pembangunan.
Masalah
gizi
merupakan
salah
satu
masalah
yang
utamanya
pengendalian
melibatkan
pertumbuhan
faktor
pendidikan,
penduduk,
perbaikan
ekonomi,
sanitasi,
keadilan social bagi perempuan dan anak-anak, kebijakan dan praktik yang
benar terhadap lingkungan dan produktivitas pertanian. (Aritonang, 2006)
Beberapa factor yang menyebabkan rendahnya gizi di Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Permasalahan ekonomi, masalah kemiskinanan di Indonesia sangat
mempengaruhi tingkat gizi di Indonesia. Penghasilan yang kurang dan
tingginya harga bahan pangan membuat masyarakat miskin hanya
sanggup untuk memenuhi kebutuhan akan pangan pokok sebagai
sumber energi dan menerapkan prinsip makan asal kenyang. Hal ini
menyebabkan mereka kurang memperhatikan nutrisi dan nilai gizi
yang terkandung dalam bahan makanan yang mereka konsumsi.
b. Bencana Alam, Banjir; tanah longsor; tsunami; letusan gunung berapi
dan bencana alam lain akan menghambat pemenuhan gizi di
Indonesia. Bencana alam berpotensi menghalang proses distribusi
dengan
banyaknya
masalah
anggaran
kekurangan
yang
gizi
disiapkan
dapat
untuk
ditinjau
dari
meningkatkan
masyarakat mengenai
gagal
sangat
percuma.
Untuk
program-program
hal
tersebut
dapat
membunuh
sektor
pertanian
yang
(Kadarzi),
integrasi
kegiatan
lintas
sektoral
dengan
program
sampai
saat
ini
penanganan
yang diberikan,
hanya
mampu
adalah
melalui
suplementasi
zat
besi,
yaitu
Program
Penggulangan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri (PPAGB). Didalam siklus
hidup manusia, remaja wanita (10-19 tahun) merupakan salah satu
kelompok yang rawan menderita anemia. Prevalensi anemia di Indonesia
masih cukup tinggi, yang ditunjukkan oleh laporan Depkes (2005) yaitu pada
remaja wanita 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu hamil 40,1% dan
anak balita 47,0%. Sebanyak 10-25 % remaja wanita yang tinggal di
pedesaan Indonesia sudah pernah menikah atau mengalami kehamilan
(Depkes 2003). Pada ibu hamil, anemia dapat menyebabkan kematian ibu,
bayi, atau berat bayi lahir rendah. Oleh karena itu, sasaran program
perbaikan gizi pada kelompok remaja wanita dianggap strategis didalam
upaya memutus simpul siklus masalah gizi. Namun pada evaluasi akhir
program tidak selalu berhasil didalam menurunkan prevalensi anemia.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium atau biasa disingkat GAKY
merupakan masalah yang sudah terjadi di Indonesia sejak lama. Salah satu
program pemerintah dalam mengatasi GAKY adalah Penggunaan Garam
Beryodium. Garam Beryodium telah dicanangkan dalam RAN KPP GAKY-21
dengan strategi diantaranya dimulai dari meningkatkan produksi garam
rakyat,
mempercepat
pemenuhan
pasokan
garam
beryodium,
dan
penegakan
hukum
lemah
pada
Peraturan
Daerah
yang
Gizi
yaitu
memberikan
perlindungan
terhadap
kesehatan
ibu,
termasuk di dalamnya kecukupan asupan nutrisi serta faktor lain yang dapat
mengakibatkan terganggunya kehamilan. Meninjau kembali regulasi yang
berkaitan cuti hamil dan menyusui untuk kemudian menyusun regulasi baru
yang dapat menjamin ibu untuk dapat hamil dan menyusui selama enam
bulan secara ekslusif tanpa disertai rasa takut kehilangan pekerjaan bagi
mereka yang bekerja. Pemenuhan hak-hak ibu yang berkaitan dengan
peningkatan pengetahuan (edukasi) gizi seimbang secara terus menerus
proses
ketahanan
gizi
pemberdayaan
dan
pangan.
pangan).
Menyusun
Meningkatkan
sistem
kedaulatan
pembiayaan
dan
program
Daftar Pustaka
Aritonang, Irianto dan Priharsiwi Endah. 2006. Busung Lapar. Tangerang:
PT. Agromedia Pustaka.
Depkes RI .1993. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.