Anda di halaman 1dari 10

STUDI TENTANG PENGGUNAAN LTE DI INDONESIA

Sartika Anori, S.Pd


Jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan
Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena
mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja. Untuk
mengimbangi kebutuhan akan akses data yang capat dan berkualitas bagus maka
diperlukan teknologi baru yang lebih handal agar efisiensi penggunaan frekuensi dapat
dipertahankan.
Salah satu teknologi generasi ke-4 (4G) yang menawarkan efisiensi dan akses
data berkecepatan tinggi adalah teknologi Long term Evolution (LTE) LTE. Long term
Evolution (LTE) merupakan salah satu teknologi jaringan telekomunikasi generasi
keempat (4G). Kesiapan operator seluler dalam menerapan teknologi LTE memberikan
pengaruh bagi pemerintah, industri dan masyarakatdi Indonesia . Kurang siapnya
operator akan mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah.
Pemerintah belum akan mengeluarkan kebijakan penggelaran teknologi LTE apabila
operator telekomunikasi atau operator seluler di Indonesia belum siap untuk
menerapkannya.
Bagi industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kesiapan operator
seluler memberikan pengaruh produk TIK yang akan dihasilkan. Industri TIK akan
berusaha membuat produk yang menunjang teknologi LTE apabila operator seluler sudah
siap menerapkan teknologi tersebut dan pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan
penggelaran LTE. Penggelaran LTE sangat diinginkan masyarakat karena teknologi LTE
memberikan kualitas pengiriman data yang handal dan cepat melebihi kualitas yang
ditawarkan teknologi 3G (WCDMA dan CDMA- 2000). Dengan demikian semakin
banyak peluang bagi masyarakat untuk mengakses data sehingga kebutuhan informasi
dapat terpenuhi.

LTE sudah bias digunakan di Indonesia sejak akhir tahun 2013. Perusahaan
telekomunikasi Internux meluncurkan layanan 4G Long Term Evolution pertama di
Indonesia pada hari kamis 4 November 2013. Produknya diberi nama Bolt yang
menawarkan kecepatan akses internet hingga 75 Mbps.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kelebihan LTE dengan teknologi sebelumnya?
2. Bagaimana penggunaan LTE di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kelebihan dari LTE diabndingkan tekologi lain
2. Mengetahui mengenai sejauh mana pengunaan LTE di Indonesia
KAJIAN TEORI
A. Long Term Evolution (LTE)
3GPP LTE adalah nama yang diberikan untuk standar teknologi komunikasi baru
yang dikembangkan oleh 3GPP untuk mengatasi peningkatan permintaan kebutuhan akan
layanan komunikasi, LTE adalah lanjutan dan evolusi 2G dan 3G sistem dan juga untuk
menyediakan layanan tingkat kualitas yang sama dengan jaringan wired. The 3rd
Generation Partnership Project (3GPP) mulai bekerja pada evolusi sistem selular 3G
pada bulan November, 2004. 3GPP adalah perjanjian kerja sarana untuk pengembangan
sistem komunikasi bergerak dalam rangka untuk mengatasi kebutuhan telekomunikasi di
masa depan (kecepatan data yang tinggi, efisiensi spektral, dan lain-lain). 3GPP LTE
dikembangkan untuk memberikan kecepatan data yang lebih tinggi, latency yang lebih
rendah, spektrum yang lebih luas dan teknologi paket radio yang lebih optimal. 3GPP
RAN working group memulai membuat standardisasi LTE/EPC pada Desember 2004
dengan studi kelayakan terhadap evolusi UTRAN dan untuk semua EPC IP based.
Dibulan Desember 2007 semua spesifikasi fungsional LTE teah diselesaikan. selain itu,
spesifikasi fungsional EPC telah dapat menjadi tonggak utama dalam interworking antara
3GPP dan jaringan CDMA. Di tahun 2008, 3GPP working group terus meneliti untuk

menyelesaikan semua protocol dan spesifikasi performance LTE, dan tugas tersebut
dapat diselesaikan pada bulan Desember 2008 dan diakhiri dengan adanya 3GPP release.
Long Term Evolution adalah sebuah nama yang diberikan pada sebuah projek dan
Third Generation Partnership Project (3GPP) untuk memperbaiki standar mobile phone
generasi ke-3 (3G) yaitu UMTS WCDMA. LTE ini merupakan pengembangan dan
teknologi sebelumnya, yaitu UMTS (3G) dan HSPA (3.5G) yang mana LTE disebut
sebagai generasi ke-4 (4G). Pada UMTS kecepatan transfer data maksimum adalah 2
Mbps, pada HSPA kecepatan transfer data mencapai 14 Mbps pada sisi downlink dan 5,6
Mbps pada sisi uplink, pada LTE ini kemampuan dalam memberikan kecepatan dalam
hal transfer data dapat mencapai 100 Mbps pada sisi downlink dan 50 Mbps pada sisi
uplink. Selain itu LTE ini mampu mendukung semua aplikasi yang ada baik voice, data,
video, maupun IPTV.
LTE diciptakan untuk memperbaiki teknologi sebelumnya. Kemampuan dan
keunggulan dari LTE terhadap teknologi sebelumnya selain dari kecepatannya dalam
transfer data tetapi juga karena LTE dapat memberikan coverage dan kapasitas dan
layanan yang lebih besar, mengurangi biaya dalam operasional, mendukung penggunaan
multiple-antena, fleksibel dalam penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat
terhubung atau terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada. 3GPP (3rd Generation
Partnership Project) mempunyai suatu latar belakang selama 10 tahun untuk
pengembangan WCDMA karena 3GPP berawal dan tahun 1998. 3GPP release
ditunjukkan pada gambar 6, dimulai dan WCDMA release, release 99 dan diikuti release
berikutnya.

B. Teknologi Transmisi LTE


Dari sisi teknologi, LTE hadir dengan teknologi terkini, baik dari sisi transmisi,
antena maupun jaringan inti berbasis IP. Untuk transmisi, LTE menggunakan teknologi
OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) untuk downlink. Sedangkan
untuk uplink, LTE menggunakan SC-FDMA (Single Carrier Frequency Division
Multiple Access), teknologi yang dipercaya lebih efisien dalam hal penggunaan
energi. Sementara untuk antena, LTE menggunakan konsep MIMO (Multiple Input

Multiple Output) yang memungkinkan antena untuk melewatkan data berkuran besar
setelah sebelumnya dipecah dan dikirim secara terpisah. Dengan LTE, memungkinkan
para user maupun subscribers menikmati beragam media (multimedia), seperti musik,
internet, film, sampai game dalam satu peralatan yang saling terhubung menjadi satu.
Tapi, seperti halnya WiMAX, LTE juga masih menunggu regulasi yang jelas. Terutama
dalam hal penggunaan frekuensi. Meskipun, 3GPP menjanjikan bahwa LTE bisa
dioperasikan dihampir seluruh frekuensi yang distandarisasi 3GPP, mulai dari 2.5/2.6
GHz, 2.3 GHz, 2.1 GHz,1900 MHz,1800 MHz,1700/2100 MHz, 1500 MHz, 900 MHz,
850 MHz, 700 MHz, hingga 450 MHz.
LTE dirancang untuk mendukung carrier bandwidth yang fleksibel dari 1.4MHz
up to 20MHz, di banyak bands spectrum dan untuk penyebaran FDD (frequency division
duplexing) dan TDD (time division duplexing) seperti yang terlihat berikut ini:

C. Arsitektur LTE dalam Sistem Komunikasi Seluler


Arsitektur dasar jaringan sistem komunikasi seluler seperti yang terlihat pada
gambar 7 yang terdiri dan tiga bagian utama, yaitu:
1. Base Station Subsystem (BSS) atau disebut juga Radio SubSystem (RSS), yang
terdiri dan MS, BTS, BSC, dan TRAU.
Dalam terminologi GSM, suatu BSS adalah gabungan sebuah BSC dan semua BTS
yang dikontrolnya serta sebuah TCE atau TRAU.
- Base Transciever Station (BTS)
BTS merupakan tranceiver yang mendefinisikan sebuah sel dan menangani
hubungan link radio dengan Mobile Station (MS). BTS terdiri dan perangkat
pemancar dan penerima, seperti antenna dan pemroses sinyal untuk sebuah
interface.
- Base Station Controller (BSC)
BSC berfungsi untuk memonitor dan mengontrol sejumlah BTS. BSC juga
mengatur sumber radio untuk sebuah BTS atau lebih. BSC menangani radiochannel setup (pengalokasian/pelepasan kanal), frequency hopping, dan handover
intern BSC.
- Transcoder and Rate Adaptation Unit (TRAU)
TRAU biasa juga disebut dengan TCE (Transcoding Equipment). Tugas dan
TRAU antara lain adalah adaptasi bit rate antara BSC dan MSC. Hubungan
informasi kontrol (SS7) dan adaptasi bit rate untuk transmisi data melalui telepon
mobile.

2. Network Switching Subsystem (NSS), yang terdiri dan MSC, HLR, VLR, AuC, dan
EIR.
- Mobile Switching Center (MSC)
MSC pada jaringan GSM merupakan suatu peralatan yang melakukan
fungsi switching dasar yang mirip dengan sentral digital pada ISDN ditambah
dengan pengaturan mobilitas pelanggan.Fungsi utama MSC adalah untuk

koordinasi panggilan antar pelanggan GSM, termasuk fungsi call routing dan call
control. MSC juga bertanggung jawab atas pengalokasian dan pelepasan kanal
radio melalui BSC beserta mekanisme location updating, handover, dan satu sel
ke sel yang lainnya. Fungsi lain MSC adalah sebagai penghubung antara satu
jaringan GSM dengan jaringan lainnya melalui Internetworking Function (IWF).
- Home Location Register (HLR)
HLR berisi rekaman database permanen dan pelanggan dan merupakan
database user yang utama. HLR juga berisi rekaman lengkap lokasi terkini dan
user.
- Visitor Location Register (VLR)
VLR berisi database sementara dan pelanggan, digunakan untuk
pelanggan lokal dan yang sedang melakukan roaming. VLR memiliki pertukaran
data yang lebih luas dan pada HLR. VLR diakses oleh MSC untuk setiap
panggilan, dan setiap MSC dengan sebuah VLR, tetapi satu VLR dapat
terhubungdengan beberapa MSC.
- Authentication Center (AuC)
AuC memproteksi jaringan GSM terhadap penggunaan ilegal oleh user
yang bukan pelanggan jaringan tersebut. AuC juga memproteksi jaringan terhadap
penyalahgunaan data pelanggan GSM. AuC antara lain berisi parameter autentikasi
pelanggan untuk mengakses jaringan GSM, dan juga perangkat keras khusus untuk
menjalankan algoritma enkripsi.
- Equipment Identity Register (EIR)
EIR merupakan register penyimpan data seluruh mobile stations. EIR berisi
IMEIs (International Mobile Equipment Identities), yang merupakan nomor seri
perangkat dan tipe code tertentu. Mobile Equipment dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu Blacklist, Grey list, White list.

3. Operation and Maintenance System (OMS)


OMS bertanggung jawab untuk memonitor dan mengontrol jaringan GSM
(semua elemen jaringan) dan mengkombinasikan semua fungsi yang diperlukan untuk

manjaga konsistensi fungsional sistem secana global. OMC juga melakukan pengaturan
pelanggan dan tagihan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Kelebihan teknologi LTE 4G
LTE adalah sebuah standar komunikasi akses data nirkabel tingkat tinggi yang
berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSPA. Jaringan antarmuka-nya tidak
cocok dengan jaringan 2G dan 3G, sehingga harus dioperasikan melalui spektrum
nirkabel yang terpisah. LTE 4G juga diyakini mampu meningkatkan utililisasi teknologi
yang telah ada sehingga dapat menekan biaya yang dibutuhkan untuk penerapannya.
Perubahan siginifikan dibandingkan standar sebelumnya meliputi 3 hal utama,
yaitu air interface, jaringan radio serta jaringan core. Di masa mendatang, pengguna
dijanjikan akan dapat melakukan download dan upload video high definition dan kontenkonten media lainnya, mengakses e-mail dengan attachment besar serta bergabung dalam
video conference dimanapun dan kapanpun. LTE juga secara dramatis menambah
kemampuan jaringan untuk mengoperasikan fitur Multimedia Broadcast Multicast
Service (MBMS), bagian dari 3GPP Release 6, dimana kemampuan yang ditawarkan
dapat sebanding dengan DVB-H dan WiMAX. LTE dapat beroperasi pada salah satu pita
spektrum seluler yang telah dialokasikan
yang termasuk dalam standar IMT-2000 (450, 850, 900, 1800, 1900, 2100 MHz) maupun
pada pita spektrum yang baru seperti 700 MHz dan 2,5 GHz. Beberapa kelebihannya
lainnya dari LTE ialah ;
1) Tingkat download sampai dengan 299.6 Mbis/s dan tingkat upload hingga 75.5
Mbis/s tergantung pada kategori perangkat yang digunakan.
2) Peningkatan dukungan untuk mobilitas, sebagai contoh dukungan untuk terminal
bergerak hingga 350km/jam atau 500 km/jam tergantung pita frekuensi
3) Dukungan untuk semua gelombang frekuensi yang saat ini digunakan oleh sistem
IMT dan ITU-R

4) Di daerah kota dan perkotaan, frekuensi band yang lebih tinggi (seperti 2.6 GHz di
Uni Eropa) digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi mobile broadband.
5) Dukungan untuk MBSFN (Multicast Broadcast Single Frequency Network). Fitur
ini dapat memberikan layanan seperti Mobile TV menggunakan infrastruktur LTE,
dan merupakan pesaing untuk layanan DVB-H berbasis siaran TV.

B. Penggunaan LTE di Indonesia


Perusahaan telekomunikasi Internux meluncurkan layanan 4G Long Term
Evolution pertama di Indonesia pada hari kamis 4 November 2013. Produknya diberi
nama Bolt yang menawarkan kecepatan akses internet hingga 75 Mbps. Untuk
menyelenggarakan 4G Long Term Evolution (LTE), Internux mengeluarkan investasi
senilai 550 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun, untuk menyewa menara BTS hingga
menyediakan perangkat mobile wi-fi di pasar.
Chief Technology Officer Internux Devid Gubiani mengatakan, jaringan 4G LTE
Internux berjalan di pita frekuensi 2,3 GHz dengan menerapkan teknologi time division
duplex long term evolution (TDD LTE). Di frekuensi tersebut, Internux menggunakan
lebar pita 15 MHz untuk menggelar 4G LTE. Jaringan 4G LTE Internux mencakup
kawasan Jabodetabek. Tahap awal ini kami menggunakan 1.500 menara BTS untuk
menyediakan 4G LTE di Jabodetabek. Pada tahun 2015, Internux menargetkan memiliki
3.500 menara BTS untuk meningkatkan kualitas layanan. Saat ini, Internux menyewa
menara BTS dari lima penyedia, yaitu Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel), Iforte,
Protelindo, Solusi Tunas Pratama (STP), dan Tower Bersama Group (TBG).
Paket prabayar Internux dihargai Rp 25.000 untuk kuota 8 GB, ditambah
perangkat mobile wi-fi 4G seharga Rp 274.000. Dengan demikian, total harga untuk
pembelian pertama adalah Rp 299.000. Untuk menikmati akses internet 4G LTE
Internux, perangkat ponsel pintar, tablet, ataupun komputer pribadi bisa terhubung
ke mobile wi-fi melalui koneksi wi-fi. "Mobile wi-fi Bolt dapat terkoneksi dengan delapan
perangkat," kata Devid. Jika kuota internet habis, pengguna dapat melakukan isi pulsa di
toko

atau

peretail

yang

telah

bermitra

dengan

Internux.

Dari 30 juta penduduk yang tinggal di kawasan Jabodetabek, Internux menargetkan


dapat menggaet 10 juta pengguna layanan 4G LTE miliknya. Jaringan Internux hanya

melayani

akses

data,

tidak

dapat

digunakan

untuk

telepon

dan

SMS.

Internux merupakan perusahaan telekomunikasi yang memiliki lisensi broadband


wireless access (BWA). Oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, operator
dengan lisensi BWA, termasuk Internux, First Media, Berca, IM2, dan Jasnita, hanya
diizinkan menggelar layanan data (internet).
Untuk penggunaan LTE di tingkat nasional pemerintah masih melakukan
penelitian. Sebenarnya sudah ada beberapa operator yang menawarkan jaringan LTE
untuk msyarakat, seperti TELKOMSEL, dan XL. Namun pemerintah masih
mempertimbangkan nya karena frekuensi mereka masih di 2,3 MHz, itu coveragenya
masih lokal. Kalau yang 1.800 MHz itu nantinya untuk cakupan nasional.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari apa yang penulis bahas dari awal bahwa LTE memiliki kecepatan yang
tinngi dan memiliki mobilitas yang lebih baik dari teknologi-teknologi pendahulunya.
LTE sudah mulai digunakan di Indonesia sejak akhir tahun 2013, namun penggunaannya
masih di daerah ibu kota atau JABODETABEK . Perusahhan yang menyelenggarakan
nya adalah Internux. Internux merupakan perusahaan telekomunikasi yang memiliki
lisensi broadband wireless access (BWA).
B. SARAN
a. Saran bagi pemerintah, khususnya Direktorat Penataan Sumber Daya SDPPI:
1) Menyediakan ketersediaan frekuensi yang memadai untuk teknologi LTE
2) Perlu memikirkan road map dari alokasi frekuensi terkait roadmap technology LTE
ke LTE Advance
3) Pemerintah perlu mendorong terwujudnya kemapanan ekosistem agar teknologi
LTE dapat diimplementasikan dengan baik

b. Saran bagi operator seluler:


1) Perlu peningkatan kesiapan Sumber Daya Manusia untuk teknologi LTE dengan
memberikan training/workshop yang berkaitan dengan teknologi LTE

2) Bagi operator seluler yang mempunyai tingkat kesiapan rendah dan berkeinginan
menggunakan teknologi LTE diharapkan untuk melakukan analisis prediksi cost
yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh apabila menggunakan LTE,
melakukan perhitungan yang matang dalam hal business opportunity, kematangan
teknologi dan device ecosystem, menyediakan sumber daya dan dana yang tepat
untuk menggunakan LTE dan mengukur dampak implementasi teknologi LTE

DAFTAR RUJUKAN
Fadhli Fauzi, Gevin Sepria Harly, Hanrais Hs. ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI
JARINGAN LTE 4G DI INDONESIA. Jurusan Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan
Informatika Institut Manajemen Telkom Bandung.
Hasil Penelitin Tahun 2012 PUSLITBANG SDPII. Kesiapan Operator Seluler Dalam
Mengimplementasikan Teknologi Long Term Evolution (LTE).
Doan Perdana, A. Ali Muayyadi, Nachwan Mufti, Endang Chumaidiyah. OPTIMASI
KAPASITAS JARINGAN 2G, 3G, DAN LTE DENGAN TEKNIK JOINT BASE
STATION. Magister Teknik Elektro, Institut Teknologi Telkom.
Saidah Suyuti, Rusli, Syafruddin Syarif. STUDI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI 4G LTE

dan WiMAX DI INDONESIA. Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia, Makassar


http://tekno.kompas.com/read/2013/11/14/1912134/internet.4g.lte.resmi.hadir.di.indonesia
http://www.antaranews.com/berita/417547/kemenkominfo-lte-akan-gunakan-frekuensi-1800mhz

Anda mungkin juga menyukai