Anda di halaman 1dari 42

BAB I

JIHAD
ANTARA DEFINISI SYARI DAN USAHA DISTORSI

I. DEFINISI SECARA BAHASA

Kata jahadayajhadu-al juhdu wa al jahdu

-) )

--

mempunyai lebih dari 20 makna, semuanya

berkisar pada makna kemampuan ( ) , kesulitan (

) , keluasan ()
)perang dan ( (

(kemampuan dan kesempatan), (


bersungguh-sungguh. Karena itu

para ahli tafsir, ahli hadits, ahli fiqih dan ahli bahasa selalu
mengartikan jihad secara bahasa dengan makna mencurahkan
segenap kemampuan atau (bersungguh-sungguh menundukkan)
kesulitan. 1

Imam al Fairuz Abadi berkata, Al jahdu dan al juhdu


maknanya kemampuan dan kesulitan. Ada yang mengatakan al
jahdu maknanya kesulitan, ada juga yang menyatakan al jahdu
artinya kesulitan, sedang al juhdu artinya kemampuan. Ada juga
yang menyatakan al juhdu maknanya apa yang dikerjakan
dengan sungguh-sungguh oleh seseorang. [Bashairu Dzawi al
Tamyizifi Lathaifi al Kitab alAziz 2/401] 2

Syaikh Musthofa al Suyuthi berkata, Al jihadu


merupakan mashdar dari kata jaahada-jihaadan wa
mujaahadatan maknanya bersunggh-sungguh (mencurahkan
kemampuan) dalam memerangi musuh. [Mathalibu Uli al Nuha
2/497]3

Al Jihadu fi Sabilillah Haqiqatuhu wa Ghayatuhu, Dr. Abdulloh Ahmad Al-Qodiri 1/48, menyimpulkan

dari Lisanu al Arab 4/107, Taaju al Arus 2/329,al Mujamu al Wasith /142, Al Shihah 1/457, Mujamu
Maqayisi al Lughah 1/486 dll
2
3

Ibid

Ibid

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
2

Kata jahada-juhdun dan jahdun sudah mempunyai makna


mubalaghah (bersungguh-sungguh). Apalagi kata jihad yang
berasal dari kata jaahada dengan sighah mubalaghah, tentulah
maknanya bersungguh-sungguh kuadrat. Ini menunjukkan
bahwa kedua belah pihak saling mengerahkan kemampuan
maksimalnya untuk mengalahkan lawannya..4 Itulah sebabnya
para pakar bahasa menyebutkan makna jihad secara bahasa
adalah :


.
Mengerahkan seluruh kemampuan untuk mendapatkan kebaikan dan
menolak bahaya.[Fi al Jihadi Adabun wa Ahkamun hal. 5]. Atau :


Menanggung kesulitan dengan mengerahkan segala kemampuan. 5
II. DEFINISI SECARA SYARI.
Bila disebutkan kata jihad fi sabilillah maka maknanya adalah
berperang melawan orang-orang kafir untuk menegakkan kalimatulloh.
Inilah definisi yang disebutkan oleh para ulama salaf, berdasar ayat-ayat
dan sunah-sunah Rasulullah. Begitulah fatwa Rasulullah ketika ditanya
oleh seorang shahabat tentang makna jihad :

lihat Min Wasaili Dafi al Ghurbah, Syaikh Salman Audah hal. 13-14

Taujihat Nubuwah, Dr. Sayyid Muhammad Nuh 2/312-213

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
3



.
Dari Amru bin Abasah ra. beliau berkata, Ada orang bertanya kepada
Rosululloh,Wahai Rosululloh, apakah Islam itu ? Beliau menjawab,
Hatimu merasa aman, dan juga orang-orang muslim merasa aman dari
gangguan lidah dan tanganmu. Orang tersebut bertanya,Lalu Islam
bagaimanakah yang paling utama? Beliau menjawab,Iman. Orang
tersebut bertanya lagi, Apakah iman itu? Beliau menjawab, Kamu
beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosulrosul-Nya dan kebangkitan setelah mati. Orang tersebut bertanya
lagi,Lalu iman bagaimanakah yang paling utama itu? Beliau
menjawab,Hijroh. Orang tersebut bertanya lagi, Apakah hijroh itu?
Beliau menjawab,Engkau meninggalkan amalan jelek. Orang tersebut
bertanya lagi,Lalu hijroh bagaimanakah yang paling utama itu? Beliau
menjawab, Jihad. Orang tersebut bertanya lagi,Apakah jihad
itu? Beliau menjawab, Engkau memerangi orang kafir jika kamu
bertemu mereka. Orang tersebut bertanya lagi, Lalu
bagaimanakah jihad yang paling utama itu? Beliau menjawab,
Siapa saja yang terluka kudanya dan tertumpah darahnya. (HR.
Ahmad 4/114 dengan sanad shohih, juga oleh Abdu Razzaq 11/127 no.
20107, Ath Thobroni dan Al-Baihaqi, mempunyai syawahid dalam Silsilah
Ahadits al Shahihah no. 551).
Bahkan syaithan pun paham bahwa jihad itu maknanya perang di jalan
Allah demi meninggikan kalimat Allah, sebagaimana disebutkan dalam
hadits :

:


:
.

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
4

:
.
.
,
.
Dari Sibrah bin Abi Fakihah bahwasanya Rasulullah bersabda,"
Sesungguhnya setan menghadang manusia di setiap jalan kebaikan. Ia
menghadang manusia di jalan Islam," Apakah kau mau masuk Islam dan
meninggalkan agamamu, agama bapakmu dan agama moyangmu ?" Ia
tidak emenururti setan dan masuk Islam.Maka setan menghadangnya di
jalan hijrah," Kau mau hijrah, meninggalkan tanah air dan langit yang
menanungimu ?Ia tidak menururti setan dan berhijrah maka setan
menghadangnya di jalan jihad," Kau mau berjihad, sehingga terbunuh dan
istrimu diambil orang serta hartamu dibagi-bagi ?" Ia tidak menururti
setan dan tetap berjihad. Siapa saja melakukan hal, itu maka sudah
menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga. Dan siapa saja
terbunuh maka sudah menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke
surga. Dan siapa saja tenggelam (karena jihad atau hijrahpent) maka
sudah menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga. Dan
siapa saja terlempar dari kendaraannya (saat hijrah atau jihad) maka
sudah menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke surga." [HR.
Ahmad 3/483, Nasa'i 6/21 dan Ibnu Hiban no. 1601, Shahih al Jami' al
Shaghir 2/340 no. 1652/736, Shahih at Targhib wa at Tarhib 2/173].
Dalam kesempatan yang lain Roslulloh bersabda:




.

.

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
5

Dari Abu Huroiroh ra. Beliau berkata, Datang seseorang kepada


Rosululloh saw. Lalu berkata,Tunjukkan padaku sebuah amalan yang bisa
menyamai jihad !! Beliau menjawab,Aku tidak mendapatkannya.
Apakah kamu mampu apabila seorang mujahid keluar, kamu masuk
masjid lalu sholat dan tidak berhenti dan kamu shaum dan tidak
berbuka? Orang tersebut berkata, Siapa yang mampu melakukan hal
tersebut??? Abu Huroiroh berkata, Sesungguhnya bermainnya kuda
seorang mujahid itu dicatat sebagai beberapa kebaikan.(HR. Al-Bukhori
No. 2785, NasaI 6/19, Ahmad 2/344, Ibnu Abi Syaibah 5/199).
Keterangan : Puasa dan sholat adalah bagian dari jihadun nafs, namun
demikian Rosululloh mengatakan, Aku tidak mendapatkan amalan yang
bisa menyamai jihad. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
jihad kalau berdiri sendiri adalah perang melawan orang-orang kafir,
bukan mujahadatun nafs, bukan dakwah, bukan thalabul ilmi, bukan
membangun sekolah dan pondok pesantren dan amal-amal sholih lainnya.



.
.
Dari Abu Said Al-Khudri ra. ia berkata, Dikatakan kepada Rosululloh
saw.. Wahai Rosululloh, orang bagaimanakah yang paling utama ?
Rosululloh saw. Menjawab, Orang mukmin yang berjihad di jalan Alloh
dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya lagi, Kemudian siapa?
Beliau menjawab, Seorang mukmin yang (menyendiri) berada dalam
suatu lembah, takut kepada Alloh dan meninggalkan manusia karena
kejahatan mereka .(Al-Bukhori no. 2786).
Keterangan : Orang mukmin yang menyendiri di tempat sepi seperti
suatu lembah, gunung, daerah pedalaman dll, sambil bertaqwa kepada
Alloh, melakukan sholat, tekun beribadah kepada Allah disebut sebagai
mutazil (orang yang beruzlah). Pekerjaannya disebut uzlah. Jelas sekali
uzlah dengan seluruh bentuk ibadah di dalamnya termasuk berjihad
melawan hawa nafsunya, namun Rasulullah tidak menyebutnya sebagai
seorang mujahid (orang yang berjihad) dan uzlahnya juga tidak beliau

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
6

sebut sebagai jihad. Beliau menyebutkan orang yang berjihad dengan jiwa
dan raganya di jalan Alloh, itulah mujahid sesungguhnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kata jihad apabila berdiri sendiri artinya adalah
perang melawan orang-orang kafir.






.
Dari Abu Huroiroh ra. bahwasanya Rosululloh bersabda, Barangsiapa
beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, menegakkan sholat dan
menunaikan shaum Romadhon, maka Alloh pasti akan memasukkannya
ke dalam syurga, baik dia berjihad di jalan Alloh maupun duduk di daerah
ia dilahirkan. Para shahabat berkata, Bagaimana kalau hal ini kami
kabarkan kepada orang-orang? Beliau menjawab, (jangan!!!-pent)
Sesungguhnya di syurga ada seratus tingkatan yang disiapkan untuk para
mujahidin di jalan Alloh. Jarak antara dua tingkatan sebagaimana jarak
antara langit dan bumi.(Al-Bukhori No. 2790, Tirmidzi no. 2529, Ahmad
2/235).
Keterangan: Rosululloh menamakan orang-orang yang duduk ditempat
tinggalnya tidak ikut berperang di jalan Allah bukan mujahid sekalipun ia
shalat, zakat, haji, shaum, berdakwah dan mengerjakan amal-amal sholih
lainnya, padahal itu semua termasuk jihad melawan hawa nafsu. Dari sini
jelas, jihad maknanya adalah berperang, bukan dakwah, atau amal sholih
lainnya.
Setiap hadits yang menerangkan fadlilah jihad maka yang dimaksud
adalah jihad yang sebenarnya yaitu perang melawan orang-orang kafir
dalam rangka menegakkan kalimatulloh dan tidak dibawa kepada
pengertian-pengertian lain baik thalabul ilmi, dakwah, mendirikan pondok
pesantren dan madrasah membangun jembatan, menyantuni fakir miskin
dan anak-anak yatim dan amal sholih lainnya.

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
7

Pendapat ulama salaf dalam hal ini :


Madzhab Hanafi:
1. Imam Ibnul Humam berkata, Jihad adalah mendakwahi orang
kafir kepada agama yang benar dan memerangi mereka kalau tidak
mau menerima. [Hasyiyah Ibnu abidin 4/121, lihat Fathul Qodir
5/436].6
2. Imam Al-Kasani berkata, Mengerahkan segala kemampuan
dengan berperang di jalan Alloh dengan nyawa, harta dan lisan atau
lain-lain atau melebihkan (begitu mencurahkan kemampuan) dalam
hal itu. [Badaiu al Shana-i 9/4299]. 7
Madzhab Maliki:
1. Imam Ibnu Arafah berkata, Perangnya orang Islam melawan
orang kafir yang tidak terikat perjanjian untuk meninggikan
kalimatulloh, atau karena ia mendatanginya, atau karena ia
memasuki daerahnya. [(Hasyiyatul Adawi Ala Al-Shoidi 2/2, Asysyarhu Al-Shoghir Ala Aqrobu al Masalik 2/267, 8Balaghatu al Salik li
Aqrabi al Masalik 1/354] 9
2. Ibnu Rusyd berkata, Setiap orang yang berpayah-payah karena
Allah berarti telah berjihad di jalan Allah. Namun sesungguhnya
jihad fi sabilillah kalau berdiri sendiri maka tidak ada maksud
lain selain memerangi orang kafir dengan pedang sampai
mereka masuk Islam atau membayar jizyah dalam keadaan
hina. [Al Muqadimat al Mumahidat li Bayani Ma Iqtadhathu
Rusumu al Mudawanah min al Ahkam al Syaiyah I/259 ].10
Madzhab Syafii:

Al Jihadu fi Sabilillah Haqiqatuhu wa Ghayatuhu, Dr. Abdulloh Ahmad Al-Qodiri 1/49, Fil Jihaadi Adaab Wa

Ahkaam, Dr. Abdulloh Azzam (90) hal. 5


7

Ibid

Lihat Al Jihadu fi Sabilillah Haqiqatuhu wa Ghayatuhu, Dr. Abdulloh Ahmad Al-Qodiri 1/49, Fil Jihaadi

Adaab Wa Ahkaam, Dr. Abdulloh Azzam (90) hal.5-6,


9

Lihat Al Lajnah al Syar'iyah hal. 46

10

Lihat Min Wasaaili Dafil Ghurbah, Syaikh Salman Fahd Audah (92) hal 21, Fil Jihaadi Adaab Wa

Ahkaam, Dr. Abdulloh Azzam (90) hal.6

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
8

1. Imam Al-Bajuri berkata, Jihad artinya adalah berperang di jalan


Alloh. (Hasyiyatu Al-Bajuri Ala Ibni Al Qosim 2/261]. 11
2. Imam Ibnu Hajar berkata, Dan secara syari adalah mengerahkan
tenaga dalam memerangi orang kafir. [Fathu al Bari 6/3].
3. Imam al Qasthalani berkata, Memerangi orang kafir untuk
memenangkan Islam dan meninggikan kalimat Allah." [Irsyadu al
Syari 5/31] 12
Madzhab Hambali:
1. Secara syari adalah memerangi orang-orang kafir. [Matholibu Uli
Al Nuha 2/497,]. 13
2. Jihad adalah perang dengan mengerahkan segala kemampuan
untuk meninggikan kalimatulloh [Umdatu al Fiqhi hal. 166, Muntaha
al Irodah 1/302,]. 14
3. Imam Al Baly berkata, Jihad secara syari adalah ungkapan
khusus untuk memerangi orang-orang kafir. [Al Muthliu Ala
Abwabi al Muqni hal. 209]. 15
Pendapat ulama salaf ini ditegaskan kembali oleh para ulama
kontemporer:
1. Dr. Abdulloh Azzam berkata, Empat imam madzhab bersepakat
bahwasanya jihad adalah perang dan tolong-menolong di dalamnya.
Kesimpulannya: 1) Kata jihad kalau berdiri sendiri maka artinya
adalah perang dan kata fii sabiilillah apabila berdiri sendiri artinya
adalah jihad.16 Beliau juga berkata," Kata jihad jika disebutkan secara
sendirian (tanpa qarinahpent) maka maknanya adalah perang
dengan senjata, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rusyd dan
disepakati empat imam madzhab.

17

2. Syaikh Abdul Baqi Abdul Qadir Ramdhun berkata, Jihad secara


istilah. Ketika disebutkan kata jihad fi sabilillah maka maknanya
11

Lihat Fil Jihadi Adaabun wa Ahkamun Dr. Abdulloh Azzam (90) hal. 5-6

12

Lihat Ahammiyatul Jihad, Dr. Ali bin Nafi' Ulyani (85) hal 116

13

Lihat Al Jihadu fi Sabilillah Haqiqatuhu wa Ghayatuhu, Dr. Abdulloh Ahmad Al-Qodiri 1/49, Fil Jihaadi

Adaab Wa Ahkaam, Dr. Abdulloh Azzam (90) hal. 6


14

LihatFil Jihad Adaun wa Ahkam hal. 5-6

15

Lihat Min wasaili Dafil Ghurbah, Syaikh Salman Audah (92) hal. 14

16

Fi al Jihad Adabun wa Ahkamun (90) hal. 6

17

Ilhaq bi al Qafilah, Dr. Abdulloh Azzam (89) hal. 46

Jihad
antara Definisi dan Usaha Distorsi .........
9

adalah memerangi orang-orang kafir, menyiapkan diri untuk hal itu


dan beramal di jalan hal itu.

18

3. DR. Abdullah Ahmad Qadiri berkata, Adapun pengertian jihad


secara syari, menurut mayoritas ulama fiqih berkisar dalam arti
orang Islam memerangi orang kafir. 19
4. Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi berkata, Adapun dalam
istilah syari maka maknanya adalah memerangi orang-orang kafir
demi meninggikan kalimat Allah.

20

3. DR. Ali Nufai' al Ulyani berkata," Adapun definisi jihad menurut


syar'i adalah memerangi orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah
dan saling membantu dalam hal itu."

21

4. Syaikh Salman Fahd Audah berkata, Jihad melawan orang kafir.


Yaitu dengan memerangi mereka dan dengan mengerahkan segala hal
yang dibutuhkan dalam peperangan ini baik harta, pengalaman dan
lain-lain. Sebagaiman disebutkan dalam hadits Anas,Berjihadlah
melawan orang-orang musyrik dengan harta, nyawa dan lisan kalian.
Bila disebut kata jihad fi sabilillah maka maknanya adalah jihad
dengan makna ini(perang melawan orang kafir),sebagaimana
diungkapkan imam Ibnu Rusyd, (beliau menyebutkan perkataan Ibnu
Rusyd).

22

5. Begitu juga dengan para ulama lainnya, seperti Syaikh Abdul Aziz
Abdullah bin Baz dalam risalah beliau Jihad dan
keutamaannya23.Dll.
Dan kadang-kadang kata jihad digunakan juga untuk jihadun nafs,
jihadusy syaithon dan jihad-jihad yang lain. Diantaranya adalah:


Dan jihadilah mereka dengannya (Al-Quran) dengan jihad yang besar.
(QS.Al-Furqon: 52)

18

Al Jihadu Sabiluna, Abdul Baqi omdlon (86) hal. 13

19

Al Jihadu fi Sabilillah Haqiqatuhu wa Ghayatuhu, Dr. Abdulloh Ahmad Al-Qodiri (85)1/49

20

Waqfatun Maa Al Duktur al Buthi fi Kitabihi an al Jihad. Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi (99) hal.

11
21

Ahammiyatu al Jihad fi Nasyri al Da'wah al Islamiyah hal. 116

22

Min Wasaili Dafi al Gurbah hal. 21

23

penerbit At Tibyan, Solo

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


10

. :
Jihad apa yang paling utama? Beliau menjawab, Berkata benar di
hadapan pemerintah yang dholim. (HR Ahmad, Nasai 7/61, dihasankan
Al Mundziri dalam At Targhiib wa at Tarhib 3/168].

:




.
Dari Ibnu Masud bahwasanya Rasulullah bersabda, Tak seorang
nabi pun yang diutus sebelumku kecuali ia mempunyai shahabat
shahabat dan penolong-penolong yang setia. Mereka mengikuti sunnahsunnahnya dan meengerjakan apa yang diperrintahkannya. Kemudian
datang setelah mereka kaum yang mengatakan apa yang tidak mereka
kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barang
siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia adalah
mukmin dan barang siapa berjihad dengan lisannya dia adalah mukmin
dan siapa yang berjihad dengan hatinya maka dia mukmin. Setelah itu
tidak ada lagi iman walaupun sebesar biji sawi. [Muslim no. 50].



Jihad itu ada empat: amar makruf, nahi munkar, berlaku benar pada
tempat yang menuntut kesabaran dan membenci orang-orang fasik.(HR.
Abu Nuaim dalam Al Hilyah, hasan].
Akan tetapi jika kata jihad diungkakan secara mutlak (secara
lepas) maka artinya adalah perangmelawan orang-orang kafir untuk

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


11

menegakkan kalimatulloh sebagai mana diatas. Sebagai mana yang


dikatakan Imam Ibnu Hajar berkata," Secara syar'i adalah
mengerahkan kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir, dan
kadang-kadang digunakan untuk makna berjihad melawan hawa
nafsu dan setan." [Fathu al Bari 6/5]. Imam Ibnu Rusydi berkata,
Jihadus saif adalah memerangi orang-orang musyrik karena agama.
Setiap orang yang berpayah-payah karena Alloh maka ia telah berjihad
di jalan Alloh, akan tetapi sesungguhnya kalimat jihad fii sabilillah
apabila berdiri sendiri (mutlaq) maka tidak ada arti lain kecuali
jihad melawan orang-orang kafir dengan pedang sampai mereka
masuk Islam atau membayar jizyah dengan rendah diri. [Al
Muqoddimatu al Mumahidatu li Bayani Ma Iqtadhthu Rusunu al
Mudawwanah mi Al Ahkam al Syariyah 1/269]. Abdul Akhir Hammad
berkata:Dan perkataan yang kami nukil ini kami tidak dapatkan
seorangpun yang menyelisihinya dan begitu pula nas-nas syarI tidaklah
memberikan pengertian kecuali sebagaimanan yang kami sebutkan
ini.24 Dalam kesempatan yang lain beliau berkata: Yang benar,
memang jihad dalam Islam mencakup jihad melawan syetan, hawa
nafsu dan godaan dunia. Akan tetapi yang paling tinggi adalah
memerangi musuh-musuh Allah dengan pedang dan tombak dan inilah
puncak ketinggian Islam dan ini pulalah yang dimaksud dengan jihad
kalau diungkapkan secara mutlak (berdiri sendiri). 25 Jadi segala bentuk
jihad, baik jihad melawan hawa nafsu, syetan atau godaan dunia
disyariatkan dalam Islam bahkan segala bentuk jerih payah dalam
rangka beribadah kepada Alloh adalah jihad fii sabilillah. Namun
semua bentuk dan macam jihad tesebut bukanlah yang dimaksud pada
ayat-ayat dan hadits-hadits yang menerangkan jihad secara mutlak
(berdiri sendiri) baik hukum-hukum yang berlaku padanya maupun
keutamaan-keutamaannya.
Demikian juga halnya dengan Ibnu Qayyim, beliau berkata,
Kemudian diwajibkan atas kaum muslimin secara menyeluruh untuk
memerangi semua orang musyrik secara menyeluruh. Yang mana
sebelumnya hal ini dilarang lalu diizinkan, lalu diperintahkan untuk
melawan orang-orang yang memulai perang lalu diperintahkan untuk
memerangi seluruh orang musyrik, hukum perintah terakhir ini ada
24

Waqfat maa Ad-Duktur Al-Buthi fii Kitaabihi anil Jihad ha.12

25

Tahdzibu ath Thahawiyah. hal.360

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


12

yang mengatakan farhdu ain namun yang masyhur adalah


fardhu kifayah. Yang benar, pekerjaan jihad secara umum adalah
fardhu ain baik dengan hati, lisan, harta atau tangan. Semua orang
Islam harus berjihad dengan berbagai bentuk jihad tersebut,
adapun jihad dengan nyawa adalah fardhu kifayah sedangkan
jihad dengan harta ada yang mewajibkan dan ada yang tidak. Yang
benar adalah wajib juga.
26

Ustadz Hasan Al-Banna berkata, Yang saya maksud dengan jihad

adalah sebuah kewajiban yang hukumnya tetap hingga hari kiamat. Ini
merupakan kandungan dari apa yang disabdakan Rosululloh saw. :


Barangsiapa mati, sedangkan ia belum pernah berperang atau berniat
untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.
Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati dan
peringkat terakhir adalah berperang di jalan Alloh. Di antara keduanya
terdapat jihad dengan pena, tangan dan lesan berupa kata-kata yang
benar di hadapan penguasa yang zlolim. Tidaklah dakwah menjadi
hidup kecuali dengan jihad. Kadar ketinggian dakwah dan keluasan
bentangan ufuknya adalah penentu bagi sejauh mana keagungan jihad
di jalan-Nya dan sejauh mana pula harga yang harus ditebus untuk
mendukungnya. Sedangkan keagungan pahalanya diberikan kepada
mujahid.


Dan berjihadlah di jalan Alloh dengan sebenar-benar jihad.
Dengan demikian engkau telah mengerti slogan abadimu:Jihad adalah
jalan kami.
Syaikh Said Hawa menerangkan perkataan beliau di atas dengan
berkata, Kami sebutkan dalam kitab jundulloh tsaqofatan wa
akhlaqon bahwa jihad itu ada lima macam yaitu; jihad dengan tangan,
jihad dengan lisan, jihad dengan harta, jihad dengan politik. Lebih
lanjut beliau berkata,Jika jihad disebutkan secara mutlak maka yang
dimaksud adalah jihad dengan tangan. 27
26

Zaadul Maad , Ibnul Qoyyim III/72

27

Membina Angkatan Mujahid, Said Hawa, hal.168-169

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


13

III. DISTORSI MAKNA JIHAD :


Saat ini, faridzah jihad merupakan faridzah yang paling banyak
mendapat serangan baik dari orang-orang kafir maupun dari orang-orang
Islam sendiri, baik kalangan pengikut orientalis bahkan juga sebagian
ulama yang mukhlish tanpa mereka sadari ikut menikam jihad --.
Serangan-serangan ini hadir lewat berbagai pemahaman yang mereka
sebarkan yang bertentangan dengan Al Quran, As Sunah, ijma salaful
umah dan realita kehidupan umat Islam zaman keemasan mereka. Di
antara sebagian pemahaman yang melenceng dalam memahami makna
jihad ini adalah :
1)

Makna Jihad Secara Syari Bukan Perang


Ada sebagian orang saat ini yang mulai mengutak-atik makna jihad

ini. Mereka memandang memaknai jihad dengan kata perang melawan


orang-orang kafir merupakan pengertian yang picik, sempit dan justru
semakin memojokkan Islam yang selalu dituduh pihak orientalis sebagai
agama yang tesebar dengan pedang dan kekerasan, agama teroris dan
sebagainya. Untuk itu, mereka mencari-cari dalil dari Al Quran dan As
sunah, kiranya memperkuat pendapat mereka yang moderat tersebut.
Di antara dalil yang mereka gunakan adalah :
Firman Alloh :


Dan berjihadlah untuk Alloh dengan sebenar-benar jihad.(QS. Al-Hajj:
78).


Dan jihadilah mereka dengannya (Al-Quran) dengan jihad yang besar.
(QS.Al-Furqon: 52)


Dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Alloh.

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


14

Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lidah


kalian. (Hadits shohih, HR. Abu Dawud no. 2504, An-Nasai 7/7 dan 51,
Ahmad 3/124,153,251, Ad Darimi 2/132 no. 2436, Al Baghawi no.3410).

. :
Jihad apa yang paling utama? Beliau menjawab, Berkata benar di
hadapan pemerintah yang dholim. (HR Ahmad, Nasai 7/61, dihasankan
Al Mundziri dalam At Targhiib wa at Tarhib 3/168].

:




.
Dari Ibnu Masud bahwasanya Rasulullah bersabda, Tak seorang
nabi pun yang diutus sebelumku kecuali ia mempunyai shahabat
shahabat dan penolong-penolong yang setia. Mereka mengikuti sunnahsunnahnya dan meengerjakan apa yang diperrintahkannya. Kemudian
datang setelah mereka kaum yang mengatakan apa yang tidak mereka
kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barang
siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia adalah
mukmin dan barang siapa berjihad dengan lisannya dia adalah mukmin
dan siapa yang berjihad dengan hatinya maka dia mukmin. Setelah itu
tidak ada lagi iman walaupun sebesar biji sawi. [Muslim no. 50].



Jihad itu ada empat: amar makruf, nahi munkar, berlaku benar pada
tempat yang menuntut kesabaran dan membenci orang-orang fasik.(HR.
Abu Nuaim dalam Al Hilyah, hasan].

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


15

Di antara para ulama yang mempunyai pemahaman ini adalah


DR. Yusuf Qardhawi [dalam buku beliau Fiqhu az Zakat] dan DR.
Ramadhan al Buthy [dalam buku beliau Al Jihad fi al Islam Kaifa
Nafhamuhu wa Kaifa Numarisuhu]. Di sini hanya akan kita sebutkan
pendapat Dr. Yusuf Qardhawi saja karena pendapat beliau sudah
mewakili pendapat para ualama yang sependapat dengan beliau dalam
hal ini. Alasan lain karena beliau termasuk ulama kontemporer yang
kredibilitas keilmuan beliau diakui dan menjadi tempat rujukan umat
Islam. Dr. Yusuf Qardhawi berkata, Oleh karena itu saya condong untuk
tidak memperluas cakupan fi sabilillah dengan mencakup seluruh
perbuatan baik dan bermanfaat, sebagaimana saya juga tidak
mempersempit cakupannya sehingga tidak terbatas kepada jihad yang
berarti peperangan secara militer saja. Kadang-kadang jihad itu
menggunakan pena dan lisan sebagaimana juga menggunakan pedang
dan tombak. Kadang-kadang jihad berbentuk pemikiran, pendidikan,
sosial, ekonomi atau politik sebagaimana kadang berupa militer
Sesungguhnya berbagai macam bentuk jihad dan aktivitas
keislaman yang kami sebutkan diatas walaupun tidak termasuk
makna jihad dalam nash maka wajib memasukkannya ke dalam makna
jihad dengan cara qiyas, karena keduanya adalah amalan yang bertujuan
untuk menolong din Allah, membelanya dan melawan musuh musuhnya
serta menegakkan kalimatullah di muka bumi.
Beliau juga berkata, Sesungguhnya yang terpenting dan
pertama kali dianggap fi sabililillah saat ini adalah bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk memulai kehidupan Islami dan benar,
diterapkan di dalamnya seluruh hukum Islam baik itu aqidah,
pemahaman, syiar-syiar, akhlaq dan adat istiadat / budaya.
Adapun yang kami maksud dengan bekerja secara sungguhsungguh adalah bekerja bersama-sama yang terorganisir dan
terarah untuk mewujudkan hukum Islam, menegakkan daulah
Islam dan mengembalikan khilafah Islamiyyah, umat dan
peradabannya.

28

Beliau lebih memperjelas pendapat ini, Sesungguhnya


mendirikan pusat-pusat dakwah, untuk menyeru kepada agama Islam
yang benar, menyampaikan risalahnya kepada selain kaum muslimin di

28

Fiqih Zakat hal. 666-667

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


16

seluruh benua di dunia ini yang mana berbagai agama dan aliran saling
bertarung adalah jihad fi sabilillah.

29

Jawaban Atas Berbagai Dalil di Atas :


Definisi jihad menurut bahasa sangat umum sehingga apapun
usaha seseorang dengan motivasi baik maupun buruk jika ada unsur
mengerahkan kemampuan bisa tergolong jihadmenurut bahasa. Namun,
Islam telah meletakkan kata jihad dengan pengertian syar'i. Ratusan kata
jihad tersebar di dalam Al Qur'an dan As Sunah. Pelaksanaan dan hukumhukum jihad sendiri juga telah diatur syariat dengan sempurna. Para
ulama ushul fiqih telah menetapkan kaidah," Makna syar'i lebih
diutamakan berdasarkan pengertian syara', daripada pengertian bahasa
maupun 'urf."
(a)

30

Telah kita sebutkan di atas dasar-dasar dari Al Quran, As sunah dan


pendapat para ulama salaf yang menyimpulkan makna syari dari kata
jihad adalah perang melawan orang-orang kafir. Ini makna asasi dan
pokok dari kata jihad. Meski demikian ada makna lain dari kata jihad
ini seperti jihad melawan hawa nafsu, jihad dengan lisan, harta dan
makna sekunder lainnya. Namun jihad tidak bisa dimaknakan dengan
makna-makna sekunder ini, kecuali bila ada qarinah (dalil/hal lain)
yang menyebabkan jihad tidak bisa dipakai dengan makna pokoknya.
31

Imam Ibnu Hajar berkata," Secara syar'i adalah mengerahkan

kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir, dan kadangkadang digunakan untuk makna berjihad melawan hawa nafsu
dan setan."32. Imam Ibnu Rusydi berkata, Jihadus saif adalah
memerangi orang-orang musyrik karena agama. Setiap orang yang
berpayah-payah karena Alloh maka ia telah berjihad di jalan Alloh,
akan tetapi sesungguhnya kalimat jihad fii sabilillah apabila
berdiri sendiri (mutlaq) maka tidak ada arti lain kecuali jihad
melawan orang-orang kafir dengan pedang sampai mereka
masuk Islam atau membayar jizyah dengan rendah diri. [Al
Muqoddimatu al Mumahidatu li Bayani Ma Iqtadhthu Rusunu al
Mudawwanah mi Al Ahkam al Syariyah 1/269].33 Karena itu, bila
29

Ibid hal. 668

30

Taisiru al Wushul ila al Ushul, hal. 296

31

Al Lajnatu al Syar'iyatu hal. 47, Ulyani hal. 116-117, Al Ghunaimi hal 11, Azzam dll

32

Fathu al Bari 6/5

33

Lihat Min WasaI Dafil Ghurbah, hal. 21, Fil Jihadi Adaab Wa Ahkaam, hal 6

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


17

sebagian besar umat Islam memahami jihad itu perang, itu sudah
betul, sesuai dengan syariat dan bukan merupakan pandangan yang
picik dan sempit. Adapun tuduhan orang-orang orientalis dan orangorang kafir lainnya, memang itulah pekerjaan mereka mencari-cari
celah untuk menyerang Islam. Menuduh memaknai jihad dengan
perang sebagai sebab adanya tuduhan orientalis kepada Islam
sebagai dien teroris dll merupakan tindakan yang tidak pada
tempatnya dan tak lebih dari upaya mencari kambing hitam. Tanpa
inipun, mereka akan tetap menyerang Islam dengan tuduhan-tuduhan
miring. Sedangkan perkataan DR. Yusuf Qardhawi yang mendasarkan
pada qiyas, maka pernyataan beliau ini tertolak karena tidak ada
qiyas kalau sudah ada nash.
(b)

Bila dikatakan makna jihad secara syari adalah perang, bukan


artinya kita melalaikan dan mengecilkan peran penting jihad dengan
arti sekunder lainnya. Tetap kita mengakui arti penting dakwah,
tarbiyah, pembinaan aqidah, pembangunan pondok pesantren dan
madrasah sebagai upaya pembangunan kader dai, pembangunan
jaringan ekonomi Islam dan usaha-usaha sholih lainnya. Itu semua
penting, sangat penting dan jihad tak akan mungkin terlaksana tanpa
adanya dukungan semua usaha tadi. Kaum muslimin hari ini, baik
ulama maupun masyarakat tetap menyadari hal ini, dan itu satu hal
yang patut kita syukuri dan kita tingkatkan lagi. Adapun adanya
mayoritas masyarakat umat Islam yang memahami jihad sebagai
jihad dan tidak menamai aktifitas keislaman lain dengan kata jihad,
maka itu sudah betul, sudah di atas rel yang lurus dan bukan
hal yang berbahaya. Meluruskannya justru akan membengkokkan
pemahaman yang telah benar. Kalau semua disebut jihad maka umat
akan dibuat bingung membedakan mana yang bukan jihad. Sebagai
contoh, seorang petani ke sawah mengatakan saya berjihad,
pedagang ke pasar berkata saya berjihad, ustadz ngajar di pondok
mengatakan saya berjihad, dan seterusnya, lantas mana yang tidak
jihad??? Jangan-jangan, yang jihad betulan (mengangkat senjata)
malah disebut teroris dst. Para ulama sendiri menyebut jihad sebagai
dakwah, bukannya menyebut dakwah sebagai jihad. Sebagai contoh
Imam Al Kasani mengatakan,Dakwah ada dua: Dakwah dnegan
senjata yaitu perang dan dakwah dnegan lisan yaitu tabligh. [Badai-u

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


18

al Shanai 9/4304] 34 Di sini, bukannya menyebut dakwah dengan


jihad, justru beliau menyebut jihad dengan dakwah. Walahu Alam
bish Shawab.
(c)

Jadi, yang salah bukan mendefinisikan dan memahami kata jihad


bermakna perang, namun yang salah dan tidak tepat adalah
melalaikan atau mengecilkan sebagian macam-macam bentuk jihad
(jihad dengan makna sekunder). Termasuk hal yang salah adalah
salah menerangkan makna bentuk jihad yang paling afdhal (utama).
Dari sini, bisa kita pahami --- sebagai jawaban atas orang-orang yang
mengatakan jihad maknanya perang merupakan pendapat yang picik
dan salah --- hal-hal berikut :

1.

Memang benar ayat-ayat tadi menerangkan keutamaan dan arti


penting jihad daawy (lewat dakwah) dan menyebutnya sebagai
jihadan kabiran (jihad yang besar), namun makna ayat tadi tak lebih
dari pengertian ini, maksudnya bukan berarti dakwah itu jihad
yang paling utama. Kalaupun kita menerima pendapat yang
mengatakan dakwah itu jihad yang paling agung dan utama, itupun
tidak menjadi masalah karena ayat ini turun di Makkah sedang para
ulama dan umat Islam telah sepakat perintah jihad belum diturunkan
di Makkah, saat itu perintah perang melawan orang muyrik belum
ada. Bahkan, saat perjanjian Aqabah keduapun ---menjelang hijrah
beliau ke Madinah--- ketika shahabat Anshar meminta izin menyerang
penduduk kafir Mina esok harinya, beliau berkata,Kita belum
diperintahkan untuk itu. Yang diperintahkan saat itu adalah jihad
dakwah, tentu saja hal ini menjadikannya amal paling utama saat itu.
Adapun mengartikan jihad adalah perang melawan orang kafir
merupakan jihad paling utama, maka ini semua berangkat dari ayat
nihai dari ayat jihad yang turun tahun 9 H. Islam telah sempurna, dan
hukum yang wajib diambil adalah hukum nihai. Orang yang berjihad
dan mati tidak dimandikan bahkan sebagian ulama menyatakan tidak
disholati, cukup dikafani dan dikuburkan. Ini semua menunjukkan jihad
itu makna syar'inya perang. Dengan demikian setiap jihad itu berarti
"perang", meskipun tidak setiap perang itu masuk kategori jihad."
[DR. Muhammad Khoir Haikal, Al Jihadu wa al Qitalu fi al Siyasah al
Syar'iyah, 1/74-75]. Untuk itulah kata jihad selalu diiringi dengan kata
fi sabilillah, demi menujukkan tujuannya yang mulia untuk

34

Waqfatun Maa Al Duktur al Buthi fi Kitabihi an al Jihad. Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi hal. 16

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


19

meninggikan kalimat Allah semata. Makna yang langsung bisa


dipahami dari kata fi sabilillah sendiri adalah jihad, seperti ditegaskan
Imam Ibnu Hajar,Makna yang langsung dipahami dari kata fi
sabilillah adalah jihad.35 Karena itu tak ada ulama yang memahami
hadits di bawah ini untuk makna selain jihad/perang :

: :

: .
.
Dari Abu Said ia berkata, Rasulullah bersabda, Tidak ada
seorang hamba pun yang shaum sehari saja di jalan Allah (jihad)
kecuali Allah akan menjauhkan dirinya dari neraka dengan (shaum)
hari itu sejauh 70 tahun. [Bukhari no.2840, Muslim no. 1153].
Imam Ibnu Jauzi berkata, Jika disebutkan secara mutlaq kata
sabilullah maka maknanya adalah jihad. 36 Tak seorang ulamapun
menggunakan hadits ini untuk mereka yang thalabul ilmi, berdakwah,
mendirikan pondok dst. Semua ulama memasukkan hadits ini dalam
hadits tentang jihad, tentang perang melawan orang kafir. Wallahu
Alam.
2.

Hadits-hadits yang disebutkan juga tidak bisa menunjukkan dakwah


merupakan jihad yang paling agung atau memaknai jihad secara
syari dengan perang merupakan hal yang salah. Makna haditshadits
tadi ---wallahu Alam--- adalah dakwah, amar maruf nahi munkar dan
jihad melawan hawa nafsu menuntut perjuangan keras dan melawan
beban yang berat. Terkadang harus mengorbankan nyawa seperti
kasus amar maruf di hadapan sultan yang dzalim. Namun makna
hadits-hadits ini juga bisa ---bahkan mungkin lebih pas--- bila
diterapkan dalam jihad dnegan makna perang, di mana nyawa dan
harta betul-betul dicurahkan untuk meninggikan Islam, melebihi
pengorbanan harta dan nyawa dalam dakwah dan jihad melawan
hawa nafsu. Bahkan, perang melawan orang kafir merupakan jihad

35

Fathu al Bari 6/22

36

Fathul Bari 6/59

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


20

melawan hawa nafsu yang paling besar, di mana selain nyawa dan
harta dipertaruhkan, seluruh pelajaran tauhid, akhlaq dan hukmhukum fiqih ada di dalamnya. Jihad dengan makna perang akan
mengajarkan tauhid, tawakal, sabar, syukur, pengorbanan dst,
melebihi jihad qauly (dakwah) dan jihad melawan hawa nafsu yang
bukan di medan jihad. Bahkan jihad dengan makna perang ini telah
mencakup jihad melawan hawa nafsu dan jihad qauly. Wallahu Alam.
3.

Dalam banyak hadits disebutkan keutamaan berbagai amal.


Menggunakan hadits-hadits tentang utamanya berbagai amal tadi
untuk menyimpulkan makna jihad secara syari bukan hanya perang
saja, atau memaknainya dengan perang merupakan pemikiran yang
salah dan picik sama sekali tidak benar. Dalam hadits disebutkan :

:
: : . :
. : : .
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah ditanya, Amal apakah yang
paling utama ? Beliau menjawab, Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian beliau ditanya lagi, Lalu apa? Beliau menjawab, Jihad di
jalan Allah. Kemudian beliau ditanya lagi, Lalu apa? Beliau
menjawab, Haji yang mabrur. [Bukhari no.56, 1519, Muslim no. 83,
Tirmidzi no. 1658, NasaI 8/93].

, : ,
: : . :
. : : .
.
Dari Ibnu Masud, Saya bertanya kepada Rasulullah, Ya Rasulullah,
amal apa yang paling utama? Beliau menjawab, Shalat tepat pada
waktunya. Saya bertanya lagi,Lalu apa? Beliau menjawab, Berbakti

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


21

pada kedua orang tua. Saya bertanya lagi, Lalu apa? Beliau
menjawab,Jihad di jalan Allah. [Bukhari no.2782]. Dan hadits-hadits
lain yang sebagiannya telah kita sebutkan di atas.
Dalam berbagai hadits di atas, jawaban nabi selalu berbeda-beda sesuai
dengan kondisi si penanya atau kondisi waktu saat itu. Imam Ibnu
Hajar berkata saat menerangkan hadits Ibnu Masud tadi, Kesimpulan
para ulama mengenai hadits ini dan hadits-hadits lain yang saling
berbeda mengenai amal yang paling utama bahwasanya jawaban nabi
berbeda-beda sesuai kondisi si penanya dengan cara memberitahukan
kepada setiap kaum apa yang mereka butuhkan atau amalan apa yang
mereka senangi atau cocok untuk mereka atau (bisa) juga berbeda
sesuai perbedaan waktu dengan (penjelasan) amal itu lebih utama
untuk waktu itu. Karena jihad itu awal Islam adalah sebaik-baik amalan
karena merupakan wasilah untuk melaksanakan (menegakkan) Islam
dan memngkinkan untuk melaksanakannya. Banyak sekali nash-nash
yang menyatakan shalat lebih utama dari shadaqah, meski demikian
dalam kondisi menyantuni orang yang dalam keadaan terjepit lebih
utama dari sholat. Atau bisa jadi bukan lebih utama dari amalan yang
serupa dengannya, namun maksudnya adalah keutamaan secara
mutlaq atau maknanya adalah termasuk amalan yang paling
utama, kata termasuk ( )dibuang, dan itulah yang dimaksudkan.

37

Dengan ini bisa dimengerti cara memadukan berbagai hadits


yang nampaknya bertentangan dalam masalah amalan yang paling
utama inii. Kaidah yang diterangkan Ibnu Hajar ini berlaku juga untuk
menerangkan jihad yang paling utama. Beliau kadang menyebut,
Seutama-utama jihad adalah mengatakan kebenaran di hadapan
penguasa yang dzalim. Terkadang bersabda, Seutama-utama jihad
adlah engkau berjihad melawan nafsumu demi Allah. Terkadang beliau
bersabda,Orang yang kudanya terbunuh dan darahnya tertumpah.
Terkadang juga bersabda,Bagi kalian (kaum wanita) ada jihad yang
paling utama yaitu haji yang mabrur.Jawaban beliau ini berbeda-beda
sesuai kondisi suasana saat itu atau kondisi si penanya. Namun
demikian, tetap jihad dengan makna memerangi orang kafir dengan
senjata yang mempertaruhkan nyawa dan harta itu sebagai jihad paling
utama, dan itulah makna syari dari kata jihad. Wallahu Alam.

37

Fathul Bari 2/9

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


22

Agar jawaban di atas lebih bisa dipahami, ada baiknya kita


membahas penggunaan berbagai istilah dalam Islam :
ISTILAH SYARI DAN PEMAKAIANNYA
Dalam Islam, istilah-istilah syari selalu mempunyai dua makna; makna
bahasa dan makna syari atau istilah. Dalam penggunaannya, makna
yang dipakai pedoman dan penilaian adalah makna syari/istilah.
Sebagai contoh :
a). Sholat maknanya secara bahasa adalah doa, sedang secara syari
perbuatan dan perkataa tertentu dengan aturan tertentu, dimulai
dengan takbir dan diakhiri salam. Makna sholat dengan makna
bahasa doa ini tersebut dalam ayat dan hadits, namun demikian
setiap kali kata sholat disbut maka yang langsung dipahami oleh
siapapun adalah makna keduanya, makna syarinya. Saat sholat
dhuhur tiba, misalnya, seluruh orang dalam masjid mendirikan
sholat Dhuhur berjamaah, namun ada seseorang memojok dan tdak
ikut sholat, ia berdiam diri dzikir atau membaca Al Quran. Ketika
ditanya, kenapa tidak sholat ia menjawab sudah karena sholat itu
kan berdoa. Akankah jawaban ini diterima? Tentu saja semua pihak
akan menolaknya, bisa dipastikan ia malah dituduh pengikut
kebatinan atau aliran sesat lainya. Kenapa demikian, karena ia
mempermainkan istilah syariat.
b). Shaum maknanya secara bahasa adalah diam atau menahan diri.
Tidak berbicara namanya shaoum, tidak makan namanya shoum,
tidak tidur namanya shaum,dst. Makna shaum secara syari adalah
menahan diri dari makan, minum, jima dan seluruh pekerjaan lain
yang membatalkan shoum menurut syariat sejak terbit fajar sampai
tenggelamnya matahari.
Demikian pula jihad. Ia mempunyai makna secara bahasa dan syari
seperti telah kita terangkan di muka. Meski makna sekunder jihad
banyak seperti jihad melawan syetan, melawan hawa nafsu da lain-lain,
atau makna bahasanya mengerahkan segenap kemampuan, kita tidak
bisa menyebut bersungguh-sungguh main bola itu jihad sekalipun
seluruh tenaga terkuras habis. Kenapa? Karna itu artinya bermain-main
dengan istilah syariat. Cukuplah main bola disebut sebagai bermain
bola, dakwah dengan dakwah, membangun ponpes dengan

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


23

membangun ponpes dst. Cukuplah jihad itu perang melawan orang


kafir. Memang bisa dimaknai dakwah dst, tapi itu kalau ada qarinah.

38

Kesimpulannya :
Kata jihad diungkapkan dengan dua cara yaitu : (1) Dengan secara
mutlak (berdiri sendiri) dan (2) Dengan ungkapan yang disertai qorinah
(keterangan) yang memalingkan dari makna aslinya. Jika disebutkan
secara mutlak maka tidak ada arti lain kecuali perang melawan orangorang kafir. Inilah makna syari yang dibicarakan seluruh ulama
madzhab tadi. Jihad dalam pengertian inilah yang dimaksud dengan
dzirwatu sanamil islam (puncak ketinggian Islam) dan sebaik-baik
amalan secara mutlak sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Nuhas 39 dan
Ibnu Taimiyah40. Setiap hadits dan ayat yang menerangkan keutamaan
jihad maka maknanya adalah jihad dalam artian perang ini. Jihad dalam
pengertian ini pulalah yang hukumnya asalnya fardlu kifayah dan dalam
beberapa kondisi tertentu menjadi fardlu ain. Adapun dakwah dst itu
termasuk jihad dengan makna kedua, dan jihad tidak dimaknai dengan
makna kedua ini bila tidak ada qarinah. Kesalahan sebagian pihak saat
ini adalah memaksakan jihaddengan qarinah ini untuk bisa menempati
makna jihad mutlaq tanpa qarinah ini. Wallahu Alam.
Oleh karena itu, Syaikh Abdul Akhir Hamad Al-Ghunaimy dalam
mendudukkan persoalan ini mengatakan, Yang benar, memang jihad
dalam Islam mencakup jihad melawan syetan, hawa nafsu dan godaan
dunia. Akan tetapi yang paling tinggi adalah memerangi musuh-musuh
Allah dengan pedang dan tombak dan inilah puncak ketinggian Islam
dan ini pulalah yang dimaksud dengan jihad kalau diungkapkan secara
mutlak (berdiri sendiri). 41 Begitu juga ungkapan Imam Ibnu Rusyd, yang
telah kita ungkapkan dua kali di atas.
Jadi segala bentuk jihad, baik jihad melawan hawa nafsu, syetan atau
godaan dunia disyariatkan dalam Islam bahkan segala bentuk jerih
payah dalam rangka beribadah kepada Alloh adalah jihad fi sabilillah.
Namun semua bentuk dan macam jihad tesebut bukanlah yang
dimaksud pada ayat-ayat dan hadits-hadits yang menerangkan jihad
secara mutlak (berdiri sendiri) baik hukum-hukum yang berlaku
padanya maupun keutamaan-keutamaannya.
38

Lihat Fil Jihadi Fiqhun Wa Ijtihadun, Dr. Abdullah Azzam III/108

39

Masyariul Asywaaq 1/141

40

Majmu Fatawa 35/37

41

Tahdzibu ath Thahawiyah hal. hal.360

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


24

Demikian juga halnya dengan Ibnu Qayyim, beliau berkata,


Kemudian diwajibkan atas kaum muslimin secara menyeluruh untuk
memerangi semua orang musyrik secara menyeluruh. Yang mana
sebelumnya hal ini dilarang lalu diizinkan, lalu diperintahkan untuk
melawan orang-orang yang memulai perang lalu diperintahkan untuk
memerangi seluruh orang musyrik, hukum perintah terakhir ini ada
yang mengatakan farhdu ain namun yang masyhur adalah
fardhu kifayah. Yang benar, pekerjaan jihad secara umum adalah
fardhu ain baik dengan hati, lisan, harta atau tangan. Semua orang
Islam harus berjihad dengan berbagai bentuk jihad tersebut,
adapun jihad dengan nyawa adalah fardhu kifayah sedangkan
jihad dengan harta ada yang mewajibkan dan ada yang tidak. Yang
benar adalah wajib juga. 42Ustadz Hasan Al-Banna berkata, Yang
saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang hukumnya
tetap hingga hari kiamat. Ini merupakan kandungan dari apa yang
disabdakan Rosululloh saw. :


Barangsiapa mati, sedangkan ia belum pernah berperang atau berniat
untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.
Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati dan
peringkat terakhir adalah berperang di jalan Alloh. Di antara keduanya
terdapat jihad dengan pena, tangan dan lesan berupa kata-kata yang
benar di hadapan penguasa yang zlolim. Tidaklah dakwah menjadi
hidup kecuali dengan jihad. Kadar ketinggian dakwah dan keluasan
bentangan ufuknya adalah penentu bagi sejauh mana keagungan jihad
di jalan-Nya dan sejauh mana pula harga yang harus ditebus untuk
mendukungnya. Sedangkan keagungan pahalanya diberikan kepada
mujahid.


Dan berjihadlah di jalan Alloh dengan sebenar-benar jihad.
Dengan demikian engkau telah mengerti slogan abadimu:Jihad adalah
jalan kami.
Syaikh Said Hawa menerangkan perkataan beliau di atas dengan
berkata, Kami sebutkan dalam kitab jundulloh tsaqofatan wa
akhlaqon bahwa jihad itu ada lima macam yaitu; jihad dengan tangan,
42

Zaadul Maad , Ibnul Qoyyim III/72

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


25

jihad dengan lisan, jihad dengan harta, jihad dengan politik. Lebih
lanjut beliau berkata,Jika jihad disebutkan secara mutlak maka yang
dimaksud adalah jihad dengan tangan. 43
Seperti telah diungkapkan di atas, seluruh ulama menyebutkan
melawan hawa nafsu, syetan, berdakwah dst itu juga jihad namun jihad
dalam artian bahasa, atau jihad dalam artian sekunder. Hal itu memang
benar dan tidak diingkari, namun demikian pengertian ini tetap tidak
bisa dimasukkan kedalam pengertian jihad secara khusus (syari/saat
jihad disebut secara mutlaq). Kenapa ? Karena memang perbedaan
hukum-hukum, kedudukan dan keutamaannya. Hukum-hukum jihad
seperti fai, ghanimah, kharaj, ghulul, membunuh lawan dst, keutamaan
mati syahid dst, itu semua hanya berlaku untuk jihad dengan makna
syari (mutlaq), bukan untuk dakwah dst itu. Itulah kenapa makna syarI
jihad menurut seluruh ulama salaf adalah perang, bukan dakwah dst.
Karena itu tidak bisa kita artikan, misalnya, hadits orang mati syahid
memberi syafaat 70 anggota keluarganya itu untuk orang yang dakwah
(tabligh atau mengajar di pondok lalu sakit dan mat, misalnya), karena
hadits itu untuk jihad dengan makna syari, jihad dengan artian perang.
Wallahu Alam.

PERANG ADALAH JIHAD TERBESAR.


Belakangan ini semakin banyak pihak yang menyatakan jihad
dengan makna syar'i ini (perang) bukanlah jihad yang paling utama.
Dengan berbagai dalil, mereka mencoba memperkuat pendapatnya,
sebuah pendapat yang sama sekali tidak pernah dikenal salafush sholih.
Ada yang mengatakan da'wah, perjuangan diplomasi dan menjadi oposisi
lewat jalur MPR/parlemen merupakan jihad terbesar, dengan hadits orang
yang mengatakan kebenaran di hadapan pemerintah yang dzalim.
Padahal jelas sekali banyak ayat dan hadits yang menerangkan jihad
dengan makna syari perang adalah jihad yang paling utama dan tinggi,
seperti :




43

Membina Angkatan Mujahid, Said Hawa, hal.168-169

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


26


.
Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk ( tidak turut
berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang yang berjihad di
jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orqngorang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang orang yang
duduk satu derajat, kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan
pahala yang baik ( syurga) dan Allah melebihkan orangorang yang jihad
atas orangorang yang duduk dengan pahala yang besar.()Yaitu beberapa
derajat, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang [QS An Nisa 95-95].
Juga











Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat
daripada-Nya, keridhoan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya
kesenangan yang kekal, Rabb mereka mengembirakan mereka dengan
memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan surga, mereka
memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal, [QS. At Taubah ; 2122].
Keterangan : Orang yang berjihad diutamakan atas orang yang
duduk-duduk (tidak berjihad). Bisa jadi orang yang duduk-duduk ini
melakukan jihad dakwah, amar ma'ruf nahi munkar, jihad melawan hawa
nafsu dan setan, karena Allah juga menjanjikan bagi mereka pahala dan
kebaikan. Namun demikian tetap saja Allah melebihkan yang berjihad
dengan derajat, maghfirah dan rahmat-Nya. Ini menunjukan jihad dengan
makna perang adalah jihad terbesar dan paling utama. Hal ini juga
menunjukkan bahwa makna jihad secara syar'i adalah perang, bukan
dakwah dst.
Rasulullah bersabda :

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


27

" Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan
puncaknya adalah jihad." [Tirmidzi no. 2616, Al Hakim 2/76].
Keterangan :Dalam hadits ini Rasulullah menempatkan jihad dengan
makna perang sebagai amalan paling tinggi dalam Islam, kenapa makna
perang? Karena shalat sendiri adalah jihad, namun beliau tidak
menyebutnya dengan jihad. Dengan demikian, jihad di sini adalah perang.


.
"Siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia merubah
dengan tangan, bila tidak mampu hendaklah dengan lisan, bila tetap
tidak mampu hendaklah dengan hati dan itulah selemah-lemah iman."
[HR. Muslim no. 49, Abu Daud no. 1140 dan 4340, Tirmidzi 2172, Ibnu
Majah no. 1275, Ahmad 3/54, Nasa'I 8/111].
Keterangan : Kemungkaran yang paling besar di muka bumi ini
adalah adanya kekafiran dan kesyirikan. Hadits ini menjelaskan tingkatan
merubah kemungkaran mulai dari yang paling tinggi hingga yang paling
rendah. Idealnya, merubah adalah dengan tangan. Kalau tidak bisa maka
dengan lisan, kalau tetap tidak bisa maka dengan hati. Merubah dengan
tangan termasuk di dalamnya adalah jihad. Dengan demikian, jihad
dengan artian perang lebih utama dari jihad da'wah, jihad melawan hawa
nafsunya sendiri dst. [Lihat penjelasan hadits ini dalam Jami'u al Ulum wa
al Hikam hal. ]. Juga hadits Ibnu Masud tentang amar ma;ruf nahi mukar
di atas, dimana disebutan yang paling tinggi adalah amar makruf dengan
tangan, termasuk di dalamnya jihad.
Dari Abu Said Al-Khudri ra. ia berkata, Dikatakan kepada Rosululloh
saw, Wahai Rosululloh, orang bagaimanakah yang paling utama ?
Rosululloh saw. Menjawab, Orang mukmin yang berjihad di jalan Alloh
dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya lagi, Kemudian siapa?
Beliau menjawab, Seorang mukmin yang (menyendiri) berada dalam
suatu lembah, takut kepada Alloh dan meninggalkan manusia karena
kejahatan mereka .(Al-Bukhori no. 2786].
Imam Ibnu Daqiq al 'Ied berkata," Qiyas menuntut jihad menjadi
amalan dengan kategori wasilah yang paling utama, karena jihad
merupakan sarana untuk meninggikan dan menyebarkan dien serta

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


28

memadamkan kekafiran, sehingga keutamaannya sesuai dengan


keutamaann hal itu. Wallahu A'lam."

44

Dari Abu Huroiroh ra. Beliau berkata, Datang seseorang kepada


Rosululloh saw. Lalu berkata, Tunjukkan padaku sebuah amalan yang
bisa menyamai jihad !! Beliau menjawab,Aku tidak mendapatkannya.
Apakah kamu mampu apabila seorang mujahid keluar, kamu masuk
masjid lalu sholat dan tidak berhenti dan kamu shaum dan tidak
berbuka? Orang tersebut berkata, Siapa yang mampu melakukan hal
tersebut??? Abu Huroiroh berkata, Sesungguhnya bermainnya kuda
seorang mujahid itu dicatat sebagai beberapa kebaikan.(Al-Bukhori no.
2785].
Imam Ibnu Hajar berkata," (Hadits) ini merupakan keutamaan
yang jelas bagi mujahid fi sabilillah, yang menuntut tak ada amalan yang
menyamai jihad."

45

: :


.
Qatadah berkata, Saya mendengar Anas bin Malik dari Nabi beliau
bersabda, Tidak ada seorang pun masuk surga yang ingin kembali ke
dunia padahal ia mempunyai (di surga) seluruh apayang ada di dunia,
kecuali orang yang mati syahid. Ia berangan-angan kembali ke dunia dan
terbunuh sepuluh kali, karena ia mengerti keutamaan (bila mati syahid di
medan perang). [HR. Bukhari no. 2817].
Hadits ini juga diriwayatkan oleh imam An NasaI dan al Hakim. Imam
Ibnu Bathal berkata,Hadits ini merupakan hadits yang paling agung
dalam menerangkan keutamaan mati syahid. Tidak ada amal kebaikan
yang di dalamnya nyawa diprtaruhkan selain jihad, karena itu pahalanya
pun besar.

46

44

Fathu al Bari 6/5

45

Fathu al Bari 6/5

46

Fathu al Bari 6/41

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


29

Berkaitan dengan makna jihad ini, ada kekhawatiran mendalam di


mana kadang-kadang (dan sayangnya ini sudah menjadi realita)
perluasan makna syari jihad dari perang menjadi thalabul ilmi juga jihad,
tashfiyah juga jihad, dakwah juga jihad, membangun ponpes dan
madrasah juga jihad, menyantuni anak yatim juga jihad, berjuang lewat
parlemen/jalur konstitusi juga jihad dst ini dijadikan alasan untuk
mencukupkan diri/ organisasi/ jamiyah/ partai/ jamaahnya dengan bidang
yang digelutinya, tidak mengadakan idad (persiapan secara militer untuk
jihad dengan makna syari perang) dengan beralasan bahwa apa yang
mereka lakukan itu adalah jihad. Lebih buruk lagi bila ditambah dengan
menuduh orang yang mengartikan jihad dengan perang lalu mengadakan
idad (persiapan militer) sebagai picik, tak berwawasan luas, teroris,
merusak medan dakwah dll. Inilah yang mengundang kritik banyak ulama
yang berusaha keras meluruskan berbagai penyimpangan ini.
Sebenarnya perselisihan yang terjadi dalam masalah ini, tidaklah
berbahaya kalau hanya ikhtilaful lafdzi (perbedaan dalam menggunakan
istilah) saja. Artinya masing-masing pendapat tidak meninggalkan amalan
yang dilakukan oleh yang lain, dan juga tidak mencampur adukkan dalil
misalnya menggunakan dalil-dalil keutamaan perang untuk dakwah dan
begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, perselisihan ini tidak
menimbulkan perselisihan dalam beramal kecuali pada masalah-masalah
yang memang masih diperbolehkan untuk berijtihad dan berselisih
pendapat. Sehingga yang berjihad dengan makna syari perang tidak
mengabaikan dan meremehkan dakwah dan amar makruf nahi mungkar,
begitu juga sebaliknya yang tidak berjihad tidak mengabaikan dan
meremehkan kewajiban perang melawan orang-orang kafir. Wallahu Alam.
2)

Jihadun nafs dan jihadusy syaithon.


Selain mengartikan jihad dengan berbagai amalan di luar perang

melawan orang kafir, di kalangan kaum muslimin juga tersebar luas


pemahaman bahwa perang melawan musuh adalah jihad ashghor
sedangkan jihadun nafs adalah jihad akbar. Dalil yang dijadikan
sandaran :

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


30

Kalian datang sebagai sebaik-baik pendatang, dan kalian datang dari


jihad ashghor menuju jihad akbar yaitu jihad melawan hawa nafsu.
Dalam riwayat lain :



Juga hadits :



Mujahid adalah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya dalam
rangka taat kepada Allah dan muhajir adalah orang yang berhijrah dari
larangan-larangan Allah.
Juga perkataan Imam Ibnu Qoyyim, Oleh karena jihad
melawan musuh-musuh Allah yang dhohir itu adalah cabang dari
jihad nafs karena Allah, sebagaimana sabda Nabi, Mujahid adalah
orang yang berjihad melawan hawa nafsunya dalam rangka taat kepada
Allah dan muhajir adalah orang yang berhijrah dari larangan-larangan
Allah. maka jihadun nafs lebih didahulukan dari melawan musuh yang
dhohir, dan jihadun nafs adalah pokok dari pada jihad kuffar karena
siapa belum berjihad melawan hawa nafsunya dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta
memerangi hawa nafsu karena Allah dia tidak akan mampu untuk
berjihad melawan musuh-musuh Allah yang dhohir. Bagaimana
mungkin dia mampu berjihad melawan musuh Allah, sedang musuh yang
mengusai dirinya saja belum ia perangi? Ia tidak akan mungkin
mampu keluar pergi berjihad melawan musuh Allah sampai ia
berjihad menundukkan hawa nafsunya sehingga mau keluar
melawan musuh-musuh Allah. Seorang hamba diuji untuk berjihad
melawan kedua musuh ini (musuh yang lahir dan bathin). Di antara kedua
musuh tersebut masih ada lagi musuh ketiga, ia tidak akan mungkin

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


31

memerangi kedua musuh tersebut kecuali bila dia (telah) bisa melawan
musuh yang ketiga yang melemahkan semangatnya, menakut-nakuti dan
selalu membikin khayalan baginya betapa beratnya jihad melawan
keduanya dan hilangnya seluruh kesenangan. Ia tidak mungkin berjihad
melawan kedua musuh tersebut musuh tersebut kecuali setelah melawan
musuh yang ketiga ini. Karena itu jihad melawan musuh yang ketiga ini
pokok dari jihad melawan kedua musuh di atas. Musuh yang ketiga ini
adalah syaithon. Allah berfirman,Sesungguhnya syaithon itu musuh bagi
kalian maka jadikanlah ia sebagai musuh. Perintah untuk menjadikan
syaiton sebagai musuh adalah peringatan supaya mengerahkan segala
kemampuan untuk memeranginya, karena syaithan (merupakan) musuh
yang tidak pernah berhenti untuk memerangi hamba setiap detak nafas,
dengan demikian maka sebenarnya seorang hamba diperintah untuk
memerangi tiga musuh ini.47
Jawaban Atas Pernyataan Ini :
1. Hadits pertama begitu terkenal di masyarakat kita. Untuk
menjawabnya kita serahkan kepada para ulama pakar hadits. Komentar
Ulama hadits tentang hadits ini ;
Para ulama hadits yaitu imam Ibnu Muin, Al Baihaqi, Al-Iroqi dan al
Suyuti menyatakan bahwa sanad hadits ini dhoif, sebagian ulama hadits
lainnya seperti Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyah menyatakan hadits ini
hadits palsu :
Imam Al Iraqy berkata dalam takhrij Ihya Ulumi al Dien
2/6,Diriwayatkan oleh Al Baihaqy dalam kitab al Zuhdu dari riwayat
Jabir, sanad hadits ini lemah.
Imam Ibnu Hajar dalam takhrij al Kasyaf 4/114 berkata, Hadits ini
dari riwayat Isa bin Ibrahim dari Yahya bin Yala dari Laits bin Abi
Sulaim. Ketiga perawi ini lemah. Juga diriwayatkan oleh an Nasai
dalam kitab al Kuna dari perkataan Ibrahim bin Abi Ablah, seorang
tabiin dari Syam.
Dalam Tasdidu al Qaus, beliau juga berkata, Hadits ini begitu
terkenal di kalangan mansyarakat, (padahal) merupakan perkataan
Ibrahim bin Abi Ablah, dalam kitab al Kuna karangan imam an
Nasai.

47

Zaadul Maad 3/5-6

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


32

Syaikh Zakaria al Anshari dalam Taliq atas tafsir al Baidhawi


menyatakan bahwa imam Ibnu Taimiyah berkata tentang hadits ini,
Tidak ada asalnya (hadits palsu). Ibnu Hajar berkata tentang
perawi Yahya bin Al Ala, Dia tertuduh memalsukan hadits. Imam
Ad Dzahabi berkata, Imam Abu Hatim berkata,Dia tidak kuat
periwayatannya. Imam Ad-Daruqutni berkata,Dia matruk
(tertuduh memalsu hadits). Imam Ahmad berkata, Dia adalah
kadzdzaab ( pembohong/ pemalsu hadits).

Syaikh Nashirudin al Albani menyatakan hadist ini munkar (sangat


lemah).48
Imam Ibnu Taimiyah berkata, Adapun hadits yang diriwayatan oleh
sebagian orang bahwa beliau datang dari perang Tabuk dan
bersabda,Kita kembali dari al jihad al asghar menuju al jihad al
akbar,maka tidak ada asalnya (hadits palsu) dan tak seorang ulama
hadits pun yang meriwayatkannya. Jihad melawan orang-orang
kafir adalah seutama-utama amalan bahkan amalan paling
utama yang dikerjakan oleh manusia. Beliau menyebutkan
banyak dalil yang menerangkan hal ini antara lain QS. 4:95, 9:19-22,
dll. [Majmu Fatawa 11/197]. Dengan demikian, pendapat yang
mengatakan jihad melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar ini
jelas salah kaprah, sama sekali tidak ada dalilnya dari Al-Quran dan
As-sunnah. Hadits pertama ini jelas-jelas bertentangan dengan ayat
Al Quran [QS. 4:94-96] dan ayat-ayat serta hadits-hadits yang
menerangkan keutamaan jihad yang sebagiannya telah kita
singgung di atas.
Seperti disebutkan Imam Ibnu Hajar, perkataan ini adalah perkataan
Ibrahim bin Abi Ablah. Diriwayatkan ketika ada pasukan kembali dari
medan perang, Ibrahim bin Abi Ablah berkata, Kalian telah kembali
dari jihad asghar. Lantas apa yang kalian kerjakan dalam jihad akbar,
yaitu jihadul qalb.49 Namun riwayat ini diragukan, mengingat
sanadnya tidak bersih. Imam ad Daruquthni berkata, Ibrahim bin
Abi Ablah adalah seorang yang tsiqah, namun jalan-jalan (sanad)
kepadanya tidak bersih. [Siyaru Alam 6/324]. Selain sanadnya tidak
kuat, beliau juga manusia biasa, perkataan beliau jelas salah karena
bertentangan dnegan Al Quran dan As Sunah. Kalaupun tetap
48

Silsilatu al Ahaditsu al Dhaifah wa al Maudhuah 5/478-480 no. 2460, Dhaifu al Jami al Shaghiru hal.

595no. 4080
49

Siyaru Alami an Nubala 6/325

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


33

dipakai, maknanya adalah setelah berperang maka janganlah lupa


akan jihad melawan hawa nafsu. Karena kemenangan dalam medan
perang selalu berasal dari amal sholih, sebagaimana dikatakan
shahabat Abu Darda, Kalian berperang (bermodalkan) amal
kalian.50 Dengan demikian, thalabul ilmi saja, tasfiyah saja, amalan
sunat saja tanpa perang melawan orang kafir justru berarti terjebak
dan ditawan oleh hawa nafsu dan setan.
2. Hadits kedua sudah dijelaskan dalam keterangan terdahulu tentang
cara memahami hadits-hadits yang menerangkan amal yang paling
utama. Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar, jawaban nabi ini
disesuaikan dengan kondisi si penanya atau kondisi waktu dan tempat
saat itu. Barangkali si penanya masih bergelimang dosa, sehingga nabi
menyatakan kepadanya bahwa berjuang mengalahkan hawa nafsu itu
jihad terbesar baginya. Namun keterangan ini akan kita tambahkan lagi
mengingat banyak yang memperalat perkataan Imam Ibnu Qayyim untuk
menomor sekiankan perang melawan orang kafir. Mereka mengatakan
jihad melawan hawa nafsu adalah jihad terbesar, (mereka selalu berfikir)
untuk apa memerangi orang kafir kalau hal itu hanyalah jihad asghar,
bukankah lebih utama bila mereka jihad melawan hawa nafsunya dan
setan ? (mereka selalu berfikir) Mereka tidak akan berjihad melawan orang
kafir sampai mereka mengalahkan hawa nafsu, sampai iman dan aqidah
mereka seperti iman para shahabat, sampai mereka bersih dari dosa.
Untuk itu tidak boleh berjihad sampai mendapatkan tarbiyah dan tasfiyah,
sampai akhirnya lulus dari dua program ini.
Untuk menjawab hal ini, pemimpin para ulama salaf, imam
Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyah sendirilah yang paling berhak. Imam
Ibnu Qayim menyebutkan 7 tingkatan jebakan setan yaitu:1) kekafiran.
2) Bidah. 3) Dosa besar. 4) Dosa kecil. 5) Menyibukkan dengan hal-hal
mubah. 6). Menyibukkan dengan amalan yang kurang utama atass
amalan yang lebih utama. 7). Berbagai tekanan, intimidasi fisik dan
perang dengan mengerahkan tentara setan, yaitu orang-orang kafir. 51
Setan mengenal betul Fiqih Maratibu al Amal. Ia memulai menjebak
manusia dengan kekafiran, bila gagal dengan bidah, bila gagal dengan
dosa besar, dst. Seorang muslim yang cerdik akan bisa menyatakan yang
pertama kali harus diberantas adalah kekafiran dan kemusyrikan, baru
50

Fathul Bari 6/30

51

Tahdzibu Madariji al Salikin 1/221-225

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


34

kemudian bidah, setelah itu dosa besar, lalu dosa kecil, dst. Hari ini, tak
kurang dari 4,5 milyar umat manusia masih kufur dan musyrik. Bukan itu
saja, mereka juga meraja lela di dunia ini dengan mengatur dunia sesuka
hati mereka, dengan aturan setan dan menindas serta membantai Islam
dan kaum muslimin. Bila seseorang gagal dijebak oleh setan dengan enam
jebakan pertama maka ia kan dihadapi setan dengan cara kekerasan,
yaitu perang fisik antara wali Allah dan wali setan. Dengan demikian,
perang melawan orang-orang kafir merupakan tingkatan yang paling
utama dan paling tinggi. Tingkatan tertinggi ini oleh imam Ibnu Qayyim
disebut sebagai ibadah yang hanya bisa dilakukan oleh khawashul
arifin. Ubudiyah ini disebut sebagai Ubudiyah Muraghamah, ibadah
yang membuat musuh-musuh Allah marah dan takut. Beliau menyebutkan
beberapa dalil hal ini, antara lain: [QS. An Nisa:100, Al Taubah: 120-121
dan Al Fath: 29].52
Dengan demikian jihadun nafs yang dimaksud oleh Imam Ibnu
Qoyyim tidaklah sama dengan apa yang dipahami oleh sebagian orang
yang mengharuskan belajar, tarbiyah dan tashfiyah tadi. Makna jihad nafs
menurut Ibnu Qoyyim adalah menepati perintahperintah Allah
secara kaffah dan mendakwahkannya pada seluruh manusia
dengan merealisasikan tauhid dan mengkufuri thaghut. Jihad
melawan orang kafir dengan pedang itu adalah buah dari aplikasi
tauhid. Ibnu Qoyyim membagi jihad nafs itu dengan empat tahapan :
a). Berjihad dengan mempelajari din yang haq ( Islam ).
b). Berjihad dengan mengamalkan perintah perintah agama yang telah
dipelajari.
c). Berjihad dengan mendakwahkan agama Islam serta mengajarkannya
kepada orang yang tidak tahu.
d). Berjihad dengan bersabar terhadap rintangan-rintangan dakwah.

53

Mempelajari dinul haq, mengamalkannya, mendakwahkannya


kepada manusia serta bersabar di jalan dakwah tidak sama dengan orang
yang menyatakan jihad melawan hawa nafsu itu dengan membersihkan
batin, menggodok diri, membersihkan dengan berbagai amalan sampai
mencapai derajat ketaqwaan yang meyakinkan., Memerangi orangorang kafir adalah salah satu ajaran dinul haq, harus diamalkan dan
didakwahkan. Apa benar membersihkan batin dan hati dari maksiat itu
52

Ibid 1/225-226

53

Zadul Maad 3/9

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


35

lebih utama dari membersihkan bumi dari kesyirikan dan kekafiran ?


Membersihkan batin memang penting sekali, sebagai wasilah untuk
memebersihkan bumi dari syirik dan orang penganut-penganutnya. Tapi
tidak boleh berhenti sampai di tingkatan wasilah saja, kapan ghayahnya
dicari?
Sholat itu ghayah, wudhu wasilahnya. Kalau ada orang berwudlu,
setiap kali selesai berwudlu, dia ulang lagi dari awal hingga waktu sholat
habis dan lewat sedang ia belum sholat, maka ia bermaksiat kepada Allah.
Demikian juga dengan jihad melawan orang kafir. Ia berawal dari melawan
hawa nafsu dan setan. Namun bukan berarti kalau belum mampu
mengalahkan setan dan hawa nafsunya ia tidak boleh berperang. Justrru
bila berpikiran demikian, ia telah terjebak dalam jebakan setan. Kenapa,
karena melawan hawa nafsu dan setan itu sepanjang umur kita. Akhirnya
kita tak akan pernah melawan orang kafir dengan alasan iman kita belum
benar, aqidah kita belum sekokoh shahabat dst. Mengatakan jihad nafs itu
jihad akbar, tapi belum pernah terdetik dalam hatinya untuk berperang,
bukankah kalau mati ia terkena hadits Rasulullah;



Barang siapa mati sementara ia belum pernah berperang dan belum
pernah terdetik dalam hatinya untuk berperang, maka kalau mati ia mati
pada salah satu cabang kemunafikan. [HR. Muslim].
Makna hadits ini sebagaimana ditegaskan Imam Ibnu Tamiyah
adalah, Lafal al faqru dalam syari kadang bermakna faqir
(membutuhkan) harta dan kadang bermakna makhluk membutuhkan
Rabbnya. Sebagaimana Allah berfirman, Sesungguhnya sedekah (zakat)
itu untuk para fuqara, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mualaf yang dibujuk hatinya, budak, orang-orang yang berhutang,
jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalan dan kehabisan bekal,
sebagai sebuah ketetapan yang diwajibkan Allah.[QS. Al Taubah :60].
Allah juga berfirman,Wahai manusia, kalian faqir (membutuhkan) Allah.
Dalam Al Quran Allah memuji dua golongan fuqara yaitu: orang yang
menerima sedekah dan orang yang menerima fai. Allah berfirman
tentang yang pertama:

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


36














(Berinfaqlah) Bagi para faqir yang tertahan di jalan Allah (jihad),
mereka tidak dapat berusaha di muka bumi. Orang yang tidak tahu
menyangka mereka itu orang kaya karena memelihara diri dari memintaminta[QS. Al Baqarah :273], sedang bagi yang kedua yang
merupakan kelompok yang lebih utama, Allah berfirman :



Bagi para faqir yang berhijrah, yang diusir dari negerinya dan
dari harta bendanya karena mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya
serta menolong Allah dan Rassul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang
benar.[QS.Al Hasyr: 8].
Inilah sifat muhajirin yang berhijrah meninggalkan kejahatan dan
berjihad melawan musuh-musuh Allah secara lahir dan batin.
Sebagaimana sabda Nabi, Orang mukmin itu orang yang darah dan harta
orang lain selamat dari gangguannya, orang muslim itu orang yang kaum
muslimin selamat dari lisan dan tangannya, orang yang berhijrah itu
orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah orang yang berjihad itu
orang yang berjuang melawan hawa nafsunya demi Allah.

54

Di sini, beliau menyatakan muhajirin yang berhijrah dan berjihad


lebih utama dari orang fakir karena waktunya habis untuk jihad (perang),
lantas bagaimana dengan yang sekedar melawan hawa nafsu dan belum
(apalagi tidak ada niatan) berjihad? Kenapa demikian? Orang yang
berperang mengalahkan dua musuh yaitu musuh lahir dan musuh batin,
sedang yang berjihad melawan nafsunya hanya berjuang melawan musuh
54

Majmu Fatawa 11/196-197

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


37

batin saja. Sedang kesyirikan, kemungkaran, kebidahan, dosa besar, dosa


kecil, perbuatan mubah yang tak berpahala dst belum ia berantas,
minimal belum ia usik.
Dari sini kita akan memahami orang yang berjihad justru
merupakan orang yang telah mengalahkan hawa nafsu dan setan, orang
yang tidak berjihad tanpa udzur syari berarti kalah dengan nafsu dan
setan. Inilah makna perkataan Ibnu Qayyim di atas, siapa belum
berjihad melawan hawa nafsunya dengan melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi larangannya serta memerangi hawa nafsu
karena Allah dia tidak akan mampu untuk berjihad melawan
musuh-musuh Allah yang dhohir. Bagaimana mungkin dia mampu
berjihad melawan musuh Allah, sedang musuh yang mengusai dirinya saja
belum ia perangi? Ia tidak akan mungkin mampu keluar pergi
berjihad melawan musuh Allah sampai ia berjihad menundukkan
hawa nafsunya sehingga mau keluar melawan musuh-musuh
Allah.

55

Allah berfirman:


















.











.
Tidaklah sama antara orang mukmin yang tak mempunyai udzur yang
duduk saja (tidak berjihad) dengan mujahidin fi sabililah dengan harta dan
nyawa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta
dan nyawa mereka atas orang-orang yang duduk saja (tidak berjihad)
dengan satu derajat. Kepada masing-masing Allah menjanjikan kebaikan.
Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan nyawa
mereka dengan pahal yang besar. (95) yaitu beberapa derajat, ampunan
dan rahmat Allah. [QS. Al Nisa: 95-96].
Dalam hadits disebutkan :

55

Zaadul Maad 3/5-6

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


38



Sesungguhnya di janah ada seratus tingkatan yang disiapkan
untuk para mujahidin di jalan Alloh. Jarak antara dua tingkatan
sebagaimana jarak antara langit dan bumi.(Al-Bukhori No. 2790, Tirmidzi
no. 2529, Ahmad 2/235). Dalam riwayat Imam A Tirmidzi, Antara dua
derajat selama seratus tahun. Dalam riwayat Imam Al Thabrani, lima
ratus tahun. [Fathu al Bari 6/15].
Ini baru makna derajat, belum rahmah, maghfirah dan ajrun adzim
yang dijanjikan Allah, yang semuanya tertera dalam buku-buku hadits.
Dengan demikian, keutamaan yang berperang di jalan Allah jauh di atas
orang yang hanya jihadun nafs (tasfiyah, tarbiyah dst) saja tanpa jihad.
Bila kita kembali kepada sunah nabawiyah, akan kita pahami
dengan baik bahwa maksud berjihad melawan hawa nafsu adalah belajar
ilmu yang dengannya aqidah dan ibadahnya benar. Bila sudah berilmu
maka ia segera mengamalkannya. Itulah berjihad melawan hawa nafsu
itu. Imam Bukhari menyebutkan dalam shahihnya dalam Kitabu Jihad
sebuah bab, Amalun Sholihun qabla al Qital {amal sholih sebelum
perang}. Beliau menyebutkan perkataan Abu Darda, Sesungguhnya
kalian itu berperang dengan amal-amal kalian. Lalu menyebutkan QS.
Ash Shaf ; 2-4. Beliau lalu menyebutkan hadits :

:
: , :
: , .
.
Dari Abu Ishaq ia berkata, Saya mendengar al Bara bin Azib
berkata,Seorang laki-laki mendatangi Nabi sedang ia telah memakai
helm besi untuk perang dan bertanya, Ya Rasulullah, saya masuk Islam
dulu atau ikut perang dulu? Beliau menjawab, masuklah Islam baru
kemudian ikut berperang? Maka ia masuk Islam dan ikut berperang,

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


39

sampai akhirnya terbunuh. Maka Rasulullah bersabda, Ia beramal sdikit


dan mendapat anyak pahala. [Bukhari no. 2808].
Ibnu Ishaq dalam al Maghazi dengan sanad yang shahih
menyebutkan bahwa Amru bin Tsabit tidak mau masuk Islam. Ketika
terjadi perang Uhud, ia ikut perang sampai terluka parah (padahal masih
musyrik). Para shahabatnya (kaum anshar, sudah mukmin) bertanya
kepadanya, Apa yang membuatmu ikut berperang, apakah karena
sayang dengan kaummu atau karena ingin masuk Islam? Maka ia
menjawab, Karena ingin masuk Islam. Maka Rasulullah bersabda, Ia
termasuk penduduk surga. Imam Abu Daud dan al Hakim menyatakan ia
tidak mau masuk Islam karena menolak pelarangan riba. Ia meninggal
dalam perang Uhud dan masuk surga, padahal belum pernah melakukan
sekalipun dari kewajiban shalat lima waktu. 56
Imam Bukhari menyatakan pentingnya amal sholih (jihad
melawan hawa nafsu) dengan menyebutkan nama bab, ayat dan
perkataan shahabat Abu Darda. Namun kenapa hadits yang disebutkan
tidak ke arah itu ? Ini semua menunjukkan yang disebut jihad melawan
hawa nafsu bukanlah seseorang harus belajar aqidah, syariah, akhlaq,
ilmu hadits dan detail-detail masalah agama lainnya sampai habis
bertahuntahun, setelah itu mengamalkan, baru berdakwah dan berjihad.
Bukan itu jihad melawan hawa nafsu itu. Jihad melawan hawa nafsu
memang terdiri dari empat unsur yang disebutkan Imam Ibnu Qayim tadi,
tapi tidak berarti setiap orang harus melalui empat tahapan ini. Makna
jihad melawan hawa nafsu adalah bila ia telah mempunyai ilmu, maka ia
langsung mengamalkannya. Seperti shahabat yang baru tahu ilmu masuk
Islam itu wajib, maka ia masuk Islam dan ikut berperang. Rasulullah tidak
menyuruhnya untuk tinggal di Madinah, belajar wudhu. shalat, zakat,
shaum, haji, dzikir, memperkuat iman sampai sperti shahabat Abu Bakar.
Tidak. Tahu Islam itu wajib dianut, langsung jihad. Demikianlah, bila ia
tahu shalat, maka shalat dan jihad. Begitu seterusnya. Bagi yang belum
bisa berangkat jihad maka ia harus senantiasa thalabul ilmi, membina
iman dan kemiliteran, beramal dan berdakwah sampai saat mampu
berjihad maka ia terjun berjihad.
Kondisi umat Islam saat ini sama persis dengan kondisi zaman
Rasulullah hidup. Umat Islam dibantai di mana-mana, medan jihad terbuka
luas. Orang Islam yang mampu mestinya berjihad ke medan perang,
56

Fathu al Bari 6/31

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


40

bukannya kita haruskan untuk belajar dulu bertahun-tahun sampai aqidah


dan ibadahnya lurus. Cara ini sama sekali bertentangan dengan sunah
nabawiyah. Justru dengan adanya peerang (jihad), masyarakat di tempat
jihad yang sebelumnya masih tenggelam dengan kemaksiatan, sama
sekali jauh dari aqidah tauhid bisa dibenahi dengan hadirnya sebagian
kecil umat Islam yang sudah mengenal tauhid dan ibadah yang benar
serta memahami Islam secara baik. Dari sini kita harus membedakan
antara teori dengan praktek, antara dirasah aqidah dengan aqidah itu
sendiri. Belajar aqidah maknanya mempelajari kitab-kitab aqidah
mutabarah karangan para ulama salaf, adapun aqidah maka itu terbukti
di medan jihad di mana tawakal, khauf, raja, shabar terbukti. Di medan
nyata inilah terlihat siapa yang gugur siapa yang tangguh. Betapa banyak
para ulama dan kyiai kita yang pertama kali mengungsi bersama
keluarganya dan tak pernah kembali, meninggalkan masyarakat yang
awam tak mengenal aqidah dan ibadah yang benar berjuang melawan
orang-orang kafir sendirian. Kalau begitu, mana jihadu nafs yang selama
ini diteriakkan?.
Justru, orang yang berperanglah yang sesungguhnya berjuang melawan
hawa nafsu dan syaithan. Buktinya, ia berjuang agar bisa shabar, tawakal,
zuhud, cinta akhirat, tak takut mati, taat kepada pimpinan dalam
kebaikan, selalu menjaga darah, harta dan agama kaum muslimin dst.
Sedang yang thalabul ilmi dan tasfiyah (amalan-amalan sunah), ia tak
akan mengerti betul apa itu sabar, tawakal dst, karena tantangan yang
dihadapinya relatif kecil bila dibandingkan mereka yang berjihad melawan
musuh dan menantang maut. Ini, sekali lagi bukan mengecilkan arti jihad
melawan nafsu dan setan, bukan, namun untuk mendudukkan masalah ini
secara proporsional.
3. Sebagaimana disebutkan DR. Idris Muhammad Ismail dan DR.
Muhammad Khalid Isthanbuli, pembagian jihad menjadi jihad asghar
(melawan orang kafir) dan akbar (melawan hawa nafsu dan setan) ini
merupakan musibah terbesar yang ditimpakan musuh-musuh Islam atas
jihad fi sabilillah. Mereka mengetahui dengan adanya jihad (perang
melawan orang kafir), Islam akan senantiasa jaya dan mengalahkan orang
kafir. Karena itu mereka menjebak umat Islam dengan cara halus dan
damai, melalui cara ini. Mereka pintar, mengetahui bahwa selama
manusia masih hidup ia tak akan pernah lepas dari serangan hawa nafsu

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


41

dan setan. Dengan semikian umat Islam akan sibuk bertasfiyah,


melakukan berbagai amalan sunah, thalabul ilmi dan riyadhah agar lepas
dari hawa nafsu dan setan. Akhirnya waktunya habis dan musuh-musuh
Islam bisa melenggang ringan menyebarkan kekafiran di seluruh penjuru
dunia.

57

Dari sini jelaslah kemurnian pemaham salafu al sholih, di mana


saat menyebutkan kitab jihad mereka hanya menyebutkan perang,
hukum-hukum perang, anjuran mencari syahid dst. Mereka tidak
melalaikan jihad melawan hawa nafsu, namun mereka meletakkannya
dalam kitab tersendiri yang mereka namai kitab al Zuhdu dan al Raqaiq.
Mereka tidak mencantuman tarbiyah wa tashfiyah ini dalambab jihad.
Inilah fiqih salafu al sholih yang mesti kita ikuti. Wallahu Alam. [Masyariu
al Aswaq 1/34]. Wallahu Alam.
Beberapa Catatan:
1. Keutamaan jihad dengan nyawa dan harta di atas jihad dengan
dakwah seperti diterangkan di atas adalah bagi orang yang jihad
(perang) dan dakwah baginya fardhu kifayah. Adapun bagi orang yang
dakwah baginya fardhu 'ain seperti dalam kondisi di daerah di mana
tak ada da'i lain selainnya maka dakwah lebih utama baginya. Imam
Ibnu Hajar berkata," Seakan-akan maknanya adalah bahwa seorang
mukmin yang melaksanakan hal yang fardhu 'ain atasnya lalu ia
mendapatkan keutamaan ini (jihad), bukan atas orang yang
melaksanakan jihad saja dan melalaikan kewajiban-kewajiban 'ain
lainnya. Ketika itulah terlihat keutamaan mujahid karena ia telah
mencurahkan nyawa dan hartanya untuk Allah semata, juga karena
jihadnya merupakan manfaat yang mengenai orang lain." [Fathu al
Bari 6/6].
2. Termasuk fiqih dakwah adalah bagi para da'i dan thalibul ilmi untuk
memperhatikan keadaan umat Islam, apa yang mereka butuhkan, apa
yang belum mereka ketahui, apa yang mereka lalaikan. Hari ini,
mayoritas umat Islam tidak mengerti fiqih jihad dengan makna perang
ini. Musuh-musuh Islam menghinakan dan membantai kaum muslimin
di mana-mana, sementara para penguasa di negara-negara
berpenduduk muslim justru mengekor kepada musuh-musuh Islam
dan menyambut mereka dengan penuh penghormatan dan
57

Lihat Tahqiq atas Masyariu al Aswaq ila Mashorii al Usyaq 1/29-31

Jihad antara Definisi dan Usaha Distorsi .........


42

kekeluargaan, dengan alasan membuat perdamaian padahal hal itu


tak lebih dari sikap menyerah dan menghinakan diri. Sudah
sepantasnya para da'I dan thalibul ilmi menerangkan makna syar'I
jihad ini dan mengajak umat untuk melakukan i'dad dalam kondisi
lemah seperti saat ini, untuk bisa melakukan faridzah jihad ini di kala
mampu. Bukannya malah mengangkat pemahaman bahwa jihad di
artikan perang itu salah. Rasulullah bersabda :

"Siapa mati dan belum pernah berperang atau meniatkan diri


berperang maka ia mati dalam salah satu cabang dari
kemunafikan."[HR. Muslim no. 1910, Abu Daud no. 2502, Nasa'I 6/8].
3. Termasuk memahami dengan baik fiqih maratibul amal adalah
mendahulukan yang terpenting, paling bermanfaat, paling
menjanjikan hasil dunia dan akhirat. Dalam hal ini, memilih jihad
sebagai satu-satunya alternatif mengembalikan kemuliaan umat
termasuk hal paling berlandaskan syariat dan yang paling masuk akal.
Wallahu Alam bish Shawab.

Anda mungkin juga menyukai