodial antigen VDRL (Venereal Diseases
Reference Laboratory)
mudah dan sensitif
sering mengalami reaksi false-positive.
Treatment
Penicillin (dosis besar, dalam 3
minggu)
Pasien hipersensitivitas: Erythomycin
atau tetracycline