Anda di halaman 1dari 11

Cerita Timun Emas dan Raksasa Jahat

Cerita Timun Emas dan Raksasa Jahat - Alkisah Cerita Timun Emas diawali oleh kisah
seorang nenek tua yang tinggal menyendiri di sebuah rumah tua di pinggiran hutan di dekat
sebuah dusun yang sunyi. Awalnya kehidupan dusun itu sangat damai, sampai akhirnya datang
seorang raksasa yang tinggal dan menetap di hutan tersebut.
Si nenek tidak merasakan takut seperti layaknya para penghuni dusun, karena banyak sekali
hewan yang dimangsa oleh si raksasa. Sampai akhirnya si raksasa merasa terganggu akibat rasa
lapar yang amat sangat untuk memangsa manusia, karena sudah tidak ada lagi hewan yang bisa
ia makan.
Sampailah si raksasa tadi ke rumah si nenek tersebut, nenek tua itu bertanya kepada si raksasa, "
apa gerangan yang membawa engkau kemari, hai raksasa?", tanya si nenek. "Aku ingin
memakan seorang perempuan saat ini, apakah kau memilikinya?" tanya si raksasa kepada si
nenek.

Nenek berkata kepada si raksasa, "dari dulu aku ingin punya anak perempuan, tapi aku tidak
bisa, tapi bukan untuk aku makan, tapi ingin aku pelihara dan aku besarkan" jawab si nenek
kepada raksasa. " Hmm..baiklah tunggu aku sebentar", si raksasa kembali masuk kedalam hutan
dan kembali dengan menggenggam biji-bijian dan memberikan kepada si nenek.
"Untuk apa biji mentimun ini?" tanya si nenek kepada raksasa. "Kau tanamlah di pekarangan mu,
sampai nanti berbuah sebesar ukuran manusia, aku akan datang kembali". Raksasa langsung
masuk kembali ke dalam hutan meninggalkan si nenek yang masih kebingungan dengan
perkataan raksasa.
Akhirnya biji mentimun tadi di tanam juga oleh nenek yang memang ingin sekali memiliki anak
perempuan dari dulu untuk ia asuh dan besarkan, sampai akhirnya biji mentimun itu tumbuh dan
berbuah, akhirnya biji mentimun itu tumbuh sebesar manusia, nenek tua itu sangat senang dan
terharu, ternyata apa yang ia harapkan selama ini bisa menjadi kenyataan.
Malam itu bulan purnama penuh, si nenek sangat letih seharian mencari kayu bakar untuk ia jual
dan sisanya ia simpan untuk membakar bahan makanan untuknya. Pagi harinya ia terkejut ketika
ia bangun sudah ada sarapan pagi dan secangkir teh hangat ada di meja sebelah tempat tidurnya.

"Hei, siapa yang membuatkan aku sarapan?, tanya si nenek dalam hati keheranan. "Aku
nek.."..tiba-tiba ada suara di luar pintu kamar si nenek. Si nenek terkejut ketika ada sesosok
perempuan cantik yang menghampirinya. "Siapakah tuan puteri gerangan?", si nenek terpukau
oleh kecantikan anak perempuan tadi. "Aku adalah timun emas, biji mentimun yang engkau
tanam di pekaranganmu". Si nenek merasa bahagia dan tiba-tiba ia merasa sedih.
"Kenapa engkau bersedih?, bukankah kau menginginkan aku dari dulu?". Ternyata si nenek ingat
pesan si raksasa yang akan membawa anak perempuan yang berasal dari biji mentimun yang ia
tanam.
Si nenek merasa galau luar biasa, di satu sisi ia ingin membesarkan seorang anak perempuan,
disatu sisi ia harus merelakan timun emas pergi agar ia tidak dimakan oleh raksasa jahat.
"Timun emas yang cantik, pergilah nak engkau dari sini, aku lebih bahagia kau pergi, ketimbang
engkau menjadi mangsa raksasa". Akhirnya si nenek memberikan bekal kepada timun emas
berupa biji timun, jarum, garam dan terasi. Taburkanlah jika kau merasa dalam bahaya.
Tak lama setelah berkata demikian, muncullah raksasa yang menagih janji kepada si nenek, dan
nenek itu langsung menyuruh timun emas lari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri
dari raksasa jahat yang kelaparan itu.
Raksasa itu melihat timun emas lari kedalam hutan , dan ia pun mengejarnya. Timun emas
langsung menebar biji mentimun di dalam hutan, seketika hutan itu berubah menjadi tanaman
mentimun yang sangat besar dan melilit kaki raksasa yang mengejar timun emas.
Namun raksasa masih tangguh dengan lilitan timun. Lalu timun mas menebarkan jarum, dan
seketika tumbuh tanaman bambu yang sangat tajam dan melukai kaki raksasa tersebut. Dan
akhirnya juga raksasa lepas dari pohon bambu yang lebat tadi.
Tibalah timun mas di dekat sungai besar, dan ia pun menebarkan garam di sungai tersebut,
seketika pula sungai berubah menjadi lautan yang dalam, namun bukanlah rintangan yang berarti
bagi si raksasa.
Sampai akhirnya timun emas menebarkan terasi pada sebuah danau, si raksasa terjerembab
dalam danau yang berubah menjadi lumpur hidup dan menghisap si raksasa masuk kedalamnya
hingga tenggelam.
Timun emas sangat lega, ia pun kembali ke rumah nenek tua tadi. dan ia pun sangat berterima
kasih kepada si nenek tua dan mereka pun kini tinggal bersama dan bahagia.
Mungkin hikmah yang bisa kita ambil dari cerita timun emas diatas adalah jangan lah kita
berputus asa ketika kita memiliki sebuah keinginan untuk kita wujudkan , percayalah bahwa kita
bisa mewujudkan impian jika kita tidak mudah putus asa. Jangan lewatkan juga membaca Kisah
Pangeran Buruk Rupa yang Baik Hati yang sangat seru dan mengasyikan

Dongeng Sangkuriang
Alkisah pada jaman dahulu kala ada sebuah kerajaan di jawa barat yang dipimpin oleh seorang
raja. Raja memiliki seorang putri yang sangat cantik yang bernama Dayang Sumbi. Dayang
Sumbi sangat pandai menenun, setiap hari dia akan menghabiskan waktu dengan menenun kain
di sebuah pondok di pinggir hutan. Suatu hari, seperti biasa ketika Dayang sumbi sedang
menenun kain, tiba-tiba segulung benang terjatuh dan berguling ke luar pondok. Tanpa sadar
Dayang Sumbi berkata:
"Siapa pun yang mau mengambilkan benangku yang terjatuh, jika dia wanita akan kujadikan
saudara, jika dia pria akan kujadikan dia suamiku."
Seekor anjing hitam tiba-tiba muncul di hadapannya dengan membawa gulungan benang
miliknya. Dayang sumbi terkejut, namun apa mau dikata, Dayang sumbi telah terlanjur berucap.
Maka Dayang sumbi pun bersedia menikahi anjing tersebut. Ternyata anjing tersebut adalah
titisan dewa. Begitu Dayang sumbi bersedia menikahinya, dia pun berubah wujud menjadi
seorang pria yang sangat tampan. Mereka berdua merahasiakan kejadian ini pada baginda raja.
Raja hanya tahu bahwa kemana pun Dayang sumbi pergi akan ditemani oleh seekor anjing hitam
yang dipanggil Tumang.
Hingga suatu hari Dayang sumbi mengandung. Hal ini membuat istana geger dan membuat raja
murka. Beliau murka karena Dayang sumbi hamil tanpa menikah. Karena sangat marah, raja lalu
mengusir Dayang sumbi keluar dari istana. Maka Dayang sumbi dan si Tumang pun pergi dari
istana dan tinggal di sebuah pondok di tepi hutan. Beberapa bulan kemudian Dayang Sumbi
melahirkan seorang putra yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak
yang pandai. Setiap hari Sangkuriang pergi berburu Rusa atau burung dan menangkap ikan di
sungai bersama Tumang.
Suatu ketika saat berburu, Sangkuriang melihat seekor kijang emas. Dia menyuruh Tumang
mengejarnya. Anehnya Tumang yang biasanya menurut, kali ini tidak mau bergerak dari
tempatnya meski Sangkuriang mengancamnya. Tak sengaja anak panah yang dipakai untuk
mengancam Tumang terlepas dari busurnya dan mengenai Tumang hingga anjing itu tewas.
Ketika sampai di pondok, Dayang sumbi yang sedang menanak nasi menanyakan keberadaan
Tumang.
"Saya membunuhnya bu," kata Sangkuriang.
Dayang sumbi sangat terkejut dan marah sehingga memukul kepala Sangkuriang dengan sendok
nasi yang sedang dipegangnya hingga berdarah. Sangkuriang berulang kali memohon ampun,
namun Dayang sumbi malah mengusirnya. Sangkuriang pun pergi meninggalkan Dayang sumbi.
Setelah sekian lama berjalan, Sangkuriang tak bisa lagi menahan rasa sakit di kepalanya, maka ia
pun jatuh pingsan. Seorang pertapa menemukan Sangkuriang dan membawanya ke pertapaan.
Dia merawat Sangkuriang sampai lukanya sembuh dan megajarinya ilmu bela diri dan kesaktian.
Karena ketekunannya Sangkuriang berhasil menjadi seorang yang sakti dan bisa memanggil

serta memerintah jin dan dedemit. Sayang, sangkuriang tidak bisa mengingat masa lalunya.
Maka pertapa memanggilnya Jaka.
Sementara itu Dayang Sumbi menyesal telah mengusir Sangkuriang. Maka dia memohon kepada
Dewa untuk mempertemukan mereka kembali. Dayang sumbi berdoa siang dan malam, hingga
suatu hari Dewa berkenan mengabulkan permintaannya.
"Aku akan memberimu kecantikan abadi," kata Dewa, "supaya wajahmu tidak berubah sampai
kapanpun, dan anakmu akan mengenalimu saat kalian berjumpa."
Beberapa tahun kemudian
Setelah bertahun-tahun lamanya, Jaka berniat untuk mengembara dan mencari tahu masa
lalunya. Maka pergilah ia kemana kakinya melangkah. Hingga akhirnya tibalah ia di sebuah
pondok di tepi hutan. Di sana dia bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik dan Jaka
terpesona. Ternyata wanita itu adalah Dayang Sumbi. Mereka pun berkenalan dan saling jatuh
cinta.
Suatu hari Jaka hendak pergi berburu.
"Nyai, hari ini akang akan pergi berburu," kata Jaka. "Maukah kau mengikatkan ikat kepalaku?"
"Baiklah kang," kata Dayang Sumbi.
Maka jaka merendahkan tubuhnya supaya Dayang sumbi bisa mengikatkan ikat kepalanya. Tibatiba Dayang sumbi melihat bekas luka di kepala Jaka. Dia sangat kaget karena luka itu persis
berada di tempat dia pernah memukul anaknya. Dayang sumbi mulai curiga bahwa Jaka tidak
lain adalah Sangkuriang anaknya sendiri. Apalagi setelah diperhatikan Jaka sangat mirip dengan
wajahnya sendiri. Maka Dayang Sumbi pun bertanya:
"Kenapa ada bekas luka di kepalamu, kang?"
"Akang juga tidak tahu," kata Jaka. "Seingatku luka itu sudah ada sejak akang masih kecil.
Akang memang tidak ingat masa lalu akang. Guruku berkata bahwa dia menemukanku sedang
pingsan dan terluka parah."
Mendengar hal itu Dayang sumbi semakin yakin bahwa Jaka adalah Sangkuriang. Maka ia pun
berusaha meyakinkan Sangkuriang. Namun Sangkuriang tidak percaya. Menurutnya tidak
mungkin wanita muda di hadapannya adalah ibunya yang sudah berpisah sekian lama. Karena
Sangkuriang tetap tidak percaya dan dia tetap ingin menikahi Dayang Sumbi, maka Dayang
Sumbi mengajukan persyaratan.
"Apapun persyaratannya aku pasti akan sanggup memenuhinya," kata Sangkuriang.
"Kau harus bisa membuatkanku sebuah danau dan sebuah perahu tempat kita berbulan madu
nanti," kata Dayang Sumbi.
"Hanya itu?" tanya Sangkuriang. "Gampang sekali."
"Ya, tapi sebelum fajar menyingsing kau harus sudah menyelesaikannya," jelas Dayang Sumbi.
"Baiklah!" kata Sangkuriang. "Kau akan melihatnya besok pagi."

Malam harinya Sangkuriang memanggil Jin dan dedemit untuk membantunya. Tidak sulit bagi
para makhluk gaib itu untuk melaksanakannya. Mereka dengan mudah menggali tanah dan
menyusun batu-batu besar untuk membendung aliran air sehingga terbentuk sebuah danau. Lalu
mereka mulai menebang hutan dan membuat perahu. Dayang Sumbi yang diam-diam mengintip
pekerjaan Sangkuriang merasa was-was melihat sebentar lagi danau dan perahu tersebut akan
selesai. Maka dia berlari ke desa terdekat untuk meminta pertolongan. Kemudian Dayang sumbi
dan masyarakat di desa tersebut menggelar kain sutera merah di sebelah timur dan ramai
bercengkrama sehingga membangunkan ayam-ayam yang lalu mulai berkokok seolah-olah hari
telah pagi. Para Jin dan Dedemit yang melihat warna merah dan suara ayam berkokok mengira
bahwa fajar akan segera terbit. Mereka ketakutan sehingga cepat-cepat melarikan diri
meninggalkan perahu yang hampir jadi.
Sangkuriang sangat marah mengetahui dirinya telah tertipu. Maka dengan kekuatannya dia
menendang perahu yang dibuatnya hingga perahu itu terbang dan jatuh terbalik. Sejak itu perahu
itu berubah menjadi gunung yang sampai sekarang dikenal dengan Gunung Tangkuban Perahu.
(Dalam bahasa Sunda Tangkuban Perahu artinya Perahu yang terbalik)

LEGENDA MALIN KUNDANG


Legenda Malin Kundang : Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di
pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang
anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga
memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan
mengarungi
lautan
yang
luas.
Legenda
dari
Sumatera
Barat
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu,
sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga
kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi
ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit
nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika
Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka
terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang
banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk
mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke
kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan
ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah
menjadi
seorang
yang
kaya
raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang
setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu
Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah
mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke

dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan
menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung
halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian
tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar
tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di
tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak
laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh
bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal
tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya
tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera
bersembunyi
di
sebuah
ruang
kecil
yang
tertutup
oleh
kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin
Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa
tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah
sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin
terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia
memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100
orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk
menjadi
istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga
kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat
gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi
ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan
kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang
banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal
yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang
berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya
Malin
Kundang
beserta
istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat,
ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya
bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau
pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin
Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan
pelukan
ibunya
dan
mendorongnya
hingga
terjatuh.
"Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin
Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena
malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis
yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin
kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh

anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi
anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan
tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia
menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang
dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh
Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk
menjadi sebuah batu karang

Kancil Dan Kura-kura


Suatu hari Kura Kura dan Kancil berdebat tentang siapa yang lebih cepat. Mereka
menyetujui jalur tertentu untuk bertanding dan mulailah mereka bertanding.

Sang Kancil melesat dengan cepat dan setelah merasa jauh melampaui Kura Kura
dia berhenti sejenak dibawah pohon untuk beristirahat sebelum memulai lagi
perlombaannya.
Sang Kancil terduduk dibawah pohon dan akhirnya tertidur. Dan Kura Kura berhasil
melampauinya dan keluar sebagai juara.

Sang Kancil terbangun dan mendapatkan dirinya kalah didalam perlombaan


tersebut.
Maksud dari cerita ini adalah mereka yang lambat, apabila konsisten, akan dapat
memenangkan pertandingan.

Ini adalah cerita yang biasa kita dengar sejak masa kecil

Baru baru ini seseorang bercerita versi baru yang lebih menarik. Rupanya ceritanya
bersambung .
Sang Kancil sangat kecewa dengan kekalahannya lalu melakukan analisis
penyebabnya. Dia sadar bahwa dia kalah karena terlampau percaya diri, kurang hati
hati dan terlena. Kalau saja dia bisa lebih waspada maka tidaklah mungkin Kura
Kura bisa mengalahkannya.

Lalu ditantangnya lagi Kura Kura tersebut untuk melakukan lomba ulang yang
disetujui oleh Kura.

Dan kali ini, sang Kancil menang mutlak karena dia berlari tanpa henti

Maksud dari cerita ini adalah Cepat dan konsisten akan mengalahkan yang lambat
dan konsisten
Kalau ada dua orang diperusahaan, yang satu lambat, pakai metoda dan handal
sedangkan yang satu lagi cekatan dan handal, maka yang cepat dan handal akan
maju lebih cepat
Lambat asal Konsisten itu bagus akan tetapi lebih bagus lagi kalau Cepat dan
Konsisten
Tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini.

Kali ini sang Kura Kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba
dengan Kancil pada jalur seperti yang lalu. Setelah berpikir keras, kali ini Kura Kura
menantang sang Kancil untuk berlomba lagi pada jalur perlombaan yang berbeda.

Sang kancil setuju.

Mereka mulai berpacu dan sang Kancil berlari dengan cepat tanpa berhenti sampai
akhirnya terpaksa berhenti ditepi sungai, karena harus menyeberang. Rupanya
garis finish nya terletak beberapa ratus meter setelah tepi diseberang sungai .

Sang Kancil bingung tidak tahu harus berbuat apa..


dan tak lama kemudian muncul Kura Kura menyusul dan dengan santainya
menyeberang sampai kegaris finish dan memenangkan pertandingan

Maksud cerita ini adalah:


Pertama, temukan kekuatan utama anda kemudian carilah tempat bertanding yang
sesuai dengan kekuatan utama anda
Di Perusahaan, kalau anda pandai berbicara, carilah kesempatan untuk
memberikan presentasi sehingga pimpinan anda bisa melihat kemampuan anda
Kalau Kekuatanmu adalah menganalisis, carilah peran yang membutuhkan
kemampuan analisis.
Bekerja pada Kekuatanmu bukan hanya menunjukkan kehebatanmu akan tetapi
juga menciptakan kesempatan untuk maju dan berkembang
Kalau Kekuatanmu adalah mengorganisir, carilah peran untuk mengorganisir
sesuatu kegiatan penting agar perusahaan tahu bahwa anda mungkin pantas
menjadi manager
Kalau Kekuatanmu adalah waspada dan teliti carilah peran yang membutuhkan
kewaspadaan dan ketelitian seperti peran yang terkait dengan keselamatan, hukum
atau keuangan

Ceritanya belum selesai lho

Kali ini sang Kancil dan Kura Kura menjadi bersahabat dan mulai memikirkan solusi
masalah bersama sama.

Keduanya sadar bahwa lomba yang terakhir bisa dilakukan dengan jauh lebih baik.
Jadi mereka memutuskan untuk melakukan perlombaan lagi , cuma kali ini mereka
berlari dalam satu team

Mereka mulai berlari mula mula sang Kancil menggendong Kura Kura sampai
ketepi sungai, kemudian disini Kura Kura yang menggendong Kancil untuk
menyeberangi sungai. Diseberang satunya Kancil mulai menggendong Kura Kura
lagi sampai kegaris finish. Sampai digaris finish keduanya merasa puas karena
berhasil tiba dengan waktu yang jauh lebih cepat dari lomba.

Si Kancil dan Buaya

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan.
Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan
terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin
berjemur di bawah terik matahari. Di situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah
sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya,..krucuk
krucukkrucuk. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau
ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana
cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan
berteriak: Buaya.buaya. ayo keluar.. Aku punya makanan untukmu!! Begitu Kancil
berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu.
Sekali lagi Kancil berteriak, Buayabuaya ayo keluar mau daging segar nggak?
Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, Huaahhh siapa yang teriak-teriak
siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja. Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan
nanti kamu. Kata buaya kedua yang juga muncul.
Wah. bagus kalian mau keluar, mana yang lain? kata Kancil kemudian. Kalau cuma dua
ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa! Kancil berteriak lagi.

Ada
apa
Kancil
sebenarnya,
ayo
cepat
katakan,
kata
buaya.
Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buayabuaya di sungai ini, makanya harus keluar semua.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil
teman-temannya untuk keluar semua. Hei, teman-teman semua, mau makan gratis nggak? Ayo
kita keluaaaar.! buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama,
bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.
Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya
pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana, Nanti aku akan menghitung satu
persatu.
Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi
sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
Oke, sekarang aku akan mulai menghitung, kata Kancil yang segera melompat ke punggung
buaya pertama, sambil berteriak, Satu.. dua.. tiga.. begitu seterusnya sambil terus
meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang
sungai. Hatinya tertawa, Mudah sekali ternyata.
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, Hai buaya bodoh, sebetulnya
tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa
sepotong daging pun? Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh
jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf
kalau aku mengerjai kalian, kata Kancil.
Ha!.huaahh sialan Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau
ketemu
lagi
saya
makan
kamu,
kata
buaya-buaya
itu
geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari
ketimun

Anda mungkin juga menyukai