PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan mempunyai tugas yang sangat penting dalam rangka mendorong pencapaian tujuan
nasional yang berkaitan dalam peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat. Bank adalah
suatu lembaga keuangan yang menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihakpihak yang memerlukan dana, atau dana masyarakat ditarik oleh bank dan kemudian
dipinjamkan kembali kepada masyarakat.
Peranan bank dalam mendukung kegiatan perekonomian cukup besar karena bank memberikan
jasa dalam lalu lintas peredaran uang.
Ditinjau dari sudut pandang bank, kredit mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana
sebagai salah satu sumber uang yang perlu dalam membiayai kegiatan usaha yang dapat
dititikberatkan sebagai kunci kehidupan bagi setiap manusia.
Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank merupakan asset yang terbesar bagi bank. Dalam hal
kegiatan bank memberikan fasilitas kredit, resiko kerugian sebagian besar bersumber pada
kegiatan tersebut, sehingga bila tidak dikelola dengan baik dan disertai pengawasan yang
memadai akan mengancam kelangsungan hidup bank tersebut.
Dalam memberikan kredit, bank harus mempunyai kepercayaan terhadap calon debitur bahwa
dana yang diberikan akan digunakan sesuai dengan tujuan, dan pada akhirnya akan dikembalikan
lagi kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Telah kita ketahui bahwa dalam pendapatan terbesar bagi usaha jasa perbankan adalah berasal
dari bunga kredit yang diberikan.Namun demikian pemberian kredit ini memiliki faktor resiko
yang cukup tinggi, dan berpengaruh cukup besar pula terhadap tingkat kesehatan Bank.
Dalam Undang- undang No 7/1992 tentang Perbankan sesuai dengan jenis dan usaha bank,
mengenai jenis bank pada pasal 5 ayat 1 menurut jenisnya terdiri dari :
1. Bank Umum
2. Bank Pengkreditan Rakyat
Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit
jangka pendek.
Bank Pengkreditan Rakyat adalah suatu bank yang fungsinys menerima simpanan dalam
bentuk uang dan memberikan kredit jangka pendek untuk masyarakat pedesaan.
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun
1998 (UU Perbankan) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pasal tersebut terdapat beberapa
unsur perjanjian kredit yaitu :
a. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu;
b. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain
c.
B. Masalah Pokok
1. Apa saja jenis-jenis kredit dalam perbankan ?
2. Bagaimana prosedur pemberian kredit dalam perbankan ?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kredit dalam perbankan.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit dalam perbankan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, ditegaskan
bahwa :Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya
bank harus dapat memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.[1]
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan asas perkreditan
yang sehat, maka setiap bank diwajibkan membuat suatu kebijakan perkreditan secara tertulis
yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pemberian kredit sehari-hari.Dalam SK
Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 ditetapkan bahwa dalam
pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai
berikut :
1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan,
2. Organisasi dan manajemen perkreditan
3. Kebijaksanaan persetujuan pemberian kredit
4. Dokumentasi dan administrasi kredit
5. Pengawasan kredit
6. Penyelesaian kredit bermasalah
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditannya, bank wajib mematuhi
kebijaksanaan
perkreditan
yang
telah
dibuat
tersebut
secara
konsekuen
dan
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin kredit di sebut Credere yang artinya percaya.
Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa
kredit yang di salurkan pasti akan di kembalikan sesuai perjanjian.[2]
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998,
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.[3]
Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan kredit sebagai berikut: Kredit
adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit
yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit
dalam
restrukturisasi,
dan
pembelian
surat
berharga
nasabah
yang
tagihan
yang
nilainya
diukur
dengan
uang.Kemudian
adanya
1.
Kepercayaan, Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang,
barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka
waktu kredit.
2. Kesepakatan, yaitu kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit yang
dituangkan dalam Suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu, Masa pengembalian kredit yang telah disepakati bersama.jangka waktu
tersebut dapat berupa jangka waktu yang pendek, menegah ataupun jangka panjang.
4. Risiko, Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak
tertagihnya/macet pemberian kredit.
5. Balas jasa, Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau pembiayaan yang dikenal sebagai
bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil uantuk bank syariah.
Segi Kegunaan
kredit investasi, merupakan kredit jangka panjang yang biasanya
1.
c.
1.
kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun, dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja,
2. kredit jangka menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, dan biasanya kredit
ini digunakan untuk melakukan investasi,
3. kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya
paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3
tahun atau 5 tahun,
d.
Segi Jaminan
1.
jaminan. Jaminan tersebut tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap
kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau jaminan
tersebut harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur,
2. kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama
berhubungan dengan bank atau pihak lain.
e.
Segi Penarikan
1.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kredit pertanian,
kredit peternakan,
kredit industri,
kredit pertambangan,
kredit pendidikan,
kredit profesi,
kredit perumahan,
Sektor-sektor lain-lainnya
5.
Pemeriksaan berkas
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap
sesuai persyaratan dan sudah benar.Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup
maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu
nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit
dibatalkan saja.[7]
c.
1.
On the Spot
Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan
diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya.
Biasanya mencakup:
i.
Realisasi kredit
Penyaluran/penarikan
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu
sekaligus atau
secara bertahap.
6. Jaminan Kredit
Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan bank, mengingat jika nasabah
mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian
tarhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit relative
lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan
tersebut.[8]
1.
a.
b.
c.
Yaitu
bahwa
kredit
yang
diberikan
bukan
dengan
jaminan
barang
struktur permodalan, tingkat pertumbuhan laba, di mana semua ini dapat dilihat pada laporan
keuangan perusahaan.
d. Collateral (jaminan),
Jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik, jaminan
hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, jaminan juga harus diteliti keabsahan dan
kesempurnaannya sehingga jika terjadi suatau masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition (kondisi).
Kondisi ekonomi social dan politik yang ada sekarang dan diprediksi untuk dimasa yang akan
datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendknya benar-benar
memiliki prospek yang baik , sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relative kecil.
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun
1998,
Kredit
adalah
penyediaan
uang
atau
tagihan
yang
dapat
hasil
kredit