Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi Batu Bara

Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk


menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan
untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen
(batu bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses
sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan
untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo, 2006b).
Tipe batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Lignite :
Disebut juga batu bara muda. Merupakan tingkat terendah dari batu bara, berupa batu bara
yang sangat lunak dan mengandung air 70% dari beratnya. Batu bara ini berwarna hitam,
sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan
abu dan sulfur yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar
untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Sub-Bituminous :
Karakteristiknya berada di antara batu bara lignite dan bituminous, terutama digunakan
sebagai bahan bakar untuk PLTU. Sub-bituminous coal mengandung sedikit carbon dan
banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien.

Bituminous :
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous
coal mengandung 86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit.
Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan
aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon
berbentuk padat.

Anthracite
Peringkat teratas batu bara, biasanya dipakai untuk bahan pemanas ruangan di rumah dan
perkantoran. Anthracite coal berbentuk padat (dense), batu-keras dengan warna jet-black
berkilauan (luster) metallic, mengandung antara 86% 98% karbon dari beratnya, terbakar
lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap.

Berdasarkan cara terbentuknya, batu bara dibedakan menjadi:


1. Batu bara paleogen,
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat
di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi Selatan.

2. Batu Bara Neogon


Yakni batu bara yang terbentuk pada cekungan foreland, contohnya terdapat di Tanjung Enim
Sumatera Selatan.

3. Batu Bara Delta


Yakni endapan batu bara yang terdapat di hampir seluruh Kalimantan Timur.

KLASIFIKASI BATUBARA MENURUT ASTM

KLASIFIKASI MASERAL
Maseral pada batubara analog dengan pada mineral pada batuan. Maseral merupakan bagian
terkecil daribatubara yang bisa teramatai dengan mikroskop. Maseral dikelompokan
berdasarkan tumbuhan atau bagian tumbuhan menjadi tiga grup, yatu :
1. Vitrinit
Vitrinit adalah dari proses pembatubaraan materi humic yang berasal dari selulosa dan
lignin dinding sel tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue) seperti
batang, akar , daun. Vitrinit adalah bahan utama penyusun batubara di indonesia (>
80%). Dibawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna pantul yang
lebih terang dari pada kelompok liptinit, namun lebih gelap dari kelompok inertinit,
berwarna mulai dari abu abu tua hingga abu-abu terang. Kenampakan dibawah
mikroskop tergantung dari tingkat pembatubaraannya (rank), semakin tinggi tingkat
pembatubaraan maka warna akan semakin terang. Kelompok vitrinit mengandung
unsur hidrogen dan zat terbang yang presentasinya berada diantara inertinit dan
liptinit.
Gambar Vitrinit

2. Liptinit
Liptinit berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan berasal dari sisa
tumbuhan atau dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora, ganggang, kutikula,
getah tanaman (resin) dan serbuksari (pollen). Berdasarkan morfologi dan bahan
asalnya, kelompok liptinit dibedakan menjadi sporitinete (spora dan butiran pollen),
kutikula, resin, exudatinite (maseral sekunder yang berasal dari getah maseral liptinit
lainnyayang keluar dari proses pembatubaraan), suberinite (kulit kay/ serat gabus),
flourinite, liptoderinit, alganitie dan bituminite. Relatif kaya dengan ikatan alifatik

sehingga kaya akan hidrogen atau bisa juga sekunder, terjadi selama proses
pembatubaraan dari bitumen.
Gambar Liptinit

3. Inertinit
Inertinit disusun dari materi yang sama dengan vitrinite dan liptinite tetapi dengan
proses dasar yang berbeda. Kelompok inertinite diduga berasal dari tumbuhan yang
sudah terbakar dan sebagian berasal dari hasil proses oksidasi maseral lainnya atau
proses decarboxylation yang disebabkan yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Kelompok ini mengandung unsur hidrogen paling rendah dan karakteristik utamanya
adalah reflektansi yang tinggi diantara kelompok lainnya. Pemanasan pada awal
penggambutan menyebabkan inertinit kaya akan karbon. Sifat khas inertinit adalah
reflektinitas tinggi, sedikit atau tanpa flouresnse, kandungan hidrogen, aromatis kuat
karena beberapa penyebab, seperti pembakaran (charring), mouldering dan
pengancuran oleh jamur, gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan.
Gambar Inertinit

Anda mungkin juga menyukai