Anda di halaman 1dari 3

Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi

menjadi:
1. Suppositoria rectal : suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk
lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g (
anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari
tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan
berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara
lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis
bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk
yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ). supositoria jenis ini
biasanya disebut suppositoria di pasaran.
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau
yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium .
( Anonim,1995; Ansel, 2005). suppositoria jenis ini, dipasaran disebut sebagai
ovula.
3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut
bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke
dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter
3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu
dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4
gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari
ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum
cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).
Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
5. Bentuknya seperti terpedo karena suppositoria akan tertarik masuk
dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup
dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).
6. Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan melalui rute oral
karena gangguan
7. saluran cerna seperti mual, pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pada
saat pembedahan.
8. Dapat diberikan pada bayi, anak-anak, lansia yang susah menelan, dan
pasien gangguan
9. mental
10.Zat aktif tidak sesuai melalui rute oral, missal karena efek samping pada
saluran cerna, atau mengalami First Pass Effect (FPE)

Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tidak menyenangkan penggunaan


Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.
Daerah absorpsinya lebih kecil
Absorpsi hanya melalui difusi pasif
Pemakaian kurang praktis
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH di rektum (materi
kuliah)

VI. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN


A. Pengemasan

Suppositoria gliserin dan gelatin umumnya dikemas dalam wadah gelas


ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan suppositoria.

Suppo yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus


terpisah-pisah atau dipisahkan satu sama lainnya pada ceah-celah dalam kotak
untuk mencegah terjadinya kontak antar suppo tersebut dan mencegah
perekatan.

Suppo dengan kandungan obat yang peka terhadap cahaya dibungkus


satu persatu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran logam (alufoil).
Sebenarnya kebanyakan suppositoria yang terdapat di pasaran dibungkus
dengan alufoil atau bahan plastik satu per satu. Beberapa di antaranya dikemas
dalam strip kontinu berisi suppositoria yang dipisahkan dengan merobek lubanglubang yang terdapat di antara suppositoria tersebut. Suppo ini biasa juga
dikemas dalam kotak dorong (slide box) atau dalam kotak plastik. (Howard. C.
Ansel, 1990,hal. 385.)
Suppo yang berbasis gliserin dan gelatin tergliserinasi sebaiknya dikemas dalam
wadah botol bermulut lebar dan tertutup rapat. Suppo berbasis oleum cacao dan
polimer PEG biasanya masingmasing suppo dikemas dalam kotak kardus yang
dilapisi bahan kedap air. Suppo dapat dikemas rapat dengan kertas logam atau
wadah berlapis kertas lilin. Suppo yang mengandung bahan mudah menguap
seperti fenol dan mentol harus dikemas dalam wadah kaca yang tertutup
rapat. (HUSAS Pharmaceutical dispensing, ed. 5, hal. 126)
Labelling
Label sediaan harus mengandung:
1.
2.
3.
4.

Nama dan jumlah senyawa aktif yang terkandung.


Sediaan tidak boleh ditelan.
Tanggal sediaan tidak boleh digunakan lagi.
Kondisi penyimpanan sediaan.

(BP 2002, hal.1895)


Petunjuk penyimpanan dalam ruangan dingin disampaikan kepada
pasien. (HUSAS Pharmaceutical dispensing, ed. 5, hal. 126)
B. Penyimpanan
Karena suppo umumnya dipengaruhi panas, maka perlu menjaga dalam tempat
dingin.

Suppo yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F (-1,1C)


dan akan lebih baik apabila disimpan di dalam lemari es.
Suppo yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah
35 0F (1,6C).
Suppo dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu
ruang biasa tanpa pendinginan.

Suppo yang disimpan dalam lingkungan yang kelembapan nisbinya tinggi


mungkin akan menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon, sebaliknya
bila disimpan dalam tempat yang kering sekali mungkin akan kehilangan
kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh. (Howard. C. Ansel, 1990, hal.
385.)

Anda mungkin juga menyukai