DISUSUN OLEH :
UMI AKOYAMA
DESRA LORENSIA
EVI ROSANTI
RIDHO RIZKY AMANDA
: 03071181320007
: 03071181320045
: 030711813200
: 030711813200
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam bidang Implikasi Pancasila di Bidang Ekonpmi..
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh kerena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami peran Pancasila khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi
nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman
yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan
dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Apalagi
manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi
yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam
wacana politis maupun akademis.
Pancasila mempunyai peran di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang ekonomi.
Meskipun dasar negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem perekonomian yang
selama ini berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah dicengkram sistem ekonomi
komando di era orde lama yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia
menganut sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme
pun semakin menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agenagen kapitalisme global seperti World Bank dan IMF setelah Indonesia mengalami krisis
moneter.
Pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa Indonesia masih
terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari The World Bank
(1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble progress of
development, ternyata perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah
sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993).
Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan Orde Lama
yang dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan mendasar (radically).
Bermula dari krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke lingkungan perbankan hingga ke
lingkup perindustrian.
Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi, hanya sebatas
membangun rumah di atas langit dan akibatnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat
menjadi tersingkirkan. Rakyat masih terus menjadi korban kegagalan kebijakan pemerintah.
Potret perekonomian Indonesia semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah
yang selalu pasrah dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF) dalam
mencari titik terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi menumpuknya utang luar negeri
semakin menghimpit nafas bangsa Indonesia, sampai-sampai seorang bayi baru lahir pun telah
harus menanggung hutang tidak kurang dari 7 juta rupiah.
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan)
pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat
yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga
terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan
model perekonomian yang telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat
dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang
sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat miskin),
atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan
pengamalannya saja.
1. Sebenarnya apa peran Pancasila dalam mengatur perekonomian bangsa Indonesia ?
2. Bagaimana Pancasila dapat menjadi sebuah dasar negara dalam mewujudkan keadilan
ekonomi pada rakyatnya ?
3. Apa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang
ekonomi agar tidak berkiblat ke kapitalisme ?
Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi penelikungan sistem ekonomi
nasional sehingga Pancasila sebagai dasar negara belum sepenuhnya menjiwai sistem
perekonoman negara ini, baik oleh aktor eksternal yang dimotori oleh World Bank dan IMF
maupun oleh aktor internal yaitu pemerintahan melalui serangkaian kebijakan ekonominya yang
bersifat neoliberal dan kalangan intelektual ekonomi dengan pemikiran-pemikirannya.
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui peran Pancasila dalam mengatur perekonomian bangsa Indonesia.
2. Untuk megetahui Pancasila dapat menjadi sebuah dasar negara dalam mewujudkan keadilan
ekonomi pada rakyatnya.
3. Untuk mngetahui langkah-langkah yng dilakukan dalam penafsiran Pancasila agar tidak berkiblat
ke kapitalisme.
D.
Manfaat
System ekonomi Indonesia berdasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa, dan system
ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan
nasional bangsa Indosesia adalah pembangunan yang berakhlak.
BAB
II
TEORI - TEORI
1.
Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana). Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta Pancasila memiliki dua macam arti yakni
panca artinya lima, syila artinya batu sendi, alas atau dasar, syiila artinya peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh. Sehingga dapat diartikan bahwa
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sansekerta: paca berarti lima dan laberarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi
utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan tercantum
pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.Peran Pancasila ada di
berbagai bidang diantaranya, hukum, pertahanan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya.
Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan sistem ekonomi
Pancasila.
Ekonomi Pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (institutional economics) yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai ideologi negara, yang kelima
silanya, secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia yang
menekankan pada harmoni mekanisme harga dan social (sistem ekonomi campuran), bukan pada
mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari kemiskinan,
keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan rasa diperlakukan tidak adil
yang memosisikan pemerintah memiliki asset produksi dalam jumlah yang signifikan terutama
dalam kegiatan ekonomi yang penting bagi negara dan yang menyangkut hidup orang banyak.
Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat menjamin dan
berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM). Selain
itu ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan
sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua
kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada
atau turut campur.[3]
Jika Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila yaitu :
(1) etika
(2) kemanusiaan
(3) nasionalisme
(4) kerakyatan/demokrasi
(5) keadilan sosial, harus dipertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun.
Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai
caranya, maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila. Disinilah perlunya
menengok ulang pemikiran Adam Smith yang 17 tahun sebelum menulis karyanya Inquiry Into
The Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776) yang kemudian menjadi kitab suci
ideologi kapitalisme, telah menulis The Theory of Moral Sentiments (1759). Di dalam karya
terdahulunya, terdapatlah ajaran asli Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ilmu ekonomi sama sekali
tidak bisa lepas dari faktor-faktor etika dan moral. Dalam buku ini, Smith mencoba
mengembangkan ilmu ekonomi yang tidak saja bermoral namun juga mendesain aspek
kelembagaannya. Dari sinilah keberadaanEkonomi Pancasila paralel dengan pemikiran Smith.
Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), sistem Ekonomi Pancasila dicirikan oleh lima hal
sebagai berikut:
1. Koperasi adalah sokoguru perekonomian nasional
2. Manusia adalah economic man sekaligus social and religious man.
3. Ada kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme dan kemerataan sosial.
4. Prioritas utama kebijakan diletakkan pada penyusunan perekonomian nasional yang
tangguh.
5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi,
diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan
ekonomi seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.
Dalam prakteknya, menurut Mubyarto (Kepala PUSTEP UGM), fakultas ekonomi sebagai
gudang pemikiran ilmu ekonomi telah menyumbang 3 dosa dalam pengajarannya yang berperan
memperparah marginalisasi Ekonomi Pancasila, yaitu:
1.
Bersifat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonom klasik Adam Smith. Konsep Smith tentang
Manusia Sosial (homosocius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan, sedangkan ajaran
berikutnya pada tahun 1776 (manusia sebagaihomoeconomicus) dipuja-puji secara membabi buta.
2. Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik diajarkan secara penuh, sedangkan metode
analisis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan Alfred Marshall dan Gustave
Schmoller, dua tokoh teori ekonomi neoklasik, untuk memakai dua metode secara serentak
laksana dua kaki.
3. Ilmu ekonomi menjadi spesialistis dan lebih diarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi matematika.
Menurut Kenneth Boulding dalam Economic as A Science, ilmu ekonomi dapat dikembangkan
menjadi salah satu atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut: (a) ekonomi sebagai ilmu
sosial (social science); (b) ekonomi sebagai ilmu ekologi (ecological science); (c) ekonomi
sebagai ilmu perilaku (behavioral science); (d) ekonomi sebagai ilmu politik (political science);
(e) ekonomi sebagai ilmu matematika (mathematical science); dan (f) ekonomi sebagai ilmu
moral (moral science)
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-bukan,
bukan kapitalisme juga bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem perekonomian
alternatif yang bersifat komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi
mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Dalam konteks inilah kemudian diperlukan adanya reformasi tidak saja dalam tataran
implementasi kebijakan perekonomian selama ini, namun juga transformasi pola pikir dari
ekonomi neoliberal yang dominan untuk menjadi lebih berkemanusiaan dan berkeadilan sosial
yang
dijiwai
nilai-nilai
Pancasila.
ikon Ekonomi
Bukan
hal
Pancasila dan
yang
bisa
mustahil
jika
menggeser
kelak
dominasi
kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling
menjatuhkan.
BAB
III
berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai Pancasila yang mengutamakan
kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut
mendorong
percepatan
perubahan
struktural
(struktural
transformation)
karena itu, ekonomi harus berdasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan
ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga kita harus menghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainnya
yang dapat menimbulkan penderitaan pada manusia, menimbulkan penindasan atas manusia satu
dan lain.
3.
Ekonomi Pancasila Diteliti Dari Dalam Dan Pelaksanaan Sila-Sila Pancasila Dalam
Bidang Ekonomi
Dalam prakteknya, menurut Mubyarto (Kepala PUSTEP UGM), fakultas ekonomi sebagi
gudang pemikiran ilmu ekonomi telah mnyumbang 3 dosa dalam pengajarannya yang berperan
memperparah marginalisasi Ekonomi Pancasila :
1. Bersifat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonom klasik Adam Smith. Konsep Smith
tentang Manusia Sosial (homosocius, tahun 1759) dilupakan atau tidak diajarkan,
sedangkan ajaran berikutnya pada tahun 1776 (manusia sebagai homoeconomicus)dipujapuji secara membabi buta..
2. Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik diajarkan secara penuh, sedangkan
metode analisis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan pesan Alfred
Marshall dan Gustave Schmoller, dua tokoh teori ekonomi neoklasik, untuk memakai dua
metode secara serentak lasana dua kaki.
3. Ilmu ekonomi menjadi spesialis dan lebih diarahkan untuk menjadi ilmu ekonomi
matematika. Menurut Kenneth Boulding dan Ekonomic as A Science, ilmu ekonomi dapat
dikembangkan menjadi salah satu atau gabungan dari cabang-cabang ilmu berikut
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan
kapitalisme juga bukan sosialisme, menawarkan harapan berupa sistem perekonomian alternatif
yang bersifat komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita
bangsa sebagaimana termaktub dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945. Dalam konteks inilah
kemudian diperlukan adanya reformasi tidak saja dalam tataran implementasi kebijakan
perekonomian selama ini, namun juga transformasi pola pikir dari ekonomi neoliberal yang
dominant untuk menjadi lebih berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara, maka sila-sila yang terdapat pada Pancasila dapat diterapkan
dalam kehidupan ekonomi bangsa, negara dan masyarakat sebagai berikut:
1.
Ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan pemerataan-pemerataan sosial
(egalitarian), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3.
Persatuan Indonesia
Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh. Ini
berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.
4.
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
Hikmat
Kebijaksanaan
dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupan bentuk paling konkrit dari usaha
bersama.
5.
Hal ini menunjukan pada adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan
ekonomi dan keadilan sosial.
Aturan main yang diturunkan dari setiap sila dalam Pancasila kita bisa melihat sejauh mana
aturan main tersebut telah bisa ditegakkan dalam masyarakat. Misalnya, dalam sila Persatuan
Indonesia kita bisa meneliti setiap kasus kebijakan ekonomi yang hendak diambil, apakah akan
membantu atau tidak pada peningkatan ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional. Lebih
spesifik lagi bisa diambil contoh apakah setiap utang baru atau kerja sama ekonomi dengan
negara lain bisa membantu atau sebaliknya mengancam ketangguhan dan ketahanan ekonomi
nasional.
Beberapa contoh konkrit pelaksanaan isi arti Pancasila yang khusus dan konkrit dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara dalam bidang ekonomi adalah :
1. Adanya BUMN yang juga dapat melibatkan partisipasi swata, sehingga terdapat
pengembangan usaha milik negara dan warga sebagai perseorangan.
2. Adanya subsidi negara terhadap distribusi BBM yang ditentukan berdasarkan asas
pemerataan.
3. SISTEM EKONOMI PANCASILA
Dalam kosep kita, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila. Pembangunan
ekonomi kita pun harus berlandaskan pancasila, sebagai dasar, tujuan dan pedoman dalam
penyelenggaraannya. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka system ekonomi yang ingin kita
bangun adalah sistem ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi diartikan sebagai kumpulan dari
institusiyang terintegrasi dan berfungsi serta beroperasi sebagai suatu kesatuanuntuk mencapai
suatu tujuan (ekonomi) tertentu. Institusi disini siartikan sebagai kumpulan dari normanorma,peraturan atau cara berfikir. Dalam pengertian institusi ini juga diartikan juga termasuk
institusi ekonomi seperti rumah tangga, pemerintah, kekayaan, uang, serikat pekerja dan lainlain.
Sedangkan yang dimaksud dengan sisitem ekonomi Pancasila adalah system ekonomi pasar
yang terkeloladan kendali pengelolaannya adalah nilai-nilai Pancasila. Atas dasar itu , maka
ekonomi Pancasila tidak semata-mata bersifat materialistis, karena berlandaskan pada keimanan
dan ketaqwaan yang timbul dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
demikian system ekonomi Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga
pembangunan nasional bangsa Indosesia adalah pembangunan yang berakhlak. Jika dilihat dari
sila Pancasila, sila tiga dan empat maka dapat diketahui bahwa :
-
mengglobal.
Sila keempat pada Pancasila menunjukkan pandangan bangsa Indonesia mengenai
kedaulatan rakyat dan bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia.
Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan betapa seluruh
upaya pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai
KESIMPULAN
Contoh konkrit pelaksanaan isi arti Pancasila dalam bidang ekonomi adalah :
1. Adanya BUMN yang juga dapat melibatkan partisipasi swata, sehingga terdapat
pengembangan usaha milik negara dan warga sebagai perseorangan.
2. Adanya subsidi negara terhadap distribusi BBM yang ditentukan berdasarkan asas pemerataan
Agar Pancasila dalam bidang ekonomi tidak dianggap berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada
keteladanan; Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law
enforcement yang rendah. Maka langkah dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman
nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan
penyadaran agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan
sebaliknya mengajarkan keserakahan & mendorong persaingan yang saling mematikan utk
memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna mengimbangi ajaran yg mengedepankan
kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia ekonomi, telah melepaskan
manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial dan mahluk beretika.
SARAN
Hendaknya peran Pancasila dalam bidang ekonomi lebih ditekan lagi,karena sistem
perekonomian yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber kepada Pancasila. Setelah
dicengkram sistem ekonomi komando di era orde lama yang bercorak sosialisme, berikutnya
perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era orde
baru. Dan karena jeratan kapitalisme juga maka semakin menguat seiring derasnya paham
ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen kapitalisme global.
DAFTAR PUSTAKA
M.S.TT. Pendidikan
Pancasila. Yogyakarta:
Paradigmahttp://
pancasila-di-bidang-ekonomi.html
www.ginandjar.com
http://ezzelhague.multiply.com/journal/item/21
Blog.unila.ac.id/radegunawans/files/2010/07.Makalah-Fisafat-Ilmu.pdf
pancasila/peranan-