Anda di halaman 1dari 15

1

Dasar Teori

Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang


disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd, 1991). Faktor
etiologi dari karies adalah mikroorganisme plak, diet
sukrosa, waktu, dan gigi. Karies adalah penyakit infeksi yang
disebabkan pembentukan plak kariogenik pada permukaan
gigi yang menyebabkan demineralisasi pada gigi, dimana
organisme penyebabnya ialah Streptokokus Mutans. Adanya
paparan dari plak menyebabkan terjadinya dekalsifikasi awal
yang terjadi di subsurface dan mungkin terjadi 1-2 tahun
sebelum menjadi kavitas. Setelah terjadi kavitasi email, adanya keterlibatan Laktobasilus
menyebabkan kerusakan dentin berlanjut (Putri, 2011).
Saliva berperan penting pada proses karies. Mekanisme perlindungan saliva yaitu
sebagai aksi pembersihan bakteri, aksi buffer, antimikroba, dan remineralisasi. Aksi
pembersihan bakteri terjadi saliva mengandung glikoprotein yang menyebabkan beberapa
bakteri mengelompok lalu tertelan. Sering kali proses karies membutuhkan waktu yang lama
untuk menjadi kavitasi. Laju perkembangan karies dari email ke dentin juga lambat sehingga
proses berjalan panjang, sehingga memberi kesempatan untuk remineralisasi yang dapat
mencegah agar tidak terjadi kavitasi (Putri, 2011).
Karies gigi berjalan dari email ke dentin lalu ke pulpa. Email dan dentin yang karies
mengandung berbagai jenis spesies bakteri misalnya Streptokokus mutans, laktobacillus, dan
Actinomyces.

Pada

lapisan

paling

dalam

dari

dentin

yang

karies,

populasi

mikroorganismenya menurun sampai tinggal sedikit atau tidak ada sama sekali.
Mikroorganisme didalam jaringan karies akan memproduksi toksin yang berpenetrasi ke
dalam pulpa melalui tubulus dentinalis, sehingga jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal
terutama oleh sel sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma. Jika pulpa
terbuka, jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal oleh leukosit polimorfonukleus (PMN)
untuk membentuk suatu daerah nekrosis likuefaksi. Setelah pulpa terbuka, bakteri akan
berkoloni dan tetap tinggal dilokasi nekrosis. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk
waktu yang lama atau cepat sampai akhirnya menjadi nekrosis. Hal ini tergantung pada

virulensi bakteri, kemampuan untuk mengeluarkan cairan inflamasi guna mencegah


peningkatan tekanan intrapulpa yang besar, ketahanan penjamu, jumlah sirkulasi, dan
drainase limfe (Walton, 2003).
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa. Nekrosis dapat terjadi karena injuri traumatik
dimana menyebabkan infark iskemik sehingga pulpa nekrotik. Nekrosis pulpa dibagi menjadi
2 yaitu nekrosis koagulasi (bagian jaringan yang dapat larut mengendap menjadi bahan solid)
dan nekrosis likuefaksi (enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang lunak).
Gejala dari pulpa nekrotik yaitu adanya perubahan warna, dan pernah ada riwayat rasa sakit
spontan yang menghilang berangsur angsur. Sedangkan berdasarkan pemeriksaan radiograf
terlihat kavitas yang terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligamen periodontal (Grossman,
1995).
Setelah terjadi nekrosis pulpa, bakteri atau produk samping dan iritan iritan lain
pada pulpa yang nekrotik akan berdifusi ke saluran akar ke arah periapeks sehingga timbul
inflamasi yang parah. Perawatan untuk nekrosis pulpa ialah dengan pencabutan atau
perawatans aluran akar (Walton, 2003).
Menurut Tarigan (2002), Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada 3 faktor yang
mempengaruhi keputusan apakah perawatan saluran akar dilakukan atau tidak, yaitu :
1. Daya tahan tubuh secara umum
2. Tingkat keterlibatan jaringan apeks
3. Pencapaian daerah periapeks melalui saluran akar
Adapun hal hal yang mempersulit perawatan saluran akar :
1.
2.
3.
4.

Anatomi Saluran Akar yang kompleks


Bakteri yang masuk ke tubulus dentinalis
Instrumen yang digunakan belum cukup efisien
Pelebaran saluran akar dan perawatan endodonti membutuhkan ketekunan dan
kesabaran, sedangkan upah yang diberikan belum sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan.

1.
2.
3.
4.

Indikasi PSA
Gigi masih penting dipertahankan
Gigi masih bisa direstorasi
Gigi penting untuk restorasi
Operator
mampu
melakukan
perawatan

Kontraindikasi PSA
1. Status pasien (Pasien tidak kooperatif,
Kesehatan pasien buruk, Keadaan
ekonomi yang tidak mendukung)
2. Alasan dental (gigi diluar lengkung

gigi, letak gigi, keadaan saluran akar,


keadaan

mahkota

gigi,

keadaan

jaringan periodontal

Prosedur PSA:
1. Preoperatif Radiograf
Preoperatif Radiograf dibutuhkan sebelum dilakukan perawatan saluran akar
untuk melihat kondisi gigi tersebut, jaringan pendukung, lesi, dan anatomi gigi.
2. Preparasi akses
Preparasi akses merupakan fase yang paling penting dari perawatan saluran
akar. Akses merupakan kunci untuk keberhasilan tahap pembersihan, pembentukan,
dan obturasi saluran akar. Tujuan utama preparasi akses yaitu memperoleh akses yang
lurus, menghemat jaringan gigi dan membuka atap pulpa untuk memajankan orifis
dan membuang tanduk pulpa di gigi anterior. Untuk mendapatkan akses yang lurus
secara ideal adalah dengan melewatkan instrumen ke kamar pulpa tanpa menyentuh
dindingnya dan dapat lurus ke saluran akar tanpa hambatan (Walton, 2003). Tahapan
preparasi akses (Chong, 2010):
1. Jaringan karies dihilangkan dengan bur bulat. Selain
itu bur bulat digunakan untuk mengangkat atap
kamar

pulpa

menghilangkan

dentin

yang

overhanging. Dinding kavitas diratakan dengan bur


fissure sampai berbentuk divergen ke arah insisal.
2. Endo akses dengan menggunakan bur diamendo untuk menghilangkan
semua atap kamar pulpa untuk mencegah gouging
3. Ekstirpasi dengan menggunakan barbed broach
4. Eksplorasi dan negosiasi. Eksplorasi dengan eksplorer, sedangkan
negosiasi dengan jarum miller smooth borach.

3. Ekstirpasi, Eksplorasi serta negosiasi

Eksplorasi adalah mencari jalan masuk ke saluran akar melalui oriface dengan
menggunakan eksplorer. Sedangkan untuk melakukan negosiasi dengan menggunakan
jarum miller smooth broach.
Pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar dengan jarum ekstirpasi (barbed
broach). Broach diputar perlahan sampai jaringan pulpa menyangkut di duri durinya
kemudian ditarik (gerakan pulled stroke) (Bakar, 2012). Jarum ekstirpasi harus sesuai
dengan dimensi saluran akar tetapi tidak boleh terlalu pas sehingga dapat menyangkut
pada dindingnya. Makin besar instrumen semakin baik daya ambilnya terhadap
jaringan. Namun instrumen yang terlalu besar beresiko tersangkut di dentin dan
mungkin bisa patah. Penggunaan jarum ekstirpasi harus hati hati karena beresiko
tersangkut didentin dan mungkin bisa patah. Jarum ekstirpasi ditusukkan kedalam
pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja. Gagangnya kemudian diputar
beberapa kali lalu ditarik. Jangan menggunakan lagi jarum ini bila telah bengkok atau
telah menyangkut. Jika jaringan pulpa tidak terangkat coba ukuran yang lebih besar
(Walton, 2003).

Barbed broach

eksplorer

4. Penentuan Panjang Kerja


Tujuan dari penentuan panjang kerja ialah untuk memperoleh jarak dari apeks
yang tepat bagi preparasi saluran akar. Panjang yang optimal ialah kurang dari 1 mm
sampai 2mm dari apeks (Walton, 2002). Panjang kerja ialah jarak dari titik referensi
pada bagian mahkota gigi sampai titik yang teridentifikasi pada bagian apikal akar.
Macam pengukuran panjang kerja :
1. Observasi langsung (radiografi)
Metode Observasi langsung (Radiografik)

a. Ukur panjang gigi yang akan dirawat pada radiograf misalnya X


b. Panjang Kerja perkiraan = X 1 mm
c. Masukkan file dengan panjang kerja X-1 mm dan dilakukan pengambilan radiograf.
Ketentuan :
- Bila panjang alat tepat pada ujung apikal maka PK perkiraan dikurangi 1 mm
- Bila jarak ujung alat dengan ujung apikal >1mm (PK kurang atau tidak sesuai atau
ternyata ujung alat menembus apikal maka PK diulangin).
Kelebihan metode observasi langsung :
-

Panjang yang diukur kecil, kesalahan pengukuran dan distorsi minimal


Titik referensi insisal tidak harus terlihat dalam radiograf
Apabila gigi memiliki akar bengkok, tidak perlu mengukur keliling pembengkok

2. Metode elektronik (apeks locator)


Keuntungan
1. Keakuratan tinggi
2. Beberapa
apeks
locator

Kerugian
1. Bisa menyebabkan ketidak akuratan
bisa

digunakan untuk vitality test

yang disebabkan karena adanya pulpa


di saluran akar, saluran akar yang
terlalu basah atau kering, penggunaan
file yang terlalu sempit, batre lemah,
ada hambatan disaluran akar
2. Adanya
kesempatan

untuk

overinstrumentasi
3. Tidak cocok untuk gigi dengan apeks
yang belum menutup

Contoh beberapa produk dari apeks locator :


1. Propex II Denstplay
Yang perlu diperhatikan : pastikan saluran akar telah dibasahi, file
tidak menyentuh instrumen lain, hindari adanya cairan berlebihan
didalam kavitas mulut karena akan mempengaruhi reabilitas.
Bagian apeks terdiri dari skala 0,9 0,0 dimana ketika file telah
mencapai apeks akan mengeluarkan suara. Direkomendasikan
untuk pencapaian di apeks 0,5 mm

2. Propex Apex Locator


Keuntungan : simpel, mudah dibaca, bisa untuk saluran
akar yang basah atau kering,

3. Root RX
Sebaiknya cairan irigasi dihilangkan dari saluran akar. Ketika Lip
hook dan file sudah berada ditempat masing masing, dilayar akan
muncul skala berwarna biru yang menunjukkan bagian apeks.
Angka yang muncul akan dikurangi 0,5 mm untuk mendapatkan
panjang kerja.
4. Sybron Endo
Merupakan generasi ke-4 dari apex locator dimana selain berfungsi
mencari panjang kerja dapat juga digunakan untuk menilai vitality test.

Secara garis besar, cara menggunakan Electronik Apex Locator ialah :


a. File IAF dimasukkan ke dalam saluran akar
b. File dimasukkan sebagian dalam saluran sebelum ditempelkan pada penjepit file
c. Gerakan file maju mundur (osilasi) pada saat perlahan- lahan masuk menuju apeks
d. Pada saat file menuju apeks, posisi file terlihat dilayar unit menunjukan file masih
didalam saluran atau menembus. Misalnya didapatkan bahwa Apex locator
menunjukkan ujung file berhenti pada angka 0,5, maka itu sudah dapat dijadikan
panjang kerja. Range berhenti file pada apex locator agar tidak perforasi adalah 0,2-1
mm.
e. Ulangi berkali kali gerakan tersebut untuk membuktikan posisi dan panjang yang
benar. Apabila hasilnya sama, catat sebagai PK.
3. Preparasi saluran akar dengan teknik step back

Cara :
a. Dimulai menggunakan initial file dengan putaran sampai searah jarum jam, file
digunakan dengan cara pull stroke
b. Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya dilakukan irigasi dengan
2 cc NaOCl 2,5% dan direkapitulasi, yaitu diulang kembali dengan file nomor
sebelumnya.
c. Lakukan preparasi sampai 3 nomor diatasnya untuk memulai preparasi biomekanis
(preparasi 1/3 apikal) atau bila sudah terdapat white dentin. Tentukan MAF, preparasi
selanjutnya adalah preparasi badan saluran akar, dilakukan dengan menggunakan K
file sampai 3 nomor diatas MAF.
d. Untuk menghaluskan dinding saluran akar agar terbentuk corong halus digunakan
Head strome File sesuai nomor MAF dengan panjang kerja sesuai IAF
e. Pelebaran saluran akar diakhiri bila dirasakan telah cukup bersih
f. Saluran akar dikeringkan dengan paper point

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

File awal
20 (IAF)
25
30
35
40 (MAF)
45
50
55
Headstrom file 40

Panjang kerja
19 mm
19 mm
19 mm
19 mm
19 mm
18 mm
17 mm
16 mm
19 mm

Rekapitulasi
File 20 PK 19 mm
File 20 PK 19 mm
File 25 PK 19 mm
File 30 PK 19 mm
File 35 PK 19 mm
File 40 PK 19 mm
File 40 PK 19 mm
File 40 PK 19 mm
Irigasi

Pergantian file dikurangin untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran


akar karena serbuk dentin yang terasah. Untuk kasus dengan diagnosa nekrosis, tidak
harus hingga 3 file diatas IAF tetapi hingga ditemukan white dentin, namun untuk
kasus dengan diagnosa pulpitis ireeversibel hingga 3 file diatas IAF.
Apikal gauging berfungsi

memberikan informasi diameter terakhir dari

saluran akar setelah dilakukan pembentukan terakhir dari saluran akar. Hal ini untuk
menjamin bahwa preparasi akhir telah memperpanjang hingga saluran akar terminal.
Instrumen yang digunakan untuk gauging ialah NiTi. Ketika melakukan gauging tidak
perlu memotong dentin. Cukup instrumen NiTi dimasukkan ke saluran akar lalu
ditarik tanpa ada rotasi. Setelah melakukan apikal gauging diirigasi dengan EDTA
17% (Garg, 2010).

Keuntungan teknik Step Back :


-

Lebih efektif membersihkan saluran akar


Mempermudah obturasi
Pengisian lebih padat karena spreader dapat menembus sampai dekat apeks pada
metode obturasi kondensasi lateral sehingga mengurangi kebocoran apikal.

Syarat bahan irigasi (Garg, 2010) :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memiliki antibiotik spektrum luas


Dapat melarutkan jaringan nekrotik atau debris
Toksisitas rendah
Lubrikasi saluran akar
Melarutkan smear layer
Tidak mengaktivasi endotoxin

Fungsi bahan irigasi (Garg, 2010):


1. Memiliki fungsi biologis dan sifat fisik sehingga debris tidak berkumpul di apeks
2. Melumasi saluran akar bila instrumen tidak dapat menjangkau di saluran akar yang
kering
3. Membantu menghilangkan debris dari saluran akar tambahan
4. Meningkatkan keefisienan instrument
5. Membuka tubulus dentinalis dengan cara menghilangkan smear layer
Bahan irigasi
NaOCl

Keuntungan
Kerugian
- Debridement
- Tidak boleh digunakan terakhir
- Pelumas
karena akan mengurangi ikatan
- Antimikroba spektrum luas,
siler berbahan resin dengan
tms
bisa
mengeliminasi
dentin saluran akar sehingga
mikroba
yang
susah
harus diakhiri dengan bahan
dihilangkan disaluran akar spt
disinfektan lainnya misalnya
Enterococcus, Actinomyces,
EDTA yang akan menambah
Candida
- Larutan NaOCL 5,25 % butuh
sifat antimikroba
- Secara minimal menghilangkan
waktu 15 detik sampai 1 menit
debris dan smear layer yang
utk membunuh mikroba
- Dapat melarutkan jaringan
mempunyai efek negatif bila
lunak

digunakan terlalu lama yaitu


berpengaruh terhadap kekuatan

flexural dari dentin, tapi tidak


berpengaruh terhadap modulus
EDTA

Membersihkan

melebarkan saluran aka


Sbg
pengkhelasi,

(Etylendiamine
Tetra-Acetid

menciptakan

Acid) 17%

dan

calcium

kompleks yg stabil thd smear


layer

sehingga

dilingkungan asam
Tidak
sebagai

pengganti

NaOCl tapi sebagai kombinasi

bisa

mencegah apikal bloakage


Antimikorba nya lebih bagus

daripada salin
Lebih baik digunakan diakhir
prosedur

elastisitas
Aplikasinya selama 1 2 menit
Menyebabkan kematian sel
Tidak
bisa
bekerja

untuk

menghilangkan smear layer


tapi tidak bisa mencegah
Chlorheksidin

penetrasi bakteri
Antibakteri
luas,

toksisitas

Tidak mampu melarutkan sisa

sisa jaringan nekrotik


Kurang efektif terhadap bakteri

gram negatif
Bila digunakan bersama NaOCl

rendah, larut dalam air

tidak
Ca(OH)2

Mampu melarutkan jaringan

lunak dan jaringan nekrotik


Menghambat pertumbuhan

meningkatkan

aktivitas

mikroba
Sebelum diaplikasikan, smear
layer harus dihilangkan dulu krn
bisa

bakteri

mengganggu

difusi

Ca(OH)2 ke tubulus dentin


Tidak efektif bila digunakan

dalam jangka waktu pendek


Tidak direkomendasikan sebagai
bahan irigasi melainkan bahan

Iodine
Potassium
Iodide (IKI) 2%
- 5%

Antimikroba spektrum luas


Toksisitas rendah
Bekerja sbg agen oxidizing
yang bereaksi thd enzim
sulfihidril

dari

E.faecalis

dressing
Bisa
menyebabkan
terhadap beberapa pasien

alergi

10

sehingga bisa terapi infeksi


-

periapikal
IKI
+
membunuh

MTAD

(Mixture

of

Tetrasiklin Acid

CHX
bakteri

efektif
yang

resisten thd Ca(OH)2


Lebih banyak mengerosi

Kontroversial, karena resisten

terhadap bakteri enterococci


Kandungan doxixiclin tidak bisa

dentin daripada EDTA karena


kandungan asam sitratnya

and Detergent)

membunuh mikroba

Cara melakukan irigasi saluran akar (Yanti, 2004) : Dengan menggunakan pipet
plastik disposible, jarum dibengkokkan menjadi sudut tumpul. Jarum dimasukkan sebagian
ke dalam saluran, dan harus ada ruang yang cukup antara dinding dan saluran , hindari
penekanan ke arah periapikal. Larutan disemprotkan dengan pelan pelan dan hati hati
serta tanpa tekanan, harus diperhatikan bahwa saluran harus penuh dengan larutan yang baru.
Aliran yang merembes keluar ditampung dengan kain kassa.

4. Sterilisasi saluran akar (Dressing)


Tujuan dressing adalah
a. Untuk memelihara keadaan steril saluran akar setelah dilakukan preparasi dan membunuh
semua mikroorganisme
b. Untuk mengurangi mikroflora dalam tubulus dentinalis yang tidak terjangkau intrumen
dan bahan irigasi.
c. Mencegah terjadinya infeksi ulang.
Pertimbangan menentukan bahan dressing
1) Lihat kondisi gigi dan jaringan sekitarnya
2) Pertimbangkan masa aktif bahan dressing dan waktu kunjungan pasien.
Macam-macam bahan dressing (Garg, 2010):
a. Formocresol
Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin adalah
disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu subtansi yang tidak dapat
dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk. Pada beberapa pengujian mampu menimbulkan efek
nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital. Selain itu juga menimbulkan respon

11

imun antara sel-sel. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah. Biasanya digunakan
sebagai bahan dressing untuk pulpotomy untuk membenarkan jaringan pulpa yang tersisa.

b. ChKM (Chlorphenol kemfer menthol)


Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya disinfektan dan
sifat mengiritasi lebih kecil dari pada Formocresol. Mempunyai spektrum antibakteri
luas dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya para-klorophenol. Mampu
memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sarana
pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari para-klorophenol murni. Selain itu
juga memperpanjang efek antimikrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol
dan mengurangi rasa sakit. Masa aktif antara 1 hari. Biasanya digunakan untuk gigi
yang terinfeksi
c. Cresophene
Terdiri dari : chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamethasone, yaitu
sebagai anti-phlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan
periodontitis apikalis akut yang dapat terjadi, misalnya pada peristiwa over
instrumentasi. Masa aktif antara 3 -5 hari
d. TKF (Trikresol Formalin)
Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Bersifat
merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis. Masa
aktifnya selama 2 hari.
e. Cresatin
Bahan ini merupakan cairan jernih , stabil, berminyak dan tidak mudah menguap.
Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek antimikrobial lebih kecil dari
formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal lebih kecil dari pada ChKM.
Sifat anodyne cresatin terhadap jaringan vital baik sekali, sehingga sering dipakai sebagai
bahan dressing pasca pulpektomi.
f. Ca(OH)2
Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh
antiseptiknya berhubungan dengan pH yang tinggi dan pengaruhnya melumerkan jaringan
pulpa nekrotik. Ca(OH)2 menyebabkan kenaikan signifikan pH dentin sirkum pulpal bila
diletakkan pada saluran akar. Pasta Ca(OH)2 paling baik digunakan pada perawatan antar

12

kunjungan dengan penundaan yang lama karena bahan ini tetap bekerja selama berada di
dalam saluran akar. Masa efektif Ca(OH) 2 adalah 7-14 hari. Kalsium hidroksid paling baik
dicampur dengan glyserin karena menghasilkan zona lambat daripada pelarut aqueous. Ini
disebabkan kemampuan disosiasi gliserin terhadap ion Ca+ dan OH- lebih lambat daripada
pelarut aqueous sehingga dapat betahan lebih lama disaluran akar.
g. Eugenol
Bahan ini adalah esens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan
dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne.
Bila digunakan dalam dosis rendah dapat menghambat sintesis prostaglandin dan
menghambat kemotaksis dari sel darah putih. Sedangkan bila digunakan dalam dosis tinggi
bisa menyebabkan kematian sel. Masa aktif selama 3 -5 hari.

5. Tes Bakteri
Cara : Tumpatan sementara dibuka, bahan dressing dibuang, lalu masukan paper point ke
dalam saluran akar. Kemudian periksa apakah paper point basah atau kering, berbau atau
tidak. Lalu celupkan paper point tersebut kedalam perhidrol, bila ada gelembung maka te
bakteri positif. Lalu diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan tes diulangi lagi. Jika saluran akar
belum steril maka dressing diulangi.
6. Obturasi
Syarat melakukan obturasi : Gigi asimptomatik, saluran akar cukup kering, tes bakteri
negatif, fistula telah menutup, pemeriksaan objektif negatif. Menurut Walton (2003),
kondensasi lateral merupakan teknik yang paling populer karena dapat digunakan pada
hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang bengkok atau abnormal. Kelebihan
dari kondensasi lateral ialah relatif tidak rumit, peralatannya sederhana, mampu mengisi serta
memberikan kerapatan yang baik, dapat mengontrol dengan baik panjang obturasinya,
perawatan ulangnya mudah dilakukan, adaptasi ke dinding saluran akar baik, stabilitas
dimensi positif.
Macam macam sealer (Chong, 2010) :
1. Zinc Oxide dan Eugenol

13

Sealer ini bisa diabsorbsi bila masuk ke jaringan periradikular, memiliki sifat lubrikasi
yang bagus, working time 30 menit bila diaduk dengan perbandingan 1 : 1, sangat cocok
untuk kasus dengan iregularitas saluran akar, mengurangi respon inflamasi dan memiliki
aktivitas antimikroba. Kekurangannya yaitu dapat mewarnai gigi bila tidak dihilangkan
secara sempurna sehingga harus dibilas dengan xylol, namun saat ini sudah diugrade
menjadi sealer non staining.
2. Ca (OH)2
Dikembangkan untuk aktivitas terapi tetapi belum terbukti.
3. Non- eugenol sealer
Dikembangkan dari periodontal dressing, tanpa ada iritan dari eugenol
4. Glass Ionomer Sealer
Dikembangkan karena ada sifat dentin bonding. Keuntungannya yaitu memiliki sifat
kecairan yang optimal, sifat mekaniknya bagus. Kekurangannya yaitu harus dibuang
menyeluruh dengan larutan chlorofom selama 1 menit bila butuh retreatment dan
antimikrobanya minimal
5. Resin sealer
Kelebihannya yaitu adhesi bagus, dan tidak mengandung eugenol.
6. N2
Keuntungannya yaitu secara continue melepasnkan gas formaldehid sehingga fiksasi
menjadi lebih lama dan antiseptik nya terus berjalan
Kekurangan obturasi dengan kondensasi lateral yaitu tidak menghasilkan hasil yang homogen
karena master cone dan gutta percha tambahan diberi terpisah dengan harapan celah yang ada
akan terisi oleh sealer (Chong, 2010). Cara pengisian saluran akar dengan kondensasi lateral:
a. Pilih nomor Gutta Percha pertama (Master Cone) sesuai nomor MAF, potong sesuai
panjang kerja dengan menggunakan gunting.
b. Rontgen MAC untuk mengetahui gutta percha sudah sesuai dengan panjang kerja.
c. Saluran akar disterilkan dengan NaOCl kombinasi Chlorheksidin atau larutan EDTA
17% kombinasi Chlorheksidin
d. Sealer endomethasone dan eugenol diaduk di glass plate
e. Saluran akar diolesi dengan pasta saluran akar (endomethason) dengan menggunakan
lentulo yang diputar dengan menggunakan low speed, dengan gerakan ditarik ke arah
koronal
f. Gutta percha diolesi siler dan dimasukkan ke dalam saluran akar semaksimal mungkin
lalu ditekan dengan menggunakan spreader, sisa ruang diisi dengan gutta percha
tambahan sampai penuh
g. Kelebihan gutta percha dipotong sampai dengan orifis dengan menggunakan
eskavator panas atau hot plugger.

14

h.
i.
j.
k.

Kavitas ditumpat dengan base SIK dengan memperhatikan kandungan sealer


Lakukan rontgen untuk mengetahui pengisian saluran akar yang hermetis
Kontrol
Restorasi

Sumber Pustaka
Bakar, Abu. 2008. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media
Chong, Bumsan. 2010. Hartys Endodontic in Clinical Practise. China : Churchill
Livingstone Elsevier

15

Cohen, Stephen, Hargraves, Kenneth. 2011. Cohens Pathway of the pulp tenth edition. China
: Mosby Elsevier
Garg, Nisha. 2010. Texbook of Endodontics second edition. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers
Kidd, Edwina. 1991. Dasar dasar karies penyakit dan penanggulangannya (Essensitials of
dental caries : the disease and its management). Jakarta : EGC
Putri, Megananda. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta : EGC
Tarigan, Rasinta. 2002. Penyakit Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC
Walton, Richard. 2003. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta :EGC
Yanti, Nevi. 2004. Biokompabilitas Larutan Irigasi Saluran Akar. Diunduh dari : e-USU
Repository Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai