Anda di halaman 1dari 2

Teori Birokrasi Publik (Kelas I)

ABSTRAK
Birokrasi dan Teoritisi Demokrasi
Gagasan tentang birokrasi lahir dari keprihatinan terhadap tempat yang sepatutnya bagi pejabat dalam
pemerintahan modern. Para penulis abad 19 mempertentangkan birokrasi dengan demokrasi. Mereka
menjelaskan dengannya manfaat dan kegunaan pejabat negara dianggap merusak nilai-nilai
demokrasi. Hubungan demokrasi dan birokrasi yang sia-sia diubah melalui penyajian yang mencakup
dua perangkat masalah: spesifikasi nilai demokrasi, dan pengumpulan data tentang pejabat negara
dalam pemerintahan modern. Untuk menunjukkan eksistensi birokrasi tidak cukup hanya dengan cara
menunjukkan mode tingkah laku para pejabat negara. Haruslah ditunjukkan bahwa tingkah laku ini
tidak terkait dengan tugas mereka. Inilah inti perdebatan tentang sifat birokrasi yang sesungguhnya.
Konsep birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat, telah disatukan dengan tipologi
pemerintahan yang netral dan dianggap sebagai argumen yang dibolehkan apakah ia cocok atau tidak
dengan gagasan demokrasi. Tindakan pejabat negara dianggap sebagai birokrasi tergantung pada
bagaimana nilai demokrasi itu ditafsirkan dan yang mana diantara penafsiran itu yang dipandang
salah. Karena, didalam masing-masing tafsir demokrasi terdapat suatu gagasan yang berkaitan dengan
birokrasi. Disamping kita dapat menekankan pada prinsip dasar tertentu bahwa pemerintah harus
menyatakan keinginan yang diperintah, bahwa wakil-wakil yang dipilih rakyat harus memiliki saham
utama dalam pemerintahan, bahwa kekuasaan hukum harus mengatur prosedur pemerintahan, bahwa
yang diperintah harus tahu keputusan yang diambil atas nama mereka. Teori konstitusional
dipersembahkan untuk mengelaborasi pembagian fungsi-fungsi antara organ-organ legislatif,
eksekutif, yudikatif negara demokrasi. Kriteria yang berbeda seperti akuntabilitas, tanggung jawab,
kepekaan atau perwakilan, dipandang merupakan standar yang sesuai untuk mengartikulasikan nilai
demokrasi, yang harus dipedomani para pegawai negara jika mereka tidak mau menjadi birokrasi.
Masing-masing kriteria ini digunakan dalam usaha untuk mendiagnosis dan menyembuhkan masalah
birokrasi, dan kita akan melihat bahwa masing-masing tindakan itu melibatkan interpretasi yang
berbeda terhadap apa yang sangat mendasar bagi konsep demokrasi. Ancaman terhadap demokrasi
tidak dianggap disebabkan oleh ketidak kompetenan pejabat negara, melainkan nyaris dari reliabilitas
dan ketekunan mereka yang luar biasa. Akar masalahnya terletak pada meningkatnya jumlah legislasi
dan kekuasaan yang dilimpahkan kepada pegawai negeri modern untuk bertindak sebagai hakim.
Kriteria yang tepat untuk mengukur administrasi negara yang demokratis adalah tanggung jawab para
pejabat dalam arti pengaturan yang meyakinkan bahwa perbuatan mereka akan diteliti secara cermat,
dikoreksi atau duhukum secara setimpal. Masalah birokrasi muncul manakala pejabat gagal
memahami atau menanggapi kebutuhan umum. Penekanan pada ciri-ciri kelompok pegawai negeri
menurut pandangan ini keberadaan badan pejabat negara, didefinisikan terpisah dari penduduk pada
umumnya walaupun berasal darinya secara perwakilan, karena memiliki standar profesionalnya
sendiri, yang pasti mengarah kepada pembentukan kepentingan golongan (seksional). Dilema yang
paling mendasar yang dihadapi adalah tidak ada kelompok khusus dalam masyarakat yang dapat
mengemukakan kepentingan seluruh orang karena ia memiliki kepentingannya sendiri. Kepentingan
seksional akan selalu diajukan dalam pembuatan kebijakan, sementara kepentingan kelompok lain
akan direalisasikan secara berbeda. Keputusan kebijakan umum adalah sesuatu yang bersifat politik,
yang didalamnya kepentingan seksional akan terkait secara lengket. Seperti halnya konsep
permasalahan itu berbeda, begitu pula pengobatan yang diusulkan. Tipe kontrolntertentu yang
disarankan berbeda-beda menurut bidang kekuasaan pejabat yang diamati secara cermat. Pejabat
negara dapat mempengaruhi keputusan sebelum keputusan itu dibuat dengan memberi saran atau
penyaringan informasi. Dengan demikian usul yang dibuat bertingkat dari kontrol yang lebih besar
oleh badan perwakilan sampai pada proteksi yang lebih legal terhadap warga negara dalam bentuk
hukum administrasi. Alternatif menyarankan dibentuknya badan kontrol formal baru diluar lembaga
hukum dan perwakilan yang mapan. Syarat pokok bagi administrasi yang demokrasi adalah
keberadaan cara otoritatif untuk mrngarahkan para pejabat. Kesimpulannya bahwa komitmen pejabat
terhadap nilai demokrasi adalah suatu benteng pengaman yang lebih penting bagi demokrasi daripada
sistem kontrol. Metode mencapai hasil ini mencakup suatu penekanan yang keras pada kompetensi
profesional dan suatu kebijakan rekruitmen yang memilih orang yang berkualitas baik serta menjamin

bahwa latar belakan sosial mereka begitu rupa sehingga mereka disenangi oleh semua golonga
masyarakat. Profesionalisme dan perwakilan diharapkan menambah kepercayaan politik, dan sebagai
akibatnya adalah menurunnya permintaan kontrol formal. Penurunan kontrol formal yang berasal dari
luar mengakibatkan pengurangan kontrol formal yang berasal dari luar mengakibatkan pengurangan
kontrol formal dalam hierarkhi jabatan.Pejabat merasa kurang terancam sedangkan kepercayaan antar
pejabat meningkat. Menurut gagasan demokrasi, kekuasaan memutuskan tidak diperuntukkan kepada
orang yang sedikit yang mempertahankan posisi ketiga pada masalah birokrasi yang telah kita kenali.
Gambaran munculnya pembahasan radikal tentang struktur pembuatan keputusan dalam suatu negara
dan organisasi yang mendominasi masyarakat modern. Demokrasi yang dianggap merupakan
kepentingan bersama ini, hanya sedikit yang dapat ditempatkan dalam tindakan politik. Adalah pasti
benar bahwa bidang tindakan itu akan terus tumbuh, bahwa pejabat negara akan meningkat
jumlahnya, bahwa kualitas mereka harus selalu ditingkatkan karena keputusan yang mereka buat
menjadi lebih kompleks.

Anda mungkin juga menyukai