Anda di halaman 1dari 28

CASE

MALARIA

PEMBIMBING:
Dr. Mayorita Ponggawa Sp.PD

OLEH:
Riza Tafson
030.10.238
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 1 MARET 2015
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSPAU Dr. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 5 JANUARI 14 MARET 2015

STATUS PASIEN
KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM
RSPAU Dr. ESNAWAN ANTARIKSA

Nama

: Riza Tafson

NIM

: 030.10.238

Dokter Pembimbing : dr. Mayorita Ponggawa Sp.PD

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. E

Usia

: 35 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jl. Branjangan, Rajawali Lama

Status Pernikahan

: Menikah

Pekerjaan

: TNI AU

Agama

: Kristen

Suku Bangsa

:-

Tanggal Masuk

: 9 Februari 2015

Nomor RM

: 02-02-42

Ruang Perawatan

: R. Garuda

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu tanggal 11 Februari pukul

07.00 WIB hari perawatan bangsal ke-3.


Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS

Keluhan Tambahan
Sakit Kepala, Mual, Muntah, Lemas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD pada hari Senin, 9 Februari pukul 14.00 WIB dengan keluhan
demam sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan pasien naik turun, terutama naik pada malam
hari dan turun pagi juga siang hari. Sakit kepala nyut-nyutan juga dirasakan pasien. Selain itu
pasien juga sering merasa mual. Pasien mengaku muntah 1x berisi makanan yang telah
dimakan. nafsu makan menurun, badan pegal pegal. Mulai tidak enak badan dirasakan pasien
+/- 6 hari yang lalu.
Pasien tidak mengeluh adanya nyeri perut, gangguan BAB dan BAK juga tidak ada.
Pasien juga mengaku tidak ada perdarahan gusi juga hidung. Sebelumnya pasien pernah
didiagnosis malaria +/- 6 tahun yang lalu, dan sembuh. Namun tidak ada riwayat pengobatan
yang jelas.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien pulang kampung ke Jayapura selama 1 minggu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat malaria (+), riwayat sakit maag (-). Riwayat hipertensi, DM, Alergi disangkal
pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan serupa, tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes melitus, dan asma pada keluarga. Tidak ada riwayat keganasan di keluarga.
Riwayat Medikasi/ Alergi
Pasien tidak mengkonsumsi obat obatan tertentu, pasien tidak alergi obat.
Riwayat Kebiasaan
Pasien perokok aktif +/- 1 bungkus perhari. Tidak mengkonsumsi alkohol. Olahraga 1
kali dalam seminggu
Riwayat Lingkungan
Ketika di Jayapura banyak teman pasien yang pernah terkena hal serupa seperti pasien,
tetapi di Jakarta tidak ada yang menderita keluhan serupa seperti pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 Februari 2015 pukul 14.00 WIB
hari perawatan bangsal ke-3.
Keadaan Umum
Kesan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis, GCS : 15

Antropometri

: BB: 55 kg, TB: 165 cm

Tanda Vital
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Suhu

: 36.8C

Respirasi

: 16 kali/menit

Nadi

: 72 kali/menit

Status Generalis
Kepala

: Normosefali, deformitas (-), rambut hitam, distribusi merata,


tidak mudah dicabut

Mata

: Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,


RCL-RCTL +/+

Hidung

: Simetris, deviasi septum (-), deformitas (-), konka eutrofi,


hiperemis (-), sekret (-)

Mulut

: Bibir simetris, warna merah muda, sianosis (-), gigi-geligi


normal, lidah normoglosia, mukosa lidah merah muda,
stomatitis aftosa (-), tonsil T1-T1 tenang, kripta tidak
melebar, detritus (-), arkus faring simetris, hiperemis (-),
uvula di tengah, oral hygiene baik

Telinga

: Normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik antitragus (-),


liang telinga lapang, serumen (-), sekret (-)

Leher

: KGB tidak teraba membesar, tiroid tidak teraba membesar,


JVP 5+2 cm, deviasi trakea (-)

Toraks
Paru
- Inspeksi

: Gerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi (-), efloresensi


(-)

- Palpasi

: Gerak napas simetris, vocal fremitus sama kuat di kedua


hemitoraks, thrill (-)

- Perkusi

: Sonor pada kedua hemitoraks

- Auskultasi

: Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, ronki -/-,


wheezing -/-

Jantung
- Inspeksi

: Pulsasi ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea


midklavikularis sinistra

- Perkusi

: Batas paru dan jantung kanan di ICS III-V linea sternalis


dekstra dengan suara redup, batas paru dan jantung kiri di
ICS V 1 cm medial linea midklavikularis sinistra dengan
suara redup, batas atas jantung setinggi ICS III linea
parasternalis sinistra dengan suara redup

- Auskultasi

: Bunyi jantung 1 dan 2 normal, reguler, splitting (-), S3 (-),


S4 (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi

: tampak

datar,

efloresensi

(-),

pernapasan

tipe

abdominotorakal, smiling umbilicus (-), asites (-)


Palpasi

: Supel

pada

seluruh

kuadran

abdomen,

nyeri

tekan

epigastrium (-), nyeri lepas (-), massa (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar, ballotement (-)
Perkusi

: timpani pada seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) 3 kali/menit

Ekstremitas

: Akral hangat ,pada keempat ekstremitas, edema (-)


pada keempat ekstremitas, CRT < 2 detik

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan tanggal 9 Februari 2015


Hemoglobin
16,5
Leukosit
9.200
Trombosit
56.000
Hematokrit
47%
Ureum
20
Kreatinin
0,98
Gula darah sewaktu
141
HbA1c
5,7
IgG anti DHF
Negatif
IgM anti DHF
Negatif
NS1
Negatif
Malaria
p. falciparum (+)
EKG
Rontgen thorax PA

p. ovale (+)
normal
Cor dbn, sinus diafragma

13,2-17,3
5.000-10.000
150.000-440.000
40-52
17-50
0.9-1.3
80-100
<7
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
normal
normal

baik, tidak tampak proses


aktif pada paru-paru

Pemeriksaan tanggal 10 Februari 2015


Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Bilirubin total
Bilirubin direk/indirek
Protein total
Albumin/globulin
Alkali fosfatase
SGOT/SGPT
Cholesterol total
Trigliserid
Asam urat
Ureum/kreatinin
Gula darah nuchter
Urin: leu/erit/gluk/prot
Pemeriksaan USG
tanggal 11 Februari 2015
Kesan: - Splenomegali

14,6
8.350
48.000
42
1,4
0,4/1,0
6,0
3,9/2,1
86
19/15
127
58
5,9
46/1,87
113
0-1/-/-/-

13,2-17,3
5.000-10.000
150.000-440.000
40-52
<1,5
0,1-0,5/<1
6,6-8,7
3,4-4,8/3,2-3,9
35-105
<37/<47
<200
50-150
3-7
17-50/0,9-1,3
70-110
0-1/-/-/-

- Organ intra abdomen lain masih dalam batas normal


Pemeriksaan tanggal 11 Februari 2015
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
V.

14,6
5.700
62.000
42%

13,2-17,3
5.000-10.000
150.000-440.000
40-52

RESUME
Pasien dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan pasien naik

turun, terutama naik pada malam hari dan turun pagi juga siang hari. Sakit kepala nyutnyutan juga dirasakan pasien. Selain itu pasien juga sering merasa mual. Pasien mengaku
muntah 2x berisi makanan yang telah dimakan. nafsu makan menurun, badan pegal pegal.
Mulai tidak enak badan dirasakan pasien +/- 6 hari yang lalu.
Pasien tidak mengeluh adanya nyeri perut, gangguan BAB dan BAK juga tidak ada.
Pasien juga mengaku tidak ada perdarahan gusi juga hidung. Sebelumnya pasien pernah
didiagnosis malaria +/- 6 tahun yang lalu, dan sembuh. Namun tidak ada riwayat pengobatan
yang jelas. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien pulang kampung ke Jayapura selama 1
minggu.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang bermakna didapatkan trombosit 54.000, hasil
apusan darah tepi didapatkan plasmodium falciparum (+) dan plasmodium ovale (+). Hasil
EKG normal. Hasil Rontgen thorax kesan normal. Hasil USG didapatkan splenomegali,
organ abdomen lainnya dalam batas normal.
VI.

DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja
-

Malaria

Diagnosis Banding
VII.

DHF
PENATALAKSANAAN

Nonmedikamentosa
-

Tirah baring

Medikamentosa
-

IVFD Ringer Laktat 28 tpm


Vit K 2x1

Ranitidine 2x1
Ondansentron 3x1
Fioramol infus 2x1gr
Primakuin 1x15mg
Doxixyclin 100mg
Danalgin 3x1 (kp)

VIII. FOLLOW UP
S

12 Februari 2015
13 Februari 2015
14 Februari 2015
Demam sudah berkurang, Meriang (+) demam (-), Meriang (-), demam (-)
sakit

A
P

kepala

sudah sakit kepala (-)

berkurang, meriang (+)


KU: CM, TSS
TD: 100/80
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,4
Pernafasan:
PF: dbn
SADT:
p.falciparum: 0,1 (+)
p.vivax: (-)

KU: CM, TSS


TD: 120/80
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36
Pernafasan: 20x/menit
PF: dbn
Lab: - Hb: 14,1
- Trom: 156.000
- Leu: 7400
- Ht: 40%
- GD: 85
- PP: 94
SADT:
p.falciparum: (-)
p.vivax: (-)
Malaria
Malaria
Malaria
- IVFD
Ringer
- IVFD
Ringer - Sudah boleh pulang
- doxixyclin diteruskan 3
Laktat 28 tpm
Laktat 28 tpm
- Vit K 2x1
- Vit K 2x1
hari lagi.
- Ranitidine 2x1
- Ranitidine 2x1
- primakuin diteruskan
- Ondansentron
- Ondansentron 3x1
selama 2 minggu dihitung
- Fioramol
infus
3x1
saat
pertama
kali
- Fioramol infus
2x1gr
- Primakuin
pemberian
2x1gr
- kontrol 1 minggu lagi
- Primakuin
1x15mg
- Doxixyclin 100mg membawa dpl + malaria
1x15mg
- Danalgin 3x1 (kp)
- Doxixyclin
- Artesunat
inj.
100mg
320mg 1x1
- Danalgin
3x1
-

(kp)
Artesunat

KU:CM, TSS
TD:110/90
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36
Pernafasan: 16x/menit
PF: dbn
Lab: - Hb: 17,4
- Trom: 139.000
- Leu: 6.000
- Ht: 41%
SADT:
p.falciparum: (-)
p.vivax: (-)

sakit kepala (-)

inj.

320mg (3 hari)

IX.

PROGNOSIS

Ad vitam

: bonam

Ad functionam

: bonam

Ad sanationam

: Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
MALARIA
2.1

Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh

protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi
akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di jaringan hati dan eritrosit, dengan gejala
demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.1
2.2

Epidemiologi
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat

menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktvitas kerja.2
Epidemiologi penyakit malaria dapat bervariasi sekalipun dalam daerah-daerah
geografis yang kecil. Faktor epidemiologi yang penting adalah keadaan imunologi serta
genetik populasi, spesies parasit, serta nyamuk dalam komunitas yang beresiko, tingkat

turunnya hujan serta temperatur, distribusi tempat perkembangbiakan nyamuk, penggunaan


obat anti malaria. Dan penerapan tindakan pengendalian lainnya yang dapat menurunkan
penularan.3
Di Jawa Bali, masih terjadi fluktuasi dari angka kesakitan malaria yang diukur dengan
Annual Parasite Incidence (API) yaitu 0,95% pada tahun 2005, meningkat menjadi 0,19%
pada tahun 2006 menurun lagi menjadi 0,16% pada tahun 2007. Namun angka ini dapat dari
laporan rutin, masih banyak kasus malaria yang belum terdiagnosa. Hal ini tampak dari
sering terjadinya kejadian luar biasa(KLB) malaria. 2
Jumlah penderita positif malaria di luar Jawa Bali diukur dengan Annual Malaria
Insidence (AMI) menurun dari 24,7% pada tahun 2005 menjadi 23,98% pada tahun 2006 dan
menjadi 19,67% pada tahun 2007.8 Angka kematian karena malaria berhasil ditekan dari
0,92% pada tahun 2005 menjadi 0,42% pada tahun 2006 dan menurun lagi menjadi 0,2%
pada tahun 2007. 2
Pada tahun 1973 ditemukan pertama kali adanya kasus resistensi p.falciparum
terhadap klorokuin di Kalimantan Timur. Sejak itu kasus resistensi terhadap klorokuin yang
dilaporkan semakin meluas. Sejak tahun 1990, dilaporkan telah terjadi resistensi parasit
p.falciparum terhadap klorokuin dari seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu, dilaporkan
juga adanya kasus resistensi plasmodium terhadap Sulfadoksin Pirimethamin (SP) di
beberapa tempat di Indonesia. 2
Dari penelitian penelitian yang dilakukan oleh Litbangkes dan Lembaga penelitian
lainnya telah ditemukan adanya resistensi plasmodium vivax terhadap klorokuin di beberapa
wilayah di Indonesia (Bangka, Papua). Keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas akibat penyakit malaria. 2
Oleh sebab itu, upaya untuk menanggulangi resistensi beberapa obat anti malaria
(multiple drugs resistance), pemerintah telah merekomendasikan obat pilihan pengganti
klorokuin dan SP terhadap plasmodium yaitu kombinasi artemisinin (artemisinin combination
therapy) yang biasa disebut dengan ACT. 2
2.3

Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Pada manusia Plasmodium

terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium


malariae, dan Plasmodium ovale. Keempat spesies Plasmodium yang yang terdapat di
Indonesia yaitu Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale, Plasmodium vivax
yang yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria

kuartana, dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika. Spesies terakhir
ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai
komplikasi di dalam organ-organ tubuh. 4
2.4

Siklus hidup plasmodium

Gambar 1. Siklus hidup plasmodium


Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.4
3.4.1 Siklus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang
lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivak dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut
dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kambuh).4

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut
dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan
betina.4
3.4.2 Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.4
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke
tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi,
tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari
sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik.4
2.5

Klasifikasi
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai
berikut: (5-6)
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,
ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang
banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika
menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit
normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti
(Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:

Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi


Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi
tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black
Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim
vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur
mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul
sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit
yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip
dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada
kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi
yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi
terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites,
proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria ovale (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria
ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4
tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau
pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang


diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan
gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan
puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh,
malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi. 2
2.6

Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Gejala yang

paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh pirogen endogen, yaitu TNF
dan interleukin-1. Akibat demam terjadi vasodilatasi perifer yang mungkin disebabkan oleh
bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya
peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis. Juga
terjadi penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil. Terjadinya kongesti pada organ
lain meningkatkan resiko terjadinya ruptur limpa.(5-6)
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem
retikuloendotelial. Hebatnya hemolisis tergantung dari jenis Plasmodium dan status imunitas
pejamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuestrasi oleh limpa pada
eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal, dan gangguan eritropoiesis. Pada hemolisis
berat

dapat

terjadi

hemoglobinuria

dan

hemoglobinemia.

Hiperkalemia

dan

hiperbilirubinemia juga sering ditemukan.5


Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan karena
sel darah merah yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, sehingga perjalanannya dalam
kapiler terganggu dan mudah melekat pada endotel kapiler karena adanya penonjolan
membran eritrosit. Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan pecahan sel, maka aliran kapiler
terhambat dan timbul hipoksi jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat
terjadi perembesan cairan bahkan perdarahan ke jaringan sekitarnya. Rangkaian kelainan

patologis ini dapat menimbulkan manifestasi klinis sebagai malaria serebral, edema paru,
gagal ginjal dan malabsorpsi usus.(5-6)
Pertahanan tubuh individu terhadap malaria dapat berupa faktor yang diturunkan
maupun yang didapat. Pertahanan terhadap malaria terutama penting untuk melindungi anak
kecil atau bayi karena sifat khusus eritrosit yang relatif resisten terhadap masuk dan
berkembang- biaknya parasit malaria. Masuknya parasit tergantung pada interaksi
antara organel spesifik pada merozoit dan struktur khusus pada permukaan eritrosit.8
Imunitas humoral dan seluler tehadap malaria didapat sejalan dengan infeksi ulangan.
Namun imunitas ini tidak mutlak dapat mengurangi gambaran klinis infeksi ataupun dapat
menyebabkan asimptomatik dalam periode panjang. Pada individu dengan malaria dapat
dijumpai hipergamaglobulinemia poliklonal, yang merupakan suatu antibodi spesifik yang
diproduksi untuk melengkapibeberapa aktivitas opsonin terhadap eritrosit yang terinfeksi,
tetapi proteksi ini tidak lengkap dan hanya bersifat sementara bilamana tanpa disertai infeksi
ulangan. Tendensi malaria untuk menginduksi imunosupresi, dapat diterangkan sebagian oleh
tidak adekuatnya respon ini. Antigen yang heterogen terhadap Plasmodium mungkin juga
merupakan salah satu faktor. Monosit/ makrofag merupakan

partisipan

selular

yang

terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi.(5,8)


2.7

Manifestasi klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala

utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali(1,4,5).
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1.

Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek

untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang
mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang
mengandung stadium aseksual)(1,5).

2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak
enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering
terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan
prodromal tidak jelas.5
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan(1,5):

Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus

dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh

tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok.
Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.

Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa

capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering
ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari
serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis(1).

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah (1):

Serangan primer
Yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan peroksismal
yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan berkeringat. Serangan paroksismal ini
dapat pendek atau panjang tergantung dari perpanjangan parasit dan keadaan imunitas

penderita
Periode laten
Yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria.

Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal


Recrudescense
Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya
serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik

sesudah periode laten dari serangan primer.


Recurrent
Yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya

serangan primer.
Relapse atau rechut
Berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama diantara serangan periodik
dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari masa laten (sampai 5 tahun),
biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh dibentuk diluar eritrosit (hati)
pada malaria vivaks atau ovale.

Manifestasi klinis Malaria Tertiana / M.vivax/ M.Benigna


Masa inkubasi malaria vivax yaitu 12-17 hari. Pada hari pertama panas iregular,
kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan dingin atau menggigil
jarang terjadi. Panas dapat mencapai puncak hingga 40,5C. Pada akhir minggu tipe panas
menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan
paroksismal biasanya pada sore hari dan berlangsung 4-8 jam. Kepadatan parasit mencapai
maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai
menurun setelah 14 hari. Pada malaria vivax manifestasi klinis dapat berlangsung berat tapi
kurang membahayakan, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran hackett).

Komplikasi malaria vivak seperti malaria serebral, hipoglikemia, asidosis metabolik dan
gangguan pernapasan seperti pada malaria P. falciparum, tidak terjadi. Mortalitas malaria
vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karena sering terjadinya relaps. Relaps sering terjadi
karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada status imun tubuh menurun.
Pada penderita yang semi-immune perlangsungan malaria vivax tidak spesifik dan ringan
saja, parasitemia hanya rendah, serangan demam hanya pendek, dan penyembuhan lebih
cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria vivaks juga dilaporkan di Papua dan daerah
lainnya. 1
Manifestasi klinis Malaria Malariae / M. Quartana
Masa inkubasi 18-40 hari, manifestasi klinik sama seperti pada malaria vivax hanya
berlangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun
pembesaran ringan. Serangan peroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan
parasitemia sangat rendah < 1 %. Komplikasi jarang terjadi, sindroma nefrotik dilaporkan
pada infeksi plasmodium malariae pada anak-anak di Afrika. Diuga komplikasi ginjal
disebabkan oleh karena deposit kompleks immun pada glomerulus ginjal. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan Ig M bersama peningkatan titer antibodinya. Pada pemeriksaan
dapat dijumpai edema, asites, proteinuria yang banyak, hipoproteinaemia, tanpa uremia dan
hipertensi, Keadaan ini prognosisnya jelek.1x
Manifestasi klinis Malaria Ovale
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria, masa inkubasi 11-16
hari, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali walaupun
tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain, maka plasmodium
ovale tidak akan tampak didalam darah tetapi plasmodium yang lain yang akan ditemukan.
Gejala klinis hampir sama dengan malaria vivax, lebih ringan puncak plasma lebih rendah
dan perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan
menggigil jarang terjadi dan spenomegali jarang dapat diraba.1
Manifestasi klinis Malaria Tropika / M. Falsiparum
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang
irreguler, anemia splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan sering terjadi komplikasi.
Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat,dan
parasitemia yang tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodormal yang sering

dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri belakang atau tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah
dan diare. Panas biasanya irreguler dan tidak periodik sering terjadi hiperpireksia dengan
temperatur diatas 40C. gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat
waqlaupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, neusia, muntah, diare
menjadi berat dan diikuti dengan kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpailebih sering
dari pada hepatomegali dan nyeri pada perabaan, hati membesar dapat disertai timbulnya
ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia
dengan leukopeni dan monositosis.1
2.8

Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan

bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis factor).
TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang
berbeda-beda, p. falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ovale 48 jam, dan P.
malariae 72 jam. Demam pada p.falciparum dapat terjadi setiap hari, p vivax/ovale selang
waktu satu hari, dan P malariae demam timbul selang waktu 2 hari. 2
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga
anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan plasmodium ovale
hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel
darah merah, sedangkan plasmodium malariae hanya menginfeksi sel darah merah tua yang
jumlahnya hanya 1% dari sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh
plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium malariae umumnya terjadi pada keadaan
kronis. 2
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh
sel sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel sel radang ini akan menyebabkan limpa
membesar. 2
Malaria berat akibat plasmodium falciparum merupakan patogenesis khusus. Eritrosit
yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit
yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada permukaan

eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen plasmodium
falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan
reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses inilah terjadi obstruksi(penyumbatan) dalam
pembuluh darah kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan
ini juga didukung oleh proses terbentuknya rosette yaitu bergerombolnya sel darah merah
yang berparasit dengan sel darah merah lainnya. 2
Pada proses sitoadherensi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu
terbentuknya mediator mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin) dimana mediator
tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu. 2
2.9.

Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis

Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.

Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.

Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

Riwayat sakit malaria.

Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

Riwayat mendapat transfusi darah.7


Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat

ditemukan keadaan di bawah ini:

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

Keadaan umum yang lemah.

Kejang-kejang.

Panas sangat tinggi.

Mata dan tubuh kuning.

Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.

Nafas cepat (sesak napas).

Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.

Warna air seni seperti teh pekat dan dapat sampai kehitaman.

Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.

Telapak tangan sangat pucat.7

2. Pemeriksaan Fisik

Demam (37,5oC)

Kunjunctiva atau telapak tangan pucat

Pembesaran limpa

Pembesaran hati

Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:

Temperature rectal 40oC.

Nadi capat dan lemah.

Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anakanak.

Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit
pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.

Penurunan kesadaran.

Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.

Tanda-tanda dehidrasi.

Tanda-tanda anemia berat.

Sklera mata kuning.

Pembesaran limpa dan atau hepar.

Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.

Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.7

3. Pemeriksaan Laboratorium
a.

Pemeriksaan dengan mikroskopik


Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita

adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah
tebal dan tipis untuk menentukan:

Ada/tidaknya parasit malaria.

Spesies dan stadium Plasmodium

Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-)

: tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB

(+)

: ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB

(++)

: ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB

(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB


(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau
sediaan darah tipis.7
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik. 7
c.

Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau

pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer
>1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.7
2.10

Diagnosis Banding
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai pada

semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza, bruselosis,
demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti pneumonia, infeksi
saluran kencing, tuberkulosis. Pada daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan
imunitas yang tinggi sehingga penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan
gejala klinis malaria.1
Pada malaria berat diagnosis banding tergantung manifestasi malaria beratnya. Pada
malaria dengan ikterus, diagnosa banding ialah demam tifoid dengan hepatitis, kolisistitis,

abses hati dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak dijumpai
demam lagi. Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti
meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis. Penurunan kesadaran dan koma
dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebrovaskuler (stroke),
eklamsi, epilepsi, dan tumor otak.1
2.11

Komplikasi

Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada infeksi P.
falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan
sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum
stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut: 1
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/l.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg
%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat
antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler jaringan otak.
2.12

Pengobatan
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan

memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART)

seperti

artemisinin,

artemeter,

arthe-ether,

artesunat,

asam

artelinik,

maupun

dehidroartemisinin telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi
plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisinin juga membunuh semua
plasmodium dalam semua stadium termasuk stadium gametosit. Juga efektif terhadap semua
spesies, P. falciparum, P.vivax maupun lainnya. Laporan kegagalan terhadap ART belum
dilaporkan hingga saat ini.1
Pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy) 1
Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan terjadinya
rekrudensi. Karenanya WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin dengan
mengkombinasikan dengan obat malaria yang lain. Kombinasi obat ini dapat berupa
kombinasi dosis tetap (fixed dose) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose).
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan, contohnya ialah
Co-Arterm yaitu kombinasi artemeter (20 mg) + lumefantrine (120 mg). dosis coartem adalah 4 tablet 2 x 1 sehari selama 3 hari. Kombinasi tetap yang lain ialah
dehidroartemisinin (40 mg) + piperakuin (320 mg) yaitu Artekin. Dosis artekin
untuk dewasa : dosis awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam,

masing-masing 2 tablet.
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya :
Artesunat + meflokuin
Artesunat + amodiakin
Artesunat + klorokiun
Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin
Artesunat + pironaridin
Artesunat + chlorproguanin-dapson (CDA/Lapdap plus)
Dehidroartemisinin + piperakuin + trimetoprim (Artecom)
Artecom + primakuin
Dehidroartemisin + naptokuin
Dari kombinasi diatas yang tersedia di Indonesia saat ini ialah kombinasi artesunat +
amodiakuin dengan nama dagang Artesdiaquine atau Artesumoon. Dosis untuk
orang dewasa yaitu artesunat (50 mg/tablet) 200 mg pada hari I-III. Untukl
amodiakuin (200 mg/ tablet) diminum selama 3 hari. Dosis amodiakuin adalah 25-30
mg /KgBB selama 5 hari.

Pengobatan Malaria Dengan obat-obat Non-ACT 1


- Klorokuin Difosfat/Sulfat

250 mg garam (250 mg basa), dosis 25 mg basa/kg BB untuk 3 hari terbagi 10


mg/kgBB hari I dan II, 5 mg/kgBB pada hari ke III. Pada orang dewasa biasa dipakai
dosis 4 tablet hari I dan II dan 2 tablet hari ke III. Dipakai untuk P. falciparum dan P.
vivax.
Sulfadoksin-Pirimetamin (SP)
500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin, dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal

(1 kali). Atau dosis anak memakai takaran pirimetamin 1,25 mg/ kg BB. Obat ini
hanya dipakai untuk P. Falciparum dan tidak efektif untuk P. vivax. Bila terjadi
kegagalan dengan obat klorokuin dapat menggunakan SP.
Kina Sulfat
Dosis yang dianjurkan ialah 3 x 10 mg/ kg BB selama 7 hari, dapat dipakai untuk P.

Falciparum maupun P.vivax. kina dipakai sebagai obat cadangan untuk mengatasi
resistensi terhadap klorokuin dan SP. Pemakaian oabat ini untuk waktu yang lama (7
hari) menyebabkan kegagalan untuk memakai sampai selesai.
Primakuin
1 tablet 15 mg dipakai sebagai obat pelengkap/pengobatan radical terhadap

P.Falciparum maupun P. vivax. Pada P. Falciparum dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis


tunggal untuk membunuh gamet. Sedangkan untuk P. vivax dosisnya 15 mg/ hari
selama 14 hari yaitu untuk membunuh gamet dan hipnozoid (anti relaps).
Penggunaan obat kombinasi Non-ACT 1
Apabila pola resistensi masih rendah dan belum terjadi multiresistensi, dan belum
tersedianya obat golongan artemisinin, dapat menggunakan obat standar yang
dikombinasikan. Contoh kombinasi iniadalah sebagai berikut :
kombinasi klorokuin + sulfadoksin-pirimetamin,
kombinasi SP + kina
kombinasi klorokuin + dosisiklin/tetrasiklin
kombinasi SP + dosisiklin/tetrasiklin
kombinasi Kina + dosisiklin/tetrasiklin
kombinasi kina + klindamisin.
Pemakaian obat-obat ini juga harus dilakukan monitoring respon pengobatan sebab

a.
b.
c.
d.
e.
f.

perkembangan resistensi terhadap obat malaria berlangsung cepat dan meluas.

Direktorat Jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan departemen


kesehatan RI dalam penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia menyarankan obat-obat
sebagai berikut:
1. Pengobatan malaria falciparum

Lini pertama menggunakan kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin. Lini


pertama lainnya menggunakan kombinasi dihydroartemisinin, piperaquin dan primakuin. Lini
kedua merupakan kombinasi kina dan doksisiklin atau kombinasi tetrasiklin dan primakuin. 2
Obat kombinasi artesunat dan amodiakuin diberikan peroral selama tiga hari. Dosis
amodiakuin basa 10 mg/kgBB dan artesunat 4 mg/kgbb. Sedangkan primakuin diberikan
dosis tunggal

0,75 mg/kgbb yang diberikan pada hari pertama. Primakuin tidak boleh

diberikan kepada ibu hamil, bayi kurang dari 1 tahun, dan penderita G6PD. 2
Dihydroartemisinin dan piperaquin dosisnya berdasarkan berat badan, dan dapat
diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3. 2
2. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale
Untuk pengobatan lini pertama sama dengan malaria falciparum, namun pengobatan
lini kedua menggunakan kombinasi kina dan primakuin. 2
3. Pengobatan malaria vivaks yang relaps.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps sama dengan regimen sebelumnya, hanya
dosis primakuin ditingkatkan, primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgbb/hari. 2
4. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan malaria malariae cukup diberikan ACT 1 kali per-hari selama 3 hari,
dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya. 2
5. Pengobatan malaria mix (P. falciparum + P. vivax)
Pengobatan malaria mix diberikan pengobatan dengan ACT selama 3 hari serta
pemberian primakuin pada hari I dengan dosis adalah 0,75 mg/kgBB dilanjutkan pada hari ke
2 14 primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB. 2
2.13

Prognosis
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P.vivax pada umumnya baik, tidak

menyebabkan kematian, walaupun tidak diobati infeksi rata- rata dapat berlangsung sampai 3
bulan atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps, sedangkan P.malariae dapat
berlangsung sangat lama dengan keccenderungan relaps, pernah dilaporkan sampai 30- 50

tahun. Infeksi P.falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai satu tahun. Infeksi
P.falciparum dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak ditanggulangi secara
cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2009.

2.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.


Jakarta, 2008; Hal:1, 11-18, 67-68.

3.

White J.N dan Breman G.J. Penyakit malaria dan Babesiosis. Horrison : Prinsip-

4.

Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 2, Edisi 13. Jakarta : EGC, 2000
Nugroho A dan Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto
PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.

5.

Jakarta: EGC, 2000


Harijanto P. N, Nugroho A, Gunawan C.A. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.

6.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009


Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,

7.

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000


Purwaningsih S. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,

8.

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000


Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I,
Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001

Anda mungkin juga menyukai