Anda di halaman 1dari 15

PAPER PEMASARAN HASIL PERTANIAN

ANALISIS PEMASARAN KENTANG (Solanum tuberosum)


DI KABUPATEN WONOSOBO

OLEH :
1. RUT NOVI ARI YANTI

135040100111156

2. ARDI HUDA MAFAAZA

135040100111093

3. GHAFRIN AQSATH 135040101111004


4. SUJANIATI

135040101111120

5. SILKA AMILA

135040101111282

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014

I.
I.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu sektor yang paling strategis dalam pembangunan nasional

adalah sektor pertanian. Sektor pertanian dituntut berperan dalam perekonomian


nasional melalui pembentukan produk domestik bruto, perolehan devisa,
penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan
lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan masyarakat.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar lebih dari 200 juta jiwa,
ketahanan pangan merupakan salah satu tujuan pembangunan yang ingin dicapai
oleh bangsa Indonesia. Namun untuk mewujudkan ketahanan pangan bukanlah
hal yang mudah. Berbagai permasalahan harus dihadapi dalam upaya
mewujudkan ketahanan pangan. Dalam mengatasi permasalahan yang ada,
diversifikasi pangan merupakan langkah yang diterapkan melalui agribisnis
profesional. Pada kondisi ini upaya yang dilakukan harus mampu mendatangkan
keuntungan ganda yaitu mampu meningkatkan penyediaan pangan sekaligus
mampu

pula

meningkatkan

pendapatan

masyarakat.

Oleh

karena

itu,

pengembangan pertanian harus diprioritaskan pada komoditas yang bercirikan


memiliki nilai ekonomi tinggi, dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif,
toleran pada kondisi lingkungan Indonesia, pemasarannya mudah, serta mampu
diusahakan pada lahan kering sehingga tidak bersaing dengan tanaman pangan
utama dalam penggunaan lahan. Salah satu tanaman yang cocok dikembangkan
untuk mengatasi masalah pangan dan ekonomi tersebut adalah tanaman kentang.

I.2Rumusan Masalah
I.2.1

Bagaimana tingkat efisiensi ekonomis masing-masing saluran pemasaran

kentang berdasarkan pola pemasaran yang terbentuk, nilai persentase marjin


pemasaran dan bagian yang diterima petani kentang di Kabupaten Wonosobo
I.2.2

Bagaimana tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran kentang di

Kabupaten Wonosobo
I.3

Tujuan Penelitian

I.3.1

Mengkaji tingkat efisiensi ekonomis masing-masing saluran pemasaran

kentang di Kabupaten Wonosobo


I.3.2

Mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran kentang di

Kabupaten Wonosobo

II.
II.1

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kentang
Kentang merupakan salah satu komoditas holtikultura yang memiliki

peran penting untuk menunjang ketahanan pangan maupun sebagai usaha bagi
petani. Kentang layak untuk diusahakan dan dikembagkan karena nilai
ekonomisnya yang tinggi dan permintaan kentang yang terus meningkat seiring
dengan semakin meluasnya pendayagunaan kentang untuk berbagai keperluan,
baik sebagai kentang konsumsi maupun kentang industri, sehingga dengan
mengusahakan kentang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.
2.1 Pemasaran Kentang
Komoditi pertanian yang dihasilkan petani akan digunakan oleh konsumen
untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga diperlukan adaya proses distribusi
produk. Proses pendistribusian tersebut terangkai dalam sistem pemasaran.
Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan
untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.
3.1 Saluran dan Lembaga Pemasaran
Aliran produk dari petani hingga sampai ke konsumen dalam proses
pemasaran hasil pertanian akan menciptakan suatu rangkaian yang disebabkan
saluran pemasaran.
Saluran pemasaran merupakan seperangkat organisasi yang saling
bergantung yang terlibat dalam proses penyediaan produk atau layanan sehingga
dapat digunakan atau dikonsumsi.
Panjang pendeknya saluran pemasaran yang terbentuk dalam proses
pemasaran dapat dilihat dari banyak lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
didalamnya. Peran lembaga pemasaran dalam proses pemasaran adalah
menyalurkan produk hingga sampai ke tangan konsumen. Baik itu konsumen
rumah tangga maupun industri. Lembaga-lembaga pemasaran inilah yang akan
menjalankan fungsi-fungsi pemasaran.

4.1 Biaya, keuntungan dan Margin Pemasaran


Kegiatan pemasaran seringkali melibatkan biaya sebab dalam proses
tersebut produk akan mengalami perlakuan yang dapat menambah produk
tersebut.
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pemasaran yang meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan retribusi, dan
lain-lain.
Selain biaya, keuntungan menjadi hal yang dipertimbangkan dalam
melakukan pemasaran. Keuntungan pemasaran adalah selisih harga yang
dibayarkan yang dibayarkan ke produsen dengan harga yang diberikan kepada
konsumen.
Masing-masing lembaga pemasaran akan menetapkan keuntungan yang
ingin dicapai. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga yang
ditetapka tiap-tiap lembaga pemasaran. Perbedaan harga di tingkat lembaga
pemsaran dalam sistem pemsaran akan mempengaruhi besarnya nilai margin
pemasara

III. HASIL PENELITIAN


1.1 Identitas Petani Responden
Identitas petani responden di Kabupaten Wonosobo mencakup beberapa
hal yaitu umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman dalam usahatani kentang,
luas lahan tanam usahatani dan status pekerjaan.
a. Umur Petani Responden
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo membagi komposisi
penduduk kedalam 2 golongan yaitu golongan umur non produktif yaitu umur 014 tahun dan golongan umur produktif dengan umur 15-64 tahun. Berdasarkan
penelitian umur petani yang melakukan usahatani kentang pada Kabupaten
Wonosobo rata-rata umurnya antara24-57 tahun. Hal ini dikarenakan usahatani
kentang membutuhkan tenaga yang besar karena topografi lahan pertanian
kentang yang berbukit dan perawatan tanaman kentang yang harus dilakukan
secara intensif.
b. Tingkat Pendidikan Petani Responden
Di

Kabupaten

Wonosobo

sendiri

pendidikan

petaninya

rata-rata

berpendidikan tamatan SD sehingga tingkat pendidikan pada Kabupaten ini


termasuk rendah. Namun petani dengan pendidikan ditingkat SD telah memiliki
kemampuan baca, tulis dan hitung.
c. Pengalaman Petani Responden dalam Usahatani Kentang
Lamanya usahatani kentang di Kabupaten Wonosobo yaitu sekitar 11-15
tahun petani telah menjalankan usahatani kentang. Hal ini menunjukan bahwa
tanaman kentang tetap berjalan dan bertahan walau harga jual yang tidak stabil.
Selain itu usahatani kentang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan
usahatani lainnya. Sehingga usahatani kentang dapat memberikan pendapatan
yang mencukupi bagi petani khususnya di Kabupaten Wonosobo.

d. Luas lahan Tanam Usahatani Kentang


Luas lahan tanam sangat mempengaruhi jumlah produksi kentang yang
dihasilkan serta pendapatan yang akan diperoleh dari petani. Di Kabupaten
Wonosobo sendiri khususnya Kecamatan Kejajar petani memiliki lahan skitar 0,51 ha .
e. Status Pekerjaan
Di Kabupaten Wonosobo status pekerjaan petani kentang dibagi menjadi
dua golongan yaitu petani yang berusahatani kentang sebagai pekerjaan pokok
dan pekerjaan sampingan. Namun di Kabupaten Wonosobo umumnya petani
menjadikan kentang sebagai usahatani poko karena besarnya pendapatan yang
diterima dan juga usahatani kentang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan
dengan usaha tani lainnya. Selain itu juga masa tanam kentang yang relatif singkat
yaitu antara 100-120 hari serta kemudahan dalam pemasaran.
f. Usahatani Kentang
Petani di Kabupaten Wonosobo umumnys memperoleh bibit kentang dari
pembibit. Petani lebih memilih bibit kentang dari pembibit dengan kualitas
kentang yang baik. Sedangkan untuk sistem tanamnya sendiri petani lebih banyak
menggunakan sistem monokultur dibandingkan dengan tupangsari.
Hal ini disebabkan sistem tanam monokultur tanaman kentang nantinya
diharapkan dapat menghasilkan produksi kentang yang maksimal dan hanya
sebagaian petani yang melakukan tumpangsari kentang dengan tanaman kubis,
daun bawang, seledri dan wortel.
Alasan lain petani melakukan usahatani kentang yaitu pemasaran kentang
yang dianggap lebih mudah jika dibandingkan dengan pemasaran komoditas
pertanian lainnya. Karena kentang hanya melakukan satu kali pemanenan tiap
musim serta kentang memiliki daya simpan yang relatif lebih lama jika
dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Masalah yang dihadapi petani di Kabupaten Wonosobo sendiri yaitu


kurangnya modal karena tingginya biaya perawatan tanaman kentang terutama
untuk pengobatan. Tanaman kentang rentan terserang penyakit busuk dan layu
yang menyerang di kala musim penghujan datang. Untuk mengatasinya petani
harus menyemprotnya dengan obat yang harus dibeli dengan harga yang mahal.
1.2 Identifikasi Responden Lembaga Pemasaran Kentang
Lembaga pemasaran atau pedagang yang terlibat dalam pemasran di
Kecamatan

Kejajar

Kabupaten

Wonosobo

adalah

pedagang

kecamatan, pedaganng pengumpul desa, dan pedagang pengecer.

pengumpul
Lembaga

pemasaran tidak hanya mendistribusikan kentang ke wilayah Kabupaten


Wonosobo melainkan juga diluar Kabupaten Wonosobo.
a. Pedagang Pengumpul Kecamatan
Pedagan pengumpul kecamatan menyerap sebagian besar kentang yang
diproduksi petani dan menyuplai kentang untuk daerah diluar Kabupaten
Wonosobo. Sasaran utama pedagang pengumpul kecamatan adalah pasar induk di
kota-kota besar. Usia produktif sangat menunjang aktivitas pedagang pengumpul
kecamatan untuk terlibat secara langsung dalam proses jual beli kentang dari
petani hingga memasarkannya ke luar kota.
Tingkat pendidikannya pedagang pengumpul kecamatan yaitu sebagaian
besar adalah tamat SD. Namun pedagang mempunyai kemampuan dalam
menjalankan usaha jual beli kentang, karena pengalaman usaha lebih dari 5 tahun
sehingga pedagang mampu untuk membaca kondisi pasar saat ini dan kondisi
pasar yang akan mendatang.
b. Pedagang Pengumpul Desa
pedagang pengumpul desa dalam pemasaran kentang berperan dalam
penyediaan kentang bagi konsumen dalam Kabupaten Wonosobo dan kota-kota
disekitar Kabupaten Wonosobo.

Sebagian besar usia pedagang pengumpul desa antara usia 30-45 termasuk
kedalam usia produktif dengan pendidikannya tamat SD. Pedagang pengumpul
desa sebagai penyalur pemasaran kentang dari petani ke konsumen. Pengalaman
pedagang pengumpul desa telah menjalankan jual beli kentang selama lebih dari 5
tahun. Semakin lama pengalaman berdagang maka akan semakin mudah bagi
mereka untuk mendapatkan pasokan dari petani dan mendapatkan kepercayaan
dari petani karena sudah dikenal oleh petani.
c. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer mendapatkan kentang dari pedagang pengumpul desa
yang kemudian dijual kembali kepada konsumen dipasar tradisional di Kabupaten
Wonosobo. Umur dari pedagang pengecer sendiri yaitu antara usia 33-48 tahun
dengan pendidikan tamatan SD. Selain itu lama usaha berdagang dari pedagang
pengecer kentang yaitu lebih dari 5 tahun. Selama menjalankan usahanya
beberapa pedagang pengecer telah melakukan perpindahan tempat dagang.
Pedagang pengecer pada mulanya hanya memasarkan kentangnya di pasar desa
beralih ke pasar daerah dengan alasan semakin banyaknya pedagang di pasar desa
yang dapat menyebabkan pendapatan yang diperoleh pengecer semakin
berkurang.
3. Konsumen Kentang
Konsumen kentang sendiri adalah orang yang membeli kentang untuk
dikonsumsi ataupun menjualkannya kembali. Pedagang luar kota dianggap
sebagai konsumen karena adanya transaksi pembelian dan penjualan kentang yang
berlangsung diluar Kabupaten Wonosobo. Konsumen akhir kentang pada saluran I
dan II adalah konsumen luar Kabupaten Wonosobo atau pedagang luar kota.
Sedangkan konsumen pada saluran III adalah konsumen dalam Kabupaten
Wonosobo.
4. Saluran Pemasaran Kentang

Saluran pemasaran merupakan jalur dari lembaga-lembaga pemasaran


yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.
Pemasaran di Kabupaten Wonosobo terdapat tiga pola saluran pemasaran yaitu :
1. Pola saluran pemasaran I
Petani

Pedagang Pengumpul Kecamatan

Pedagang Luar Kota

2. Pola saluran pemasaran II


Petani

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang Luar Kota

3. Pola saluran pemasaran III


Petani

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang Pengecer

Konsumen

Dari ketiga saluran pemasaran yang paling banyak digunakan petani


adalah saluran pemasaran I. Alasannya petani memilih saluran pemasaran I karena
proses penjualan kentang dianggap lebih mudah , baik dalam proses pembelian
maupun masalah pembayaran terutama oleh petani yang memproduksi kentang
dalam jumlah besar dan pedagang pengumpul kecamatan dapat menyerap kentang
dalam jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan lembaga pemasaran
yang lainnya. Sedangkan alasan petani memilih saluran pemasaran II dan III lebih
pada kesesuaian harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul desa dan
alasan kepercayaan.
5. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Kentang
Pada saluran pemasaran I pada komoditi kentang, petani mengeluarkan
biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran. Petani tidak melakukan kegiatan
sortasi dan grading. Kentang yang dihasilkan petani sendiri ada tiga kualitas yaitu
AB (diameter 6 cm), kualitas DN ( diameter 3,5 DN 6 cm) dan kualitas rindil
(diameter 3,5 cm). Harga asing-masing kualitas AB, DN dan rindil yaitu Rp
4.580,00 per kg, Rp 2.000,00 per kg dan Rp 1.080,00 per kg. Harga tersebut
dianggap menguntungkan oleh petani karena petani masih memperoleh
keuntungan setelah dikurangi biaya produksi.

Pedagang pengumpul kecamatan pada saluran pemasaran I mengeluarkan


biaya pemasaran berupa biaya sortasi dan grading, biaya pengemasan serta biaya
pengangkutan. Untuk biaya pengaangkutan sendiri yang dikeluarkan pedagang
pengumpul yaitu sebesar Rp 201,71 per kg untuk setiap kualitas kentang. Harga
jual kentang ditingkat pedagang pengumpul kecamatan untuk kentang kualitas
AB, DN dan rindil adalah sebesar Rp 5.235,56 per kg, Rp 2.700,00 per kg dan Rp
1.508,89 per kg. Selama berlangsungnya proses jual beli kentang dari pedagang
pengumpul kecamatan dengan pedagang dipasar induk, biaya pemasaran yang
terjadi ditanggung oleh pedagang pasar induk.
Keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran I yaitu utuk kualitas AB
sebesar Rp 414,50 per kg, kualitas DN sebesar Rp 258,89 per kg dan kualitas
rindil sebesar Rp 187,84 per kg. Total margin pemasaran untuk saluran pemasaran
I untuk kualitas AB sebesar Rp 655,56 per kg, kualitas DN sebesar Rp 500,00 per
kg dan kualitas rindil sebesar Rp 428,89 per kg. Tingginya nilai marjin pemasaran
pada saluran pemasaran I dikarenakan besarnya biaya pemasaran yang harus
dikeluarkan pedagang pengumpul kecamatan dalam memasarkan kentang.
Pada saluran pemasaran II petani tidak mengeluarkan biaya untuk sortasi
dan grading hanya mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dari lahan ke rumah
petani. Harga yang diterima petani kentang kualitas AB, DN dan rindil masingmasing adalah Rp 4.554,45 per kg, Rp 2.200,00 per kg dan Rp 1.054,55 per kg.
Sedangkan untuk pengumpul desa melakukan kegiatan sortasi dan grading,
pengemasan dan biaya pengngkutan. Untuk biaya pengangkutan sendiri yaitu
sebesar Rp 72,01 per kg utuk setiap kulitas kentang. Pedagang pengumpul desa
menjual kentangnya kepada pedagang luar kota sperti Temanggung, Yogyakarta,
Semarang, Boyolali dan Solo sehingga diperlukan biaya tinggi untuk
pengangkutan kentang ke tangan pedagang kota. Harga jual kentang ditingkat
pedagang pengumpul desa untuk kualitas AB sebesar Rp 5.018,18 per kg, kualitas
DN sebesar Rp 2.463,64 per kg dan kualitas rindil sebesar Rp 1.318,18 per kg.
Keuntungan yang diperoleh dari saluran pemasaran II yaitu untuk kualitas AB
sebesar Rp 352,12 per kg, kulaitas DN sebesar Rp 152,12 per kg dan kualitas
rindil sebesar Rp 152,12 per kg. Marjin pemasaran pada saluran pemasaran II

sebesar Rp 463,64 per kg kualitas AB, Rp 263,64 per kg kualitas DN, Rp


263,64per kg kualitas rindil. Besarnya nilai marjin disebabkan oleh besarnya
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan pedagang pengumpul desa.
Pada saluran pemasaran III sama halnya pada saluran pemasaran I dan II,
petani pada saluran pemasaran III mengeluarkan biaya pemasaran yang berupa
biaya panen dan biaya pengangkutan sebesar Rp 112,77 per kg untuk semua
kualitas kentang. Harga yang diterima petani untuk kualitas kentang AB sebesar
Rp 4.500,00 per kg , kualitas DN sebesar Rp 2.200,00 perkg dan kualitas rindil
sebesar Rp 1.000,00 per kg.
Harga jual ditingkat pedagang pengumpul desa sebesar Rp 4.700,00 per kg
untuk kualitas AB, Rp 2.400,00 per kg untuk kualitas DN dan Rp 1.100,00 per kg
untuk kualitas rindil dengan biaya pemasaran yang terdiri dari biaya sortasi dan
grading, biaya pengemasan, serta biaya pengangkutan. Sedangkan biaya yang
dikeluarkan pada pedagang pengecer yaitu biaya retribusi, biaya pengemasan dan
biaya pengangkutan sehingga untuk harga jual kentang ditingkat pedagang
pengecer yaitu sebesar Rp 5.000,00 per kg untuk kualitas AB , Rp 2.600,00 per kg
kualitas DN, Rp 1.300,00 per kg kualitas rindil. Keuntungan yang didapat pada
saluran pemasaran III yaitu untuk kualitas AB sebesar Rp 282,98 per kg, kualitas
DN sebesar Rp 182,98 per kg dan kualitas rindil sebesar 82,98 per kg. Besar
marjin pemasarannya yaitu sebesar Rp 500,00 per kg kualitas AB, Rp 400,00 per
kg kualitas DN dan kualitas rindil sebesar Rp 300,00. Setiap lembaga pemasaran
mempunyai keuntungan yang berbeda-beda. Keuntungan pemasaran ditingkat
pedagang pengumpul kecamatan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan di
pedagang pengumpul desa.
Dilihat dari efisiensi secara ekonomis ketiga saluran pemasaran kentang
yang terdapat di Kabupaten Wonosobo telah efisien secara ekonomis. Akan tetapi
dari ketiga saluran pemasaran maka saluran yang paling efisien adalah saluran
pemasaran II karena nilai presentase marjin pemasarannya lebih rendah yaitu
sebesar 9,24 %; 10,70 % dan 20,00 % untuk kualitas AB, DN dan rindil.

Tugas dan fungsi lembaga pemasaran kentang di Kabupaten Wonosobo


adalah sebagai berikut :
a. Petani : sebagai produsen kentang yang melakukan fungsi pengangkutan dan
fungsi penjualan .
b. Pedagang pengumpul kecamatan : melakukan fungsi pembelian, sortasi dan
grading, pengemasan, pengangkutan, dan penjualan.
c. Pedagang pengumpul desa : melakukan fungsi pembelian, sortasi, dan grading ,
pengemasan, pengangkutan, dan penjualan.
d. Pedagang pengecer : melakukan fungsi pemasaran seperti pembelian,
pengangkutan, pengemasan, dan penjualan.

IV. PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pemasaran kentang di
Kabupaten Wonosobo dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat tiga saluran pemasaran kentang yang digunakan petani di
Kabupaten Wonosobo dalam menyampaikan hasil produksinya
2. Tugas dan fungsi lembaga pemasaran kentang di Kabupaten Wonosobo
berjalan sesuai dengan peran masing-masing lembaga.
IV.2 Saran
IV.2.1 Perlu adanya uapaya perbaikan kualitas kentang agar kentang yang
dihasilkan dapat diserap oleh pasar modern.
IV.2.2 Untuk meningkatkan pendapatan, diharapkan petani melakukan proses
produksinya secara lebih efisien agar tingkat penerimaan lebih tinggi

HASIL ANALISIS
(KOMENTAR TERHADAP SKRIPSI)
Tingkat kesesuaian tema dengan skripsi bisa dikatakan baik, hanya saja isi
dari keseluruhan skripsi masih ada yang terlalu berlebihan, sehingga keterkaitan
antar satu kalimat dengan kalimat yang lain bisa dikatakan kurang bersatu. Selain
itu juga, penjelasan mengenai saluran pemasaran yang terdapat di hasil penelitian
bisa dikatakan belum jelas. Proses perolehan data berupa angka-angka belum di
jelaskan secara rinci. Akan tetapi dari keseluruhan isi skripsi dapat memberikan
pengetahuan yang baik bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai