Dasar Teori
Pada
lapisan
paling
dalam
dari
dentin
yang
karies,
populasi
mikroorganismenya menurun sampai tinggal sedikit atau tidak ada sama sekali.
Mikroorganisme didalam jaringan karies akan memproduksi toksin yang berpenetrasi ke
dalam pulpa melalui tubulus dentinalis, sehingga jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal
terutama oleh sel sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma. Jika pulpa
terbuka, jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal oleh leukosit polimorfonukleus (PMN)
untuk membentuk suatu daerah nekrosis likuefaksi. Setelah pulpa terbuka, bakteri akan
berkoloni dan tetap tinggal dilokasi nekrosis. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk
waktu yang lama atau cepat sampai akhirnya menjadi nekrosis. Hal ini tergantung pada
1.
2.
3.
4.
Indikasi PSA
Gigi masih penting dipertahankan
Gigi masih bisa direstorasi
Gigi penting untuk restorasi
Operator
mampu
melakukan
perawatan
Kontraindikasi PSA
1. Status pasien (Pasien tidak kooperatif,
Kesehatan pasien buruk, Keadaan
ekonomi yang tidak mendukung)
2. Alasan dental (gigi diluar lengkung
mahkota
gigi,
keadaan
jaringan periodontal
Prosedur PSA:
1. Preoperatif Radiograf
Preoperatif Radiograf dibutuhkan sebelum dilakukan perawatan saluran akar
untuk melihat kondisi gigi tersebut, jaringan pendukung, lesi, dan anatomi gigi.
2. Preparasi akses
Preparasi akses merupakan fase yang paling penting dari perawatan saluran
akar. Akses merupakan kunci untuk keberhasilan tahap pembersihan, pembentukan,
dan obturasi saluran akar. Tujuan utama preparasi akses yaitu memperoleh akses yang
lurus, menghemat jaringan gigi dan membuka atap pulpa untuk memajankan orifis
dan membuang tanduk pulpa di gigi anterior. Untuk mendapatkan akses yang lurus
secara ideal adalah dengan melewatkan instrumen ke kamar pulpa tanpa menyentuh
dindingnya dan dapat lurus ke saluran akar tanpa hambatan (Walton, 2003). Tahapan
preparasi akses (Chong, 2010):
1. Jaringan karies dihilangkan dengan bur bulat. Selain
itu bur bulat digunakan untuk mengangkat atap
kamar
pulpa
menghilangkan
dentin
yang
Eksplorasi adalah mencari jalan masuk ke saluran akar melalui oriface dengan
menggunakan eksplorer. Sedangkan untuk melakukan negosiasi dengan menggunakan
jarum miller smooth broach.
Pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar dengan jarum ekstirpasi (barbed
broach). Broach diputar perlahan sampai jaringan pulpa menyangkut di duri durinya
kemudian ditarik (gerakan pulled stroke) (Bakar, 2012). Jarum ekstirpasi harus sesuai
dengan dimensi saluran akar tetapi tidak boleh terlalu pas sehingga dapat menyangkut
pada dindingnya. Makin besar instrumen semakin baik daya ambilnya terhadap
jaringan. Namun instrumen yang terlalu besar beresiko tersangkut di dentin dan
mungkin bisa patah. Penggunaan jarum ekstirpasi harus hati hati karena beresiko
tersangkut didentin dan mungkin bisa patah. Jarum ekstirpasi ditusukkan kedalam
pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja. Gagangnya kemudian diputar
beberapa kali lalu ditarik. Jangan menggunakan lagi jarum ini bila telah bengkok atau
telah menyangkut. Jika jaringan pulpa tidak terangkat coba ukuran yang lebih besar
(Walton, 2003).
Barbed broach
eksplorer
Kerugian
1. Bisa menyebabkan ketidak akuratan
bisa
untuk
overinstrumentasi
3. Tidak cocok untuk gigi dengan apeks
yang belum menutup
3. Root RX
Sebaiknya cairan irigasi dihilangkan dari saluran akar. Ketika Lip
hook dan file sudah berada ditempat masing masing, dilayar akan
muncul skala berwarna biru yang menunjukkan bagian apeks.
Angka yang muncul akan dikurangi 0,5 mm untuk mendapatkan
panjang kerja.
4. Sybron Endo
Merupakan generasi ke-4 dari apex locator dimana selain berfungsi
mencari panjang kerja dapat juga digunakan untuk menilai vitality test.
Cara :
a. Dimulai menggunakan initial file dengan putaran sampai searah jarum jam, file
digunakan dengan cara pull stroke
b. Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya dilakukan irigasi dengan
2 cc NaOCl 2,5% dan direkapitulasi, yaitu diulang kembali dengan file nomor
sebelumnya.
c. Lakukan preparasi sampai 3 nomor diatasnya untuk memulai preparasi biomekanis
(preparasi 1/3 apikal) atau bila sudah terdapat white dentin. Tentukan MAF, preparasi
selanjutnya adalah preparasi badan saluran akar, dilakukan dengan menggunakan K
file sampai 3 nomor diatas MAF.
d. Untuk menghaluskan dinding saluran akar agar terbentuk corong halus digunakan
Head strome File sesuai nomor MAF dengan panjang kerja sesuai IAF
e. Pelebaran saluran akar diakhiri bila dirasakan telah cukup bersih
f. Saluran akar dikeringkan dengan paper point
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
File awal
20 (IAF)
25
30
35
40 (MAF)
45
50
55
Headstrom file 40
Panjang kerja
19 mm
19 mm
19 mm
19 mm
19 mm
18 mm
17 mm
16 mm
19 mm
Rekapitulasi
File 20 PK 19 mm
File 20 PK 19 mm
File 25 PK 19 mm
File 30 PK 19 mm
File 35 PK 19 mm
File 40 PK 19 mm
File 40 PK 19 mm
File 40 PK 19 mm
Irigasi
saluran akar setelah dilakukan pembentukan terakhir dari saluran akar. Hal ini untuk
menjamin bahwa preparasi akhir telah memperpanjang hingga saluran akar terminal.
Instrumen yang digunakan untuk gauging ialah NiTi. Ketika melakukan gauging tidak
perlu memotong dentin. Cukup instrumen NiTi dimasukkan ke saluran akar lalu
ditarik tanpa ada rotasi. Setelah melakukan apikal gauging diirigasi dengan EDTA
17% (Garg, 2010).
Keuntungan
Kerugian
- Debridement
- Tidak boleh digunakan terakhir
- Pelumas
karena akan mengurangi ikatan
- Antimikroba spektrum luas,
siler berbahan resin dengan
tms
bisa
mengeliminasi
dentin saluran akar sehingga
mikroba
yang
susah
harus diakhiri dengan bahan
dihilangkan disaluran akar spt
disinfektan lainnya misalnya
Enterococcus, Actinomyces,
EDTA yang akan menambah
Candida
- Larutan NaOCL 5,25 % butuh
sifat antimikroba
- Secara minimal menghilangkan
waktu 15 detik sampai 1 menit
debris dan smear layer yang
utk membunuh mikroba
- Dapat melarutkan jaringan
mempunyai efek negatif bila
lunak
Membersihkan
(Etylendiamine
Tetra-Acetid
menciptakan
Acid) 17%
dan
calcium
sehingga
dilingkungan asam
Tidak
sebagai
pengganti
bisa
daripada salin
Lebih baik digunakan diakhir
prosedur
elastisitas
Aplikasinya selama 1 2 menit
Menyebabkan kematian sel
Tidak
bisa
bekerja
untuk
penetrasi bakteri
Antibakteri
luas,
toksisitas
gram negatif
Bila digunakan bersama NaOCl
tidak
Ca(OH)2
meningkatkan
aktivitas
mikroba
Sebelum diaplikasikan, smear
layer harus dihilangkan dulu krn
bisa
bakteri
mengganggu
difusi
Iodine
Potassium
Iodide (IKI) 2%
- 5%
dari
E.faecalis
dressing
Bisa
menyebabkan
terhadap beberapa pasien
alergi
10
periapikal
IKI
+
membunuh
MTAD
(Mixture
of
Tetrasiklin Acid
CHX
bakteri
efektif
yang
and Detergent)
membunuh mikroba
Cara melakukan irigasi saluran akar (Yanti, 2004) : Dengan menggunakan pipet
plastik disposible, jarum dibengkokkan menjadi sudut tumpul. Jarum dimasukkan sebagian
ke dalam saluran, dan harus ada ruang yang cukup antara dinding dan saluran , hindari
penekanan ke arah periapikal. Larutan disemprotkan dengan pelan pelan dan hati hati
serta tanpa tekanan, harus diperhatikan bahwa saluran harus penuh dengan larutan yang baru.
Aliran yang merembes keluar ditampung dengan kain kassa.
11
imun antara sel-sel. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah. Biasanya digunakan
sebagai bahan dressing untuk pulpotomy untuk membenarkan jaringan pulpa yang tersisa.
12
kunjungan dengan penundaan yang lama karena bahan ini tetap bekerja selama berada di
dalam saluran akar. Masa efektif Ca(OH) 2 adalah 7-14 hari. Kalsium hidroksid paling baik
dicampur dengan glyserin karena menghasilkan zona lambat daripada pelarut aqueous. Ini
disebabkan kemampuan disosiasi gliserin terhadap ion Ca+ dan OH- lebih lambat daripada
pelarut aqueous sehingga dapat betahan lebih lama disaluran akar.
g. Eugenol
Bahan ini adalah esens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan
dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne.
Bila digunakan dalam dosis rendah dapat menghambat sintesis prostaglandin dan
menghambat kemotaksis dari sel darah putih. Sedangkan bila digunakan dalam dosis tinggi
bisa menyebabkan kematian sel. Masa aktif selama 3 -5 hari.
5. Tes Bakteri
Cara : Tumpatan sementara dibuka, bahan dressing dibuang, lalu masukan paper point ke
dalam saluran akar. Kemudian periksa apakah paper point basah atau kering, berbau atau
tidak. Lalu celupkan paper point tersebut kedalam perhidrol, bila ada gelembung maka te
bakteri positif. Lalu diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan tes diulangi lagi. Jika saluran akar
belum steril maka dressing diulangi.
6. Obturasi
Syarat melakukan obturasi : Gigi asimptomatik, saluran akar cukup kering, tes bakteri
negatif, fistula telah menutup, pemeriksaan objektif negatif. Menurut Walton (2003),
kondensasi lateral merupakan teknik yang paling populer karena dapat digunakan pada
hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang bengkok atau abnormal. Kelebihan
dari kondensasi lateral ialah relatif tidak rumit, peralatannya sederhana, mampu mengisi serta
memberikan kerapatan yang baik, dapat mengontrol dengan baik panjang obturasinya,
perawatan ulangnya mudah dilakukan, adaptasi ke dinding saluran akar baik, stabilitas
dimensi positif.
Macam macam sealer (Chong, 2010) :
1. Zinc Oxide dan Eugenol
13
Sealer ini bisa diabsorbsi bila masuk ke jaringan periradikular, memiliki sifat lubrikasi
yang bagus, working time 30 menit bila diaduk dengan perbandingan 1 : 1, sangat cocok
untuk kasus dengan iregularitas saluran akar, mengurangi respon inflamasi dan memiliki
aktivitas antimikroba. Kekurangannya yaitu dapat mewarnai gigi bila tidak dihilangkan
secara sempurna sehingga harus dibilas dengan xylol, namun saat ini sudah diugrade
menjadi sealer non staining.
2. Ca (OH)2
Dikembangkan untuk aktivitas terapi tetapi belum terbukti.
3. Non- eugenol sealer
Dikembangkan dari periodontal dressing, tanpa ada iritan dari eugenol
4. Glass Ionomer Sealer
Dikembangkan karena ada sifat dentin bonding. Keuntungannya yaitu memiliki sifat
kecairan yang optimal, sifat mekaniknya bagus. Kekurangannya yaitu harus dibuang
menyeluruh dengan larutan chlorofom selama 1 menit bila butuh retreatment dan
antimikrobanya minimal
5. Resin sealer
Kelebihannya yaitu adhesi bagus, dan tidak mengandung eugenol.
6. N2
Keuntungannya yaitu secara continue melepasnkan gas formaldehid sehingga fiksasi
menjadi lebih lama dan antiseptik nya terus berjalan
Kekurangan obturasi dengan kondensasi lateral yaitu tidak menghasilkan hasil yang homogen
karena master cone dan gutta percha tambahan diberi terpisah dengan harapan celah yang ada
akan terisi oleh sealer (Chong, 2010). Cara pengisian saluran akar dengan kondensasi lateral:
a. Pilih nomor Gutta Percha pertama (Master Cone) sesuai nomor MAF, potong sesuai
panjang kerja dengan menggunakan gunting.
b. Rontgen MAC untuk mengetahui gutta percha sudah sesuai dengan panjang kerja.
c. Saluran akar disterilkan dengan NaOCl kombinasi Chlorheksidin atau larutan EDTA
17% kombinasi Chlorheksidin
d. Sealer endomethasone dan eugenol diaduk di glass plate
e. Saluran akar diolesi dengan pasta saluran akar (endomethason) dengan menggunakan
lentulo yang diputar dengan menggunakan low speed, dengan gerakan ditarik ke arah
koronal
f. Gutta percha diolesi siler dan dimasukkan ke dalam saluran akar semaksimal mungkin
lalu ditekan dengan menggunakan spreader, sisa ruang diisi dengan gutta percha
tambahan sampai penuh
g. Kelebihan gutta percha dipotong sampai dengan orifis dengan menggunakan
eskavator panas atau hot plugger.
14
h.
i.
j.
k.
Sumber Pustaka
Bakar, Abu. 2008. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media
Chong, Bumsan. 2010. Hartys Endodontic in Clinical Practise. China : Churchill
Livingstone Elsevier
15
Cohen, Stephen, Hargraves, Kenneth. 2011. Cohens Pathway of the pulp tenth edition. China
: Mosby Elsevier
Garg, Nisha. 2010. Texbook of Endodontics second edition. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers
Kidd, Edwina. 1991. Dasar dasar karies penyakit dan penanggulangannya (Essensitials of
dental caries : the disease and its management). Jakarta : EGC
Putri, Megananda. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta : EGC
Tarigan, Rasinta. 2002. Penyakit Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC
Walton, Richard. 2003. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta :EGC
Yanti, Nevi. 2004. Biokompabilitas Larutan Irigasi Saluran Akar. Diunduh dari : e-USU
Repository Universitas Sumatera Utara