Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab


terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu
corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang
hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya.1,2
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan.
Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing
tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing dapat
merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan
kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva, dan kornea. Jika
tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.1,2
Berikut akan disajikan sebuah laporan kasus pasien pria berusia 22 tahun
dengan diagnosis Corpus Alienum Kornea OD yang datang ke Poliklinik Mata RSUD
Ulin Banjarmasin. Akan dibahas mengenai gejala, pemeriksaan, diagnosis, dan
penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini dan akan disesuaikan dengan teori
yang sudah ada.
BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi dan Fisiologi
I.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 2.1. Anatomi Mata.1,3


Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis:1,3
a. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 m dan
berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bagian terbesar ujung saraf kornea
berakhir pada epitel ini. Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan
sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup
besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa
membentuk jaringan parut.
2

b. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membran
tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan
bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membran bowman maka akan berakhir
dengan terbentuknya jaringan parut.
c. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan
kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan
kornea. Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis
yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%.
Kadar air dalam stroma relatif tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan
penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi
kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam
stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau
jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea
dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan
kornea terlihat keruh.

Gambar 2.2. Histologi Mata


d. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan
bening, terletak di bawah stroma. Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier
infeksi dan masuknya pembuluh darah.
e. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk
mempertahankan kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di
dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi
kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu
fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular. Usia lanjut akan mengakibatkan
jumlah endotel berkurang. Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan
bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi
oleh nervus V.
I.2. Fisiologi kornea
4

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui


berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya
yang uniform, avaskuler, dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel
jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi, atau fisis pada endotel
berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya,
kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang
akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air
mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang
mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan
membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.3,4
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel
dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.3,4
II. Corpus Alienum
2.1. Definisi

Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab


terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu
corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang
hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya.2,4
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu:4,5
a. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga.
b. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian.
c. Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan
reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu
fungsi mata. Contoh: emas, platina, batu, kaca, dan porselin.
d. Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan
mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh: timah hitam, seng, nikel,

a.
b.
c.
d.

alumunium, tembaga.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari:4,5
Besarnya corpus alienum.
Kecepatan masuknya.
Ada atau tidaknya proses infeksi.
Jenis bendanya.

2.2 Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan.
Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing
tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4.6
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata,
6

konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada
kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda
asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4,6
2.3. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah:4,7
a. Percikan kaca, besi, keramik.
b. Partikel yang terbawa angin.
c. Ranting pohon.
d. Dan sebagainya
2.4. Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata
merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus
normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda
asing pada bola mata, fluorescein (+).3,4
2.5. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan:4,7
a. Anamnesis kejadian trauma.
b. Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
c. Pemeriksaan dengan oftalmoskop.
d. Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma.
e. Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari
bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra, konjungtiva, dan kornea
maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah
pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat

dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik,


dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.3,8
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di
limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnet dimasukkan untuk menarik benda
asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda
asing tersebut.3,8
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnet sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnet, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan
pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi
ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.2,3
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan
dengan giant magnet setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan
dengan operasi vitrektomi.3,9
2.7. .Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam
bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung.4,7
2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan
efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral
dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat memeengaruhi visus.
Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea
merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika
menembus cukup dalam.2,10

Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder
seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media
refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik.4,11

BAB III
LAPORAN KASUS
9

A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
No. RM
Tgl. Pemeriksaan

: Tn. Marhani
: Laki-laki
: 22 tahun
: Paku Alam RT 1 Sungai Tabuk
: Berkerja di Bengkel
: 1-14-48-55
: 24 Maret 2015

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Mata kanan perih
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik mata RSUD Ulin dengan keluhan mata kanan
terasa perih. Keluhan dirasa sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku mata terasa perih
saat pasien bekerja menggunakan gergaji besi di bengkel tempat pasien bekerja.
Pasien mengaku ada percikan serbuk besi yang tiba-tiba masuk ke matanya. Perih
dirasakan tiba-tiba, perih juga disertai dengan mata merah disekitar mata kanan.
Pasien merasa ada benda asing yang masuk pada mata kanan pasien dan
menyebabkan ada rasa mengganjal di mata pasien.
Penurunan penglihatan terjadi secara perlahan, awalnya penglihatan dirasakan
berkabut dan lama kelamaan penglihatan semakin menurun. Sekarang pasien merasa
silau jika melihat cahaya sehingga sulit untuk dapat melihat. Setelah terkena percikan,
pasien langsung mengucek mata kanan dengan menggunakan air, namun keluhan
perih tidak ada berkurang. Pasien juga sempat memberikan tetes mata pada mata
kanannya, keluhan perih tetap tidak berkurang. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
mata selalu berair sejak kemasukkan percikan tersebut.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan mata (kabur,nyeri,merah,dll) sebelumnya
b. Riwayat Diabetes Melitus
c. Riwayat hipertensi
d. Riwayat penggunaan kacamata
10

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

4.

e. Riwayat trauma pada mata


f. Riwayat penggunaan steroid jangka lama
g. Riwayat alergi makanan dan obat

: (+)
: (-)
: (-)

Riwayat penyakit keluarga


a. Riwayat penyakit serupa
b. Riwayat Hipertensi
c. Riwayat Cancer
d. Riwayat Diabetes Melitus
e. Riwayat alergi

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

C. Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi Rate

: compos mentis
: 120/70 mmHg.
: 82x/menit.
: 36,7oC.
: 20x/ menit

D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan
VISUS
PALPEBRA

BULBUS OKULI

KONJUNGTIVA

SCLERA
KORNEA

Okuli sinistra
5/5
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
Warna putih keruh
Arcus senilis (-)
Permukaaan licin (+)
Edema (-)

11

Okuli dextra
5/15
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hiperemis (+)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
Warna putih keruh
Arcus senilis (-)
Permukaaan licin (+)
Edema (-)

Benda asing (-)

Tampak
berukuran

COA
IRIS & PUPIL

3mm,

0,1

reflek diameter

3mm,

reflek

cahaya direk/indirek

Jernih
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi

+)
Jernih
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
N
Baik

Proyeksi

Warna
SHADOW TEST

mm,

cahaya direk/indirek (+/+)

RETINA
TIO
N
Proyeksi SINAR Baik
dan

besi

berwarna hitam (+)


Normal
Normal
Iris normal, pupil sentral, Iris normal, pupil sentral,
diameter

LENSA
FUNDUS MEDIA
PAPIL
MAKULA
&

serbuk

Positif

Positif

E. Diagnosis Banding (berdasarkan penurunan visus dan leukoria)


OD corpus alienum kornea
OD erosi kornea
F. Diagnosis Kerja
OD Corpus alienum kornea
G. Penatalaksanaan
- Mengeluarkan benda asing
- Gentamisin eye drops 6x1 tetes

12

(+/

H. Prognosis
Quo
Ad Vitam
Ad cosmetican
Ad fungsionam
Ad visam

Okuli Dextra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

Okuli Sinistra
ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Tn.M ditegakkan diagnosis corpus alienum OD dari anamnesis
dan pemeriksaan ophtalmologi. Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah
satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan
konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat
serius.
13

Dari identitas penderita, penderita berumur 22 tahun datang dengan keluhan


utama nyeri pada mata kanan sejak 2 hari yang lalu, nyeri disertai dengan kemerahan
di sekitar bola mata, penderita mengaku sebelumnya pernah menggerindra besi dan
ada sesuatu yang masuk di mata penderita. Dari keluhan pemderita tersebut dapat
diketahui kemungkinan gejala yang timbul diakibatkan adanya benda asing pada bola
mata.
Pada corpus alienum dapat yang muncul gejala berupa nyeri, sensasi benda
asing, fotofobia, mata merah, dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan
oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva, atau
injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan keadaan umum pasien
dalam batas normal, dengan pemeriksaan lokalis yang ditemukan: pada OD visus
5/15, konjungtiva hiperemi. Pada kornea tampak serbuk besi berwarna hitam
berbentuk sedikit bulat dengan diameter 0,1 mm. Sedangkan pada OS dalam batas
normal.
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab
terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu
corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang
hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya. Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola

14

mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada atau
tidaknya proses infeksi, dan jenis bendanya.
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan.
Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing
tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing dapat
merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah, dan
kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva, dan kornea. Sel darah
putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat
infiltrat kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan
nekrosis jaringan.
Tn. M berusia 22 tahun, dan pada pasien tidak didapatkan riwayat Diabetes
Melitus (-), hipertensi (-), penggunaan kacamata (-), trauma pada mata (+),
penggunaan steroid jangka lama (-), alergi makanan dan obat (-) pada dirinya dan
juga keluarga.
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari
bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea
maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah
pengambilan, dari tengah ke tepi. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan
mata kemudian dibebat dengan kassa steril dan diperban. Pada pasien ini juga
diberikan medikamentosa antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri. Pilihan yang
diberikan adalah gentamisin eyedrops yang diberikan 6x1 tetes perhari.

15

Prognosis mata kanan pada pasien ini mata akan sembuh dengan baik setelah
benda asing berupa serbukan besi diambil dan jarang dikaitkan dengan kerusakan
penglihatan berat dan butuh pembedahan ekstensif.

16

Anda mungkin juga menyukai