PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu geologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai proses bentuk dan
kandungan yang ada didalam bumi. Dalam ilmu geologi terdapat beberapa cabang
ilmu, salah satunya yaitu Mineralogi dan Petrologi.
Mineralogi merupakan ilmu yang menitik beratkan pada studi mengenai
pengamatan dan pendeskripsian mineral mineral penyusun batuan. Pengamatan
melalui sayatan tipis merupakan salah satu cara untuk mengetahui mineral mineral
penyusun batuan.
Untuk mempermudah melalukan pengamatan sayatan tipis, umumnya
menggunakan mikroskop polarisasi. Dalam penggunaannya, mikroskop polarisasi
dapat menggunakan analisis menggunakan nikol sejajar dan nikol silang. Namun,
pada praktikum ini hanya membahas mengenai nikol sejajar. Praktikum mengenani
nikol sejajar sangat membantu praktikan untuk menentukan penamaan suatu mineral.
Oleh karena itu, praktikum mengenai nikol sejajar sangat membantu praktikan dalam
hal pendeskripsian suatu mineral.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dilakukan praktikum ini yaitu sebagai salah satu metode untuk
praktikan lebih memahami dan mengetahui cara mendeskripsikan mineral melalui
sayatan tipis.
1.2.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Mikroskop
Mikroskop merupakan suatu alat bantu yang memungkinkan kita untuk dapat
mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Alat ini membantu memecahkan
persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang peri kehidupan makhlukmakhluk kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop . Makhlukmakhluk kecil tersebut disebut dengan mikroorganisme.
Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723) adalah orang yang pertama kali
mengetahui adanya dunia mikroorganisme tersebut.
Bentuk kehidupan dari dunia mikroba yang pertama kali beliau amati adalah
bekteri atau kuman. Dari pengamatan tersebut Anthonie Van leeuwenhoek berhasil
menemukan suatu bentuk kehidupan yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Bentuk kehidupan tersebut kemudian dinamakan animal cules, yang tidak lain adalah
2. Trikroik, bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda, conto pada mineral
bersistem kristal ortorombik, monoklin, dan triklin.
Bila satu mineral mempunyai pleokroisme trikroik dalam satu sayatan tipis, maka
mineral tersebut tidak akan memperlihatkan 3 (tiga) kali perubahan warna.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
Pleokroisme lemah
Pleokroisme kuat
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias fraksi (r),
maka indeks bias (n) juga merupakan fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium
yang berbeda.
Ada 2 jenis mineral yang diketahui dengan baik indeks biasnya yang mewakili
indeks bias tertinggi dan terendah:
a. Opal dengan indeks bias (n) = 1,40000
b. Intan dengan indeks bias (n) = 1,46476
Dikenal ada 2 metode yang dapat dipakai dalam penentuan indeks bias ini
adalah sebagai berikut:
a) Metode Garis "Becke"
b) Metode Illuminasi Miring
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1 Sampel Pertama
No. Urut
:1
No. Peraga
: 03
Pembesaran Obyektif
: 5x
Perbesaran Okuler
: 10x
Perbesaran Total
: 5 x 10 = 50x
Bilangan Skala
: 1/50 = 0,02
Kedudukan
: {47 ; 14,8}
Warna Absobsi
: Gelap Maksimum
Pleokroisme
: Kuat (Dwikroik)
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Euhedral
Indeks Bias
Belahan
: 1 arah
Pecahan
: Rata
Relief
: Tinggi
Inklusi
Warna
Bentuk
Ukuran
: Hitam
: Bulat
: 1.8 x 0.02 = 0.36 mm
Ukuran Mineral
Nama Mineral
: Biotit
:2
No. Peraga
Pembesaran Obyektif
: 5x
Perbesaran Okuler
: 10x
Perbesaran Total
: 5 x 10 = 50x
Bilangan Skala
: 1/50 = 0,02
Kedudukan
: {60.8 ; 11,8}
Warna Absobsi
: Kuning Kecoklatan
Pleokroisme
: Rendah
Intensitas
: Tinggi
Bentuk
: Euhedral Subhedral
Indeks Bias
: N min > N cb
Belahan
: 2 arah
Pecahan
: Uneven
Relief
: Tinggi
Inklusi
Warna
Bentuk
Ukuran
Ukuran Mineral
:
:
:
: 118 x 0,02 = 2,36 mm
:3
No. Peraga
: 02
Pembesaran Obyektif
: 5x
Perbesaran Okuler
: 10x
Perbesaran Total
: 5 x 10 = 50x
Bilangan Skala
: 1/50 = 0,02
Kedudukan
: {57.5 ; 19,8}
Warna Absobsi
: Tidak berwarna
Pleokroisme
: Tidak ada
Intensitas
: Lemah
Bentuk
: Euhedral - Subhedral
Indeks Bias
: N min > N cb
Belahan
:-
Pecahan
: Uneven
Relief
: Rendah
Inklusi
:-
Warna
Bentuk
Ukuran
Ukuran Mineral
:
:
:
: 120 x 0,02 = 2,4 mm
3.2 Pembahasan
3.2.1 Sampel Pertama
Pada pengamatan pertama mineral yang diamati menggunakan perbesaran
lensa okuler 10x serta perbesaran lensa objektif 5x. Dimana dari perbesaran tersebut
kita dapat memperoleh perbesaran total 50x dan dapat diketahui bilangan skalanya
yaitu 0.02. Kedudukan (47;14.8) dengan warna absorbsinya gelap maksimum.
Mineral ini memiliki pleokroisme kuat, dengan jenis dwikroik. Mineral ini juga
memiliki intensitas sedang hingga tinggi dan memiliki bentuk euhedral. Indeks bias
mineral ini Nmin > Ncb. Mineral ini memiliki belahan 1 arah dan memiliki pecahan
rata. Relief pada mineral ini tinggi. Mineral ini juga memiliki inklusi dengan warna
hitam, bentuk bulat dan ukuran 0.36 mm. Mineral ini memiliki ukuran sekitar 20.6
mm dan berdasarkan deskripsinya ditentukan mineral ini merupakan mineral Biotit.
Mineral ini banyak ditemukan pada batuan beku intrusif, pegmatit, serta
lamprofiris, dan sedikit pada batuan metamorf. Mineral biotit dapat berasosiasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan prakktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengamatan menggunakan menggunakan nikol sejajar dapat menentukan
kedudukan, warna absorbsi, pleokroisme, intensitas, bentuk, indeks bias,
belahan, pecahan, relief, inklusi, ukuran mineral, serta nama mineral.
2. Kegunaan dari pengamatan menggunakan nikol sejajar yaitu dapat
menentukan sifat sifat optik mineral.
4.2 Saran
4.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Peralatan yang ada di harapkan dapat dijaga dan dipelihara dengan baik.
Selain itu, sampel mineral mineral yang ada dilaboratorium diharapkan dapat
dijaga.
mengerjakan
laporannya.seharusnya
koordinator
asisten
memberikan senyum.
DAFTAR PUSTAKA
Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.
rajin-rajin