Anda di halaman 1dari 2

1.

Biodegradasi
Biodegradasi adalah istilah untuk konversi senyawa, baik itu secara lengkap
maupun secara parsial menjadi senyawa yang lebih stabil dengan toksisitas
rendah (low toxicity). Jadi, bisa dikatakan senyawa ini mulanya tidak stabil
dan toksisitasnya tinggi sehingga perlu distabilkan dan toksisitasnya
diturunkan. Biodegradasi biasanya dilakukan oleh organisme tingkat rendah.
Biodegradasi oleh organisme tingkat rendah bisa dilakukan terhadap
senyawa polutan maupun senyawa natural, misalnya lignin dan selulosa.
Degradasi contohnya degradasi plastik dan organometalic.
Biodegradasi seringkali membutuhkan reaksi kompleks. Di alam,
senyawa biodegradable tidak bisa didegradasi dalam lingkungan normal
karena:
1.
Butuh nutrisi untuk mendukung pertumbuhan mikroba (N)
2.
Lingkungan yang tidak sesuai (pH, Temperatur)
3.
Senyawa too high toxicity
4.
Bioavailability (ketersediaan senyawa) terlalu rendah, misalnya karena
terserap oleh lempung
Dalam prosesnya, bdegradasi dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor biologi,
lingkungan dan kimia.
2. Bioremediasi
Kalau kita pernah mendengar kata remedi di sekolah untuk memperbaiki
penguasaan sekaligus nilai pada mata kuliah yang bersangkutan, maka
Bioremediasi juga relevan untuk digunakan sebagai istilah untuk perbaikan.
Bioremediasi adalah pembersihan lingkungan yang terkontaminasi
menggunakan mikroba atau organisme lain. Disebut organisme lain karena
selain mikroba, ada agen lain yang bisa melakukan kegiatan bioremediasi,
misalnya fitoremediasi menggunakan tanaman tertentu (biasanya sawi dan
tanaman jati).
Kontaminan yang ada dalam suatu lingkungan bisa digunakan sebagai nutrisi
bagi mikroba tertentu karena di dalam sel mikroba ada enzim khusus yang
bisa mengubah toksik menjadi senyawa yang lebih stabil.
Dalam penerapan Bioremediasi, ada tiga tahap utama, yaitu isolasi mikroba,
uji kemampuan mikroba dan uji keamanan. Mikroba yang akan dijadikan
agen bioremediasi harus diisolasi terlebih dahulu agar didapatkan mikroba
spesifik dengan kemampuan yang telah diketahui. Setelah mikroba tersebut
didapatkan, dilakukan uji kemampuan mikroba, apakah sudah sesuai dengan
target atau belum. Setelah kemampuannya diketahui, dilakukan pula uji
keamanan. Uji kemampuan tanpa uji keamanan akan sangat berbahaya bagi
lingkungan jika mikroba tersebut membahayakan. Mikroba yang telah diakui
keamanannya contohnya Pseudomonas patida KT 2440.

Salah satu mekanisme sederhana dalam bioremediasi adalah memanfaatkan


promotor yang direpresi oleh polutan. Misalkan dalam suatu lingkungan ada
senyawa polutan A . Bakteri yang digunakan memiliki suatu DNA, jika DNA
tersebut diekspresikan maka mikroba akan mati. Namun, di sisi lain senyawa
A mampu merepresi ekspresi DNA sehingga mikroba tetap hidup. Jika
senyawa A habis, bisa dibayangkan apa yang terjadi pada mikroba? Ya,
mikrobanya mati karena tidak ada lagi senyawa yang mampu merepresi
ekspresi DNAnya.

Ilmu tentang bioremediasi bisa dikatakan baru, karena baru dipelajari sekitar
30 tahun yang lalu. Perhatian terhadap bioremediasi berawal dari tumpahan
minyak bumi di laut di teluk Alaska (kapal Exxon Vandez). Untuk menjaga
bakteri pendegradasi agar bisa tetap survive dalam melaksanakan
pekerjaannya, maka ditambahkanlah pupuk pada tumpahan minyak bumi
tersebut.
Dalam proses degradasi ini, ada 3 tahapan yang dilakukan, yaitu:
Bioaltemasi (aktivitas bakteri normal dipantau terlebih dahulu), Biostimulasi
(stimulasi pertumbuhan bakteri dengan penambahan pupuk dan O2), serta
Bioaugmentasi (menginokulasi bakteri).

Anda mungkin juga menyukai