Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF UNTUK MENGANALISIS SARANA


PENDIDIKAN TINGKAT MENENGAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2013
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan
TKP (342)

Oleh:
Nafisah Anas
21040113120054

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

PENDAHULUAN
Perencanaan wilayah dan kota adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
merencanakan suatu wilayah dan kota dengan mempertimbang aspek fisik, sosial, ekonomi dan
politik sehingga tercipta ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Dalam proses
perencanaan terdapat sekumpulan langkah yang dilakukan dalam mempersiapkan kegiatankegiatan tertentu yang sistematis, salah satunya ialah tahap interpretasi dan analisis data.
Interpretasi dan analisis data diperlukan untuk menjelaskan keadaan suatu wilayah dan kota guna
mengidentifikasi kondisi eksisting dan permasalahan sehingga dapat ditemukan solusi yang
efektif. Salah satu metode analisis yang dapat digunakan dalam perencanaan adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu alat statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan atau menguraikan data sehingga mudah
dipahami. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang
telah diperoleh gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita
peroleh (Siregar, 2012: 2).
Dalam perencanaan analisis deskriptif dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan alat bantu aplikasi. Dalam perhitungan dan prosesnya, alat batu aplikasi lebih
efektif digunakan di dalam perencanaan wilayah dan kota terutama untuk data dengan skala besar
guna menghindari kesalahan sehingga meningkatkan akurasi dan efektifitas waktu. Salah satu
aplikasi alat bantu yang dapat digunakan ialah SPSS. SPSS (Statistical Package for Social
Science) adalah aplikasi yang berfungsi sebagai alat bantu analisis statistika yang biasa digunakan
atau diterapkan untuk memenuhi sebuah penelitian baik di perguruan tinggi atau di perusahaan.
Aplikasi yang memiliki analisis statis yang cukup tinggi ini menggunakan menu deskriptif dan
juga kotak-kotak dialog yang tidak rumit dan sederhana sehingga memungkin penggunanya untuk
lebih mudah dalam memahami bagaimana pengoperasiannya. Oleh karena itu penting bagi
seorang perencana wilayah dan kota mengetahui cara mengoperasikan aplikasi ini guna
mempermudah dan memperkuat analisisnya.
KAJIAN LITERATUR
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu alat statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan atau menguraikan data sehingga mudah
dipahami. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang
telah diperoleh gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita
peroleh (Siregar, 2012: 2). Dalam analisis deskriptif ini suatu data digambarkan dalam tiga cara,
yaitu pemusatan data, penyebaran data serta kemiringan dan keruncingan data.
a. Ukuran Pemusatan Data
Ukuran pemusatan data adalah suatu nilai data dari serangkaian data yang dapat mewakili
bagaimana data tersebut terpusat. Ukura pemusatan data dapat dihitung dengan cara mencari nilai
rata-rata hitung, median dan modus.
1. Rata-rata
Rata-rata hitung atau arithmetic mean atau sering disebut dengan istilah mean saja
merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menggambarkan ukuran
tendensi sentral. Mean dihitung dengan menjumlahkan semua nilai data pengamatan
kemudian dibagi dengan banyaknya data. (Setiawan, 2011). Nilai rata-rata data tunggal

2.

dapat dihitung dengan cara menjumlahkan semua data kemudian dbagi dengan
banyaknya data, untuk data kelompok dapat digunakan rumus:

6090
=
76,1
=

80
= nilai rata-rata
fi = frekuensi di kelas i
xi = nilai tengah dari kelas i
Median
Median dari n pengukuran atau pengamatan x1, x2 ,..., xn adalah nilai pengamatan yang
terletak di tengah gugus data setelah data tersebut diurutkan (Setiawan, 2011). Prosedur
untuk menentukan nilai median, pertama urutkan data terlebih dahulu, kemudian ikuti
salah satu prosedur berikut ini:
Banyak data ganjil
mediannya adalah nilai yang berada tepat di tengah
gugus data
Banyak data genap
mediannya adalah rata-rata dari dua nilai data yang
berada di tengah gugus data
i. Median data tunggal.
Untuk menentukan median dari data tunggal, terlebih dulu kita harus mengetahui
letak/posisi median tersebut. Posisi median dapat ditentukan dengan
menggunakan formula berikut:
( + 1)
=
2
dimana n = banyaknya data pengamatan.
ii. Median dalam distribusi frekuensi:
Formula untuk menentukan median dari tabel distribusi frekuensi adalah sebagai
berikut:

1
2

b=batas bawah kelas median dari kelas yang memuat nilai median
p =panjang kelas median
n = banyak data
f = frekuensi kelas median
F = frekuensi kumulatif sebelumnya
3.

Modus
Modus dari sekumpulan pengamatan (data) ialah nilai yang paling sering mucul atau
mempunyai frekuensi tertinggi. Dalam data bisa terdapat satu modus (unimodus), dua
modus (bimodus), lebih dari dua modus (multimodus), atau sama sekali tidak memiliki
modus. Jika semua pengamatan mempunyai frekuensi sama maka modus tidak ada.
(Nurhadi, 2013)
b. Ukuran Penyebaran Data
Ukuran pemusatan data adalah suatu nilai data dari serangkaian data yang dapat mewakili
bagaimana data tersebut tersebar dan terbagi. Ukuran persebaran data dapat dilihat dari nilai
minimum, maksimum, jangkauan, varian dan simpangan baku.

1.
2.

3.

c.

Jangkauan
Jangkauan atau ukuran jarak adalah selisih nilai terbesar data dengan nilai terkecil data.
Varian
Varian merupakan ukuran variabilitas data, yang berarti semakin besar nilai varian berarti
semakin tinggi fluktuasi data antara satu data dengan data yang lain.
Simpangan Baku atau standar deviasi
Simpangan baku atau deviasi standar adalah ukuran sebaran statistik yang paling lazim.
Singkatnya, ia mengukur bagaimana nilai-nilai data tersebar. Bisa juga didefinisikan
sebagai, rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai rata-rata data
tersebut.
Kemiringan dan Keruncingan Data
1. Ukuran Kemiringan (Skewness)
Ukuran kemiringan adalah suatu ukuran yang dapat menyatakan model distribusi
dari suatu populasi. Ukuran kemiringan dibagi menjadi 3 model, yaitu: model positif,
model negatif dan model simetris.
Model kurva positif, maka nilai mean > median > modus
Model kurva negatif, maka nilai mean < median< modus
Model kurva simetris, maka nilai mean= median= modus
2. Ukuran keruncingan
Kurtosis atau ukuran keruncingan adalah derajat kelancipan suatu distribusi bila
dibandingkan dengan distribusi lain. Kurtosis mengukur apakah suatu distribusi
berbentuk cenderung normal menjulang atau mendatar.

Sekolah Menengah
Sekolah menengah dibagi kedalam dua tingkatan, yaitu sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah atas.
a. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama merupakan tingkatan pendidikan kelanjutan dari
sekolah dasar. Di Indonesia SMP/MTs adalah termasuk sekolah dasar, karena usia anak yang
masuk SMP/MTs adalah usia wajib belajar sekolah dasar. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah fasilitas
pendidikan yang dipergunakan untuk menampung lulusan Sekolah Dasar. Menurut SNI 03-17332013 tentang sarana dan prasarana lingkungan, setiap 4.800 jiwa dibutuhkan sedikitnya satu
fasilitas SLTP.
b. SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah fasilitas pendidikan untuk menampung lulusan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs). Sekolah Lanjutan Tingkat Atas terdiri dari
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA)
dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Menurut SNI 03-1733-2013 tentang sarana dan prasarana
lingkungan, setiap 6.000 jiwa dibutuhkan sedikitnya satu fasilitas SLTA.
STUDI KASUS
Latar Belakang
Menurut Undang-undag Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dewasa ini, pendidikan bukanlah kebutuhan tersier seperti zaman dahulu karena
perkembangan teknologi menyebabkan pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat,
dimanapun dan siapapun. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan seseorang mampu
menentukan pekerjaan dan penghasilan yang menentukan tingkat kesejahteraan hidup orang
tersebut. Selain itu, salah satu tujuan bangsa Indonesia yang ditungkan dalam pembukaan UUD
1945 ialah mencerdaskan kehidupan bangsa maka sudah sepantasnya masyarakat harus menerima
pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal. Pada
pendidikan formal dapat kita temui mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.
Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang berada di
ujung Pulau Sumatera. Kabupaten Lampung Selatan semestinya mampu menjadi pusat kegiatan
perdagangan dan jasa karena lokasinya yang strategis teletak di pintu masuk Pulau Sumatera,
namun hal ini tidak demikian bahkan dalam beberapa aspek ekonomi Lampung Selatan tertinggal
dengan beberapa kabupaten disekitarnya. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang kurang
mendukung kegiatan tersebut. Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa
pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang. Oleh karena itu,
di setiap level manapun kegiatan pendidikan harus disadari dan direncanakan sehingga dalam
mewujudkan proses belajar mengajar diperlukan sarana pendidikan terutama tingkat menengah
pertama dan menengah atas karena tidak semua masyarakat Kabupaten Lampung Selatan mampu
mengenyam pendidikan tingkat menengah, hal ini dibuktikan dengan data BPS tahun 2014 ratarata lama sekolah di kabupaten ini ialah 7,35 tahun dengan kata lain rata-rata penduduk Lampung
Selatan yang hanya bertamatan sekolah tingkat dasar cukup tinggi.
Gambaran Kasus
Dalam kasus ini akan digambarkan dan dianalisis data jumlah sarana pendidikan tingkat
menengah (sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah tingkat akhir) di Kabupaten
Lampung Selatan pada tahun 2013. Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014. Dalam penggambaran analisisnya akan diketahui
bagaimana jumlah sarana pendidikan menengah di kabupaten ini terpusat, menyebar serta kurva
kemiringannya (skewness), kemudian akan dianalisis mengunakan SNI (Standar Nasional
Indonesia) apakah jumlah sarana pendidikan tersebut sudah memenuhi atau belum dengan cara
membagi jumlah penduduk dengan jumlah penduduk minimum untuk satu unit sarana tersebut
sehingga dapat memberikan keluaran berupa masukan pengadaan sarana pendidikan menengah
di wilayah tersebut.
Tabel 1
Sarana Pendidikan Tingkat menengah di Kabupaten Lampung Selatan
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
Jumlah SMA
Penduduk
SMP
180621
33
15
Natar
108279
26
15
Jati Agung
71974
16
11
Tanjung Bintang
28124
7
5
Tanjung Sari
64388
9
4
Katibung
47840
19
10
Merbau Mataram
21975
3
3
Way Sulan
57637
10
6
Sidomulyo

Candipuro
Way Panji
Kalianda
Rajabasa
Palas
Sragi
Penengahan
Ketapang
Bakauheni
Sumber: BPS Lampung Selatan, 2014

52513
16723
84718
21544
55264
32543
36551
47985
22165

17
6
20
8
11
8
9
12
6

3
1
15
3
5
4
4
5
2

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menggunakan SPSS dihasilkan beberapa
output, yaitu:
Tabel 2
Statistics Frequencies
Jumlah Penduduk Jumlah SMP
N

Valid

17

Missing
0
Mean
55932.00
Std. Error of Mean
9832.763
Median
47985.00
Mode
16723a
Std. Deviation
40541.521
Variance
1.644E9
Range
163898
Minimum
16723
Maximum
180621
Sum
950844
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Jumlah SMA

17

17

0
12.94
1.926
10.00
6a
7.941
63.059
30
3
33
220

0
6.53
1.154
5.00
3a
4.758
22.640
14
1
15
111

Tabel 3
Descriptive Statistics
N

Range

Minimum

Maximum

Jumlah_SMP
17
30
3
Jumlah_SMA
17
14
1
Valid N
17
(listwise)
Sumber: Hasil Analisis Pribadi dengan SPS, 2014

33
15

Sum
220
111

Mean
12.94
6.53

Std. Deviation
7.941
4.758

Variance
63.059
22.640

Tabel 2 dan 3 diatas merupakan tabel hasil analisis frekuensi dan deskriptif dari Jumlah
penduduk, jumlah SMA dan jumlah SMP. Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa:
semua data telah diinput dan dianalisis, terlihat dari nilai data hilang (missing) bernilai 0
dan jumlah data valid sama dengan jumlah data yang diiput yaitu berjumlah 17.
Nilai rata-rata dari jumlah penduduk ialah 55932, rata-rata jumlah SMP 12,94 dan ratarata jumlah SMA 6,53 yang ditunjukan dari nilai mean pada tabel.

Nilai median dari jumlah penduduk ialah 47985, median jumlah SMP 10 dan median
jumlah SMA 5 yang ditunjukan dari nilai median pada tabel.
Modus dari jumlah penduduk ialah 16723a, modus jumlah SMP 6a dan modus jumlah
SMA 3a yang ditunjukan dari nilai mode pada tabel. Huruf a yang tertulis di modus
menunjukkan bahwa jumlah modus lebih dari satu (bimodus atau unimodus).
Nilai ukuran pemusatan data yang tertera pada tabel diatas antara lain adalah mean
(menunjukkan nilai rata-rata), nilai median (menunjukkan nilai tengah) dan modus (nilai
yang paling sering muncul). Nilai modus ini jauh lebih kecil dari pada nilai mean dan
median hal ini menunjukan bahwa data yang muncul mendekati nilai minimum sehingga
nilai jangkauannya tinggi.
Bentuk kurva kemiringan (skewness) berupa model kurva positif karena nilai
mean>median>modus.
Nilai minimum jumlah penduduk ialah 16723, nilai minimum jumlah SMP ialah 3 dan
jumlah minimum SMA ialah 1.
Nilai maksimum jumlah penduduk ialah 180621, nilai maksimum jumlah SMP ialah 33
dan jumlah maksimum SMA ialah 15.
Jumlah Penduduk di Kabupaten Lampung Selatan ialah 950884, jumlah SMP 220 dan
jumlah SMA 111.
rentang jumlah penduduk ialah 163898, rentang jumlah SMP ialah 30 dan rentang SMA
ialah 14.
Nilai ukuran penyebaran data berupa standar deviasi, varian (menunjukkan keberagaman
data), range (jangkauan), nilai maksimum serta minimum dan jumlah keseluruhan, pada
tabel terlihat nilai varian yang tinggi yang berarti tingginya fluktuasi data antara satu data
dengan data yang lain, nilai minimum dan maksimum memiliki rentangan nilai yang
cukup tinggi, yaitu untuk jumlah penduduk 163.898, jumlah SMP 30 dan jumlah SMA
14 yang berarti terdapat kesenjangan jumlah sarana pendidikan menengah di Kabupaten
Lampung Selatan.

Tabel 4
Selisih Sarana Pendidikan Tingkat Menengah berdasarkan SNI 03-1733 2013 di Kabupaten
Lampung Selatan
Kecamatan
Selisish SMP
Selisih SMA
-5
-15
Natar
3
-3
Jati Agung
1
-1
Tanjung Bintang
1
0
Tanjung Sari
-4
-7
Katibung
9
2
Merbau Mataram
-2
-1
Way Sulan
-2
-4
Sidomulyo
6
-6
Candipuro
3
-2
Way Panji
2
1
Kalianda
4
-1
Rajabasa
-1
-4
Palas
1
-1
Sragi

1
-2
Penengahan
2
-3
Ketapang
1
-2
Bakauheni
Sumber: Hasil Analisis Pribadi Menggunakan SPSS, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai selisih SMP dan selisih SMA. Data Selisih
adalah jumlah sarana fasilitas yang seharusnya tersedia menurut SNI 03-1733 2013 dikurangi
dengan jumlah sarana eksisting yang tersedia, terlihat bahwa pada beberapa kecamatan memiliki
selisih negatif dan positif. Selisih SMP negatif menunjukkan kurangnya sarana fasilitas yang
seharusnya tersedia, hal ini terjadi pada Kecamatan Natar, Katibung, Way Sulam, Sidomulyo dan
Palas sehingga disarankan untuk menambah fasilitas pendidikan setingkat SLTP dikecamatan
tersebut. Pada kolom selisih SMA juga ditemukan data bernilai negatif yang menunjukkan
kurangnya sarana fasilitas yang seharusnya tersedia, hal ini terjadi pada Kecamatan Natar, Jati
Agung, Tanjung Bintang, Katibung, Way Sulam, Sidomulyo, Candipuro, Way Panji, Rajabasa,
Palas, Sragi, Penengahan, Ketapang dan Bakauheni. Hanya Kecamatan Tanjung Sari, Merbau
Mataram dan Kalianda yang memenuhi standar SNI dalam hal jumlah sarana pendidikan tingkat
menengah di Kabupaten Lampung Selatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapat dapat disimpulkan bahwa persebaran
sarana pendidikan tingkat menengah di Kabupaten Lampung Selatan tidak merata, dapat dilihat
dari nilai varian dan jangkauan yang cukup tinggi sehingga dalam proses perencanaan Kabupaten
Lampung Selatan perlu menambah sarana pendidikan di beberapa kecamatan yang memiliki nilai
selisih negatif seperti di Kecamatan Natar, Katibung, Way Sulam, Sidomulyo dan Palas untuk
sarana pendidikan tingkat SLTP dan Kecamatan Natar, Jati Agung, Tanjung Bintang, Katibung,
Way Sulam, Sidomulyo, Candipuro, Way Panji, Rajabasa, Palas, Sragi, Penengahan, Ketapang
dan Bakauheni untuk sarana pendidikan tingkat SLTA. Hal ini dilakukan sebagai upaya
penyediaan sarana pendidikan untuk meninkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten
Lampung Selatan.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Lampung Selatan 2014
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006.
Mustafid. 2012. Metode Statistika. Semarang : FSM Universitas Diponegoro
Nurhadi. 2013. Ukuran Pemusatan Data dalam uny.ac.id. Diunduh pada Rabu, 18 Maret 2015.
Ronald E.Walpole., 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Setiawan Ade. 2011. Ukuran Pemusatan Data Mean Median Mode dalam smartstat.info. Diunduh
pada Rabu, 18 Maret 2015.
Siregar, Syofian. 2012. Statistik Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta Utara: Rajawali Pers
SNI 03-1733-2013 Tentang Sarana dan Prasarana Lingkungan
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

LAMPIRAN
1. Membuka applikasi SPSS
2. klik variabel view kemudian isikan jenis variabel yang akan dimasukkan.
3. klik data view dan isikan data pada variabel yang telah dibuat.
4. Untuk mengetahui selisih sarana pendidikan eksisting dengan SNI, maka harus membuat
variabel baru dengan hasil perhitungan
a. klik analyzetransfromcompute variable

b. klik variabel jumlah penduduk, ketikkan tanda / (bagi) lalu ketikkan 4800 (SNI SMP) pada
kotak numeric expression dan beri nama SNI_SMP pada target variable lalu klik tombol Ok.
c. Melakukan langkah 4a dan 4b dengan mengganti 4800 menjadi 6000 (SNI SMA).

d. klik analyzetransfromcompute variable, klik variabel jumlah_SMP, ketikkan tanda


(kurang) lalu klik variabel SNI_SMP lalu beri nama selisih_SMP pada target variable lalu
klik OK.
e. klik analyzetransfromcompute variable, klik variabel jumlah_SMA, ketikkan tanda
(kurang) lalu klik variabel SNI_SMA lalu beri nama selisih_SMA pada target variable lalu
klik OK.
5. Untuk mengetahui statistik deskriptif dari data dilakukan:
a. klik analyzedescriptive statisticsdescriptives

b. Maka muncul kotak dialog descriptives, pindahkan variabel yang akan dianalisis ke kota
variable(s), kemudian klik option.

c. Maka muncul kotak dialog option, beri check list pada semua jenis statistik deskriptif
yang dibutuhkan, kemudian klik continue.

d. Maka akan kembali ke kotak dialog descriptives lalu klik OK


6. Untuk mengetahui statistik deskriptif frekuensi dari data dilakukan:
a. klik analyzedescriptive statisticsfrequencies

b. maka akan muncul kotak dialaog dibawah ini, pindahkan variabel yang akan dianalisis
ke kotak variable(s) dengan klik variabel yang dinginkan dan klik tanda panah, kemudian
klik statistics

c. Beri check list frekuensi statistik yang dibutuhkan, seperti pemusatan data dan persebaran
data, kemudin klik continue.

d. klik charts jika ingin memilih jenis diagram yang ditampilkan, pilih satu dan klik continue.
e. setelah pengaturan selesai maka kembali ke kotak dialog frequencies maka klik OK.

7. Untuk mengkelaskan data menjadi lebih sederhana sehingga tidak ada nilai yang dimiliki oleh
dua kelas, dilakukan:
a. klik analyzerecode into different variables

b. klik variable yang akan dikelaskan, klik old and new values.
c. klik pada option range, LOWEST through value, ketikkan 1,49 lalu pada kotak value
ketikkan 1 lalu klik add. Pada range, value through HIGHEST, ketikkan 1,5, lalu pada
value ketikkan 2 kemudian klik add dan continue

Anda mungkin juga menyukai