Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin
(Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bulardimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialahsetiap kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairanlensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya (Ilyas, 2006).Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu
di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO), katarak
menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia. Menurut WHO di negara berkembang 1-3%
penduduk mengalami kebutaaandan 50% penyebabnya adalah katarak. Sedangakan untuk negara
maju sekitar 1,2% penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei Depkes RI tahun 1982
pada 8 Propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,2% dari seluruh penduduk, sedangkan
prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1% dari seluruh penduduk.
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara
65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding
pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan
dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapatdisembuhkan.
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi padalensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karenafaktor usia, namun juga dapat
terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisitersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah

trauma, inflamasi atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut,yaitu usia diatas 50 tahun.
Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini.
Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap
pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan
kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait usia). Sejumlah
kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis,
miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik
(diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital,
distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak turunan, radiasi sinar X) (Perdami,
2011).
B. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang kekuatanrefraksi
sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior dan posterior lensa dihubungkan oleh
garis khayal yang disebut axis, sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi
lensa. Lensa merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki
pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang berasal dari badan silier.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan
epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparantersusun dari kolagen
tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul inimengandung isi lensa serta
mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi.Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub
posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars planadan pars plikata
badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa padabagian anterior dan psterior kapsul
lensa.

Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.Sel-sel epitel ini
dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya,seperti sintesis DNA, RNA,
protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapatmembentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi
lensa. Sel-sel epitel yang baruterbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat
lensa.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akanmenekan serat-serat
lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk merupakan
lensa fetus yang diproduksi pada faseembrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat
yang baru akanmembentuk korteks dari lensa (AAO, 2011).
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan
kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai
tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous
humor. Oleh karena itu, sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubahseiring
bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di ruangan ekstrasel. Konsentrasi
sodium di dalam lensa adalah sekitar 20M dan potasiumsekitar 120M. Konsentrasi sodium di
luar lensa lebih tinggi yaitu sekitar 150M dan potasium sekitar 5M.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung dari
permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+,
K+-ATPase dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di
dalam lensa. Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasikalsium di
dalam sel yang normal adalah 30M, sedangkan di luar lensa adalahsekitar 2M. Perbedaan
konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya
keseimbangan kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan
protein high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran dan
permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam

lensa melalui pompa sodium yangberada di sel epitel. Glukosa memasuki lensa secara difusi
terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif (AAO, 2011).
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah kekuatan refraksinya,
yang disebut dengan daya akomodasi lensa. Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah
fokus dari benda jauh ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan
lensa oleh aksi badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuanyang
terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.Saat otot silier berkontraksi,
serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung. Ketika otot silier
berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi
akomodasi. Saat otot silier relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan
dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III (okulomotorius).
Obat-obat

parasimpatomimetik

(pilokarpin)

memicu

akomodasi,sedangkan

obat-obat

parasimpatolitik (atropine) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot


silier disebut cycloplegik.
D. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat
beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2006) sebagai berikut:
- Teori putaran biologik (A biologic clock)
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan
- Teori A free radical : free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate
reaktif kuat, free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi, dan free
radicaldapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- TeoriA Cross-link : Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang
asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa

mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas
pada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju
(Ilyas, 2006).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak (AAO, 2011).
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan,
alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang
lama.
Perubahan kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul : menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding anak), mulai
presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
- Epitel : semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan
berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
- Serat lensa : lebih ireguler, pada korteks jelas terdapat kerusakan antarsel, Brown
sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks lensa : tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi, sinar tidak banyak mengubah protein pada serat
muda.
- Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya
mulai terjadi pada usia lbih dari 60 tahun

E. Klasifikasi Katarak Senilis


- Stadium Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringandegeneratif (benda
Morgagni) pada katarak isnipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
- Stadium Intumesen dan Imatur
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa
akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi kortek sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi.Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada
lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehinggaterjadi glaukoma
sekunder.
- Stadium Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur
atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
- Stadium Hipermatur

Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni.
F. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih (Perdami,
2011).
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat
asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium
matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak putih. Gejala
umum gangguan katarak meliputi (AAO, 2011) :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

G. Penegakan Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti diabetes
mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini
sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik
dengan dilatasi pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa
pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk
menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya
seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan
pengukuran TIO.
H. Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi, dan Pencegahan
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan katarak dapat
dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas
sehari-hari penderita.
Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari
mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :
- Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.
- Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada teknik ini, bagian depan kapsul dipotong
dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian
belakang. Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul
tersebut. Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian
belakang utuh.
- Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang
menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui

irisan yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka


pasca-operasi. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa
dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal
daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau
diberikan secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat sebagai kasus
perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi katarak
ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
- Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melaluiinsisi
yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanyatidak dibutuhkan
penjahitan. Sekarang metode ini merupakan metode pilihan dinegara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi dihitung
sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka
juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi
mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan
operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telahsembuh. Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata
untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini
digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap pengembangan.

Komplikasi pembedahan katarak antara lain :


Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi
maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang merupakan resiko
terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.
Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.
Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarangterjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri,
penurunantajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata depan
(hipopion).
Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea
untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran
kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu
erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikanmasalah ini dan bisa dilakukan dengan
mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan
yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun mungkin diperlukan jahitan
kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan
melaluiinsisi yang kecil menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka
memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.
Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama
biladisertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring berjalannya waktu,namun
dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan
dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat
kehilangan vitreous.
Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior
berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi
melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau.
Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser (neodymium yttrum(ndYAG)
laser) sebagai prosedur klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid
atau terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditujukan pada

pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa bahan yang digunakan untuk membuat


lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil
cincin kapsul anterior penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan menimbulkan
gangguan penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat
yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-halyang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat
(AAO, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
AAO (American Academy of Ophthalmology). 2011. Cataract.
http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm (diakses tanggal 5 Desember
2011)
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp : 205-8.
Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia). 2011. Katarak.
http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2 (diakses tanggal 5 Desember 2012)

Anda mungkin juga menyukai