b.
c.
d.
Mengingat : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Menetapkan : PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENGGANTIAN BIAYA ADMINISTRASI.
RETRIBUSI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Provinsi Kalimantan Tengah.
2.
Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah Provinsi sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3.
Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Tengah.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Administrasi dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas penggantian biaya administrasi dalam rangka pelayanan administrasi
pemerintahan.
(1)
Pasal 3
Objek Retribusi adalah pelayanan jasa administrasi kepada orang pribadi atau
badan berupa:
a.
pemberian surat rekomendasi;
b.
naskah dinas kutipan/turunan surat keputusan;
c.
pemberian dokumen daerah;
(2)
(1)
(2)
d.
penyediaan formulir legalisasi dan sejenisnya;
Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan administrasi dalam rangka :
a.
surat-surat yang dikeluarkan atas permintaan dan untuk kepentingan
instansi Pemerintah;
b.
keputusan-keputusan, penetapan-penetapan dan petikan-petikan
mengenai pengangkatan atau pemberhentian dan sebagainya dari
seseorang pegawai negeri dan pensiunan;
c.
barang-barang cetakan, tulisan ataupun sesuatu yang akan diserahkan
kepada Pegawai Pemerintah Daerah dan Badan-badan Umum;
d.
surat keterangan dan legalisasi salinan surat-surat bagi Pegawai Negeri
dan Pensiunan;
e.
surat-surat untuk usaha amal dan kepentingan pembangunan rumah
ibadah atau usaha sosial lainnya.
f.
Penerbitan dokumen dalam rangka pemungutan pajak dan retribusi
daerah.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan
administrasi.
Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib
Retribusi.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI DAN CARA MENGUKUR
TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 5
Retribusi Penggantian Biaya Administrasi digolongkan dalam Retribusi Jasa Umum.
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan golongan, jenis, kuantitas dan kualitas
pelayanan administrasi.
BAB IV
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi adalah untuk menutup
biaya pencetakan surat/dokumen yang diperlukan dalam pelayanan administrasi.
BAB V
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
(1)
Pasal 8
Struktur tarif retribusi digolongkan menurut :
a.
golongan usaha;
b.
jenis, kuantitas dan kualitas pelayanan administrasi.
c.
per satuan pelayanan.
(2)
(3)
(4)
Pasal 9
Retribusi Penggantian Biaya Administrasi dipungut di Wilayah Daerah tempat
pelayanan jasa administrasi diberikan.
BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT TERUTANGNYA RETRIBUSI
(1)
(2)
Pasal 10
Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan administrasi.
Saat terutangnya retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VIII
SURAT PENDAFTARAN
(1)
(2)
(3)
Pasal 11
Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar,
dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.
Bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
BAB IX
PENETAPAN RETRIBUSI
(1)
(2)
(3)
Pasal 12
Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya
Bentuk, isi, dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur.
BAB X
Pasal 13
Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang di bayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 15
Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.
Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Retribusi dipungut dengan menggunakan STRD atau dokumen lain yang
dipersamakan yang sudah mendapatkan pengesahan oleh Pejabat pengelola
keuangan Daerah.
Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan
Peraturan Gubernur.
BAB XIII
TATA CARA PENAGIHAN
(1)
(2)
Pasal 16
Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan,
dan atau Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang
harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi
dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).
Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan perundangundangan yang berlaku.
BAB XIV
K E B E R ATAN
(1)
(2)
(3)
Pasal 17
Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau
pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Keberatan diajukan secara tertulis dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi,
Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi
tersebut.
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, kecuali apabila Wajib
Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak
dipertimbangkan.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 18
Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang
diajukan.
Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan
Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
Pasal 19
Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Gubernur.
Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus memberikan keputusan.
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui
dan Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian
kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya SKRDLB.
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
retribusi.
Pasal 20
Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara
tertulis kepada Gubernur dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:
a.
nama dan alamat Wajib Retribusi;
b.
masa retribusi;
c.
besarnya kelebihan pembayaran;
(2)
(3)
(1)
(2)
d.
alasan yang singkat dan jelas.
Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan
secara langsung atau melalui pos tercatat.
Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat
merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Gubernur.
Pasal 21
Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat
Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi
lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), pembayaran
dilakukan dengan cara penyetoran kembali dan bukti penyetoran juga berlaku
sebagai bukti pembayaran.
BAB XVI
PENGURANGAN, KERINGANAN,
DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
(1)
(2)
(3)
Pasal 22
Gubernur dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
retribusi.
Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi,
antara lain, untuk mengangsur.
Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur.
BAB XVII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
(1)
(2)
Pasal 23
Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui
jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali
apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh apabila:
a.
diterbitkan Surat Teguran; atau
b.
ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
(1)
(2)
Pasal 24
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.
Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIX
PE N YI D I K AN
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 25
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang tentang Hukum Acara Pidana.
Penyidik di bidang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah yang
diangkat oleh pejabat berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a.
menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b.
meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;
c.
meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
d.
memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
e.
melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f.
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
g.
menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h.
memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi
daerah;
i.
memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j.
menghentikan penyidikan;
k.
melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan atau Keputusan Gubernur.
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.
Ditetapkan di Palangka Raya
pada tanggal 12 November 2007
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
cap/ttd
AGUSTIN TERAS NARANG
Diundangkan di Palangka Raya
pada tanggal 12 November 2007
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH,
cap/ttd
THAMPUNAH SINSENG
LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2007
NOMOR 8
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
NOMOR 8 TAHUN 2007
T E N TAN G
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA ADMINISTRASI
I.
UMUM
Sejalan dengan pemberian kewenangan kepada daerah yang semakin besar
yang berimplikasi pada semakin besarnya kebutuhan daerah, diperlukan sumbersumber dana untuk membiayai tambahan kebutuhan daerah tersebut.
Secara juridis, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah telah menjamin
tersedianya dana untuk membiayai kewenangan daerah tersebut dengan menyediakan
dana bagi hasil dan dana alokasi. Namun demikian, dalam kenyataannya dana tersebut
belum memadai untuk membiayai kebutuhan tersebut.
Untuk menjamin terselenggaranya fungsi-fungsi pemerintahan tersebut
diperlukan sumber-sumber penerimaan yang dapat digali dari daerah dalam bentuk
pengenaan retribusi atas penyediaan layanan jasa administrasi. Namun demikian,
mengingat pelayanan jasa ketausahaan merupakan urusan umum pemerintahan yang
seharusnya dibiayai dari penerimaan umum, khususnya dari pajak, pengenaan
retribusi atas pelayanan administrasi hanya semata-mata untuk mengganti biaya
administrasi berkaitan dengan pelayanan tersebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Penggantian Biaya Administrasi.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Ayat ini memberikan kepastian hukum kepada Wajib Retribusi maupun
Pemerintah Daerah dan dalam rangka tertib administrasi, oleh karena
itu keberatan yang diajukan oleh Wajib Retribusi harus diberi
keputusan oleh Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak Surat Keberatan diterima.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Kepala Daerah sebelum memberikan keputusan dalam hal kelebihan
pembayaran retribusi harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan
pembayaran retribusi dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar sampai
dengan saat dilakukannya pembayaran kelebihan.
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Saat kedaluwarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk
memberi kepastian hukum kapan utang retribusi tidak dapat ditagih
lagi.
Ayat (2)
Huruf a
Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa,
kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian
Surat Paksa tersebut.
Huruf b
Yang dimaksud dengan pengakuan utang retribusi secara
langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya
menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak langsung
adalah Wajib Retribusi tidak secara nyata-nyata langsung
menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai utang retribusi
kepada Pemerintah Daerah.
Contoh:
O
Wajib
Retribusi
mengajukan
permohonan
angsuran/penundaan pembayaran;
O
Wajib Retribusi mengajukan permohonan keberatan.
Pasal 24
Ayat (1)
Dengan adanya sanksi pidana, diharapkan timbulnya kesadaran Wajib
Retribusi untuk memenuhi kewajibannya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
LAMPIRAN
NO.
A.
1
2
3
4
5
6
B.
1.
2.
3.
4.
1
2
1
JENIS PELAYANAN
SATUAN
TARIF (Rp )
10.000
10.000
10.000
50.000
100.000
200.000
500.000
600.000
20.000
100.000
100.000
20.000