Anda di halaman 1dari 23

Area Tambang Emas di Jambi Longsor, 3 Orang

Tewas

Tiga pekerja tambang emas di Provinsi Jambi, tepatnya di Dusun Krembil, Kecamatan Cermin
Nan Gedang, Kabupaten Sarolangun tewas akibat tertimbun longsor. Sementara tiga orang
lainnya luka-luka.
Enam korban tersebut seluruhnya merupakan warga Dusun Krembil. Korban tewas sudah dibawa
ke rumahnya masing-masing, sementara korban luka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum
Chatib Quzwain Sarolangun.
Kapolsek Limun AKP Pujiarso mengatakan, insiden lobang tambang emas tersebut terjadi pada
Kamis (26/2/2015) sore sore sekitar pukul 16.30 WIB. Korban meninggal teridentifikasi dengan
nama Ranto (9), Desi (35) dan Mariam (50). Sedangkan korban luka adalah Inam (35) Zainab
(45) dan Raimah (50).
"Korban meninggal yakni Ranto diketahui berstatus siswa kelas 5 SD yang saat itu tengah ikut
ibunya menambang," ujar Pujiarso.

Dia menjelaskan, Dusun Krembil merupakan satu wilayah di Kabupaten Sarolangun yang
sebagian besar warganya bekerja sebagai penambang emas. Mulai dari pagi hari, mesin-mesin
tambang atau biasa disebut dompeng membuat lobang tambang sedalam kurang lebih 6 meter
dan lebar 20 meter tergantung lokasi.
Pada tengah atau sore harinya, puluhan pekerja mulai menuruni lobang mencari batu-batu untuk
kemudian didulang dan diambil emasnya. Nahas, saat enam penambang berada di dalam lobang,
tiba-tiba tanah yang diduga rapuh akibat hujan yang kerap mengguyur longsor. Tiga penambang
tewas seketika tertimpa timbunan tanah. Beruntung tiga lainnya hanya mengalami luka-luka dan
langsung dievakuasi aparat kepolisian Polsek Limun dibantu warga.
Yusuo, salah satu suami korban luka mengatakan, pekerjaan mencari bebatuan sebelum
ditambang memang biasa dilakukan sore hari, di mana sebelumnya, lobang-lobang tambang
dibuat dengan menggunakan mesin.
"Setelah dari pagi hingga siang mesin bekerja, sore harinya pekerja turun mencari batu-batu
bercampur tanah untuk kemudian ditambang," ujar Yusuo saat ditemui di Rumah Sakit Umum
Chatib Quzwain Sarolangun.
Yusuo mengakui, hampir seluruh warga di Dusun Krembil bekerja sebagai penambang. Mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. "Penghasilan dari
menambang lumayan, satu orang dalam semalam bisa mendapat Rp300 ribu," kata Yusuo.
Kabupaten Sarolangun menjadi salah satu daerah tambang emas di Provinsi Jambi. Dua daerah
lainnya adalah Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo.
Dalam beberapa tahun terakhir, aparat kepolisian dan pemerintah daerah menyatakan 'perang'
terhadap penambangan emas ilegal. Berkali-kali baik aparat kepolisian maupun TNI kerap
melakukan penertiban lokasi tambang. Namun, sampai saat ini titik-titik tambang ilegal di Jambi
tetap subur.
Kondisi ini juga banyak ditentang kelompok atau LSM peduli lingkungan. Karena lokasi
tambang yang tidak jauh dari kawasan sungai diduga menjadi penyebab utama pencemaran air di
banyak sungai di Provinsi Jambi, terutama Sungai Batanghari. Diduga, aktivitas penambangan

ilegal ini banyak dibekingi oknum aparat maupun pemerintah daerah terutama kepala desa
(Kades) dimana lokasi tambang berada.

Gunung Soputan Meletus, Warga Diminta


Menjauh

Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, kembali mengalami erupsi.
Asap tebal berwarna putih kelabu membubung tinggi hingga mencapai 3.500 meter ke arah
tenggara.
"Erupsi terjadi pada pukul 07.29 Wita," demikian pernyataan BPBD Provinsi Sulawesi Utara
dalam keterangan tertulisnya, Rabu (11/2/2015).
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Pihaknya mengimbau warga untuk tidak
beraktifitas dalam radius 6,5 km dari Gunung Soputan.
"BPBD Provinsi Sulut dan BPBD Kabupaten mitra memonitoring serta mengimbau masyarakat
agar tetap waspada dan tenang menghadapi jika dalam keadaan darurat," katanya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pascaletusan pada Minggu 18
Januari 2015, aktivitas Gunung Soputan masih tinggi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari data
seismisitas terpantau 46 kali gempa vulkanik dalam, 21 gempa vulkanik dangkal, 53 kali gempa
hembusan, 21 gempa guguran, dan tremor terus-menerus.
"Tingkat aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Soputan masih tinggi," tegas Sutopo.
Namun, menurut dia, hingga kini belum perlu ada pengungsian karena permukiman terdekat
berada di radius 8 kilometer. Masyarakat dapat tetap melaksanakan aktivitas secara normal.

Volume Air Katulampa Meningkat, Bukit Duri


Kebanjiran

Meluapnya Sungai Ciliwung mengakibatkan ratusan rumah di 4 rukun tetangga (RT) di


Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, terendam banjir. Ketinggian air semakin bertambah sejak
Minggu 1 Maret dini hari.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (1/3/2015), meski digenangi air, warga tidak
ada yang mengungsi karena memilih bertahan di lantai 2 rumah mereka. Aktivitas warga pun
tetap berlangsung di tengah genangan air. Terakhir kali kawasan ini digenangi air adalah awal
Februari yang lalu.
Air kiriman dipengaruhi ketinggian air Bendung Katulampa, Bogor, yang tiba-tiba terus naik
hingga mencapai 150 centimeter.
Peningkatan volume permukaan air Bendung Katulampa ini terjadi karena kawasan Puncak yang
merupakan hulu Sungai Ciliwung diguyur hujan lebat. Petugas bendungan katulampa
menghimbau warga yang tingga di bantaran Kali Ciliwung bersiaga.

Ketinggian air yang mengalir sebanyak 270 liter air perdetik ini membuat Jakarta kembali
terendam banjir pada Minggu pagi tadi.

Patung Sebagai Karya Seni Rupa 3D


Salah satu karya seni rupa 3 dimensi yang merupakan object dimana bentuknya bisa dilihat dari
berbagai sudut pandang, salah satu karya seni rupa ini yaitu patung sebagai seni rupa 3 dimensi.
patung sering dijumpai diberbagai area seperti; object wisata, monumen bersejarah, dan lain-lain.
dilihat dari bentuknya patung memiliki bentuk yang berbeda-beda ada patung yang berbentuk
pohon, binatang, manusia, bangunan, buah-buahan, bahkan sampai bentuknya yang tidak
dikenali sama sekali atau bentuknya yang bisa dikatakan asing/alien.

Alasan mengapa patung dikatakan sebagai salah satu karya seni rupa tiga dimensi itu
dikarenakan patung mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi (volume) serta dapat
dilihat/dipandang dan dinikmati dari segala arah. Pada umumnya, patung diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan batin atau dinikmati keindahannya saja. Dengan kata lain, patung menurut
fungsinya masuk dalam kategori karya seni rupa murni. di Indonesia, kerajinan patung sudah ada
sejak dulu dan berkembang hingga sekarang. jenis dan bahan dasar yang digunakan dalam
pembuatab patung-pun beragam, baik dari bahan lunak (seperti kayu, tanah liat, semen) maupun
bahan keras (seperti batu dan logam).

1. Jenis - Jenis Patung


a. Jenis Patung Dilihat dari cara pembuatannya:
Arca, merupakan patung dengan bentuk makhluk hidup seperti manusia dan binatang
Relief, adalah karya seni patung yang hanya bisa dinikmati dari arah depan karena
b.

terletak pada dinding.


Jenis Patung Dilihat dari Posisinya
Patung Free Standing, merupakan jenis patung yang berdiri tegak
Patung Zonde, merupakan jenis patung yang utuh dalam posisi yang beragam, seperti

duduk, jongkok, tidur, berdiri, dll.


Patung Boss, merupakan patung setengah badan.
Patung Tarso, merupakan patung yang dibuat hanya bagian-bagian tertentu atau sebagian
tubuhnya saja.

2. Jenis Patung Dilihat dari Fungsinya

Patung Monumen (Patung Memorial), merupakan patung yang berfungsi sebagai

peringatan terhadap seorang tokoh atau suatu peristiwa sejarah.


Patung sebagai Lambang Pemujaan (Sakral), merupakan patung yang digunakan sebagai

lambang pemujaan dalam acara keagamaan atau sebagai media peribadatan.


Patung Miniatur, merupakan patung tiruan suatu bangunan atau arca dalam ukuran kecil.
Patung Dekorasi, merupakan patung yang berfungsi untuk keindahan (menghias) didalam
maupun di luar ruangan.

3. Teknik Pembuatan Patung

Teknik Butsir, merupakan cara membuat patung dari bahan lunak (tanah liat, gips,

malam) dengan mengurangi dan atau menambah bagian - bagiannya.


Teknik Pahat, merupakan cara pembuatan patung dari bahan keras (kayu, tulang, batu,

gips yang mengeras) dengan mengurangi bagian yang tidak diperlukan.


Teknik Merakit, merupakan pembuatan patung dengan cara merangkai bahan serta

menghubungkannya (bahan-bahan yang telah rusak) seperti pada permainan puzzle.


Teknik Cetak atau Cor, merupakan cara pembuatan patung dengan memanaskan logam

hingga mencair kemudian dituangkan dalam cetakan.


Teknik Membentuk (Dibentuk), merupakan teknik yang dilakukan dengan cara
membentuk sedikit demi sedikit atau bertahap sehingga tercipta patung yang kita

inginkan.
Teknik Modelling, merupakan teknik pembuatan patung dengan cara membuat model
terlebih dahulu.

4. Alat untuk Membuat Patung Berdasarkan Bahan yang Digunakan

Pembuatan patung berbahan tanah liat memerlukan butsir dan sudip untuk mengambil
dan menambal atau menambahkan bahan serta manghaluskan permukaan yang sulit

dijangkau secara langsung oleh tangan.


Patung berbahan kayu dalam pembuatannya memerlukan pisau, kapak, martil, gergaji,

serta ampelas.
Patung dari bahan batu alat yang digunakan berupa pahat baja, martil besi, gurinda

(Grenda).
Patung cetak dari bahan logam alat yang digunakan adalah kompor pengecor, alat cetak,

dan gurinda
Patung pahat dari bahan logam (berupa plat), alat yang diperlukan berupa martil, tatah

(patah), dan gurinda (grenda).


Patung berbahan semen alat yang diperlukan pisau, martil, dan tang.

Pengertian Keramik dalam Seni Rupa

Seni lain yang beralih ke keramik dan untuk mencoba menyelami arti dari keramik di dalam kesenirupa-an, maka harus jelas juga cara memandang peranan material lempung sebagai medium
senirupa. Sebagai medium senirupa yang menghasilkan karya-karya yang disebut keramik tidak
lepas dari yang dikenal selama ini yaitu materi yang disebut tanah liat atau lempung, sehingga
sangat berperanan dalam seni keramik. Kemudian materi itu diwujudkan dalam bentuk tertentu
atau tekanan pada pengertian bentuk tertentu, karena materi tanah liat itu diwujudkan dalam
bentuk yang dikenal umum sebagai gerabah atau pottery. Dan yang jelas bentuk-bentuk gerabah
atau pottery itu memang merupakan bentuk yang khusus, tidak meniru alam, tetapi timbul karena
keinginan atau akan kebutuhan yang bersifat fisik yaitu sebagai wadah.
Salah satu ciri dari bentuk-bentuk khusus yang disebut pottery adalah adanya rongga-rongga
pada setiap bentuk pottery yang diciptakan, didalam proses pembentukkan dengan menggunakan
teknik pembentukkan yang khusus pula. Yaitu teknik pembentukkan yang dikenal sebagai
pemutaran, teknik pembentukkan dengan tangan, baik itu dengan teknik pijat pinching atau
teknik coil, maupun teknik yang lebih lanjut dikenal sebagai teknik cetak dan teknik cor. Semua
macam-macam teknik itu, memungkinkan untuk membuat benda dengan bentuk-bentuk khusus
yang selalu berongga atau memiliki ketebalan dinding merata seperti tegel atau ubin. Dan
dalam hal ini bentuk khusus yang demikian itu dimungkinkan karena sifat meteri yang khusus
pula, ialah adanya sifat yang plastis dari tanah liat.
Apabila dipelajari hakekat dari maksud dan tujuan pembuatan benda-benda yang dibuat dengan
materi tanah liat itu di masa lampau, maka akan berkesimpulan bahwa pada hakekatnya bendabenda yang dibuat dari bahan keramik (tanah liat) itu adalah benda pakai atau wadah.

Benda keramik dibuat dengan tujuan praktis, yaitu sebagai benda yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, memenuhi kebutuhan dalam hidup; baik sebagai wadah yang dibutuhkan
untuk makan dan minum yang digolongkan sebagai kebutuhan yang bersifat material. Namun
demikian dapat dilihat pula bahwa ada kebutuhan dalam hidup yang bersifat non-material,
karena menyangkut kebutuhan mengenai kejiwaan dan digolongkan sebagai kebutuhan spiritual.
Dalam hal ini keramik telah digunakan pula untuk memenuhi kebutuhan spiritual tersebut, antara
lain dengan pembuatan berbagai macam benda yang berupa mainan maupun benda sebagai
pemujaan dan upacara-upacara yang bersangkutan dengan kepercayaan atau keperluan agama
(Hindu). Benda-benda ini antara lain banyak yang berupa patung-patung kecil (figurin) yang
dibuat dari bahan keramik. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa sejak zaman dahulu kala
bahan keramik telah dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan material maupun spiritual dari
manusia. Berbagai macam bentuk jembangan, cawan, periuk, mangkok dan benda pakai-pakai
lainnya telah dibuat dari bahan keramik sejak zaman pra-sejarah sampai sekarang. Berbagai
macam bentuk mainan berupa boneka-boneka, celengan, hiasan telah dibuat dengan bahan
keramik untuk mengisi kebutuhan akan benda-benda yang tidak semata-mata untuk dipakai
sebagai wadah, melainkan sebagai benda yang mengisi kebutuhan akan keindahan dan
kebutuhan lainnya yang bersifat spiritual.
Pada bangsa-bangsa primitif dapat dilihat pula bahwa benda-benda yang dibuat dari bahan
keramik itu banyak yang dipergunakan sebagai benda-benda ritual dalam keagamaan, yaitu
dalam pemujaan nenek moyang / dewa-dewa baik berupa patung maupun bentuk lainnya.
Bahkan dalam beberapa agama / kepercayaan hingga sekarang benda-benda keramik sebagai
benda ritual masih banyak dipergunakaan contohnya dalam agama Hindu di Bali. Memang, pada
akhirnya keramik dipergunakan dalam pembuatan benda-benda yang bersifat profan atau sekuler
maupun sakral.
Perkembangan pembuatan benda-benda keramik selanjutnya menunjukkan bahwa benda-benda
yang berupa pottery yang semula bertujuan praktis sebagai benda keperluan sehari-hari, suatu
ketika berubah karena kehadiran nilai-nilai tertentu pada benda-benda pakai tersebut, yang
digolongkan sebagai nilai seni. Mangkuk-mangkuk atau periuk-periuk yang semula digunakan
untuk wadah dalam kehidupan sehari-hari, pada suatu ketika fungsinya berubah menjadi benda
yang tidak lagi dipakai sebagai wadah, melainkan dikagumi oleh karena dianggap memiliki

keindahan, bentuk yang has, karena warnanya atau karena hiasannya yang indah. Benda tersebut
fungsinya beralih, dari benda pakai menjadi benda seni yang dikagumi karena keindahannya.
Kini benda itu dihargai sebagai benda seni yang harus disimpan baik-baik, beralih tempatnya
dari dapur ke tempat penyimpanan yang dibanggakan di ruang tamu. Disamping benda-benda
yang sudah dibuat khusus sebagai benda hias yaitu berupa patung-patung keramik kecil, dapat
dilihat pula bahwa benda-benda khusus keramik yang berupa pottery pun fungsinya berubah
menjadi benda seni.
Sesungguhnya orang-orang yang membuat benda keramik pakai pada masa lalu sebenarnya
adalah perajin atau tukang-tukang ahli, yang sama sekali tidak bertujuan membuat karya seni.
Yang dilakukan oleh mereka adalah sebenarnya suatu pemecahan mengenai soal yang praktispraktis saja, yaitu membuat sebuah benda dengan sebaik mungkin, jelas manfaat serta
kegunaannya dengan cara yang teratur dan harmonis. Mereka sama sekali tidak memikirkan soal
estetika, mereka hanya mencari ketepatgunaan. Para tukang ahli seperti itu dizaman dahulu tidak
pernah dijuluki seniman. Dan hasil karyanya tak pernah dipersoalkan mengenai keindahannya
seperti sekarang. Oleh karena tumbuhnya keindahan pada waktu itu dianggap sebagai suatu
pertumbuhan yang natural, dianggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya harus hadir.
Kini setelah memasuki suatu fase yang berlainan dalam sejarah seni. Kondisi sosial dan
ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pembaharuan-pembaharuan,
penggunaan bahan-bahan baru dan teknik pengerjaan yang juga baru. Semua perkembangan
tersebut dengan sendirinya membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai penggunaan
bahan keramik terutama pada produk benda pakai. Keramik tidak lagi satu-satunya bahan untuk
benda pakai kebutuhan sehari-hari. Kini banyak bahan baru yang menggantikannya, yang
harganya lebih murah seperti dari bahan plastik dan melamin serta sintetis lainnya, yang lebih
tahan dan mudah pengerjaannya secara massal. Karena keramik memiliki mutu yang tinggi
dengan keindahannya, disamping menggunakan bahan tanah yang khas, maka keramik masih
tetap menjadi pilihan alternatif dan tetap diolah sebagai bahan industri massal untuk keperluan
produk pakai fungsional seperti barang pecah belah terutama porselin.
Pembuatan keramik sebagai pekerjaan tangan, kini sifatnya berubah menjadi terbatas pada
pembuatan barang dengan jumlah yang juga terbatas, bertujuan lebih khusus dengan penekanan
sifat yang lebih khas pula. Benda keramik dari jenis ini tergolong sebagai benda pakai yang

eksklusif. Penggunaan bahan keramik yang demikian itu menempatkannya pada penempatan
taraf yang lebih tinggi dari produksi massal yang biasa. Penggunaan bahan keramik hasil
pekerjaan tangan secara sadar lebih diarahkan kepada pembuatan benda yang bersifat estetik
(keindahan) dan artistik (ungkapan seni dari seniman) dan tidak pada pengisian kebutuhan yang
bersifat praktis. Dengan demikian keramik meningkat menjadi seni keramik untuk menunjukkan
perbedaan-perbedaan kepentingan, baik itu sebagai seni murni, seni kriya dan seni pakai serta
keramik jalur industri dimana segi fungsional atau segi teknis tetap menjadi tujuan utama.
Dalam perkembangan sejarah keramik, telah ditunjukkan bahwa benda-benda fungsional yaitu
benda pakai bisa saja memiliki kualitas estetis disamping kualitas fungsional, sehingga dapat saja
dikatakan bahwa pada benda pakai semacam itu disamping memiliki kualitas fungsi rasional
terdapat pula kualitas yang manusiawi. Memang pada umumnya dapat dikatakan pula bahwa
benda-benda pakai yang telah memenuhi fungsinya dengan sempurna, seringkali memiliki
bentuk yang memang sesuai dengan fungsinya itu. Kesempurnaan fungsi harus diiringi dengan
kesempurnaan bentuk. Dengan demikian dalam pembuatan benda pakai secara massalpun segi
estetis mendapat perhatian pula dalam desain bentuk tersebut.
Mengingat perkembangan yang demikian dalam dunia perkeramikan, ada beberapa arah
perhatian dalam penggunaan bahan keramik sebagai berikut:
Pertama: Penggunaan bahan keramik sebagai pekerjaan tangan yang telah ditingkatkan ketaraf
seni. Dengan memperhatikan dan menggali tradisi-tradisi yang ada dan ekspresi seni, keramik
tidak akan kehilangan ciri khas dan kualitasnya.
Kedua:

Penggunaan bahan keramik sebagai industri massal, dengan mengutamakan fungsi

sebagai tujuan dan persyaratan yang utama, disamping itu kualitas estetis yang diperpadukan
dalam proses desain menjadi bagian penting untuk diperhatikan.

Selanjutnya ditelaah hal-hal apa yang tampak dari arah tersebut, maka dapat dilihat:
1. Peningkatan pengerjaan bahan keramik dengan tangan ketaraf seni yang hasilnya menjadi
keramik seni, maka tidak terlalu terikat mengenai persyaratan tentang fungsi dan
kegunaan. Benda keramik yang dibuat harus memiliki nilai-nilai tertentu, apakah sebagai

benda kriya atau seni murni. Tetapi bila harus menjadi benda seni, tidak cukup hanya
memiliki kualitas estetis saja, melainkan harus hadir pula nilai-nilai yang disebut nilai
artis-tik. Sebagai karya seni, produk tersebut harus merupakan kehadiran tersendiri atau
eksistensi pribadi, karena sifat-sifatnya yang juga bersifat khusus individual. Sifat-sifat
tersebut hadir dalam hasil ciptaan dan akan terdapat atau muncul pada bentuknya atau
teksturnya atau glasirnya dan warnanya. Secara terpadu merupakan kesatuan yang tak
dapat dikurangi atau ditambah lagi, dengan perkataan lain merupakan ekspresi atau
ungkapan si pembuat.
2. Benda-benda keramik pakai hasil industri sering disebut juga sebagai hasil seni industri,
apabila memiliki kualitas menurut persyaratan seni. Dalam pembuatan seni industri tidak
semata-mata menghadapi persoalan pembuatan benda seni, melainkan benda yang
mempunyai kualitas keindahan dan sekaligus mempunyai fungsi pakai. Sehubungan
dengan hal tersebut, ada pendapat yang mengatakan bahwa sesuatu benda yang telah
memenuhi fungsi pakainya secara efisien adalah benda yang memiliki kualitas estetis
dianggap sebagai pendapat yang keliru oleh karena nilai-nilai estetis tidak ditentukan
oleh fungsi saja. Pengertian mengenai produksi industri adalah suatu system industri yang
menggunakan alat-alat berupa mesin, yang menghasilkan benda-benda yang sama dan
serupa, secara tepat dan seragam, sehingga tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan
individual dan tidak memiliki daya tarik pribadi. Pada saat mesin diintrodusir ke dalam
industri timbul sebagai persoalan yaitu bagaimana dapat menguasai mesin itu. Bendabenda hasil mesin harus menarik bentuknya bagi si pembeli, karena memiliki suatu
keindahan, dekorasinya yang menawan dan warnanya yang sesuai.
Di zaman permulaan munculnya industrialisasi, telah disadari bahwa seni adalah factor
komersial yang sangat potensial. Karena pada saat itu dianggap barang-barang yang paling berseni dan paling artistik-lah rupanya yang akan memenangkan pasaran. Oleh karena itu para
industriawan mulai membeli seni seperti orang membeli sesuatu barang yang lepasan.

Dan

seni yang dibeli itu diterapkan begitu saja (applied) pada barang-barang hasil industrinya.
Mereka membeli dan menerapkan seni dari berbagai periode seperti seni dari zaman klasik
Yunani, seni Barok, Rococo dan lainnya lalu menerapkannya pada barang hasil produksi mereka
dengan seenaknya saja. Tentu hal semacam itu merupakan tindakan yang keliru dan jelas tidak
menunjukkan adanya pengertian terhadap persoalan yang sebenarnya. Pendapat keliru ini

menduga bahwa seni adalah sesuatu yang lepas dan tidak ada hubungannya dengan produksi
mesin, sehingga seni harus dibubuhkan atau ditempelkan (applied) pada benda hasil produksi
mesin. Pada saat itu para industriawan belum menyadari bahwa masalah itu harus diatasi dengan
perencanaan bentuk produk yang akan dihasilkan oleh mesin yang dikenal sekarang sebagai
Produk Desain atau Desain Produk atau Industrial Desain.
Pada masyarakat agraris tradisional di masa yang lampau tidaklah membedakan antara seni, ilmu
pengetahuan, teknologi dan keagamaan, melainkan lebih banyak menyatu dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan dan keagamaan itu sendiri. Indonesia pada peralihan zaman Batu ke
zaman Perunggu, dikenal sebagai masa Perundagian yaitu suatu masa kemahiran teknik
mengolah bahan dan mengukir logam, dan para ahli ketukangan disebut sebagai Undagi.
Orang-orang cerdik pandai atau orang bijaksana atau ahli-ahli pada masa lampau di
Indonesia sering pula disebut sebagai Empu, yaitu sebagai orang yang menguasai akan
ilmunya atau mumpuni. Pada masa di kerajaan Hindu ada disebut Empu Gandring sebagai ahli
pembuat keris, Empu Tantular sebagai cerdik pandai dengan kitab sastra Sutasoma, Empu
Prapanca dengan kitab Negara Kertagama dan lain-lain. Bali yang merupakan bagian dari
wilayah Majapahit, pernah memperoleh sekotak wayang dari Raja Hayam Wuruk, yang diterima
oleh Raja Gelgel, Dalem Semara Kepakisan, seusai upacara pensucian roh (Srada) dari
Rajapatni, nenek Hayam Wuruk, pada tahun 1362. Tersebutlan nama Raden Sangging
Prabangkara (Putra Brawijaya terakhir), yang telah melakukan perubahan dan penyempurnaan
warna-warna pada pakaian wayang sesuai dengan martabat ketokohannya, sehingga ahli senirupa
atau desainer zaman Majapahit ini, namanya sering dipakai sebagai gelar atau sebutan untuk
para ahli seni rupa atau perancang desain dengan sebutan Sangging atau Sungging atau
Prabangkara. Pengertian seni bagi orang Jawa adalah kencing atau buang air kecil dan
air kencing itu

sering pula disebut sebagai air seni. Juga perkatan seni juga untuk

menyatakan suatu benda berukuran kecil atau mungil atau Jlimet atau rumit. Orang
Jawa sering pula menyebut suatu produk hasil dari kehalusan jiwa manusia yang indah-indah
dengan istilah kagunan sebagai sesuatu yang bermanfaat. Sering pula disebut ngrawit,
dimana pada umumnya produk yang dihasilkan memang mempunyai tekanan pada halus atau
remitan atau rumit dalam pengerjaannya, yang umumnya disebut kerajinan atau kriya
yang memerlukan ketrampilan atau keprigelan. Kata technic atau teknik yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu techne dipadankan dengan kata ars bahasa Latin, memiliki arti atau

makna kecakapan atau ketrampilan yang berguna, merupakan cikal-bakal dari sebutan
seni, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada kemiripannya dengan arti kagunan
dalam bahasa Jawa atau sesuatu yang berguna atau bermanfaat dalam arti luas. Orang Belanda
sering menyebut kepintaran sebagai Genie atau Jenius yang mirip dengan ketangkasan
atau kemahiran seperti istilah techne atau ars yang sepadan pula dengan pengertian senikagunan di Jawa. Sehingga sampai masa kini pun

pengertian seni-kagunansebagai

kepandaian atau kepintaran atau ketangkasan atau kemahiran dan ketrampilan masih
sering dipergunakan seperti halnya istilah seni mengajar, seni memasak, seni bela diri,
seni berhitung, seni bercocok tanam, seni membaca, seni bangunan dan lain sebagainya.
Sebelum Revolusi Industri di Eropa kata ars mencakup disiplin ilmu tata bahasa,
logika, dan astrologi. Pada abad pertengahan di Eropa terjadi pembedaan kelompok ars yaitu
artes liberales atau kelompok seni tinggi yang terdiri dari bidang tata bahasa, dialektika,
retorika, aritmatika, geometri, musik dan astronomi; Dan artes serviles atau kelompok seni
rendah yang mengandalkan tenaga kasar dan berkonotasi pertukangan. Dari tujuh bidangbidang keahlian hanya musik yang masuk seni tinggi , sedangkan lukis, patung, arsitektur,
pembuatan senjata dan alat-alat transpor termasuk katagori seni rendah. Kemudian Leonardo
da Vinci (1452-1519), pelukis Italia dari masa Renaissance, mempelopori perjuangan dan
berhasil memasukkan atau menaikkan seni lukis ke dalam status seni tinggi. Sebagai orang
yang serba bisa dan memiliki kemampuan sebagai arsitek dan ilmuwan itu, Leonardo,
beragumentasi bahwa melukis juga memerlukan pengetahuan teoritis seperti matematika,
perspektif dan anatomi serta mempunyai tujuan moral seperti puisi lewat penggambaran sikap
dan ekspresi wajah dalam lukisan.
Suatu fenomena kemudian terjadi bersamaan dengan Revolusi Industri di Eropa akhir abad ke 18
sampai awal abad ke 19, dimana masyarakat industri yang baru tumbuh menuntut adanya
pembagian kerja dan spesialisasi kerja dalam mengembangkan proses produksi. Dalam
masyarakat industri status seni menjadi tiga kelompok yaitu seni tinggi (high art), seni
menengah (middle art), dan seni rendah (low art). Katagori ini masih memperlihatkan
kelanjutan tradisi klasik, yaitu semakin tinggi kedudukan seni apabila semakin dekat atau tinggi
tingkat integrasinya dengan industri, demikian pula sebaliknya semakin jauh tingkat
hubungannya dengan industri maka semakin rendah pula kedudukan seninya. Pertemuan seni

dan industri ini mengakibatkan banyak benturan, dimana penemuan-penemuan mesin-mesin


produksi massal mendorong kalangan industri untuk mengembangkan teknik produksi dan hanya
menempelkan reproduksi karya-karya seni klasik yang berstandar pada bentuk produk yang
dihasilkan. Sehingga menimbulkan reaksi keras dan serius dari kalangan seniman, sebab
standariasi dan mekanisasi serta penempelan begitu saja karya-karya klasik pada produk
merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup seni, disamping tidak ada kesesuaian bentuk
dengan motif dekorasi yang ditempelkan tersebut. Sehingga akhirnya seni harus memutuskan
hubungan dengan ikatan-ikatan seni masa lalu yang dianggap membelenggu dan membatasi
perkembangan seni, karena tidak ada hubungannya dengan nilai-nilai estetika. Otonomi seni
diharapkan dapat mempertegas dan dapat meningkatkan standar nilai estetik secara terusmenerus atau berkelanjutan. Pada akhirnya seni selalu melahirkan norma yang menjunjung nilai
kebaruan, nilai keaslian dan nilai kreativitas yang lebih lanjut mendasari pandangan seni modern
pada abad ke 19 20. Ketika seni telah menjadi komoditi dan tunduk pada hukum permintaan
dan penawaran ekonomi, maka seni dianggap jatuh pada selera massa yang rendah dan seni itu
menjadi seni picisan atau kitsch. Status rendah ini dikarenakan seni telah kehilangan roh seni
atau jiwa seni. Jelaslah kiranya pengertian seni yang sekarang dan sepadan dengan art
adalah datangnya dari Dunia Barat yang terbentuk pada abad ke 18 sampai abad 20.
Istilah seni rupa di Indonesia muncul dalam surat-surat kabar untuk pertama kali pada
masa pendudukan Jepang, dalam laporan dan resensi tentang pameran lukisan. Oleh pemerintah
pendudukan secara resmi istilah itu dipakai dalam sebutan bagian seni rupa yaitu nama bagian
Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan) yang berurusan terutama dalam lukis-melukis
(Sanento Yuliman, 1983). Para seniman sebelumnya tidak begitu populer menggunakan istilah
seni atau seniman yang sepadan dengan art atau artis yakni masih mempergunakan
istilah ahli gambar pada nama PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), Balai
Pendidikan Universiter Guru Gambar dan sebagainya. Kamus Modern Bahasa Indonesia dari
Mohammad Zain, terbit sekitar tahun 1950, menerangkan bahwa yang masuk seni rupa ialah seni
lukis, seni pahat dan seni patung. Memang hingga kini dalam pemakaian populer, istilah
senirupa sering digunakan dengan lingkup pengertian yang terbatas pada seni lukis, dan seni
pahat atau seni patung. Akan tetapi pendidikan formal senirupa di Indonesia dalam
perkembangannya telah memperluas lingkup pengertian istilah itu. Pendidikan tinggi seni rupa
dapat menyelenggarakan sejumlah keahlian seperti seni grafis atau desain grafis atau komunikasi

visual, desain industri atau desain produk, desain interior atau arsitektur interior, desain tekstil,
seni keramik, seni lukis, seni patung dan kriya kayu-logam-kulit-keramik dan sebagainya.
.I Gusti Bagus Sugriwa dalam tulisannya Dasar-dasar Kesenian Bali, mengatakan
bahwa seni berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sani, yang berarti pemujaan, pelayanan,
donasi, permintaan atau pencarian yang jujur (IGB Sugriwa, 1957:219-233). Seni menurut WJS
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) yaitu suatu karya yang dibuat
atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, dan sebagainya. Atau
kecakapan menciptakan sesuatu yang elok dan indah. Definisi seni menurut Ki Hadjar
Dewantara adalah : Segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat
indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya (1962:330). Sedangkan
Thomas Munro mengatakan: Seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek
psikologis atas manusia lainnya yang melihat. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan
yang berujud pengamatan, pengenalan imajinasi, rasional maupun emosional (1963:419).
Lebih lanjut Herbert Read

(1962), mengatakan bahwa lahirnya sebuah karya seni melalui

beberapa tahapan sebagai suatu proses. Tahapan yang pertama adalah pengamatan kualitaskualitas bahan seperti tekstur, warna dan banyak lagi kualitas fisik lainnya yang sulit untuk
didefinisikan. Tahapan kedua yaitu adanya penyusunan hasil daripada pengamatan kualitas tadi
dan menatanya menjadi suatu susunan. Dan ketiga yaitu proses suatu obyektifikasi dari tahapantahapan di atas yang berhubungan dengan keadaan sebelumnya. Keindahan yang berakhir pada
tahapan pertama belum dapat disebut seni, karena seni jauh telah melangkah ke arah emosi atau
perasaan. Seni telah mengarah pada ungkapan sebagai peng-ekspresian dengan tujuan untuk
komunikasi perasaan.
Berdasarkan uraian di atas dan pengertian secara umum, seni dapat diterjemahkan
(diinterpretasikan) sebagai ungkapan atau ekspresi, bentuk, arti, simbol, abstrak, indah, guna atau
pakai, kepandaian atau kepintaran atau kemahiran atau ketangkasan, wakilan (representatif),
cantik, molek, mungil atau kecil, rumit, halus, fungsi, kreasi, imajinasi, intuisi dan lain
sebagainya.

Seni Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada
hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Beberapa contoh seni arsitektur :
a. Metropol Parasol

Metropol Parasol yang merupakan bagian dari Plaza de la Encarnacon di Seville.


Bangunan ini baru selesai dibangun tahun ini setelah lima tahun pembangunan. Uniknya
bangunan ini terbuat dari kayu, menjadikan bangunan ini sebagaian salah satu seni instalasi kayu
terbesar di dunia.
Bangunan ini berbentuk seperti sarang lebah, di dalamnya terdapat museum arkeologi, pasar
petani, dan atap panoramic. Struktur berlubang nya menawarkan keteduhan bagi pengunjung.

Perancangnya, Jrgen H. Mayer, mengatakan, "Bentuk bangunan ini terinspirasi oleh kubah
katedral Sevilla", hasil karyanya ini disebut katedral tanpa dinding. Desainnya sendiri
memadukan antara kayu dan besi.

b. DENVER

DENVER - Bagi mereka yang mengagumi karya awal Daniel Libeskind itu, lintasan baru-baru
ini telah menyakitkan untuk menonton. Setelah melonjak ke ketenaran pada tahun 1999 dengan
bentuk zig-zag menggugah Museum Yahudi di Berlin, ia telah menderita penghinaan dalam
perannya sebagai perencana master di ground zero, tidak begitu banyak untuk desain sebagai
penolakan yang konsisten untuk berdiri untuk itu. Dan bangunan terburuknya, seperti sebuah
museum perang 2002 di Inggris menyarankan pecahan bola dunia patah, bisa tampak seperti
karikatur estetika sendiri.

c. Masjid Rahmatan Lil-Alamin

Masjid Rahmatan lil Alamin dibangun di Kampus Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Mesjid ini
sangat megah. Masjid ini bisa disebut sebagai salah satu mesjid terbesar di dunia yang berukuran
6 hektar dan berlantai 6 dengan kapasitas mencapai 100.000 orang.

d.

Bangunan romawi

Arsitektur romawi dalam membuat bangunan menggunakan teknik yang belum dikenal oleh
bangsa Yunani dan masih digunakan oleh bangsa-bangsa sesudahnya, termasuk di zaman
sekarang, yaitu teknik cor beton. Bisa dibayangkan bagaimana teknik ini digunakan pada saat
bangsa lain masih menggunakan tumpukan batu atau batu bata dengan menggunakan semacam
aci sebagai perekatnya. Seni bangunan yang didirikan oleh bangsa Romawi tidak hanya
berfungsi sebagai bangunan peribadatan keagamaan, tetapi sebagai bangunan yang bersifat
keduniawian. Sampai sekarang bangunan-bangunan kuno hasil kreativitas bangsa Romawi ini
masih bisa dilihat, berdiri kokoh laksana bangunan yang dibuat setelah abad 20.

e.

Masjid Islamic Centre, Samarinda

Masjid Islamic Centre, Samarinda terletak di Jl Slamet Riyadi, Samarinda, Kalimantan Timur.
Bangunan masjid ini memiliki kubah utama dan ornamen-ornamen keemasan yang amat cantik.
Sumber inspirasi desain masjid yang amat besar ini berasal dari Masjid Nabawi yang bersuasana
religius di Madinah dipadukan dengan Masjid Agung yang artistik di Turki.

Anda mungkin juga menyukai