Anda di halaman 1dari 15

Eksodonsia

Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang bertujuan untuk mengeluarkan
seluruh bagian gigi bersama jaringan pathologisnya dari dalam socket gigi serta menanggulangi
komplikasi yang mungkin timbul.
Eksodonsia yang sempurna menunjukan bahwa bagian gigi dan jaringan pathologisnya yang
melekat seluruhnya harus ikut terambil keluar dari dalam socket.Sisa akar gigi granuloma apikalis dan
serpihan jaringan gigi serta tulang alveolar harus diangkat keluar socket.
Indikasi Eksodonsia

1.
Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan
apapun.
2.
Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan
endodontic tidak dapat dilakukan.
3.
Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal
sering harus dilakukan pencabutan.
4.
Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman
tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau
mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5.
Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6.
Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan
untuk mencegah infeksi tulang.
7.
Untuk perawatan ortodonsi
8.
Supernumerary teethmaksudnya gigi yang berlebih yang tumbuh secara
tidak normal
9.
Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak
mecegah trauma atau kerusakan.
10.
Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi
menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11.
Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12.
Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi
dicabut)
13.
Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi
normal.
14.
Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat
membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang
berhubungan dengan osteomelitis.
Kontraindikasi Eksodonsia
Beberapa kontraindikasi,baik itu relative maupun mutlak yang sifatnya local atau
sistemik harus dipertimbangkan dalam pencabutan gigi. Dalam keadaan ini persiapan pasien sangat
penting untuk mencegah kerusakan atau kematian sehingga dapat dicapai penyembuhan primer.
Beberapa kontra indikasi yang relative atau mutlak tersebut adalah :
Kontra indikasi local

Infeksi-infeksi akut seperti selulitis yang tidak terkontrol

Perikoronitis akut

Pada infeksi ini sering sekali melibatkan bakteri campuran dan perikoronitis pada gigi molar
mempunyai akses ke daerah yang lebih profundus pada daerah orofaring.
Kontra indikasi sistemik

Ada beberapa penyakit sistemik atau kelainan yang menimbulkan komplikasi atau
dikomplikasi oleh pencabutan. Berikut ini beberapa penyakit yang sering kali menimbulkan masalah
dalam pencabutan gigi, yaitu :

Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol, yang apabila dilakukan pencabutan
nantinya akan menyebabkan infeksi pada luka atau tidak adanya penyembuhan normal.

Penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi dan dekompensasi


jantung. Sebelum dilakukannya pencabutan sebaiknya dilakukan control terlebih dahulu ke dokter
spesialis.

Penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh seperti AIDS

Kelainan-kelainan darah seperti anemia parah, leukemia atau hemophilia

Penyakit addisons atau penyakit defisiensi steroid, pasien harus dirawat terlebih dahulu

dari penyakit tersebut dengan terapi steroid meskipun begitu penderita yang menjalani terapi steroid
dalam waktu yang panjang dapat menimbulkan stress pada waktu pencabutan

Penyakit-penyakit demam yang tidak diketahui asal penyebabnya dan ditakutkan


menyebabkan oenyakit subakut bacterial endokarditis

Nephritis, sebelum dilakukannya pencabutan penderita sebaiknya melakukan perawatan


yang intensif terlebih dahulu terhadap ginjalnya.

Kehamilan (pregnancy).Diperlukan kehati-hatian sebelum melakukan pencabutan karena


pada penderita hamil seringkali adanya penurunan tekanan oksigen. Banyak ahli kandungan
berpendapat pencabutan dapat dilakukan sejak trisemester kedua.

Penderita uzur, merupakan kontraindikasi yang relative memerlukan perawatan yang

sangat hati-hati. Hal ini berhubungan dengan respon fisiologis yang buruk terhadap pencabutan

Psikosa dan reflek neurosis, penderita mempunyai masalah di dalam pencabutan

dikarenakan ketidakstabilan saraf

Bahan dan Alat Eksodonsia


Peralatan diagnostik
Alat-alat dasar yang digunakan pada waktu pemeriksaan ialah :
a.
Pinset KG dengan atau tanpa permukaan yang bergores pada ujung penjepit.
Digunkan untuk mengambil atau menjepit kapas atau tampon.
b.
Sonde (dental Probe) lurus dan bengkok digunakan untuk pemeriksaan
kedalam karies dan mengetahui vitalitas gigi.
c.
Kaca mulut dalam beberapa ukuran (mm) digunkan untuk melihat objek di
rongga mulut.
d.
Eksavator
e.
Neirbeken
Peralatan pencabutan gigi
Alat-alat yang berhubungan dengan pencabutan gigi, yang terdiri dari :
1. Forcep ( tang pencabutan )

Tang merupakan alat yang dipergunakan untuk melepaskan gigi dari jaringan tulang dan
jaringan lunak disekitar gigi, untuk itu diperlukan tang yang ideal untuk masing-masing gigi, agar
dapat meneruskan kekuatan tekanan operator ke gigi dengan baik.
a. Bagian-bagian dari tang ekatraksi adalah :
- beak, merupakan ujung yang mencekeram gigi geligi
- Joint/sendi/poros, merupakan pertemuan antara beak dan handle
- Handle/pegangan, merupakan bagian untuk pegangan operator
b. Tang rahang atas
Gigi-gigi rahang atas dibagi atas regio depan (anterior), tengah atau belakang
Untuk pencabutan gigi-gigi tersebut tang yang digunakan adalah :

Bentuk lurus

Untuk pencabutan gigi-gigi depan bermahkota atau sisa akar

Bentuk S

Untuk pencabutan gigi-gigi yang letaknya ditengah premolar atau molar, mahkota atau sisa
akar

Tang posterior rahang atas (molar kiri)

tang posterior rahang atas (premolar)

Tang posterior rahang atas (molar kanan)

Bentuk bayonet
Untuk pencabutan gigi molar tiga atau sisa akar gigi-gigi posterior.
Tang untuk pencabutan gigi molar rahang atas atau mahkota dibedakan atas kiri dan kanan
sesuai bentuk beak. Sedangkan tang untuk gigi insisivus, kaninus dan premolar tidak dibedakan atas
kanan atau kiri.

c.Tang rahang bawah


Tang yang digunakan untuk gigi-gigi RB mempunyai ciri antara paruh dan pegangan
membentuk sudut 90 derajat atau dimodifikasi lebih dari 90 derajat (untuk gigi yang letaknya di sudut
mulut).
Tang rahang bawah umumnya tidak dibedakan antara kanan dan kiri, tapi ada juga yang
dibedakan. Untuk gigi I, C, dan P bentuk beak pada umumnya tumpul, yang membedakannya terletak
pada lebar paruh (beak) dalam ukuran mesio-distal. Untuk tang molar ditandai yaitu pada beaknya
ada ujung yang tajam pada kedua sisi dan tengah.

Tang Trismus yaitu tang rahang bawah dengan pembukaan horizontal


biasanya dipakai untuk pencabutan gigi pada penderita yang sukar membuka mulut.

Tang Tanduk / Cow Horn yaitu yang dipergunakan untuk mencabut gigi yang
tidak bermahkota dimana bifurkasi masih baik.

Tang modifikasi yaitu bentuk beak dan handle tidak membentuk sudut 90
derajat.

Tang Split / separasi yang digunkan untuk memecah bifurkasi.

2. Elevator/pengungkit
Alat ini digunakan untuk mengungkit gigi dari alveolus. Untuk pengungkit gigi/akar dengan
titik fulcrum, dimana letak fulcrum tergantung dari lokasi objek yang diungkit.
a. bagian-bagian alat pengungkit
- blade, merupakan ujung yang tajam untuk mengungkit gigi
- shank, merupakan bagian yang menghubungkan blade dan handle
- handle, merupakan bagian yang digunakan untuk pegangan
Menurut bentuknya elevator dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. straight ( lurus )
Alat ini mempunyai bentuk dimana handle, shank dan blade membentuk suatu garis lurus.
2. cross Bar
Alat ini mempunyai bentuk antara handle dan shank, membentuk sudut 90 . Alat ini
berpasangan mesial/distal atau kiri/kanan.
3. Angular
Alat ini mempunyai bentuk dimana blade membentuk sudut terhadap shank dan handle.
Menurut penggunaannya elevator diklasifikasikan atas :
1. elevator yang didesain untuk menyingkirkan segala gigi
2. elevator yang didesain untuk menyingkirkan akar yang fraktur setinggi gingiva line
3. elevator yang didesain untuk akar yang fraktur panjang akar
4. elevator yang didedain untuk akar yang fraktur panjang akar

5. elevator yang didesain untuk menyingkirkan mukoperiosteal sebelum penggunaan tang


ekstraksi.
Beberapa tang khusus :

Tang trismus

Tang M3 Rahang Atas

Tang cow horn


Teknik ekstraksi untuk gigi rahang atas
1.
Gigi incisivus Rahang Atas
Gigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal forceps (no. 150) walau pun forceps
lain bias diunakan. Gerakan awal pada ekstraksi ini harus pelan, konstan dan tegaspada arah labial yang
akan memper luas crestal buccal
bone.
Setelah itu dilakukan gerakanmemutar
yang
lebih pelan. Gerakan memutar tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigiinsisif
lateral
terutama jika ada lekukan pada gigi.

2.
Gigi kaninus rahang atas
Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan upper universal forceps (no.
150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus dilakukan pada aspek buccaldengan tekanan kearah
palatal. Sedikit gaya berputar pada
forceps
mungkin berguna untukmemperluas
socket
gigi, terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah gigiterluksasi dengan baik, gigi bisa di
cabut dari socket kearah labial-incisal dengan labial tractional forceps

3.
Gigi premolar 1 RahangAtas
Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan
upper
universal
forceps
(no.
150). Sebagaialternatif,
bias juga digunakan forceps no. 150A. Gigi harus diluksasi sebanyak mungkindengan menggunakan elevator
lurus. Gaya berputar harus dihindari pada gig iini agar tidakterjadi fraktu rakar.

4.
Gigi premolar 2 RahangAtas
Forceps yang direkomen dasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps no. 150 atau 150 A.
gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga pergerakan yang kuat bias diberikan padaekstraksi gigi ini.

5.
Gigi molar Rahang Atas
Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas.Paruh pada
forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigimemilih untuk menggunakan
forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps
tersebut biasa digunakan untuk gigi molar yang memilik ikaries yang besar atau restorasi yang
besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S yang
bias digunakan untuk sebelah kiri atau kanan.
Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan yang kuatbuccal dan palatal,
akan tetapi gaya yang diberikan pada buccal lebih besar dibandingkan yang kearah palatal. Gaya rotational
tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahangatas memiliki 3 akar.

Teknik Ekstraksi gigi Rahang Bawah


Ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block. Selain itu, tangan
operator juga harus selalu menyokong rahang bawah
1.
Gigi anterior rahang bawah
Lower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi rahangbawah
anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan kearah labial dan lingual, denganmenggunakan tekanan yang
sama besar. Gigi dicabut menggunakan tractional forceps padaarah labial-incisal.

2.
Gigi premolar rahangbawah
Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga forceps no. 151.Akan tetapi
forceps no. 151A bias dijadika nalternatif. Pergerakan awal diarahkan keaspekbuccal lalu kembali keaspek
lingual dan akhirnya berotasi. Pergerakan rotasi sanga tdiperlukanpada ekstraksi gigi ini.
3.
Gigi molar RahangBawah
Forceps
no.
17
biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan kuat pada arahbuccolingual digunakan unutuk memperl
uas
socket
gigi dan memberikan kemudahan gigi untuk
di
ekstraksi pada arah buccoocclusal.
Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang telah erupsi, biasanya digunakan forceps no. 222

Pencabutan Sederhana / Pencabutan Dengan Tang / Pencabutan Intra Alveolar


Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang
atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps extraction dan
merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi.

Pencabutan dengan menggunakan tang terdiri dari beberapa langkah yaitu : pemeriksaan,
adaptasi dan aplikasi tang, ekspansi/luksasi alveolus, mengeluarkan gigi yang diikuti dengan
pemeriksaan, kuretase dan kompresi.
Pemeriksaan meliputi pengamatan yang hati-hati, baik secara klinis maupun radiografis
berkenaan dengan gigi yang akan dicabut dan merupakan dasar untuk menentukan rencana
pembedahan. Pencabutan dengan tang biasanya terjadi tanpa komplikasi, tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa secara rutin diperlukan pula cara-cara lain seperti perubahan instrumentasi /
pembedahan apabila mahkota atau akar fraktur.
Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam
ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah berpegang
kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud
menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak
goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi
dapat dihindari.
Tekanan terkontrol adalah kunci dari penggunaan elevator dan tang. Menggunakan tekanan
yang berlebihan atau tidak terkontrol akan mengakibatkan pencabutan yang eksplosif yang
merupakan resiko terkecil dan fraktur akar atau cedera serius lainnya, yang merupakan konsekuensi
terburuk.
Penggunaan tekanan yang terkontrol tergantung pada urutan tindakan. Posisi pasien
terhadap operator harus benar. Siku operator terletak di samping dengan telapak tangan ke bawah
untuk mencabut gigi-gigi bawah, dan telapak tangan ke atas untuk gigi-gigi atas.
Harus digunakan grasp atau pegangan yang benar, baik pinch grasp maksila atau sling grasp
mandibula. Yang terpenting adalah adanya sensai taktil dari besar tekanan yang diaplikasikan dan
perubahan mobilitas gigi. Aplikasi tekanan yang terkontrol akan menjamin keamanan pencabutan dan
mengurangi terjadinya komplikasi.

Teknik Pencabutan Gigi Akar Tunggal


Teknik pencabutan open method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika pencabutan
secara intra alveolar/ pencabutan tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur akar dibawah garis
servikal. Tahap pertama teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal dengan desain flap envelope
yang diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau dengan perluasan ke bukal/labial.
Setelah flap mukoperiostal terbuka secara bebas selanjutnya dilakukan pengambilan tulang
pada daerah bukal/labial dari gigi yang akan dicabut, atau bisa juga diperluas kebagian posterior dari
gigi yang akan dicabut. Jika tang akar/ elevator memungkinkan masuk ke ruang ligamen periodontal,
maka pengambilan dapat digunakan tang sisa akar atau bisa juga menggunakan elevator dari bagian
mesial atau bukal gigi yang akan dicabut. Jika akar gigi terletak di bawah tulang alveolar dan tang
akar/ elevator tidak dapat masuk ke ruang ligamen periodontal maka diperlukan pengambilan
sebagian tulang alveolar. Pengambilan tulang diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari
luka bedah yang besar.

Pencabutan gigi teknik open method extraction tanpa pengambilan tulang dan
pemotongan tulang dengan tang (Peterson, 2003)
Pengambilan tulang alveolar dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, pengambilan
tulang dilakukan dengan ujung tang akar bagian bukal menjepit tulang alveolar. Kedua, pembuangan
tulang bagian bukal dengan bur atau chisel selebar ukuran mesio-distal akar dan panjangnya
setengah sampai dua pertiga panjang akar. Pengambilan akar gigi bisa dilakukan dengan elevator
atau tang akar. Jika dengan cara ini tidak berhasil maka pembuangan tulang bagian bukal diperdalam
mendekati ujung akar dan dibuat takikan dengan bur untuk penempatan elevator. Setelah akar gigi
terangkat, selanjutnya menghaluskan tepian tulang, kuretase debris atau soket gigi, mengirigasi dan
melakukan penjahitan tepian flap pada tempatnya.

Pencabutan gigi teknik open method extraction dengan pengambilan


sebagian tulang bukal (Peterson, 2003)

Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel Atau Akar Divergen

Pencabutan gigi akar multipel dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu setelah
dilakukan pemisahan pada bifurkasinya. Pertama pembuatan flap mukoperiostal dengan desain flap
envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota arah linguo-bukal dengan bur
sampai akar terpisahkan.Pengangkatan akar gigi beserta potongan mahkotanya satu-persatu dengan
tang.

Teknik open method extraction dengan pemotongan mahkota gigiarah linguo-bukal


( Peterson, 2003)
Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai
dibawah servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah servikal.
Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi diangkat. Tepian
tulang atau septum interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris dikuret dan
diirigasi serta penjahitan tepian flap pada tempatnya.

Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open method extraction, dimana
dilakukan pemotongan mahkota dan akar gigi (Peterson, 2003)

Pencabutan gigi molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar satu
persatu ( Peterson, 2003)
Kolmplikasi Eksodonsia
Pencabutan dengan tang

Perdarahan

Sedikit perdarahan setelah dilakukan pencabutan gigi merupakan keadaan yang normal.
Perdarahan yang masih terjadi setelah 30-60 menit dilakukan penekanan dengan menggigit tampon
perlu perawatan lanjut hal ini disebut sebagai perdarahan primer ( primary hemorrhage ).
Dapat pula terjadi perdarahan setelah beberapa hari dilakukan pencabutan disebut perdarahan
sekunder ( secondary hemorrhage ).
Terapi :
a.
Membersihkan Blood clot
b.

Irigasi pada socket dengan isotonik salin

c.

Perdarahan dari gusi diatasi dengan penjahitan

d.
diberi pack

Perdarahan dari tulang dapat diatasi dengan penjahitan rapat dan ditambahkan

e.

Gigit tampon selama 15-30 menit

f.

Diberikan obat-obatan coagulan.

Fraktur akar

Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh karena
rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar yang fraktur amat kecil dan
letaknya jauh terbenam dalam tulang dapat dibiarkan dengan catatan penderita diberitahu keadaan
tersebut.

Fraktur tulang alveolar

Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang
alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan
pencabutan.

Fraktur dari tuberositas maxilaris


Terjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena
tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gigi palsu.

Perforasi Sinus Maxilaris


Terjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini lebih mudah
terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena tulang antara akar dan sinus
terlibat keradangan kronis sehingga rusak.
Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung bilamana
penderita kumur atau minum, kadang kala saat pencabutan tidak diketahui baik oleh dokter ataupun
penderita kalau terjadi perforasi.
Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila perlu tulang
bagian bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada mukosa dari bukal untuk menutup.
Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu, jangan
kumur terlalu keras.

Terdorongnya akar pada Sinus Maxillaris


Bila terjadi, dapat dicoba untuk mengambil bagian tersebut dengan jalan :
a.
Penderita disuruh meniup dengan lubang hidung ditutup
b.
Diambil dengan ujung alat penghisap ( suction tip ) pada socket )
c.
Bila tidak berhasil perlu dilakukan tindakan pembedahan dengan merujuk penderita
ke dokter ahli.

Alveolitis
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan setelah
pencabutan gigi. Drysocket ditandai dengan hilangnya rusaknya blood clot pada socket, dimulai
dengan adanya blood clod yang keabu-abuan dan diikuti rusaknya blood clot sehingga socket terlihat
kering.
Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl, iodoform

Komplikasi pencabutan pasca bedah


Perdarahan

Control local untuk perdarahan, jika pasien dalam kondisi yang sadar bisa dilakukan suction
dengan menemukan sumber perdarahannya. Setelah ditemukan, bekuan darah tadi dibersihkan dan
diperiksa. Apabila perdarahan berasal dari dinding alveolus bisa diisi dengan sponge gelatin yang
dapat diabsorbsi atau sponge kolagen mikrofibriliar.

Hematom
Perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Bermula sebagai
pembengkakan rongga mulut yang berwarna merah dan seiring berjalannya waktu menjadi noda
memar berwarna biru dan hitam. Penanganannya bisa dengan memberi penjelasan kepada pasien
tentang pembengkakan dan menunggu observasi lebih lanjut. Untuk beberapa pasien tertentu bisa
diberikan antibiotic propilaktik karena hematom ini mudah terinfeksi.

Edema

Merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi. Usaha usaha
untuk menangani edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan) dan obat-obatan. Aplikasi
dingin selama 24 jam pertama, penekanan bisa dengan sebungkus es pada region servikal maupun
fasial. Sedangkan untuk obat obatan bisa yang paling sering digunakan adalah jenis steroid.

Reaksi terhadap obat


Alergi obat sejatinya jarang terjadi bahkan relative jarang. Yang umum adalah alergi aspirin
yang bermanifestasi sebagai ruam kulit (aurtikaria), angiodema, dan asma. Untuk reaksi akut
terhadap antibiotic ( terutama penisilin)ndpat mematikan. Respon alergi dari obat bisa diatasi dengan
antihistamin, epineprin dan steroid. Akan tetapi reaksi alergi ini paling baik dicegah dengan jalan
memeriksa riwayat pasien secara lengkap.

Subcutan emphysema

Jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan ikat atau
spacia pada wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan udara tinggi. Terjadi amat cepat,
terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai