BENDAHARA SEBAGAI
PEMOTONG PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21/26
BAB II
BAB II
BENDAHARA SEBAGAI
PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21/26
1.
DASAR HUKUM
a.
b.
c.
d.
e.
f.
19
h.
i.
j.
k.
l.
20
2.
3.
4.
21
2.
22
Olahragawan;
Kolportir iklan;
pembawa pesanan
langganan;
peserta perlombaan;
atau
yang
menemukan
23
5.
6.
24
2.
3.
Setahun
Sebulan
Rp 15.840.000,00
Rp 1.320.000,00
tambahan untuk
pegawai yang kawin
Rp 1.320.000,00
Rp 110.000,00
tambahan untuk
setiap anggota
keluarga sedarah
dan semenda dalam
garis keturunan
lurus serta anak
angkat yang menjadi
tanggungan
sepenuhnya paling
banyak 3 (tiga)
Rp 1.320.000,00
Rp 110.000,00
WP Tidak Kawin
0 tanggungan (TK/0)
1 tanggungan (TK/1)
2 tanggungan (TK/2)
3 tanggungan (TK/3)
WP Kawin Penghasilan Istri Tidak Digabung
0 tanggungan (K/0)
1 tanggungan (K/1)
2 tanggungan (K/2)
3 tanggungan (K/3)
Setahun
Rp 15.840.000,00
Rp 17.160.000,00
Rp 18.480.000,00
Rp 19.800.000,00
Rp 17.160.000,00
Rp 18.480.000,00
Rp 19.800.000,00
Rp 21.120.000,00
25
PTKP Karyawati :
Untuk karyawati status kawin :
Pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak hanya untuk
dirinya sendiri Rp 15.840.000,00
Untuk karyawati status tidak kawin :
Pengurangan PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
untuk keluarga yang menjadi tanggungannnya paling banyak
3 (tiga) orang.
untuk karyawati status kawin tetapi suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan:
pengurangan PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
sebesar Rp 1.320.000,00 setahun atau Rp 110.000,00 sebulan
dan ditambah PTKP tanggungan keluarga paling banyak 3
(tiga) orang, dengan syarat menunjukan keterangan tertulis
dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya
kecamatan, bahwa suaminya tidak menerima atau
memperoleh penghasilan.
c)
26
360
Contoh I :
Benny dengan status belum nikah dan tidak memiliki tanggungan
(TK/), pada bulan April 2011 bekerja sebagai buruh harian pada kegiatan
pembangunan pagar SMA Negeri di Jakarta. Pekerjaan dilakukan selama
5 hari dengan upah perhari Rp160.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang :
Upah sehari
Rp
160.000,00
Rp
150.000,00 -
Rp
10.000,00
Rp
500,00
Contoh II :
Seto dengan status belum menikah. pada bulan Maret 2011 bekerja sebagai
buruh harian pada Kegiatan Renovasi SD Negeri di Bandung. Ia bekerja
selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 140.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang :
Upah sehari
Rp
140.000,00
Rp
150.000,00 -
Rp
0,00
Rp
0,00
Sampai dengan hari ke-9, karena jumlah kumulatif upah yang diterima
belum melebihi Rp 1.320.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang
dipotong.
Misalkan Seto bekerja selama 10 hari, maka pada hari ke-10, setelah
jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 1.320.000,00, maka
PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP
yang sebenarnya.
27
Rp 1.400.000,00
Rp
440.000,00 -
Rp
960.000,00
Rp
48.000,00
Rp
0,00 -
48.000,00
92.000,00
2.
28
7.
3.
4.
Tarif
1)
2).
Lapisan Penghasilan
Kena Pajak
Tarif Pajak
s/d Rp 50 Juta
5%
15%
25%
30%
29
3).
30
b)
c)
e)
f)
a)
Bersifat Final
i.
c)
31
d)
b.
Cara Penghitungan
1)
32
Contoh :
Polan (tidak kawin) adalah PNS golong III a, menerima gaji Rp
1.700.000,-/bulan, tunjangan beras Rp 200.000,-/bulan dan tunjangan
fungsional Rp 100.000,-/bulan. Penghitungan PPh pasal 21:
Penghasilan bruto :
(1.700.000,00 + 200.000,00 + 100.000,00)
= Rp 2.000.000,00
= Rp
100.000,00
Iuran pensiun :
= Rp
100.000,00 -
= Rp 1.800.000,00
= Rp 21.600.000,00
= Rp 15.840.000,00 -
= Rp 5.760.000,00
= Rp 288.000,00
33
= Rp 2.400.000,00
= (Rp 120.000,00)
Iuran pensiun :
= (Rp 100.000,00) +
= Rp 2.180.000,00
= Rp 15.840.000,00 -
= Rp 10.320.000,00
= Rp
516.000,00
34
(Penghasilan Kena Pajak setahun x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a) (PPh
Pasal 21 yang telah dipotong pada masa-masa sebelumnya atau dari
Januari s.d Nopember) =
Penghasilan Kena Pajak setahun :
Penghasilan setahun (Jan s.d April :
Rp2.000.000,- + Juni s.d Des : Rp2.400.000,-)
Rp 27.600.000,-
Pengurang :
Biaya jabatan (5% x Rp27.600.000)
Rp
1.380.000,-
Rp 15.840.000,-(-)
Rp 10.380.000,-
Rp
519.000,-
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dari Januari s.d Nopember 2010 :
PPh Pasal 21 Jan.s.d Maret : Rp24.000,- x 3 =
Rp
72.000,-
Rp
387.000,- +
Jumlah
Rp
459.000,-
b)
Honorarium;
Uang sidang;
Uang hadir;
Uang lembur;
35
36
b)
c)
37
Contoh #2 :
Kementerian Pendidikan Nasional membayar honorarium
kepada peserta rapat yang bukan PNS/Pejabat Negara/Anggota
TNI dan POLRI sebesar Rp600.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong Bendahara
Kementerian Pendidikan Nasional :
Jumlah bruto honorarium x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU
PPh
Rp 600.000,00 x 5%
= Rp 30.000,00
Apabila penerima honorarium tidak memiliki NPWP, maka tarif
PPh Pasal 21 :
Rp 600.000,00 x ( 5% x 120%))
= Rp 6.000,00
Contoh #3
Kementerian Sosial membayar honorarium kepada Pengacara
(TK/0)(tenaga ahli) yang bukan PNS sebesar Rp80.000.000,00
sebagai pembayaran kedua (berkesinambungan) dalam tahun
pajak yang bersangkutan.
PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong Bendahara
Kementerian Sosial :
((50% x Jumlah bruto honorarium) -PTKP) x tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh
((50% x Rp 80.000.000,00)-Rp1.320.000) x 5%
(Rp 40.000.000,00-Rp 1.320.000) x 5%
Rp38.680.000 x
Rp 5%
=
Rp 1.934.000
3)
38
Contoh :
Kementerian Kesehatan membayar tenaga ahli dari Mexico
sebesar US $ 10.000 (kurs pada saat pembayaran Rp 10.000 /
US $ 1)
PPh Pasal 26 : (Rp 10.000 x 10.000) x 20% = Rp 20.000.000,00
8.
b.
c.
d.
e.
f.
39
g.
9.
40
10. LAIN-LAIN
Penggunaan SSP adalah sebagai berikut:
41