OLEH:
Kelompok 6B
Gabrielya Veronica
240210120126
Aisyah Widiawardani
240210120127
Nisa Wulandari
240210120128
240210120129
Subhan Aristiadi R
240210110021
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2014
I.
PENDAHULUAN
Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang
rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai dengan
proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya bentuk terasi berupa padatan,
kemudian teksturnya agak kasar, dan memiliki khas aroma yang tajam akan tetapi rasanya
gurih. Ada dua macam terasi diperdagangkan di pasar, yaitu terasi udang dan terasi ikan.
Jenis terasi udang umumnya mempunyai warna cokelat kemerahan pada produk yang
dihasilkan, sedangkan pada terasi ikan hasilnya berwarna kehitaman. Terasi biasa digunakan
sebagai penyedap sehingga pemakaian terasi dalam masakan sangat sedikit, hal ini
mengakibatkan kandungan yang terdapat dalam terasi tidak banyak berperan .
Terasi merupakan produk awetan ikan atau rebon yang telah diolah dengan proses
pemeraman dan fermentasi, lalu dilakukan penggilingan dengan cara penumbukan dan
penjemuran selama sehari. Proses pembuatan produk terasi juga ditambahkan garam yang
berfungsi untuk bahan pengawet, bentuknya seperti pasta dan berwarna hitam-coklat, dan
bisa dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan. Bau khas dari terasi sangatlah
tajam dan biasanya dipergunakan sebagai sambal terasi. Kandungan gizi terasi disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi terasi
Komposisi Kimia
Jumlah
Energi (mg)
0,00
Protein (mg)
0,24
Lemak (IU)
0,00
Karbohidrat (mg)
0,00
Kalsium (mg)
726,00
Fosfor (mg)
3812
Zat Besi (gr)
9,90
Vitamin A (gr)
2,90
Vitamin B1 (gr)
22,30
Vitamin C (kkal)
155,00
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012)
Di daerah Sultra, ada beberapa daerah yang khusus menjadi penghasil terasi yang
terkenal, seperti di desa pesisir di Kecamatan Tinanggea. Terasi adalah salah satu produk
hasil fermentasi ikan atau udang yang mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti
dengan penambahan warna), kemudian didiamkan beberapa saat agar terjadi proses
fermentasi. Dalam pembuatan terasi proses fermentasi berlangsung karena adanya aktivitas
enzim yang berasal dari ikan (udang).
Terasi merupakan produk kering dan memiliki aroma yang kuat. Karena sifatnya yang
kering, maka harus dilindungi terhadap masuknya uap air. Oleh karena itu, diperlukan
kemasan yang memiliki permeabilitas air yang rendah. Selain itu, diperlukan juga kemasan
yang dapat mempertahankan aroma sehingga kemasan harus tahan terhadap oksigen agar
terasi tidak menjadi bau. PP merupakan jenis plastik yang paling sesuai untuk kemasan terasi
karena karakteristiknya yang sangat sesuai seperti yang diperlukan oleh produk terasi. Selain
itu, sifatnya yang fleksibel membuat terasi lebih mudah dikemas.
II.
yang digunakan, baik kemasan primer, sekunder maupun tertier. Oleh karena itu diperlukan
adanya peraturan-peraturan mengenai kemasan pangan, yang bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen.
Jenis bahan yang digunakan dan yang dilarang untuk kemasan pangan
Bahan tambahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk kemasan pangan
Cemaran
Residu
Migrasi
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 pasal 97 ayat (3), label kemasan
nama produk;
daftar bahan yang digunakan;
berat bersih atau isi bersih;
nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
halal bagi yang dipersyaratkan;
tanggal dan kode produksi;
tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
asal usul bahan Pangan tertentu.
Keterangan pada label sebagaimana dimaksud pada pasal 97 ayat (3) ditulis, dicetak,
atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat. Selain
itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label kemasan adalah nomor
pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara penggunaan, petunjuk atau cara
penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau pernyataan khusus.
Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi kode MD, sedangkan produk
luar negeri diberi kode ML. Kode produksi meliputi tanggal produksi dan angka atau huruf
lain yang mencirikan batch produksi. Nilai gizi juga harus dicantumkan pada kemasan
produk pangan. Informasi gizi yang harus dicantumkan meliputi: energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral atau komponen lain.
Kemasan terasi udang yang dibahas adalah terasi udang mateng 69 dan terasi udang
ABC. Kedua terasi ini memiliki label di kemasannya, tetapi terdapat beberapa perbedaan dan
pelanggaran yang terjadi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pelanggaran label
kemasan terasi udang:
1.
izin Depkes RI, dan nama dan alamat pihak yang memproduksi. Hal ini tidak sesuai dengan
undang-undang No. 18 Tahun 2012. Beberapa pelanggaran yang dilakukan produsen terasi
udang mateng 69 antara lain:
a.
Komposisi
Produsen terasi udang mateng 69 tidak mencantumkan komposisi yang digunakan
dalam membuat terasi ini. Warna dari terasi udang ini adalah keunguan, karena tidak
dicantumkan komposisi maka konsumen tidak mengetahui pewarna yang digunakan untuk
membuat terasi ini. Ingredient penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang
digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang terbanyak,
kecuali untuk vitamin dan mineral. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun
2012 pasal 86 ayat 1:
Pasal 86 ayat (1)
Yang dimaksud dengan standar Keamanan Pangan dan Mutu Pangan adalah
spesifikasi atau persyaratan teknis yang dibakukan tentang Keamanan Pangan dan Mutu
Pangan, misalnya, bentuk, warna, rasa, bau, atau komposisi yang disusun berdasarkan kriteria
tertentu yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspek lain
yang terkait. Standar Keamanan Pangan dan Mutu Pangan mencakup Pangan Olahan dan
Pangan Segar.
b.
perundang-undangan yang berlaku dimana tidak ada nomor sertifikat halal dari LPPOM
MUI. Kemasan ini hanya mencantumkan logo halal
sebagai keterangan halal dari MUI. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun
2012 pasal 97 ayat 3, dimana setiap produk wajib mencantumkan label yang salah satunya
memuat keterangan halal dari produk tersebut. Kasus ini juga diperkuat oleh pengawasan
pemerintah seperti yang tertera pada undang-undang pangan No. 18 Tahun 2012 pasal 95 ayat
1.
Pasal 97 ayat (3)
Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta
memuat paling sedikit keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
Pasal 95 ayat (1)
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap penerapan
sistem jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan terhadap Pangan.
c.
terasi udang tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2012 pasal 97
ayat 3, dimana setiap produk wajib mencantumkan label yang salah satunya memuat
keterangan berat bersih dari produk tersebut.
Pasal 97 ayat (3)
Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta
memuat paling sedikit keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
pada label kemasannya. Sehingga konsumen tidak dapat mengetahui kapan produk ini sudah
tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2012
pasal 97 ayat 3, dimana setiap produk wajib mencantumkan label yang salah satunya memuat
keterangan tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsadari produk tersebut.
Pasal 97 ayat (3)
Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta
memuat paling sedikit keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
e.
Nomor Izin Edar (NIE) Pangan diawali dengan kode BPOM RI diikuti kode 2 huruf dan
diikuti dengan 12 digit angka. Produk dalam negeri diberi kode MD, sedangkan produk luar
negeri diberi kode ML. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2012 pasal
97 ayat 3, dimana setiap produk wajib mencantumkan label yang salah satunya memuat
nomor izin edar bagi pangan olahan dari produk tersebut dan akan dikenai sanksi yang
tercantum pada pasal 142.
18 Tahun 2012. Akan tetapi ada beberapa hal yang tidak tercantum di dalam label kemasan
terasi udang ABC, antara lain:
a.
mencantumkan tanggal, bulan ,daan tahun kadaluarsa. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
ini hanya dicantumkan dalam kemasan sekunder dari produk ini. Sehingga konsumen yang
membeli produk dalam jumlah satuan tidak dapat mengetahui tanggal kadaluarsa dari produk
terasi udang ABC.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before /
use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan,
dan tahun, sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan
dalam bulan dan tahun. Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2012 pasal
97 ayat 3, dimana setiap produk wajib mencantumkan label yang salah satunya memuat
keterangan tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsadari produk tersebut.
Pasal 97 ayat (3)
Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta
memuat paling sedikit keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
b.
nomor sertifikat halal dari LPPOM MUI. Label kemasan produk ini hanya mencantumkan
logo
saja. Pencantuman tulisan halal diatur oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan
agama
Islam.
Produsen
yang
mencantumkan
tulisan
halal
pada
(1) Setiap label Pangan yang diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai Pangan
dengan benar dan tidak menyesatkan.
(2) Setiap Orang dilarang memberikan keterangan atau pernyataan yang tidak benar dan/atau
menyesatkan pada label.
Produsen produk terasi mateng 69 melanggar ketentuan pasal 100, sehingga dapat
dikenai sanksi administratif. Sanksi administratif tersebut dapat berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
denda;
penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
ganti rugi; dan/atau
pencabutan izin
Kasus ini juga diperkuat oleh pengawasan pemerintah seperti yang tertera pada
III.
KESIMPULAN
-
Pelanggaran kemasan terasi udang yang kami bahas ada dua yaitu, kemasan terasi
udang mateng 69 dan terasi udang ABC
Pelanggaran pada kemasan terasi udang ABC terdapat pada keterangan halal dari
LPPOM-MUI, dan tanggal, bulan dan tahun kadarluarsa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Tinjauan Pustaka Terasi. Available at: http://digilib.unila.ac.id
Setyaningtyas, M.1. 2012. Terasi. Available at: http://eprints.unika.ac.id