Disusun Oleh :
SARA
ARY
ROBBY
ERWIN EKO PRABOWO
(125030400111023)
(125030401111014)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul PBB dan BPHTB.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar
Perpajakan yang diberikan oleh Ibu Dr. Dra. Siti Ragil Handayani, M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah Seminar Perpajakan di program studi Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Dra.
Siti Ragil Handayani, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Seminar Perpajakan yang
telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman yang mendukung dalam
penyelesaian makalah in.
Namun, kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik, saran dan masukan yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Subyek pajak PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Hal ini berarti bahwa tanda pembayaran/pelunasan
pajak bukan merupakan bukti kepemilikan. PBB melekat pada pemiliknya meskipun
dapat dialihkan kepada penyewanya atau pihak lain. Jika suatu objek pajak belum
diketahui secara pasti siapa WPnya, maka yang menjadi subyek pajak diatur sebagai
berikut :
1. Jika suatu subyek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/atau bangunan
milik orang lain bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau bukan
karena perjanjian, objek pajak yang memanfaatkan/menggunakan bumi dan/atau
bangunan ditetapkan sebagai Wajib Pajak.
2. Suatu subyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan, maka orang
atau badan yang memanfaatkan/menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai
Wajib Pajak.
3. Subyek pajak yang dalam waktu lama berada di luar wilayah letak pajak objek pajak,
sedangkan untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan,
maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai Wajib Pajak.
Objek PBB adalah yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan.
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajibah wajib membayar BPHTB
yang menurut perundang-undangan perpajakan yang menjadi Wajib Pajak.
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan adalah perbuatan (disengaja) atau peristiwa hukum
(otomatis/tidak disengaja) yang mengakibatkan perolehannya hak atas tanah dan atau
bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh :
2.
3.
Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) yaitu menentukan nilai suatu objek
(properti) dengan jalan membandingkan objek yang dinilai dengan objek lain yang
sejenis yang telah diketahui nilai jualnya. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan
Metode Perbandingan Harga.
Pendekatan Biaya ( Cost Approach ) yaitu menentukan nilai suatu objek (properti) dengan
jalan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut.
Biaya yang diperhitungkan adalah biaya bangunan baru kemudian dikurangi dengan
penyusutan yang ada.
Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaitu menentukan nilai suatu objek (properti)
dengan jalan mengkapitalisasikan pendapatan bersih dari objek tersebut dengan suatu
tingkat kapitalisasi tertentu. Pendekatan ini dapat juga disebut Pendekatan Kapitalisasi.
NJOP ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap 3(tiga) tahun, kecuali daerah tertentu
setiap tahun sesuai dengan perkembangan sosial dan ekonomi setempat. NJOP
dikelompokkan kedalam klas-klas yang disebut dengan klasifikasi NJOP baik untuk bumi
maupun bangunan.
Klasifikasi NJOP bumi terdiri dari 2(dua) kelompok yaitu:
Kelompok A (50 klas) dengan klas tertinggi Rp3.100.000,- per M2 dan klas terendah
Rp140,- per M2.
Kelompok B (50 klas) dengan klas tertinggi sebesar Rp68.545.000,- per M2 dan klas
terendah sebesar Rp3.375.000,- per M2.
Klasifikasi NJOP bangunan terdiri dari 2(dua) kelompok yaitu:
Kelompok A (20 klas) dengan klas tertinggi sebesar Rp1.200.000,- per M2 dan klas
terendah sebesar Rp50.000,- per M2.
Kelompok B (20 klas) dengan klas tertinggi sebesar Rp15.250.000,- per M2 dan klas
terendah sebesar Rp1.516.000,- per M2
Sesuai dengan pasal 5 UU BPHTB, tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan merupakan tarif tunggal sebesar 5%. Penentuan tarif tunggal ini di maksudkan
untuk keserhanaan kemudahan penghitungan. Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai
Perolehan Objek Pajak (NPOP), yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) PBB pada tahn terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang dipakai adalah
NJOP PBB. Yang dimaksud dengan harga transaksi adalah harga yang terjadi dan telah
disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal NJOP PBB pada tahun terjadinya
perolehan belum ditetapkan, besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh Mentri Keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Isi dari makalah ini masih belum lengkap dan jauh dari kodisi sempurna, oleh sebab
itu penulis dengan senang hati mengaharapkan masukan dan kritikan dari pembaca guna
penyempurnaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA