Anda di halaman 1dari 2

Dermatitis Seboroik (DS)

Definisi: Segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat
predileksi di tempat-tempat seboroik.
Etiopatogenesis:
Pertumbuhan Pityrosporum ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi
inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis,
maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel
langerhans. Status seboroik sering berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas
terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah
penyebabnya.
DS berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea. Glandula ini aktif pada
bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi
hormon androgen dari ibu berhenti.
DS pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia
sebelum akil balik, puncak insidensi usia 18-40 tahun.
Walau kematangan kelenjar sebasea merupakan faktir timbulnya DS, tetapi tidak
ada hubungan langsung secara kuantitatif anatara keaktifan kelenjar tersebut
dengan suseptibilitas memperoleh DS.
DS dapat diakibatkan proliferasi epidermis berlebihan alasan terapi sitostatik
dapat memperbaikinya.
Faktor kelelahan, stres emosional, infeksi, defisiensi imun predisposisi.
Gejala Klinis:
Eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak
kurang tegas.
DS ringan: mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama halus, mulai sebagai
bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang
halus dan kasar pitiriasis sika (ketombe). Bentuk yang berminyak disebut
pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta tebal.
Bentuk berat: bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan
krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga postautikular dan leher.
Bentuk lebih berat: seluruh kepala tertutup krusta-krusta kotor dan berbau tidak
sedap.
Pada daerah supraorbital: skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit
di bawahnya eritomatosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan,
dapat juga terjadi blefaritis (pinggir kelopak mata merah disertai skuamaskuama halus).
Lokasi lain: liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sternal, areola mammae,
lipatan bawah mammae, interskapular, umbilikus, lipat paha, daerah anogenital.
Pipi, hidungm dahi.
DD:

Psosriasis skuama berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz.


Kandidosis eritema merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di
sekitarnya.

Pengobatan:
Sistemik:
Kortikosteroid digunakan pada bentuk berat, dosis prednison 20-30 mg/hari.
Jika ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan. Bila ada infeksi sekunder
antibiotik.

Isotretinoin, efeknya mengurangu aktivitas kelenjar sebasea. Dosis 0,1-0,3


mg/kg/hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis
pemeliharaan 5-10 mg/hari selama beberapa tahun.
Bila pada sediaan langsung ada P.ovale yang banyak ketokonazol 200
mg/hari.

Topikal:
Pada pitiriasis sika dan oleosa, scalp dikeramasi selama 5-15 menit dengan
selenium sulfida (selsun) 2-3x/minggu.
Jika terdapat skuama diberi emolien, misalnya krim urea 10%.
Obat lain:
o Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar.
o Resorsin 1-3%.
o Sulfur presipitatum 4-20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%.
o Kortikosteroid, misal krim hidrokortison 2,5%. Pada kasus inflamasi yang
berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misal betametason
valerat, asal jangan dipakai terlalu lama.
o Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan pada sediaan langsung yang
terdapat banyak P.ovale.

Anda mungkin juga menyukai