Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Abdul
Wahab Sjahranie pada hari senin tanggal 11 November 2013.
1.1

1.2

Identitas Pasien
Nama

: Ny. M

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 18 tahun

Suku

: Banjar

Pekerjaan
Alamat

: Mahasiswa
: Jln.Martadinata Teluk Lerong

Anamnesis

Keluhan Utama :
Nyeri pada bintil-bintil di area perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan berupa bintil yang nyeri di daerah perut sebelah kanan ini dirasakan pasien 1 minggu
sebelum masuk ke Poliklinik Kulit, terasa nyeri, panas, terkadang gatal,pada awalnya hanya
berupa bintil kecil yang berisi air, semakin lama semakin banyak dan semakin terasa nyeri
sampai mengganggu aktivitas pasien. Menurut pengakuan pasien selama kurang lebih satu
minggu ini sering demam, bintil menyebar sampai ke daerah punggung sebelah kanan,tidak ada
bintil yang pecah, riwayat alergi (-) belum pernah dibawa berobat selama satu minggu ini.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pernah terserang varisela saat pasien duduk di Bangku Sekolah Dasar sembuh setelah dibawa ke
dokter dan dilakukan pengobatan
Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga dan penghuni kost tempat pasien tinggal dengan keluhan serupa

1.2

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
:
Nadi : 92 x/menit
Frekuensi napas: 20 x/menit
Kepala-Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), tonsil
hiperemis (-), pembesaran KGB (-).
Thorax

:
Paru

: pergerakan simetris, retraksi (-), fremitus raba dekstra = sinistra, sonor, suara

nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).


Jantung: S1 dan S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

Flat, soefl, timpani, bising usus (+) kesan normal.


Ekstremitas:
Akral hangat, oedem (-)
Status Dermatologis
Lokalisasi:
Regio abdomen anterior dan posterior setinggi dermatom T10
Effloresensi:
Tampak multipel vesikel ukuran milier penyebaran herpetiformis dengan eritema
disekitarnya.
1.3

Diagnosis Banding
1. Herpes Zoster
2. Herpes Simpleks
3. Dermatitis Herpetiformis
4. Dermatitis Kontak Iritan

1.4

Usulan Pemeriksaan
Hapusan Tzanck

1.5

Diagnosis Kerja
Herpes Zoster
Usulan Terapi

1.6

Medikamentosa

Asyclovir 400 mg 5 kali sehari


Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari
Imboost Forte 2 kali sehari
Asam Fusidat cream 3 kali sehari

Non Medikamentosa

1.7

Edukasi mekanisme penularan herpes zoster kepada pasien.


Menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi infeksi sekunder pada lesi
Prognosis

Ad Vitam

: bonam

Ad Sanationam

: bonam

Ad Comesticam

: bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Herpes Zoster
Herpes zoster atau disebut juga dengan shingles atau cacar ular memiliki insiden tertinggi
dari semua penyakit neurologi, dengan sekitar 500.000 kasus baru setiap tahun di United States.
Herpes zoster merupakan penyakit yang jarang terjadi, diperkirakan 10-12 % populasi akan

mengalami serangan Herpes zoster selama hidupnya. Di Indonesia menurut Lumintang,


prevalensi Herpes zoster kurang dari 1%. 1,4,13
2.1.1 Defenisi
Herpes zoster merupakan manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-zoster laten dari
syaraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster bertanggung jawab untuk dua infeksi klinis
utama pada manusia yaitu varisela atau chickenpox (cacar air) dan Herpes zoster (cacar ular).
Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang berkontak
dengan virus varicella zoster. Pada 3-5 dari 1000 individu, virus Varisela-zoster mengalami
reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama Herpes zoster atau Shingles.
1,4

Herpes zoster adalah infeksi virus akut yang memiliki karakteristik unilateral, sebelum
timbul manifestasi klinis pada kulit wajah dan mukosa mulut biasanya akan didahului oleh gejala
odontalgia. Timbulnya gejala odontalgia pada Herpes zoster belum sepenuhnya diketahui.1,12
2.1.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam
ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui sternus sensory ke tepi
ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Varicella zoster, yaitu suatu virus
rantai ganda DNA anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neurodermatotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dipicu oleh berbagai macam rangsangan seperti
pembedahan, penyinaran, penderita lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi
malnutrisi, seorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau
menderita penyakit sistemik. Apabila terdapat rangsangan tersebut, virus varicella zoster aktif
kembali dan terjadi ganglionitis. Virus tersebut bergerak melewati saraf sensorik menuju ujungujung saraf pada kulit atau mukosa mulut dan mengadakan replikasi setempat dengan
membentuk sekumpulan vesikel.2,3,4
2.1.3 Gambaran Klinis
Lesi Herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa. Herpes
zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu rasa gatal, sakit

yang menusuk, parastesi dan gejala-gejala terbakar serta sensitivitas muncul di sepanjang
lintasan syaraf yang terkena. 4,12,15,17
2.1.3.1 Kulit
Herpes zoster dikarakteristik oleh sakit dan sensasi lokal kulit lain (seperti terbakar, geli,
dan gatal), sakit kepala, tidak enak badan dan (paling sering) demam biasanya muncul ruam
zoster (23 hari). Ruam menyebar ke seluruh kulit yang terkena, berkembang menjadi papula,
vesikel (3-5 hari) dan tahap krusta (7-10 hari), memerlukan 2-4 minggu untuk sembuh. Lesi baru
berlanjut muncul untuk beberapa hari. Kelainan kulit hanya setempat dan hanya mengenai
sebelah bagian tubuh saja, yaitu terbatas hanya pada daerah kulit yang dipersyarafi oleh satu
syaraf sensorik. Syaraf yang paling sering terkena adalah C3, T5, L1, dan L2, dan syaraf
trigeminal.1,4,12,17
2.1.3.2 Rongga Mulut
Sebelum lesi di rongga mulut muncul, pasien akan mengeluhkan rasa nyeri yang hebat,
kadang-kadang rasa sakitnya seperti rasa sakit pulpitis sehingga sering salah diagnosa. Lesi
diawali oleh vesikel unilateral yang kemudian dengan cepat pecah membentuk erosi atau ulserasi
dengan bentuk yang tidak teratur.4
Pada mukosa rongga mulut, vesikel hanya terdapat pada satu dari divisi nervus
trigeminus. Vesikel unilateral tersebut dikelompokkan dengan area sekitar eritema, akhiran yang
kasar pada midline. Vesikel bernanah dan bentuk pustula selama 3 sampai 4 hari. 15,17
Apabila cabang kedua dan ketiga nervus trigeminal terlibat, maka akan muncul lesi-lesi
di rongga mulut secara unilateral. Jika cabang kedua (nervus maksilaris) terlibat maka lokasi
yang dikenai adalah palatum, bibir dan mukosa bibir atas. Jika cabang ketiga (nervus mandibula)
terlibat, lokasi yang dikenai adalah lidah, mukosa pipi, bibir dan mukosa bibir bawah. 4Lesi-lesi
intraoral adalah vesikuler dan ulseratif dengan tepi meradang dan merah sekali. Perdarahan
adalah biasa. Bibir, lidah, dan mukosa pipi dapat terkena lesi ulseratif unilateral jika mengenai
cabang mandibuler dari saraf trigeminus. Keterlibatan divisi kedua dari saraf trigeminus secara
khas akan mengakibatkan ulserasi palatum unilateral yang meluas ke atas, tetapi tidak keluar dari
raphe palatum.1,4,8
2.1.4 Diagnosis

Diagnosa Herpes zoster biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat kasus dan gambaran
klinisnya yang khas, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium. Meskipun begitu,
pemeriksaan laboratorium direkomendasikan jika gambaran klinis tidak khas atau untuk
menentukan status imun terhadap virus Varisela-zoster pada orang yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi hapusan Tzank, deteksi antigen virus
dan tes antibodi virus. 4, 15, 17,18
2.1.5 Terapi
Perawatan dan penatalaksanaan herpes zoster dapat dilakukan dengan farmakologi atau
non-farmakologi.
2.1.5.1 Farmakologi
Terapi terpenting untuk zoster akut adalah medikasi antivirus sesegera mungkin.
Medikasi antivirus secara oral sebenarnya tidak memiliki efek samping. Perawatan farmakologi
dapat dibagi atas topikal dan sistemik.
A. Topikal
1. Analgetik Topikal
a. Kompres
Kompres terbuka dengan solusio Burowi dan losio Calamin (Caladryl) dapat digunakan pada lesi
akut untuk mengurangi nyeri dan pruritus.2,7 Kompres dengan solusio Burowi (aluminium asetat
5%) dilakukan 4-6 kali/hari selama 30-60 menit. Kompres dingin atau cold pack juga sering
digunakan.2
b. Antiinflamasi nonsteroid (AINS)
Berbagai AINS topical seperti bubuk aspirin dalam kloroform atau etil eter, krim
indometasin dan diklofenak banyak dipakai.2
2. Anestesi Lokal
Pemberian anestetik lokal pada berbagai lokasi sepanjang jaras saraf yang terlibat dalam
HZ telah banyak dilakukan untuk memperbaiki nyeri, misalnya infiltrasi lokal subkutan, blok
saraf perifer, ruang paravertebral atau epidural, dan blok simpatis. Infiltrasi lokal subkutan
umumnya menggunakan bupivakain 0,125-0,25% dan triamsinolon 0,2 % dengan volume yang
digunakan dapat mencapai hingga 50 ml. Infiltrasi dilakukan didaerah yang paling nyeri, dan
dapat diulang tiap 2-3 hari hingga nyeri hilang.2,7,14,16

B. Sistemik
1. Agen antivirus
Agen antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster (HZ) dan keparahan nyeri
herpes akut , terlebih bila diberikan sebelum 72 jam awitan lesi. Dari 3 antiviral oral yang
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi HZ, famsiklovir dan
valasiklovir hidroklorida lebih efektif daripada asiklovir. Antivirus famsiklovir 3 x 500 mg atau
valasiklovir 3 x 1000 mg atau asiklovir 5 x 800 mg diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama
7 hari.2- 7,9,12-14,16,21-24 Antivirus lain, sorivudin, secara in vitro memperlihatkan aktivitas
1000 kali lipat dibandingkan asiklovir. Diberikan dengan dosis 40 mg/hari selama 7-10 hari.
Sorivudin lebih efektif dibandingkan asiklovir dalam menghambat timbulnya lesi baru, tetapi
tidak lebih efektif dalam memperbaiki nyeri herpes akut.
2. Analgetik
Pasien dengan nyeri herpes akut ringan menunjukkan respons yang baik dengan AINS
(asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak) atau analgetik non opioid (asetaminofen, tramadol,
asam mefenamik). 2,22,24
2.1.5.2 Non-Farmakologi
Perawatan non farmakologi juga sangat penting. Pendidikan pasien dan dukungan penting dalam
penatalaksanaan Herpes zoster. Hal tersebut meliputi penjelasan atas jalannya penyakit, rencana
pengobatan, dan perlu memperhatikan aturan dosis antivirus. Tidak adanya pengetahuan pasien
dan ketakutan pasien tentang Herpes zoster harus diperhatikan dan pasien harus diberitahu
tentang resiko menular terhadap orang yang belum pernah cacar air. Instruksikan pasien agar
tetap menjaga ruam dalam keadaan bersih dan kering untuk meminimalkan resiko infeksi
bakteri, melaporkan setiap perubahan suhu badan, dan menggunakan pembalut steril basah untuk
mengurangi ketidaknyamanan. Topikal antibiotik dan pembalut adesif dapat menunda
penyembuhan ruam dan harus dihindari.19
2.1.6 Komplikasi
Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi Herpes zoster yang paling sering terjadi. Herpes
zoster optalmikus merupakan komplikasi umum yang lain. Postherpetic neuralgia terjadi sekitar
10-15 % pasien herpes zoster dan merusak syaraf trigeminal. Resiko komplikasi meningkat

sejalan dengan usia. Postherpetic neuralgia didefenisikan sebagai symtom sensoris (biasanya
sakit dan mati rasa). Postherpetic neuralgia atau rasa nyeri akan menetap setelah penyakit
tersebut sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak baik pada penderita
usia lanjut.1,3,17,18

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Anamnesa
Pada kasus ini, dari anamnesis didaptkan keluhan utama dari pasien adalah nyeri pada

bintil-bintil di area perut sebelah kanan ini dirasakan pasien 1 minggu sebelum masuk ke
Poliklinik Kulit, terasa nyeri, panas, terkadang gatal,pada awalnya hanya berupa bintil kecil yang
berisi air, semakin lama semakin banyak dan semakin terasa nyeri sampai mengganggu aktivitas
pasien.

Herpes zoster

3.2

Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit yang khas pada herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral dan jarang

melewati garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai pada dermatom T3 sampai L2 dan
nervus V dan VII. Lesi awal berupa macula dan papula yang eritematous, kemudian dalam waktu
12 24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan berlanjut menjadi pustule pada hari ke 3-4
dan pada akhirnya pada hari ke 7 10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut,
kecuali terjadi infeksi sekunder karena bakteri.
3.3

Diagnosa Banding
Diagnosis banding pasien ini adalah

3.4

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi menjadi tiga yaitu terapi kausatif, suportif dan

pencegahan komplikasi. Terapi kausatif yang diberikan yaitu antiviral. Antiviral yang menjadi
pilihan utama yaitu asiklovir. Asiklovir 5 x 800 mg diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama
7 Asiklovir dan terapi suportif seperti pemberian imboost forte dan asam mefenamat.

Anda mungkin juga menyukai