Anda di halaman 1dari 31

I.

II.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: TN y

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 50 tahun

Alamat

: wangun jaya

Agama

: Islam

Pekerjaan

: kuli bangunan

Tanggal masuk RS

: 11 oktober 2014

ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Nyeri pada tangan kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Garut dengan keluhan nyeri pada
tangan kanan, nyeri dirasakan sangat mengganggu, tidak menjalar,
semakin memberat saat digerakkan dan berkurang bila diistirahatkan.
Nyeri dirasakan setelah pasien jatuh dari motor, sebelum jatuh pasien
tidak ada gangguan dalam menggunakan tangannya untuk beraktivitas.
Setelah terjatuh pasien masih bisa menggerakkan tangan kanannya
namun nyeri saat digerakkan. Pada lokasi nyeri terdapat adanya luka
kecil serta bengkak.
Pasien mengaku dirinya terjatuh dari motor, pada hari Sabtu tgl
11/10/2014 pukul 8 pagi. Pasien terjatuh dengan posisi tangan kanan
menahan berat tubuh. Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD garut.
Pasien mendapat pertolongan pertama, luka pada tangannya dijahit
kemudian dibidai.
Pasien tidak mengeluh adanya nyeri dibagian tubuh lain, pingsan (-),
pusing (-), sakit kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas
(-), nyeri dada (-), nyeri perut (-),

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Alergi

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung/Paru

: disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus

: disangkal

Riwayat Sakit Ginjal/Liver

: disangkal

Riwayat Operasi sebelumnya

: disangkal

Riwayat Trauma`

: ada, pasien jatuh dari motor

: disangkal

2 jam smrs
D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Alergi dalam keluarga

: disangkal

Riwayat Asma dalam keluarga

: disangkal

Riwayat Hipertensi dalam keluarga : disangkal

Riwayat DM dalam keluarga

: disangkal

E. Anamnesis Sistem

Sistem Serebrospinal

: Pusing (-), Demam (-)

Sistem Respirasi

: Batuk (-), Pilek (-), sulit bernafas (-)

Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), Pucat (-)

Sistem Digestivus

: Mual (-), Muntah (-), BAB lancar

Sistem Urogenital

: BAK lancar, jernih kekuningan, nyeri (-)

Sistem Muskuloskeletal : Ada hambatan dalam bergerak di regio


antebrachii dan manus

Sistem Integumentum

: Suhu teraba hangat

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis

Keadaan Umum

: Baik

Gizi

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis, GCS E4V5M6

Vital Sign
Tek. Darah

: 110/80 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

RR

: 18 x/menit

Suhu

: 36,1 oC

B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala/Leher

Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematom (-), rhinorea
(-), otorhea (-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar
getah Bening (-)

b) Mata

Konjungtiva

: Anemis (-/-)

Sklera

: Ikterus (-/-)

Pupil

: Ukuran 4 mm reguler, Reflek cahaya (+/+),


isokor (+/+)

Palpebra

: Edema (-/-)

c) Thoraks

Dinding thoraks : Jejas (-)

Paru
-

Inspeksi

: Gerakan Pernafasan Simetris kanan dan kiri

Palpasi

: Ketinggalan gerak (-)


3

Fremitus
depan

Perkusi

depan

Son

Son

Son

Son

or

or

or

or

Son

Son

Son

Son

or

or

or

or

Son

Son

Son

Son

or

or

or

or

belakang

belakang

Auskultasi
depan

belakang

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Vesikule

Suara tambahan Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung
-

Inspeksi

: Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung tidak membesar

Auskultasi

: Suara Jantung I-II regular, Bising jantung

(-)
d) Abdomen

Inspeksi

: Jejas (-), distensi (-), darm steifung (-), darm


contour (-)

Auskultasi

: Peristaltik (+) bising usus normal

Perkusi

: Timpani, hepar pekak, hepatomegali (-),


splenomegali (-)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-),


hepatomegali (-), splenomegali (-)

e) Ekstremitas

Atas

: ekskoriasi (-/-), luka terbuka (-/-)

Bawah

: ekskoriasi (-/-), luka terbuka (-/-)

C. Status Lokalis
a) Lokasi trauma

: Regio Antebrachii Dextra

b) Look

Deformitas

: (+)

Edema

: (-)

Luka

: (-)

c) Feel
False movement

: (+)

Nyeri tekan

: (+)
5

Krepitasi

: (-)

Akral Hangat

: (+)

Pulsasi a. radialis

: (+) pulsasi a. radialis


kanan teraba, irama reguler

Fungsi sensorik

: n. Radialis (+)
n. Ulnaris (+)
n. Medianus (+)

d) Move

Nyeri gerak

: (+)

Fungsi Motorik

: n. Radialis (+)
n. Medianus (+)
n. Ulnaris (+)

IV.

ROM

: terbatas karena nyeri

DIAGNOSA KERJA
Closed fraktur ulna 1/3 distal

V.

PLANNING DIAGNOSA
Foto Rontgen Antebrachii Dextra AP dan Lateral

VI.

TERAPI
1. Non operatif
a. Medikamentosa

Analgetik

Antibiotik Sebelum Operasi

b. Non medikamentosa

Istirahat

Pemasangan bidai melewati 2 sendi.

Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang


penyakit yang diderita pasien.

Reposisi tertutup dan pemasangan gips

2. Operatif
Reposisi terbuka dan fiksasi interna: ORIF
VII.

EDUKASI
Istirahatkan lengan kanan

kesimpulan
Pasien laki-laki berusia 50 tahun, datang ke RSUD Dr. slamet Garut
dengan keluhan nyeri pada tangan kanan setelah terjatuh dari motor, nyeri
dirasakan sangat mengganggu, tidak menjalar dan terasa semakin memberat saat
digerakkan serta berkurang bila diistirahatkan. Dari pemeriksaan fisik regio
antebrachii dextra didapatkan pada look: deformitas (+), edema -), luka (-) feel:
false movement (+), nyeri tekan (+),krepitasi (-), move: Nyeri gerak (+), ROM
terbatas karena nyeri.

Dari hasil foto rontgen didapatkan dikontinuitas jaringan tulang Ulna 1/3
distal.

PEMBAHASAN
DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan
jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot
dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak
langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau
cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Fraktur os radius dan
fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang
kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi
pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. Fraktur tulang radius dan tulang ulna
8

sering terjadi pada hewan kucing dan anjing,lokasi fraktur sering terjadi pada
bagian tengah dari tulang radus atau pada bagian distal tulang raduis dan ulna atau
pada bagian distal atau keduanya.
Fraktura os radius ulna Penyebab fraktur secara umum dapat disebabkan
menjadi 2, yaitu : penyebab ekstrinsik dan intrinsik. Penyebab ekstinsik juga
dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penyebab fraktur akibat gangguan
langsung yaitu berupa trauma yang merupakan penyebab utama terjadinya fraktur,
misalnya kecelakaan, tertabrak, jatuh. Penyebab yang lainnya adalah fraktur
akibat gangguan tidak langsung seperti perputaran, kompresi. Penyebab fraktur
secara intrinsik dapat diakibatkan kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion
fraktur, seperti fraktur yangsering terjadi pada hewan yang belum dewasa. Fraktur
patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh penyakit sistemik seperti neoplasia,
cyste tulang, ricketsia, osteoporosis, hiperparatyroidisme, osteomalasia. Tekanan
yang berulang juga dapat menyebabkan fraktura.

PENYEBAB FRAKTUR
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat
yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak
langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin
tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak
jauh.
9

3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik
pendek, biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu
dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau
merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang
paling lazim.
Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko
komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.
Tscherne (1984) menekankan pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera
jaringan lunak:
C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa
C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam
C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur
berat
C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma
kompartemen.

ANATOMI RADIUS DAN ULNA


Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea
articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii
dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan
berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii
oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas

10

radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea
(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung
distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di
bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat
sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius
membentuk facies articularis carpi. (8)

Gambar 3. Tulang Radius


(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )

Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura
trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk
persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon.
Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di
sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di
bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan
dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi
11

supinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies


medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna
disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia
articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus
m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago
triangularis dan dengan radius. (8)

Gambar 4. Tulang Ulna


(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di
distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang
mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat
hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh
karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila
patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot
supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasisupinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan
12

ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan
rotasi, terutama pada radius.(1)

Gambar 5. Anatomi radius dan ulna


(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )

DIAGNOSIS
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama
pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. (11)
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan
kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun
beberapa diantaranya sangat rentan.
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :

Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau
menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur
minor.
13

Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.


Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.
(5)

Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral
view. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak
bersilangan, serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi
anatomi). Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior) (12)
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk
menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP
bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan
untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal volar (posisi
anatomis).(13)
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada
fraktur radius dan ulna :

Fraktur Kaput Radius


Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir

tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri
saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi
petunjuk untuk mendiagnosisnya.

Fraktur Leher Radius


Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus

dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius
dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin
mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada
siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan
nyeri bila lengan berotasi.

Fraktur Diafisis Radius


Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X

Fraktur Distal Radius


Fraktur Distal Radius dibagi dalam :

1) Fraktur Galeazzi
14

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke
arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini
akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian
dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur
Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang
mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering
terjadi.(1,14,15)

Gambar 6. Fraktur Galeazzi

2) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen
distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran
deformitas garpu-makan malam (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai
dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna. (14)
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan
angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke
15

radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna.
Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan
fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen
distal (1,6)
3) Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan
tangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan
angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas sekop kebun (garden
spade). (1,6,14)

Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith

16

Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith

Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles

4) Fraktur Lempeng Epifisis


Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di daerah ujung
tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligamen.(21)
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan
dibagi dalam 5 tipe :(21)

Gambar 10. Klasifikasi Salter Harris


Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di dorsal.
(20)

17

Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur
ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi
baru lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan
reduksi tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang
utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat.(21)

Gambar 11. Cedera Salter Harris tipe I


-

Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui
sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut
tanda Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga
masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan
pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Pengobatan
dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali bila reposisi
terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya baik,
tergantung kerusakan pembuluh darah.(21)

18

Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna
-

Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis
fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian
sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler
dan biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini
bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya
dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan pin
yang halus.

Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture
-

Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan
19

berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur


kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat
tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.

Gambar 14. Cedera Salter Harris tipe IV


-

Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang
diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa
sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena
dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.

20

Gambar 15. Cedera Salter Harris tipe V

5) Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan
saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga
proksimal dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior
kaput radius.(14)

Gambar 16. Fraktur Monteggia


CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang
kompleks dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,
burst fraktur atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan

21

lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya
pendarahan.(22)

Gambar 17. Gambaran CT Scan Fraktur Radius Ulna


PENATALAKSANAAN
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.
Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil
sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai
perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna
dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius
umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada
kebanyakan kasus. (13)
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi,
reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

22

1.

Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa


yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

2.

Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen


fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan
letak normal.

3.

Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau


menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.

4.

Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita


fraktur tersebut dapat kembali normal.(2)

Gambar 18 . Proses penyembuhan fraktur


(dikutip dari referensi 6)
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa
tahap sebagai berikut :

23

1.

Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan

lunak, kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam


daerah radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai
putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur.
Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari
garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
2.

Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah

proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma


terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan
aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis
dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses
dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu
dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari
tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada
saat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin
banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan
tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3.

Fase pembentukan callus


Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi

osteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas


mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida,
yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature
atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter
dapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut
external callus.

24

4.

Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh

aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan
pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan
sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary
callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang
radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur
lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi
dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang
yang normal.
5.

Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang

banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan
kembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang
terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun
didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti
stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali
dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan
aslinya. (2)
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis
adalah suatu istilah yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov
dikembangkan pertama kali oleh seorang dari Siberia Rusia yang bernama Gabriel
Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah suatu alat eksternal fiksasi yang berfungsi
untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan untuk membantu dalam
proses pemanjangan tulang.

25

Gambar 19. Callotaxis


(Dikutip dari referensi 17)
Indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Menyamakan panjang lengan atau tungkai yang tidak sama,
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah tulang
terbuka yang hilang,
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang
yang sehat,
4. Menambah tinggi badan.
Kontra indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Open fraktur dengan soft tissue yang perlu penanganan lanjut yang lebih baik
bila dipasang single planar fiksator,
2. Fraktur intra artikuler yang perlu ORIF,
3. Simple fraktur (bisa dengan pemasangan plate and screw nail wire).(17)
KOMPLIKASI
A. Komplikasi Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab
perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang
mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi.
Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah sehingga
26

tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distroft refleks simpatetik mungkin amat
sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi
keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada
sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada
sekitar 5% kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri Berta terdapat

tanda-tanda

ketidakstabilan

vasomotor.

Sinar-X

memperlihatkan

osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.(1)


Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera,
komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi
pada saat patah tulang atau segera set3elahnya, komplikasi dini terjadi dalam
beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah
tulang patah. Pada ketiganya, dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan lokal.(18)
B. Komplikasi lanjut

Malunion
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena

pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan


hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan.
Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif muda, 2,5 cm bagian bawah
ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi
dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus
stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu,
karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan
pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.(1)

Osteomyelitis
27

Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai


osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan
dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasi
dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran
darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah
mengalir ke dalam sinusoid.
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan
dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat
dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan
untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusaskan yang
dapatmenimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah pada anak-anak
yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan dalam
memberikan pengobatan yang memadai.

28

(b)
Gambar 20. (a) Osteomyelitis Akut pada Radius Ulna (b) Osteomyelitis Kronik
(Dikutip dari referensi 24)
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam
aliran darah, Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau
operasi. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut
yang tidak di tangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, osteomyelitis sangan resisten terhadap pengobatan dengan
antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase
dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.( 3 )
29

PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter
pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar
patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang
dan periost yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase
jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.(18)
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat
bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan
fraktur:
Lokasi Fraktur
1. Pergelangan tangan
2. Fibula
3. Tibia
4. Pergelangan kaki
5. Tulang rusuk
6. Jones fracture

Masa Penyembuhan
3-4 minggu
4-6 minggu
4-6 minggu
5-8 minggu
4-5 minggu
3-5 minggu

Lokasi Fraktur
7. Kaki
8. Metatarsal
9. Metakarpal
10. Hairline
11. Jari tangan
12. Jari kaki

Masa Penyembuhan
3-4 minggu
5-6 minggu
3-4 minggu
2-4 minggu
2-3 minggu
2-4 minggu

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu),


lansia (> 8 minggu).
Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada
tahun 1997.
Tingkat kematian dari fraktur:

Kematian : 11.696

Insiden

0,78% rasio dari kematian per insiden(19)

: 1.499.999

30

DAFTAR PUSTAKA
Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson Lorraine
McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371
Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,
Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai Penerbitan
FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.
Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan komplikasi
dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.
Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R.

Lecture Notes

Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-230.
Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.

31

Anda mungkin juga menyukai