PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Suriah merupakan salah satu negara yang terletak di Asia barat yang dipimpin oleh
Presiden Bashar Al-Assad dan pada saat ini sedang mengalami konflik bersenjata internal.
Pada tanggal 26 januari 2011 terjadi demonstrasi publik Suriah, dan berkembang menjadi
pemberontakan nasional. Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Bashar
Al-Assad, penggulingan pemerintahannya, dan mengakhiri hampir lima dekade pemerintahan
Partai Baath. Pemerintah Suriah mengerahkan Tentara nasional Suriah untuk memadamkan
pemberontakan tersebut. Pada awal tahun 2011 aksi-aksi demo mulai bermunculan secara
terus-menerus di Suriah, rakyat Suriah mulai menyuarakan tuntutannya untuk menghentikan
rezim Bashar Al-Assad. Aksi demo ini dibubarkan oleh tentara Suriah dan mengakibatkan
ditahannya beberapa demonstran. Bentrokan antara demonstran dan tentara Suriah pun
semakin sering terjadi. Pemerintah Suriah tidak segan-segan untuk menggunakan senjata api
bahkan tank untuk merepresif rakyat dan membungkan gerakan protes tersebut. Aksi represif
ini dahulu merupakan cara yang paling efektif untuk membungkam rakyat Suriah, namun
dimasa sekarang ini hanya memicu terjadinya demonstrasi-demonstrasi lain yang lebih
dahsyat. Aksi protes ini menuntut penghentian Rezim Bashar Al-Assad yang dianggap
sebagai diktator, diterapkannya sistem multipartai, dan juga kebebasan yang lebih bagi
rakyat, dan juga pemberhentian undang-undang darurat yang telah diterapkan sejak 1963.
Meski telah dilakukan upaya-upaya reformasi oleh Presiden Bashar Al-Assad, namun hal itu
dianggap tidak cukup dan terlambat. Kini rakyat Suriah hanya menginginkan penggulingan
rezim Bashar Al-Assad dan pengangkatan pemerintah yang sama sekali baru berdasarkan
pemilu yang demokratis. Kebrutalan rezim Al-Assad pun semakin menjadi-jadi, anak-anak
pun saat ini menjadi target kejahatan tentara-tentara Assad. Sejak bulan januari 2011 lalu
rezim Assad telah melancarkan operasi biadab dan serangan dahsyatnya terhadap rakyat
Suriah. Masyarakat digempur dengan tank-tank, bom, mortir dan tembakan dari pesawat
terbang. Ribuan penduduk yang tidak berdosa, tanpa senjata, dibunuh dirumah-rumah
mereka. Organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan, kini jumlah korban yang dibunuh
lebih dari 70.00 orang. Namun, diperkirakan jumlahnya lebih besar dari itu.
Menurut pemerintah Suriah bahwa aksi demonstrasi yang terjadi di Suriah merupakan
suatu aksi-aksi pengacau keamanan di Suriah yang didalangi oleh motif tertentu. Namun hal
tersebut tidak terbukti kebenarannya sampai sekarang ini karena hal tersebut merupakan
suatu opini publik yang dibuat oleh pemerintah Suriah untuk mengalihkan isu yang
sebenarnya dari konflik yang terjadi di Suriah. Dengan berjalannya waktu, aksi demonstrasi
yang dilakukan oleh rakyat Suriah akhirnya berkembnag menjadi suatu pemberontakan
nasional.
Aksi pemberontakan nasional tersebut terjadi karena adanya rasa ketidakpuasan dengan
sistem pemerintahan dengan sistem pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad selama ini dan
juga keinginan dari rakyat Suriah untuk melakukan revolusi di Suriah. Aksi pemberontakan
nasional itu berujung pada terjadinya konflik bersenjata internal di Suriah. Dengan adanya
bentrokan yang terjadi terus menerus antara para demonstran dengan pemerintah Suriah
tersebut membuat rakyat Suriah semakin memberontak dan melawan pemerintah Suriah. Hal
ini menyebabkan rakyat Suriah mulai mengangkat senjata dan melakukan perlawanan
terhadap pemerintah Suriah. Aksi perlawanan dari rakyat Suriah pun sangat beragam, mulai
dari secara individu maupun kelompok. Namun seringkali pertempuran dimenangkan oleh
pasukan pemerintahan Suriah. Hal ini karena disebabkan karena perlawanan rakyat Suriah
cenderung masih bersifat individual dan tidak terorganisir dengan baik secara strategi dan
operasi militernya. Berdasarkan hal tersebut membuat rakyat Suriah akhirnya merasa perlu
untuk membentuk suatu kekuatan oposisi yang mampu menandingi kekuatan pasukan Suriah.
Oleh karena itu pada tanggal 29 juli 2011 dalam sebuah video yang dirilis di internet oleh
sekelompok desertir berseragam dari militer Suriah yang membelot dan para kelompokkelompok pemberontak kecil serta penduduk sipil yang turut mengangkat senjata bergabung
dalam suatu organisasi yang dibentuk bersama oleh mereka dengan nama tentara pembebasan
Suriah atau Free Syrian Army (FSA).
Demonstrasi massa yang menentang rezim Assad di Suriah dilatarbelakangi oleh
sejumlah faktor, seperti masalah meningkatnya harga barang kebutuhan, pencabutan subsidi,
pengangguran, demokrasi, pelanggaran kemanusiaan dan kebebasan, selain juga isu sektarian
yang memainkan peranan penting. Komposisi penduduk Suriah terdiri dari penganut sekte
Sunni yang merupakan mayoritas (74 %). Sekte Syiah Alawite berjumlah 12 %, Kristen 10 %
dan aliran Druze 3%. Meskipun Sunni merupakan mayoritas, namun pemerintahan
didominasi oleh kalangan Syiah. Konflik antar sekte kerap terjadi di Suriah. Dinasti al-Assad,
yang memegang tampuk pemerintahan merupakan penganut sekte Syiah yang kerap
melakukan represi kepada sekte lainnya. Akumulasi dari kompleksitas faktor diatas
menyebabkan terjadinya gelombang protes yang menuntut mundur Bashar al-Assad dan
meminta diakhirinya era partai Baath yang telah memerintah selama lima dekade.
Dunia internasional mengecam kebrutalan rezim Assad. Presiden Obama dan negaranegara sekutu meminta Assad untuk mundur. Mereka juga membekukan aset Assad di luar
negeri dan memutus hubungan diplomatik dengan Suriah untuk menekan rezim Assad. Liga
Arab menangguhkan keanggotaan Suriah. Keprihatinan komunitas internasional terkait
perkembangan di Suriah mendorong mereka menggelar forum Friends of Syria di Tunisia
pada 24 Februari. Negara-negara anggota forum hanya mengakui SNC (Syrian National
Council) sebagai representasi tunggal rakyat Suriah dan mengajak masyarakat internasional
langsung yang dilakukan oleh perwakilan pemerintah Suriah yang telah memiliki hubungan
bilateral sejak era Uni Soviet.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka Penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk keterlibatan Rusia dalam konflik yang terjadi di Suriah?
2. Apa kepentingan Rusia dibalik keterlibatannya dalam Konflik Suriah?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
c. Untuk memberikan pemahaman yang lebih mengenai konflik Suriah dan bagaimana
keterlibatan Rusia dalam konflik yang terjadi di Suriah.
1.4 Kerangka Teori
Beberapa konsep yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu pernyataan dan pendapat
para ahli, serta teori yang berkaitan dengan objek penelitian. Pemakaian teori yang dijukan
penulis dimaksudkan sebagai pijakan awal bagi penelitian selanjutnya. Teori diartikan
sebagai suatu gagasan atau kerangka berfikir yang mengandung penjelasan, ramalan, atau
anjuran pada setiap bidang penelitian.1
Untuk menjelaskan bagaimana konflik Suriah memicu kekisruhan dan perdebatan dikalangan
anggota Dewan Keamanan PBB serta memunculkan Rusia dan Cina dalam kubu yang memveto resolusi DK PBB sehingga berdampak pada terhambatnya proses penyelesaian konflik
di Suriah, maka dibutuhkan sebuah konsep dan teori demi mendapatkan jawaban yang valid
dan logis dari penelitian ini. Dalam bagian ini, telah dikonsep beberapa teori yang salinbg
relevan, adapun teori yang digunakan adalah :
Teori Konflik
Menurut Wese Becker, konflik merupakan proses sosial dimana orang atau kelompok
manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain yang di sertai
dengan ancaman atau kekerasan.2
Dalam Bukunya International Politik, K.J Holsti mengemukakan bahwa Konflik yang
menimbulkan kekerasan yang terorganisir muncul dari suatu kombinasi khusus para pihak,
Jack C. Plano dan Robert E. Rigs, helena S. Robin. Kamus Analisis Politik. Jakarta : Rajawali Pers 1985
Wese Becker dalam Soejono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, 1990, Hal. 107
pandangan yang berlawanan mengenai suatu isu, sikap bermusuhan, dan tipe tipe tindakan
diplomatik dan militer tertentu.3
Bentuk konflik biasanya teridentifikasikan oleh suatu kondisi oleh sekelompok
manusia, yang di dalamnya terdiri dari suku, etnis, budaya, agama, ekonomi, politik, sosial,
yang berbeda beda.
Sumber konflik sendiri terletak pada hubungan antara sistem-sistem negara-negara
kebangsaan
yang
dilandasi
oleh
konsep
egosentrisme,
yaitu
aspirasi
untuk
K.J Holsti, Internasional Politic Terjemahan. M. Tahrir Azhary. Politik Internasional : Kerangka untuk
analisis, 1983
4
Drs. Dahlan Nasution, Dipl. IR. Politik internasional (konsep dan teori). PT. Gelora Aksara Pratama, Penerbit
ERLANGGA. Tahun 1991
pada tahun 1994 di Rwanda dalam kurun waktu hanya 3 bulan sekitar 800 ribu sampai 1 juta
manusia terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah kelompok minoritas Tutsi.5
Menurut Michel E. Brown, menyebutkan beberapa alasan mengapa konflik internal
penting untuk dilakukan tidak hanya dalam studi ilmu politik tetapi juga dalam kurikulum
Hubungan Internasional, yaitu;
1. Pertama, konflik internal telah merebak ke banyak negara dan menimbulkan aksi-aksi
kekerasan.
2. Kedua, konflik internal telah menyengsarakan masyarakat yang menjadi korban yang
tidak berdaya akibat konflik, seperti pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, dan
pengusiran.
3. Ketiga, konflik internal penting karena sering melibatkan negara-negara tetangga
sehingga bisa menimbulkan konflik perbatasan. Pengungsi yang menyeberang ke
negara tetangga atau pemberontakan yang mencari perlindungan ke negara tetangga
dapat menimbulkan permasalahan baru yang dapat memicu konflik bersenjata antar
negara yang bertetangga.
4. Keempat, konflik internal penting karena sering mengundang perhatian dan campur
tangan dari negara-negara besar yang terancam kepentingannya dan organisasi
internasional.6
Penyebab konflik internal
Menurut Edward Azar, menyebutkan ada 4 pra-kondisi yang mengarah pada terjadinya
atau pemicu konflik internal, yaitu :
5
Yulius P. Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi,
Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007
6
Ibid, Hal. 78
1. Pertama, hubungan yang tidak harmonis antara kelompok identitas seperti suku,
agama dan budaya dengan pemerintah. Pemerintah cenderung tidak mengakui
eksistensi kelompok identitas tersebut dan bahkan berusaha mengeliminasinya demi
kepentingan dan keutuhan negara. Akibatnya, terjadi pertentangan terhadap kelompok
identitas tertentu dan mendorong para anggotanya untuk melakukan perlawanan
terhadap negara. Sebagai contoh, pemerintah Orde Baru telah mengancam eksistensi
kelompok identitas Aceh dan Papua sehingga mereka bangkit dan melakukan
perlawanan bersenjata terhadap pemerintah pusat.
2. Kedua, konflik juga dikaitkan dengan kenyataan bahwa pemerintah telah gagal dalam
memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan sehingga terjadi proses kemiskinan. Proses
secara ekonomi telah menciptakan kemiskinan sementara kekuatan ekonomi dan
politik dari pusat menikmati surplus ekonomi sebagai hasil eksploitasi SDA di daerahdaerah yang dilanda konflik. Seperti contoh, bagi rakyat Aceh dan Papua bahwa di
tengah kekayaan alam mereka yang berlimpah terdapat jumlah penduduk miskin yang
tergolong tinggi bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang tidak memiliki
SDA.
3. Ketiga, sebab konflik internal berkaitan dengan karakteristik pemerintahan yang
otoriter dan mengabaikan aspirasi politik dari masyarakat. Dalam hal ini pemerintah
pusat menyakini asumsi bahwa kekuasaan yang terpusat (sentral) menjamin kontrol
yang efektif atas masyarakat. Bahkan kekuatan militer digunakan terhadap setiap
bentuk protes atau perlawanan terhadap pemerintahan yang otoriter. Pemerintah
daerah juga tidak dapat berfungsi sebagai alat perjuangan kepentingan masyarakat
daerah dikarenakan elit-elit daerah ikut menikmati eksploitasi SDA.
Faktor Sturktural :
Faktor Struktural:
internal
Geografis etnis
Azar, E., The Management of Protracted Social Conflict: Theory & Cases, Aldershot, Dartmouth, 1990
Michael E. Brown, The International Dimensions of Internal Conflict, Cambridge: MIT Press 1996
Faktor politik
Faktor Politik
Transisi politik
diskriminatif
Politik elit
berpengaruh
Faktor ekonomi/Sosial
Masalah ekonomi
diskriminatif
lebar
bermasalah
Morgenthau, H.J, In Defense of The National Interest: A Critical Examination of American Foreign Policy,
New York: University Press of America 1951
c. Kemerdekaan
d. Keutuhan wilayah
e. Keamanan Militer
f. Kesejahteraan ekonomi
Menurut konsep diatas intervensi yang dilakukan oleh Rusia dalam konflik
internal Suriah adalah untuk mempertahankan identitas politiknya di negara tersebut,
dimana Rusia telah menjalin kerjasama dalam berbagai bidang dengan pemerintahan
Suriah yang berkuasa.
Sedangkan menurut Donald E Nutcherlein, kepentingan nasional merupakan
kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai suatu negara yang juga dipengaruhi oleh
Defence Interest: melindungi negara dan warga negara dari ancaman luar, juga
pertahanan sistem konstitusional.
ke
luar
negeri
(bilateral
atau
kepentingan ekonomi.
oleh Rusia merupakan intervensi yang berdasarkan kepada kepentingan ekonomi Rusia
di Suriah. Kepentingan ekonomi Rusia yang berada di Suriah adalah adanya kerjasama
dalam bidang ekonomi yaitu kerjasama dalam perdagangan persenjataan Rusia dengan
pemerintah Suriah, dimana Rusia mengekspor persenjataan kepada pihak pemerintah
Suriah yang berkuasa.
Kepentingan yang relatif sama dan tetap diantara semua negara bangsa akan selalu
berkaitan erat dengan kemanan dan kesejahteraan. Kedua hal ini menjadi dasar dalam
merumuskan kepentimgan nasional dengan bertemunya kepentingan negara yang berbeda,
maka terciptalah hubungan yang bersifat kalaborasi baik berupa konflik maupun
kerjasama.
Berdasarkan
penjelasan
mengenai
keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah merupakan karena adanya kepentingan ekonomi
Rusia terhadap negara tersebut, yaitu adanya kerjasama dalam bidang ekonomi antara
pemerintah Rusia dengan Suriah.
1.5 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan,
yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teoritis yang telah dijelaskan, maka
penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut: keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah
adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya dalam bentuk kerjasama ekonomi yang
terjalin antara pemerintah Rusia dengan Suriah.
Metode Penulisan
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dimana
penulis mencoba untuk menggambarkan suatu peristiwa dengan menjelaskan dasar atau
landasan sebagai alat untuk melakukan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari
studi telaah pustaka dan browsing internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah telaah pustaka dan data-data yang digunakan dalam penelitian ini
juga adalah himpunan data yang diperoleh dari browsing di internet. Tekinik analisa data
yang digunakan adalah teknik content analysis yang diperoleh dari data sekunder. Dalam
penelitian
ini data
tersebut
tergolong
sebagai
data
kualitatif
sehingga
penulis
Teknik yang digunakan adalah menghubungkan teori dengan data-data yang didapatkan
melalui riset perpustakaan (Library Research). Data-data tersebut didapatkan dari buku-buku,
jurnal, majalah, surat kabar, dan sumber lainnya (document analysis). Selain itu, penulis juga
menggunakan sarana internet dalam proses pengumpulan data yang berkaitan dan relevan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
1.7 Definisi Konseptual
Definisi konseptual berguna untuk memberikan penjelasan terhadap masalah yang diteliti.
Pembahasan penelitian ini berdasarkan pada berbagai macam konsep yang akan mendukung
upaya penjelasan atas permasalahan yang diteliti. Pendefinisian konsep dilakukan untuk
untuk mengecilkan ruang lingkup permasalahan agar penelitian dapat dilakukan pengujian-
pengujian hipotesis yang diajukan sesuai dan dapat diterima dengan mudah. Penulis
menggunakan beberapa konsep dalam pembahasan ini, diantaranya :
Konflik adalah: hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Konflik merupakan suatu
kenyataan hidup yang tidak terhindarkan. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak
berjalan sebagaimana mestinya dan seringkali konflik diselesaikan dengan jalan kekerasan10
Kepentingan Nasional adalah : kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai suatu negara
yang juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
1.8 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan serangkaian prosedur yang mendeskripsikan kegiatan
yang harus dilakukan apabila kita hendak mengetahui eksistensi empiris atau derajat
eksistensi suatu konsep untuk dijabarkan. Dengan demikian, definisi operasional merupakan
jembatan yang menghubungkan antara tingkat konseptual teoritis dengan tingkat
observational empiris. Definisi ini mengatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
diamati untuk membawa fenomena yang definisikan itu kedalam jangakauan pengalaman
inderawi peneliti yang bersangkutan.
Berdasarkan hipotesis yang penulis kemukakan, maka penulis akan memberikan definisi
operasional sebagai berikut :
Konflik yang terjadi di Suriah berawal dari adanya keinginan warga Suriah untuk
membentuk
negara
Suriah
yang
lebih
demokratis.
Warga
Suriah
menginginkan
berakhirnya pemerintahan rezim Assad yang telah berkuasa sejak tahun 1962. Selama
masa pemerintahan Hafez Al Assad memimpin dengan sistem diktator dan cenderung
10
Hugh Miall at all, contempory Conflict Resolution, The Prevention, Management and
Transformation of Deadly Conflict, Polity Press, 1999
Pembatasan
hak
masa
kepemimpinan
Hafez
Al
Assad,
memberlakukan
Emergency Law atau undang-undang darurat. Pada 2 Desember 1962 pemerintah Suriah
dibawah kepemimpinan presiden Hafez Al Assad membuat sebuah Emergency Law.
Undang-undang ini merupakan sebuah aturan yang memberikan pembatasan terhadap
publikasi, menghalangi atau mencegah bentuk komunikasi masyarakat dalam bentuk
surat,
untuk mengancam keamanan negara dan keterlibatan umum dalam pemerintahan Suriah.
Setiap individu yang melakukan pelanggaran akan diadili dan mendapatkan hukuman
berdasarkan keputusan pengadilan militer yang terdapat dalam Emergency Law.
Ketika partai Baath pertama kali merebut kekuasaan, pada 8 Maret 1963 partai ini
membentuk sebuah dewan nasional yaitu National Revolutionary Comand Council
(NDCC) atau dewan perintah revolusioner nasional. Dewan ini bertugas untuk membantu
pemerintahan dibawah presiden Assad pertama. Setelah dewan ini resmi dibentuk kemudian
NDCC
mulai
diberlakukan
meskipun
undang-undang
tersebut
tidak
medapatkan
persetujuan dari para menteri dan parlemen Suriah, padahal semestinya undang-undang
tersebut hanya diberlakukan ketika terjadi peperangan atau stabilitas nasional Suriah tidak
stabil. Tetapi partai Baath tetap bersikeras untuk meratifikasi NDCC untuk mencegah
berkembangnya pemahaman nasionalis Arab dan sosialisme di Suriah.
Presiden Hafez Al Assad memimpin hingga tahun 2000. Berakhirnya kepemimpinan
Hafez bukan berarti berakhirnya kepemimpinan rezim Assad. Pada tanggal 3 Juni 2000
Oktober yang menuntut penghapusan Emergency Law. Tetapi pemerintah Suriah tidak
menanggapi permintaan untuk penghapusan EL.
Namun pada Februari 2006 Bashar merubah susunan kabinet dalam parlemen Suriah dari
sekitar 34 anggota parlemen, 15 diantara merupakan perwakilan baru yang dipilih diluar dari
anggota partai Baath. Tetapi tindakan tersebut tidak menyurutkan aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh warga Suriah. Demonstrasi yang dilakukan oleh warga Suriah semakin besar
dengan melibatkan massa yang semakin banyak terlebih karena adanya peristiwa Arab
Rising di sebagian besar negara-negara di kawasan Timur Tengah. Arab Rising atau
Pemberontakan Arab adalah gerakan revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di
negara-negara
Arab
sejak
18 Desember
2010.
Protes
ini
menggunakan
teknik
pemberontakan sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan
pemanfaatan media sosial, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan Skype, untuk
mengorganisir, berkomunikasi,
dan
meningkatkan
kesadaran
terhadap
usaha-usaha
penekanan dan penyensoran Internet oleh pemerintah. Banyak unjuk rasa ditanggapi
keras oleh pihak berwajib, serta milisi dan pengunjuk rasa pro-pemerintah.
Konflik internal Suriah merupakan konflik yang terjadi antara pemerintah Suriah dengan
warga Suriah yang berkembang menjadi perang saudara semenjak konflik tersebut
mendapatkan dukungan dari opihak oposisi yang juga menginginkan berakhirnya rezim
pemerintahan Bashar Al Assad yang telah memerintah lebih dari empat dekade terakhir.
Konflik ini tidak hanya melibatkan pemerintah dan warga Suriah, konflik ini juga
melibatkan
beberapa negara
mendukung kedua belah pihak yaitu pihak oposisi dan pemerintah Suriah.
Salah satu negara yang mengintervensi atau terlibat dalam konflik internal Suriah adalah
Rusia. Rusia merupakan salah satu negara yang memberikan dukungan terhadap
Sistematika Penulisan
Bab ini berisi tentang gambran konflik yang terjadi di Suriah, kebijakan politik luar
negeri Rusia dan Hubungan kerjasama bilateral yang terjalin antara pemerintah Rusia dan
Suriah.
BAB IV : KEPENTINGAN DIBALIK KETERLIBATAN RUSIA DALAM KONFLIK
SURIAH
Bab ini berisi tentang bentuk keterlibatan Rusia dalam Konflik Suriah, dan
kepentingan Rusia dibalik keterlibatannya dalam Konflik Suriah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA